Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN

PANKREATITIS AKUT & KRONIS

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Abul Bachtari NPM. 16320043P
Agus Novalina NPM. 16320046P
Dina Retno Widuri NPM. 16320054P
Elina Nabila NPM. 16320057P
Karyanto NPM. 16320074P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangkreas adalah kelenjar rasemosa besar dan memanjang yang terletak

melintang dibelakang lambung. Diantara limpa dan duodenum. Sekresi

eksternalnya mengandung enzim pencernaan. Sekresi internal pangkreas

mengandung enzim pencernaan. Insulin dihasilkan oleh sel-sel beta dan sekresi

lainnya glukagon dihasilkan oleh sel-sel alfa. Sel alfa, beta dan delta membentuk

kumpulan disebut pulau langershand.

Pankereas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan

eksokrin, dan kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama

adalah untuk memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke

dalam duodenum proksimal. Sekretin dan kolesistokinin pankreozimin (CCC-PZ)

merupakan hormon traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-

zat makanan dengan mengendalikan sekret pangkreas. Sekresi enzim pankreas

yang normal berkisar dari 1500-2500 mm / hari.

Pankreatitis adalah penyakit peradangan serius yang akut atau kronis.

Pankreatitis merujuk pada peradangan, edema, dan necrosis yang terjadi sebagai

akibat pencernaan-diri pankreas oleh enzim yang biasanya dikeluarkannya.

Pankreatitis akut ditandai dengan serangan peradangan dan edema tunggal

atau berulang-ulang. Kecuali dalam kasus pankreatitis yang disebabkan alkohol,

pankreas kembali normal setelah diobati, dan pasien tidak mengalami lanjutan

yang menetap. Kecanduan alkohol merupakan penyebab paling umum timbulnya

pankreatitis.

1
Pankreatitis kronis menyebabkan kerusakan pankreas yang proggresif dan

permanen karena jaringan normal digantikan oleh jaringan fibrosa. Kondisi kronis

ini bisa terjadi setelah pankreatitis akut atau terjadi sendiri. Penyebab paling

umum pada orang dewasa adalah kecanduan alkohol. Pada anak-anak, penyebab

umumnya adalah kista fibrosis. Kondisi ini menyebabkan insufisiensi enzim-

enzim pankreas secara kronis.

Manifestasi klinis meliputi nyeri abdomen yang menjalar ke punggung atau

daerah panggul dan kondisi ini akan semakin buruk bila pasien makan.

Pankreatitis akut menyebabkan mual dan muntah-muntah, dehidrasi, demam

ringan, tachycardia, hypotensi, kuning, dan menurunnya kentut dan kembung.

Pankratitis kronis ditandai dengan nyeri yang sangat dan konstan, tanda dan gejala

umum sakit akut, disertai dengan berat badan turun, sakit kuning ringan, diare,

steatorrhea, dan perut lembek.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah definisi dari pankreatitis akut dan kronis?

b. Apakah etiologi dari pankreatitis akut dan kronis?

c. Bagaimanakah gambaran klinis dari pankreatitis akut dan kronis?

d. Bagaimanakah patofisiologi dari pankreatitis akut dan kronis?

e. Bagaimanakah penatalaksanaan dari pankreatitis akut dan kronis?

f. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan dari pankreatitis akut dan kronis?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Pembaca dapat mengetahui kronologi dari penyakit pankreatitis.

2
2. Tujuan khusus

Diharapkan perawat dapat menambah khasanah pengetahuan dalam

penanganan pasien pankreatitis sesuai knsep asuhan keparawatan yang benar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada

pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif

ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal

yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 200;

1338)

Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim

pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.

(Doengoes, 2000;558)

Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat

alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis.

(Sandra M. Nettina, 2001)

Pankreatitis (inflamasi pancreas) merupakan penyakit yang serius pada

pancreas dengan insesitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relative

ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal

yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan (Brunner, Sudarth, 2002,

KMB).

Pankreatitis dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pankreatitis akut merupakan suatu keadaan dimana terjadinya inflamasi

pankreas yang bersifat reversibel.

b. Pankreatitis akut adalah kegawatan pada Gastrointestinal akut (Kapita selekta

jilid1)

4
Pankreatitis kronis merupakan kelainan inflamasi yang di tandai oleh

kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pancreas. (Brunner,

Sudarth, 2002, KMB)

Dengan digantikannya sel-sel pancreas yang normal oleh jaringan ikat akibat

serangan pankreatitis secara berulang-ulang, maka tekanan dalam pancreas akan

meningkat. Pankreatitis kronik diartikan sebagai destruksi parenkim eksokrin

pankreas yang ireversibel.

