PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
pancreatitis akut sesungguhnya seperti inflamasi akut pancreas yang reversible
pada organ yang normal yang dipicu oleh alkohol, tidak diketahui. Dengan
demikian secara umum pancreatitis akut dapat dikaitkan dengan batu empedu atau
dianggap idiopatik bila faktor pemicunya tidak diketahui.
Frekuensi penyakit pankreatitis akut di negara Barat adalah 0,14-1% atau
antara10-15 pasien per 100.000 penduduk pertahun. Di Indonesia, pada penelitian
yang dilakukan oleh Nurman pada tahun 1990 mengatakan bahwa hampir 1 dari 3
pasien dengan sakit perut bagian atas yang hebat adalah pasien pankreatitis akut.
Hampir 300.000 kasus terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dengan 10 – 20
% nya merupakan pancreatitis akut berat yang menyebabkan 3000 kasus kematian.
Berdasarkan The Second International Symposium in the Classification of
Pancreatitis yang diadakan di Marseilles pada tahun 1984, pankreatitis dibagi atas
pankreatitis akut dan pankreatitis kronik. Keduanya dibedakan secara umum
berdasarkan ada tidak nya nekrosis jaringan serta adanya disfungsi multiorgan.
Pankreatitis akut adalah peradangan akut, non-bakterial pada organ
pankreas1 . Pankreatitis terjadi akibat autodigesti enzim pankreas yang teraktivasi.
Hal ini mengakibatkan terjadinya edema, kerusakan vaskuler, perdarahan, dan
nekrosis organ pankreas. Ekspresi yang berlebihan dari sitokin inflamasi seperti
interleukin (IL)-1,IL-6, IL-8, dan tumor necrosis factor (TNF)-α dapat dengan
serius merusak sistem mikrosirkulasi endotelium dan meningkatkan permeabilitas
kapiler. Inflamasi yang persisten dapat menyebabkan hipoksia dan systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) yang dapat meningkatkan mortalitas dan
menjadi pankreatitis akut berat (Badiu, Popa and Grigorean, 2016, p. 414).
Sekitar 75-85% penyebab pankreatitis akut dapat diidentifikasi. Obstruksi
batu di duktus koledukus (38%) dan alkohol (36%), serta penyebab lainnya1,4 .
Etiologi pankreatitis akut oleh karena penyakit biliari (43,8%) dan kecanduan
alkohol (26,5%). Pankreatitis akut oleh karena alkoholik empat kali lebih sering
pada laki-laki (39,1%) dibandingkan perempuan (10,6%). Hiperlipidemia juga
dapat menjadi penyebab pankreatitis akut terutama pada derajat sedang dan berat.
Pankreatitis akut idiopatik pada laki-laki mencapai 16,1% sedangkan pada
perempuan mencapai 16.6%3 . Pankreatitis akut juga dapat terjadi setelah
melakukan Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) yang lebih
sering terjadi pada perempuan (6%) dibandingkan laki-laki (1.8%).
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui konsep teoritis Pankreatitis
- Mengetahui asuhan keperawatan Pankreatitis
2
1.3 Manfaat Penulisan
a. Mengetahui konsep teoritis Pankreatitis
b. Mengetahui asuhan keoerawatan Pankreatitis
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KONSEP DASAR TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
4
Gambar 2.2 asinus dan Langerhans
pulauSumber : Guyton & Hall, 2006
2.2 DEFINISI
a. Pankreatitis akut
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi
akibat alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan
kolesistisis.
Pankreatitis akut adalah pankreatitis yang dikarakterisasi oleh nyeri
berat di perut bagian atas dan meningkatnya level enzim pankreas di dalam
darah. Pankreatitis akut bisa ringan ataupun berat tergantung manifestasi
5
klinis, tes laboratorium, dan diagnosa. Perjalanan penyakit dari ringan self
limited sampai berat yang disertai renjatan gangguan ginjal dan paru-paru
yang bisa berakibat fatal. Pankreatitis akut adalah berdasarkan trpenuhinya
2 dari 3 kriteria berikut : nyeri abdomen atas, peningkatan serum amilase
atau lipase lebih dari 3x batas nilai normal dan atau adanya bukt dari
pencitraan CT Scan (Adeodatus Yuda Handaya;, 2017, p. 108).