B. Etiologi

Faktor-faktor etiologik pada pankreatitis akut yaitu:

a. Metabolik

1) Alkoholisme

2) Hiperlipoproteinemia

3) Hiperkalsemia

4) Obat-obatan (misalnya, diuretik tiazid)

5) Genetik

b. Mekanis

1) Trauma

2) Batu empedu

3) Jejas iatrogenic

4) Jejas perioperative

5) Prosedur endoskopik dengan penyuntikan zat warna

c. Vaskuler

1) Syok

2) Atheroembolisme

5
3) Poliarteritis nodosa

d. Infeksi

1) Parotitis (mumps)

2) Coxsackievirus

3) Mycoplsma pneumonia

Sedangkan , keadaan yang paling sering menyebabkan pankreatitis kronik

adalah alkoholisme. Penyebab lain adalah hiperkalsemia, hiperlipidemia, pankreas

divisum, pankreatitis herediter dan malnutrisidefisiensi-protein.

C. Gambaran Klinis

Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis. Rasa sakit

dan nyeri tekan pada abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat

iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga

timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tegangan pada kapsul

pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut manimbulkan rasa sakit.

Secara khas rasa sakit terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium).

Awitannya sering bersifat akut dan terjadi 24 hingga 48 jam setelah makan atau

setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan

sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit semakin parah setelah makan dan

tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit dapat disertai dengan

distensi abdomen, adanya massa abdominal yang dapat diraba tetapi batasnya

tidak jelas, dan dengan penurunan peristaltis.

Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang

fatal. Namun demikian, abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis.

6
Ekimosis (memar) di daerah pinggang dan di sekitar umbilikus merupakan tanda

yang menunjukkan adanya pankreatitis hemoragik yang berat.

Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan

biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu.

Gejala panas, ikterus, konfusi dan agitasi dapat terjadi.

Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia

serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya

protein karna cairan ini mengalir ke dalam jaringan dan rongga peritoneum.

Pasien dapat mengalami takikardi, sianosis dan kulit yang dingin serta basah

disamping gejala hipotensi.

Gangguan pernapasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat

memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnu, takipnu dan hasil

pemeriksaan gas darah abnormal. Sedangkan, pankreatitis kronik ditandai oleh

serangan nyeri yang hebat di daerah abdomen dan punggung, disertai muntah.

Dengan semakin berlanjutnya penyakit, serangan nyeri yang berulang-ulang

tersebut terasa semakin hebat, semakin sering dan lama. Sebagian pasien

mengeluhkan nyeri hebat; yang lain merasakan nyeri tumpul, konstan dan

membandel.

Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik.

Hal ini disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau

perasaan takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya. Malabsorpsi

terjadi kemudian pada penyakit tersebut ketika fungsi pankreas mash tersisa 10%.

Akibatnya, proses pencernaan bahan makanan, khususnya protein dan lemak akan

terganggu. Defekasi akan terjadi lebih sering dan feses menjadi berbuih serta

7
berbau busuk akibat gangguan pencernaan lemak yang menyebabkan feses

tersebut banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatore. Dengan

semakin berlanjutnya proses penyakit, kalsifikasi pada kelenjar pankreas dan

terbentuknya batu kalsium di dalam saluran kelenjar dapat terjadi.

D. Patofisiologi

Pankreas menyekresikan sejumlah enzim; amilase dan lipase disekresikan

dalam bentuk aktif sementara protease, elastase dan fosfolipase disekresikan

sebagai proenzim yang dalam keadaan normal harus diaktifkan oleh tripsin di

dalam duodenum. Tripsin sendiri normalnya diaktifkan oleh enteropeptidase

duodenal. Patogenesis pankreatitis akut berpusat pada aktivitas tripsin yang tidak

tepat di dalam pankreas; tripsin yang sudah diaktifkan tersebut akan mengubah

berbagai proenzim menjadi aktif prekalikrein menjadi kalikrein yang akan

mengaktifkan sistem kinin serta pembekuan. Hasil nettonya berupa inflamasi

pankreas dan trombosis. Ciri-ciri pankreatitis meliputi proteolisis jaringan,

lipolisis dan perdarahan, terjadi karena efek destruktif enzim-enzim pankreas

yang dilepas dari sel-sel asiner.

Mekanisme yang dikemukakan untuk aktivitas enzim pankreas meliputi hal-

hal berikut ini:

a. Obstruksi duktus penkreatikus. Batu empedu dapat terjepit di dalam ampula

Vateri; di sebelah proksimal obstruksi, cairan kaya enzim menumpuk dan

menimbulkan jejas parenkim pankreas. Leukosit dalam jaringan parenkim

akan melepaskan sitokin proinflamatorik yang menggalakkan inflamasi local

dan edema.

8
b. Jejas primer sel asiner. Keadaan ini dapat disebabkan oleh kerusakan karna

virus (parotitis), obat-obatan, trauma atau iskemia.

c. Defek transportasi-intraseluler proenzim. Enzim-enzim eksokrin pancreas

mengalami kesalahan arah dalam perjalanannya, yaitu menuju lisosom dan

bukan menuju sekresi; hidrolisis proenzim di dalam lisosom akan

menyebabkan aktivitas dan pelepasan enzim.

d. Alkohol dapat meningkatkan jejas sel asiner lewat perjalanan proenzim

intraseluler yang salah arah dan pengendapan sumbatan protein yang

mengental serta bertambah banyak di dalam duktud pankreatikus sehingga

terjadi inflamasi dan obstruksi lokal.

e. Pankreatitis herediter ditandai oleh serangan rekuren pankreatitis yang hebat

dan sudah di mulai sejak usia kanak-kanak. Kelainan ini disebabkan oleh

mutasi germ line (garis-turunan sel tunas) pada:

1) Gen tripsinogen kationik (PRSS1), menimbulkan kehilangan suatu tempat

pada tripsin yang esensial untuk inaktivasi enzim itu sendiri (mekanisme

pengaman yang penting untuk mengatur aktivitas enzim tripsin)

2) Gen inhibitor protease serin, Kazal tipe I (SPINK1), yang menimbulkan

protein yang cacat sehingga tidak lagi mampu memperlihatkan aktivitas

tripsin.

Pankreas mengalami kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif.

Dengan digantikannya sel-sel pankreas (sel-sel asiner pankreas) yang normal oleh

jaringan ikat akibat serangan pankreatitis berulang-ulang dan efek toksik dari

alkohol dan metabolitnya, maka tekanan dalam pankreas akan meningkat. Hasil

akhirnya adalah obstruksi mekanis duktus pankreatikus, koledokus dan

9
duodenum. Di samping itu akan terjadi pula atrofi epitel duktus tersebut, inflamasi

dan destruksi sel-sel pankreas yang melaksanakan fungsi sekresi (destruksi

parenkim endokrin pankreas).

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien pankreatitis akut bersifat asimtomatik dan ditujukan

untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan peroral harus

dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas. Pelaksanaan TPN

(total parenteral nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi

yang penting. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi lambung dapat

dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah, mengurangi distensi

abdomen yang nyeri dan ileus paralitik, serta untuk mengeluarkan asam

hidroklorida agar asam ini tidak kembali mengalir kedalam duodenum serta

menstimulasi pankreas. Preparat simetidin (Tagamet) juga digunakan untuk

menurunkan sekresi asam hidroklorida.

a. Penanganan Nyeri. Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan

tindakan yang esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karna akan

mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi

pankreas. Penggunaan morfin dan turunannya harus dihindari karna preparat

ini dapat menyebabkan spasme sfingter Oddi. Antiemetik dapat diberikan

untuk mencegah muntah.

b. Perawatan Intensif. Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar

albumin yang rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan dan

mencegah gagal ginjal akut.