Pankreatitis akut adalah kelainan inflamasi reversible dengan
berbagai tingkat keparahan mulai dari edema fokal dan nekrosis lemak
sampai nekrosis hemoragik luas. Pankreatitis akut relatif sering terjadi,
dengan insiden 10 sampai 20 per 100.000 orang pertahun di negara barat
(Kumar, 2019, p. 670).
b. Pankreatitis kronis
Pankreatitis kronis merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh
kehancurananatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas. 'engan
digantikannya selsel pankreas yang normal oleh jaringan ikat akibat
serangan pankreatitis yeng berulangulang maka tekanan dalam pankreas
akan meningkat. -asil akhirnya adalah obstruksimekanis duktus
pankreatikus, koledokus dan duodenum. 'isamping itu, akan terjadi
pulaatrofi epitel duktus tersebut, inflamasi, dan dstruksi selsel pankreas
yang melaksanankanfungsi sekresi
2.3 ETIOLOGI
Batu empedu menjadi penyebab terbesar dari semua kasus pankreatitis yang
ada, menyusul berikutnya penggunaan alkohol. Namun pada beberapa pasien tidak
diketahui penyebabnya (idiophatic). Pankreatitis akut juga dapat terjadi setelah pasien
menjalani endoscopic retrograde cholangiography (ERCP)ataupun setelah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Penyebab pankreatitis akut di antaranya: Batu
empedu 30-50%, Alkohol 10-40%, Idiopatik 15%, Obat- obatan ,Virus (Davey, 2005,
p. 208).
Penyebab tersering dari pankreatitis akut adalah batu empedu di dalam duktus
bilarias komunis yang dapat menghambat aliran enzim-enzim pankreas ke papila
vateri, selanjutnya diikuti oleh pankreatitis yang disebabkan oleh konsumsi alkohol
berlebih, sisanya disebabkan oleh berbagai faktor yaitu antara lain (Kumar, 2019, p.
670) :
1. Obat-obatan meliputi anti-konvulsan, agen kemoterapi kanker, dieuretik thiazide,
estrogen.
2. Infeksi virus mumps atau virus coxsackie yang dapat secara langsung menginfeksi
sel eksokrin pankreas.
3. Trauma, baik tumpul dan iatrogenik pada saat operasi atau endskopi
Adapun etiologi yang menyebabkan terjadinya pankreatitis akut yaitu sebagai
berikut :
1. Konsumsi alcohol cukup lama
6
Konsumsi alcohol akanmengakibatkan suasana lebih alkalis pada enzim-
enzim pankreas. Suasana itu akan berakibat timbulnya kerusakan pada pancreas.
2. Infeksi bakteri
Walaupun jarang bakteri juga dapat mencapai pankreas untuk merusak organ
pankreas. Kerusakan ini akan berdampak pada peningkatan enzim pankreas yang
justru dapat merusak pankreas.
3. Infeksi virus
Virus yang sering menimbulkan kerusakan pada pankreas adalah virus
parotitis.
2.4 FATOFISIOLOGI
7
yang diperantarai oleh keseimbangan sitokin proinflammatory dan
antiinflammatory, dan ada tidaknya infeksi baik lokal maupun sistemik. Pada
keadaan dimana sitokin proinflammatory lebih dominan daripada sitokin
antiinflammatory (IL-10, IL-1 receptor antagonist (IL- 1ra) dan soluble TNF
receptor (sTNFR) keadaan yang terjadi adalah pankreatitis akut berat.
8
2.6 KLASIFIKASI PENYAKIT
a. Pankreatitis Akut
Pancreatitis akut adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat
peradangan akut dan autodigesti destruktif pankreas dan jaringan di dekat
pankreas. Pankreatitis akut sering kambuh akibat serangan berulang, kelenjar ini
akhirnya dapat rusak permanen, dan menimbulkan pankreatitis kronik atau
kadang-kadang insufiensi pancreas.
Pankreatitis akut dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi pada semua kasus
terjadi kebocoran enzim-enzim proteolitik aktif dari duktus yang menyebabkan
cedera jaringan, peradangan, nekrosis, dan pada sebagian kasus, infeksi. Dua
penyakit tersering yang paling sering berkaitan adalah penyalahgunaan alkohol
dan penyakit saluran empedu. Alkohol atau metabolitnya, yaitu asetaldehida
mungkin memiliki efek toksik langsung pada sel asinus pankreas sehingga terjadi
pengaktifan tripsin intrasel oleh enzim-enzim lisosom atau mungkin
menyebabkan peradangan sfingter Oddi sehingga enzim-enzim hidrolitik
tertahan di ductus pancreaticus dan asinus.