10
c. Perawatan Respiratorius. Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan

karna resiko untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam

paru, dan atelektasis cenderung tinggi. Hipoksemia terjadi dengan frekuensi

yang bermakna pada penderita pankreatitis akut sekalipun pada pemeriksaan

sinar-X tidak tampak adanya kelainan. Perawatan respiratorius dapat berkisar

dari pemantauan gas darah arteri yang ketat, pemberian oksigen hingga

intubasi dan ventilasi mekanis.

d. Drainase Bilier. Pemasangan drain bilier (untuk drainase eksternal)

dan stent (selang indwelling) dalam duktus pankreatikus melalui endoskoppi

telah dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan

membentuk kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa

sakit serta menaikkan berat badan.

e. Intervensi Bedah. Meskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat

mempunyai resiko bedah yang buruk, namun pembedahan dapat dilakukan

untuk membantu menegakkan diagnosa pankreatitis (laparatomi diagnostik),

untuk membentuk kembali drainase pankreas atau untuk melakukan reseksi

atau pengangkatan jaringan pankreas yang nekrotik. Pasien yang menjalani

operasi pankreas dapat memiliki lebih dari satu drain yang terpasang pada

tempat pascaoperatif dan luka insisi terbuka, yang dirigasi dan diganti

balutannya setiap 2 sampai 3 hari sekali untuk menghilangkan debris nekrotik.

f. Penatalaksanaan Pasca-akut. Antasid dapat diberikan ketika gejala akut

pankreatitis mulai menghilang. Pemberian makanan yang rendah lemak dan

protein dimulai secara bertahap.

11
Sedangkan, pankreatitis kronik ditandai oleh serangan nyeri yang hebat di

daerah abdomen dan punggung, disertai muntah. Dengan semakin berlanjutnya

penyakit, serangan nyeri yang berulang-ulang tersebut terasa semakin hebat,

semakin sering dan lama. Sebagian pasien mengeluhkan nyeri hebat; yang lain

merasakan nyeri tumpul, konstan dan membandel.

Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik.

Hal ini disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau

perasaan takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya. Malabsorpsi

terjadi kemudian pada penyakit tersebut ketika fungsi pankreas mash tersisa 10%.

Akibatnya, proses pencernaan bahan makanan, khususnya protein dan lemak akan

terganggu. Defekasi akan terjadi lebih sering dan feses menjadi berbuih serta

berbau busuk akibat gangguan pencernaan lemak yang menyebabkan feses

tersebut banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatore. Dengan

semakin berlanjutnya proses penyakit, kalsifikasi pada kelenjar pankreas dan

terbentuknya batu kalsium di dalam saluran kelenjar dapat terjadi.

Sedangkan, Penatalaksanaan pankreatitis kronik bergantung pada kelainan

yang mungkin menjadi penyebab pada setiap pasien. Terapi ditujukan untuk

mencegah serta menangani serangan akut, mengurangi rasa nyeri sera gangguan

rasa nyaman, dan menangani insufisiensi eksokrin serta endokrin yang terdapat

pada pankreatitis.

a. Nyeri dan gangguan rasa nyaman pada badomen diatasi dan dicegah dengan

penggunaan metode nonopioid untuk mengatasi nyeri. Selaian itu, pasien dan

keluarganya juga ditekankan tentang pentingnya menghindari alkohol serta

makanan lain yang oleh pasien sendiri dirasakan cenderung menimbulkan

12
nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen. Kenyataannya, tidak ada

bentuk terapi lain yang dapat meredakan rasa nyeri tersebut jika pasien sendiri

terus menerus mengkonsumsi alkohol dan hal ini harus ditegaskan pada

pasien.

b. Diabetes melitus yang terjadi akibat disfungsi sel-sel pulau Langerhans

pankreas dapat diatasi dengan diet, pemberian insulin atau obat-obatan

hipoglikemia oral. Bahaya hipoglikemia yang berat akibat penggunaan alkohol

harus ditekankan pada pasien dan anggota keluarganya. Terapi pengganti

enzim pankreas diperlukan bagi pasien yang menderita malabsorpsi dan

steatore.

c. Pembedahan umumnya dilakukan untuk mengurangi nyeri abdomen serta

gangguan rasa nyaman, memulihkan drainase sekresi pankreas dan

mengurangi frekuensi serangan pankreatitis akut. Tindakan bedah yang akan

dilakukan tergantung pada kelainan anatomis dan fungsional pankreas yang

mencakup lokasi penyakit di dalam pankreas, keberadaan penyakit diabetes,

insufisiensi eksokrin, stenosis bilier dan pseudokista pankreas.

d. Pankreatikojejunostomi dengan anastomosis side-to-side atau penyambungan

duktus pankreatikus dengan jejunum memungkinkan drainase sekresi pankreas

kedalam jejunum.

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Riwayat kesehatan difokuskan pada karakteristik nyeri abdomen serta adanya

gangguan rasa nyaman yang dialami pasien. Munculnya rasa nyeri, lokasi dan

hubungannya dengan makan dan konsumsi alkohol serta hasl berbagai upaya yang

dilakukan pasien untuk mengurangi rasa nyeri perlu dicatat. Status cairan serta

nutrisi pasien dan riwayat serangan batu empedu serta konsumsi alkohol harus

dikaji. Riwayat masalah gastrointestinal, yang mencakup mual, muntah, diare dan

pengeluaran feses yang berlemak harus ditanyakan. Pemeriksaan abdomen harus

dilakukan untuk mengkaji rasa sakit, nyeri tekan, ketegangan muskuler dan bising

usus. Adanya abdomen yang kaku seperti papan atau yang lunak harus dicatat.

Status pernapasan, frekuensi dan corak pernapasan serta suara pernapasan harus

dikaji. Suara napas yang normal, suara tambahan, dan hasil-hasil perkusi dada

yang abnormal, termasuk suara pekak pada basis paru dan taktil fremitus yang

abnormal juga harus didokumentasikan.

Status emosional serta psikologis pasien dan anggota keluarganya serta

upaya mereka untuk mengatasinya harus dikaji karna mereka sering merasa takut

dan cemas mengingat beratnya gejala pasien serta sakit yang dideritanya

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan Pankreatitis

adalah:

a. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas, duktus bilier, kontaminasi

kimia pada permukaan peritoneal oleh eksudat pankreas/autodigestif oleh

14
pankreas. Ditandai dengan: keluhan nyeri, focus pada diri sendiri, wajah

meringis, perilaku distraksi/tegang.

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kebilangan berlebihan, peningkatan ukuran dasar vaskuler, gangguan proses

pembekuan, perdarahan. Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda

dan gejala.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,

penurunan pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan

dan insulin. Ditandai dengan: keluhan pemasukan makanan tidak adekuat,

enggan makan, keluhan gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan utama: statis cairan tubuh, gangguan peristaltik, perubahan pH

pada sekresi. Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala.

C. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Pada Pankreatitis

Berdasarkan semua data hasil hasil pengkajian, diagnosa keperawatan utama

pasien pankreatitis mencakup yang berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi, edema, distensi pada pankreas dan

iritasi peritoneum.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan rasa nyeri akut, infiltrat paru,

efusi pleura dan atelektasis.

c. Perubahan status nutrisi berhubungan dengan penurunan asupan makanan dan

peningkatan kebutuhan metabolisme.

15
d. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan status nutrisi yang buruk,

tirah baring dan luka akibat operasi serta pemasangan drain yang lebih dari

satu.

D. Intervensi

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeri NOC : NIC :
akut berhubungan a. Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan: b. pain control, secara komprehensif termasuk
inflamasi, edema, c. comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
distensi pada Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
pankreas dan iritasi tinfakan keperawatan presipitasi
peritoneum selama 2x24 b. Observasi reaksi nonverbal
Jam Pasien tidak dari ketidaknyamanan
DS: mengalami nyeri, c. Bantu pasien dan keluarga
Laporan secara verbal dengan kriteria hasil: untuk mencari dan
DO: a. Mampu mengontrol menemukan dukungan
a. Posisi untuk nyeri (tahu d. Kontrol lingkungan yang
menahan nyeri penyebab nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
b. Tingkah laku mampu seperti suhu ruangan,
berhati-hati menggunakan pencahayaan dan kebisingan
c. Gangguan tidur tehnik e. Kurangi faktor presipitasi
(mata sayu, nonfarmakologi nyeri
tampak capek, untuk mengurangi f. Kaji tipe dan sumber nyeri
sulit atau gerakan nyeri, mencari untuk menentukan intervensi
kacau, bantuan) g. Ajarkan tentang teknik non
menyeringai) b. Melaporkan bahwa farmakologi: napas dala,
d. Respon autonom nyeri berkurang relaksasi, distraksi, kompres
(seperti dengan hangat/ dingin
diaphoresis, menggunakan h. Berikan analgetik untuk
perubahan manajemen nyeri mengurangi nyeri: ...
tekanan darah, c. Mampu mengenali i. Tingkatkan istirahat
perubahan nafas, nyeri (skala, j. Berikan informasi tentang
nadi dan dilatasi intensitas, frekuensi nyeri seperti penyebab nyeri,
pupil) dan tanda nyeri) berapa lama nyeri akan
e. Tingkah laku d. Menyatakan rasa berkurang dan antisipasi
ekspresif (contoh nyaman setelah ketidaknyamanan dari
: gelisah, nyeri berkurang prosedur
merintih, e. Tanda vital dalam k. Monitor vital sign sebelum
menangis, rentang normal dan sesudah pemberian
waspada, iritabel, analgesik pertama kali
nafas