Pankreatitis akut dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, termasuk infeksi
virus (virus gondongan, coxsackievirus, virus hepatitis A, HIV, atau
sitomegalovirus) dan bakteri. Teori penting lain menyatakan bahwa pengaktifan
enzim-enzim pencernaan di dalam sel asinus merupakan proses terawal dalam
terjadinya pancreatitis akut dan bahwa enzim-enzim tersebut setelah aktif,
menyebabkan jejas sel asinus. Penelitian klinis dan eksperimental membuktikan
bahwa pengaktifan zimogen merupakan gambaran terawal pankreatitis akut.
b. Pankreatitis Kronis
Pancreatitis kronis adalah penyakit kambuhan yang menimbulkan
nyeri abdomen hebat, insufisiensi pankreas eksokrin dan endokrin, kelainan
duktus yang parah dan kalsifikasi pankreas. Gangguan pencernaan pada
pancreatitis kronik terjadi karena beberapa faktor. Peradangan kronik dan
fibrosis pankreas dapat merusak jaringan eksokrin, yang menyebabkan
kurangnya penyaluran enzim-enzim pencernaan ke duodenum makan dan
setelah makan. Dismotilitas lambung dan obstruksi mekanis akibat fibrosis
di caput pankreas juga dapat berperan. Karena itu pancreatitis kronik dapat
menyebabkan stetorea berat akibat insufisiensi pankreas.
9
2.7 KOMPLIKASI
1
o) Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab
pankreatitis akut.
p) LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena gangguan
bilier dalam hati.
q) Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin
menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)
sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area
retroperitoneal.
r) Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama serangan
awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel beta dan
nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin,
hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).
s) Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal pencernaan
lemak dan protein (Dongoes, 2000).
1
Kalium adalah elektrolit lain yang perlu diganti sejak awal sebelum regimen
pengobatan karena muntah yang berhubungan dengan pangkreatitis akut.
Kalium dalam jumlah yang berlebihan juga terdapat dalam getah pankreas.
Kalsium harus diberikan dalam waktu lambat lebih dari satu jam lebih dengan
menggunakan pompa infus. Pada beberapa kasus, hiperglikemia dapat juga
berhubungan dengan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit lainnya.
Mungkin diperintahkan pemberian insulin lainnya dengan skala geser, insulin
ini perlu diberikan dengan hati-hati, karena kadar glukagon sementara pada
pankreatitis akut (Hudak dan Gallo, 1996).
b. Pengistirahatan pankreas
Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan
pankreatitis akut untuk menekan sekresi eksokrin pankreas dengan
pencegahan pelepasan sekretin dari duodenum. Mual, muntah dan nyeri
abdomen dapat juga berkurang bila selang nasogastric ke suction lebih dini
dalam perawatan. Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus,
distensi lambung berat atau penurunan tingkat kesadaran untuk mencegah
komplikasi akibat aspirasi pulmoner. Puasa ketat (tak ada masukan peroral)
harus dipertahankan sampai nyeri abdomen reda dan kadar albumin serum
kembali normal. Namun parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis
mendadak dan parah yang tetap dalam status puasa jangka panjang dengan
suction nasogastrik dengan illeus paralitik, nyeri abdomen terus-menerus
atau komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan karena dapat
meningkatkan kadar trigliserida lebih jauh dan memperburuk proses
peradangan. Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral biasanya
dapat dimulai kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat
sesuai toleransi. Status puasa yang diperpanjang dapat menyulitkan pasien.
Perawatan mulut yang sering dan posisi yang sesuai serta memberikan
pelumasan pada selang nasogastric menjadi penting dengan mempertahankan
integritas kulit dan memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah
baring untuk mengurangi laju metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya
akan mengurangi rangsangan dari sekresi pankreas (Hudak dan Gallo, 1996).
c. Penatalaksanaan nyeri
1) Analgesik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk
mengurangi rangsangan saraf yang diinduksi stress atau sekresi lambung
dan pankreas. Meferidan (dimerol) digunakan menggantikan morfin
karena morfin dapat menginduksi spasme sfingter oddi (Sabiston, 1994).
2) encegahan komplikasi
3) Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan.
Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam
lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap
gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).
4) Diet
5) Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak (Barabara C. long, 1996).
1
6) Pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose), pankrelipase
(cotozym), pankrease (Barbara C. long, 1996).
7) Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi oddi (Barbara C.
long,1996).