16
panjang/berkeluh
kesah)
f. Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Pola Nafas tidak NOC: NIC:
efektif berhubungan a. Respiratory status : a. Posisikan pasien untuk
dengan : Ventilation memaksimalkan ventilasi
rasa nyeri akut, b. Respiratory status : b. Lakukan fisioterapi dada jika
infiltrat paru, efusi Airway patency perlu
pleura dan atelektasis. c. Vital sign Status c. Keluarkan sekret dengan
DS: batuk atau suction
a. Dyspnea Setelah dilakukan d. Auskultasi suara nafas, catat
b. Nafas pendek tindakan keperawatan adanya suara tambahan
DO: selama 2x24 Jam e. Berikan bronkodilator :
a. Penurunan tekanan pasien menunjukkan f. Berikan pelembab udara
inspirasi/ekspirasi keefektifan pola nafas, Kassa basah NaCl Lembab
b. Penurunan dibuktikan dengan g. Atur intake untuk cairan
pertukaran udara kriteria hasil: mengoptimalkan
per menit a. Mendemonstrasikan keseimbangan.
c. Menggunakan otot batuk efektif dan h. Monitor respirasi dan status
pernafasan suara nafas yang O2
tambahan bersih, tidak ada 1) Bersihkan mulut, hidung
d. Orthopnea sianosis dan dan secret trakea
e. Tahap ekspirasi dyspneu (mampu 2) Pertahankan jalan nafas
berlangsung mengeluarkan yang paten
sangat lama sputum, mampu 3) Observasi adanya tanda
f. Penurunan bernafas dengan tanda hipoventilasi
kapasitas vital mudah, tidak ada 4) Monitor adanya
g. Respirasi: < 11 pursed lips) kecemasan pasien
24 x /mnt b. Menunjukkan jalan terhadap oksigenasi
nafas yang 5) Monitor vital sign
paten(klien tidak 6) Informasikan pada pasien
merasa tercekik, dan keluarga tentang
irama nafas, tehnik relaksasi untuk
frekuensi memperbaiki pola nafas.
pernafasan dalam 7) Ajarkan bagaimana batuk
rentang normal, efektif
tidak ada suara 8) Monitor pola nafas
nafas abnormal)
c. Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)

17
E. Masalah Kolaborasi (Komplikasi Potensial)

Berdasarkan dari data-data hasil pengkajian, komplikasi potensial yang

mungkin terjadi mencakup:

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elekrolit

b. Nekrosis pankreas

c. Syok dan kegagalan organ yang multipel

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan serta tahapan proses

keperawatan, maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Pankreatitis adalah reaksi pradangan pankreas (inflamasi pankreas).

Pankreatitis merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas

yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri

hingga penyakit yang berjalan dengna cepat dan fatal yang tidak bereaksi

terhadap berbagai pengobatan.

2. Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-

enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen penderita

pankreatitis akut mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun

demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang kemudian mengalami

nekrosis. Batu empedu memasuki duktus koledokus dan terperangkap dalam

saluran ini pada daerah ampula Vateri, menyumbat aliran getah pankreas atau

menyebabkan aliran balik (refluks) getah empedu dari duktus koledokus ke

dalam duktus pankreastikus dan dengan demikian akan mengaktifkan enzim-

enzim yang kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada ampula Vateri yang

terjadi akibat duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis

19
B. Saran

Dengan adanya pembuatan makalah ini di harapkan mahasiswa dapat

memahami penyakit Pankreatitis dan juga dapat mengerti bagaimana asuhan

keperawatan yang di lakukan pada pasien dengan penyakit sehingga

mempermudah kita nantinya di lapangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan:


Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta:
ECG

Nurarif, Amin Huda. 2013. NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC.

Suratun, Lusianah.2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal.Jakarta : Trans Info Media

http//:www. asuhan-keperawatan-pankreatitis-kronik.html

21

Anda mungkin juga menyukai