8) Intervensi bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang
menyertai penyakit batu empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus
komunistidak memberikan respon terhadap terapi konservatif selama 48
jam pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus
komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki perjalanan klinik yang
memburuk secara progresif. Sering adanya kolesistisis gangrenosa atau
kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan intervensi yang dini
mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan
sampai pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu
bisa dilakukan dengan batas keamanan yang lebih besar (Sabiston, 1994)
1
1
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Penanggung Jawab:
Nama : Ny.M
Hubungan dengan pasien : istri
Alamat : Desa Balai Seabut, Kalbar
b. Diagnosa Medik:
c. Keadaan Umum:
Keadaan sakit: Pasien sakit sedang
1
Kesadaran:
Respon Motorik 6
Respon Bicara 5
Respon membuka mata 4
Jumlah 15
Kesimpulan : Compos Mentis
Tada-tanda vital
Tekanan darah : 167/84 mmHg
Nadi : 103x/menit
Suhu : 37,7ᵒC
Pernapasan : 20x/menit
Saturasi O2 : 99%
a. Irama
: terarur
b. Jenis
: Dada dan perut (diafragma)
Pengukuran
:
Tinggi badan 155 cm
Berat badan 41 kg
Indeks massa tubuh 17
1
- Riwayat Penyakit Saat ini
Keluhahan Utama: Pasien mengatakan nyeri di area perut di area post
oprasi , nyeri di rasa seperti di tusuk-tusuk jarum, nyeri hilang timbul
nyeri di rasa saat bergerak berkurang ketika istirahat.durasi nyeri
berlangsung 5 menit.
2. Pola Nutrisi Dan Metabolik
- Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makan pasien tidak baik ,
pasien sudah 3 hari tidak makan karena mual dan muntah,.
- Keadaan setelah sakit:
Saat dirawat pasien puasa setelah oprasi hanya clear fluid 30ml per
jam .
- Observasi:
Pasien terlihat lemas terlihat haus.
- Pemeriksaan Fisik :
Rambut pasien kering, Hidrasi kulit kering, mukosa bibir kering,
abdoment masih risakan nyeri dan terdapat drain dan luika post op.
3. Pola Eliminasi
- Keadaan sebelum sakit:
Pasien mengatakan BAB baik 1 hari sekali, Semenjak masuk RS
sampai sekarang pasien belum BAB, BAK lancar.
- Keadaan setelah sakit:
Pasien mengatakan merasa mules namun belum BAB sejak masuk RS/
Urin output : 500 cc/3 jam (warna : kuning), menggunakan kateter no
16 Folley isi balon 25 ml.
5. Pola Aktivitas Dan Latihan
1
- Keadaan sebelum sakit:
1
Pasien mengatakan pendengaran tidak terganggu, ganggguan
pengecapan, gangguan penciuman dan perasaan juga tidak terganggu
- Observasi
Penglihatan :
Cornea : Cembung dan normal
Visus : tidak dilakukan pengkajian
Pupil : 2/2 mm
Lensa mata : Tidak menggunakan lensa mata.
Pendengaran
Kanalis : tidak dilakukan pengkajian
Membran Timpani : tidak dilakukan pengkajian
NI : tidak dilakukan pengkajian
N II : tidak dilakukan pengkajian
N V Sensorik : tidak dilakukan pengkajian
N VII Sensorik : tidak dilakukan pengkajian
N VIII : tidak dilakukan pengkajian
1
Abdomen :terdapat drain di abdomen bagian kiri atas di jait
dan di tutup kasa dan bawah terdapat luka post op di abdemen tengah di
tutup kasa ukuran diameter panjang 3cm lebar 1cm ,
Bayangan vena : tidak ada
Benjolan massa : tidak ada
Kulit (Masalah kulit) : Kulit pasien tampak kering.
Penggunaan Protesa : Tidak ada
2
Pasien terlihat tenang dan senang saat sedang berkomunikasi dengan
istrinya pada saat jam besuk.
14. Pola Sistem Kepercayaan
- Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya ke gereja untuk berdoa
- Keadaan setelah sakit : Pasien tampak hanya berdoa di tempat tidur saja
2
3.2.2 Radiologi (Thoraks PA)
2
3.2.3 therapi medis
2
Data Objektif:
- Terdapat luka jahitan di
abdomen ukuran panjang 3cm
lebar 1cm
- Terpasang Drain di abdomen
kiri dijahit dan di tutup kasa
Data Objektif:
- akral hangat
- badan pasien hangat
- leukosit 11.26 UL
-HR:103x/menit
- S : 36.7 C
-RR:20x/menit
- terdapat kemerahan di area jahitan
drain
- terdapat rembesan di area luka post
op
2
3.3 Rencana keperawatan dan Intervensi
2
2
-RR:20x/Menit - Dokumentasi hasil terapi oba
- N : 103x/Menit Pemantauan Pulmicort