“PANKREATITIS AKUT”
Pembimbing:
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
“Pankreatitis Akut"
Oleh
Referat “Pankreatitis Akut" ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSAL Dr. Ramelan Surabaya, Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pankreatitis akut merupakan penyakit inflamasi di pankreas yang terjadi
secara cepat dengan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari yang ringan
sampai manifestasi yang berat hingga terjadi kematian. Berat ringannya tergantung
dari respon inflamasi sistemik yang diperantarai oleh keseimbangan antara sitokin
proinflamasi dan antiinflamasi, ada atau tidaknya infeksi baik lokal maupun
sistemik.
2.2. Etiologi
1. Batu empedu (30-60%)
Karena prevalensi tinggi dan pentingnya mencegah ulangan, evaluasi cholelithiasis
dengan USG absomen harus dilakukan pada semua pasien pankreatitis akut. Pasien
dengan batu empedu berdiameter <5 mm memiliki risiko pankreatitis akut 4 kali
lebih besar dibandingkan dengan batu empedu berukuran lebih besar. Obstruksi
duktus akibat migrasi batu empedu dapat terlokalisasi di duktus bilier, duktus
pankreatikus atau keduanya. Obstruksi duktus menyebabkan pankreatitis dengan
meingkatkan tekanan duktus dan aktivasi enzim digestif.
2. Alkohol (15-30%)
Pada tingkat sel, etanol menyebabkan akumulasi intraseluler dari enzim pencernaan
dan prematuritas dari aktivasi dan pelepasannya. Pada tingkat duktal, meningkatkan
permeabilitas duktus, memungkinkan enzim untuk mencapai parenkim dan
menyebabkan kerusakan pankreas. Etanol meningkatkan kandungan protein sekret
pankreas, dan mengurangi tingkat bikarbonat dan konsentrasi tripsin inhibitor. Hal
ini menyebabkan pembentukan colokan protein yang menghalangi aliran pankreas.
Umumnya, penyakit ini berkembang pada pasien yang mengkonsumsi alkohol
sebagai kebiasaan selama 5-15 tahun. Munculnya keluhan pankreatitis akut pada
pecandu alkohol biasanya saat eksaserbasi akut pada pankreatitis kronis.
3. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography/ERCP (5-20%)
Faktor risiko pankreatitis post-ERCP adalah sfingterektomi papila minor, disfungsi
sfingter Oddi, riwayat pankreatitis post-ERCP, petugas medis tidak berpengalaman,
usia <60 tahun, dan >2 injeksi kontras.
4. Trauma abdomen (1,5%)
Terjadi peningkatan amilase dan lipase. Trauma tajam (pisau, peluru) lebih sering
terjadi daripada trauma tumpul (roda kemudi, kuda, sepeda). Trauma tumpul pada
perut atau punggung mungkin menghancurkan kelenjar di tulang belakang, yang
5. Obat-obatan (1,4%)
Pentamidine, metronidazole, stibogluconate, tetrasiklin, furosemid, tiazid,
sulfasalazin, azatioprin, didianosine, asam valproat, salisilat, kortikosteroid,
kalsium dan esterogen.
6. Hipertrigliseridemia (1,3-3,8%)
Kadar trigliserid darah yang tinggi >11,3 mmol/L (> 1000 mg/dL), disebabkan oleh
alkohol, defisiensi apolipoprotein CII, dan kondisi ketoasidosis diabetikum.
7. Idiopatik (10%)
8. Lain-lain
Infeksi (mumps, coxsackie B), toksin (sengatan kalajengking), tumor, iatrogenik.
2.3. Patofisiologi
Pankreas adalah kelenjar yang terletak di posterior perut bagian atas.
Pankreas memiliki fungsi endokrin (80%) dan eksokrin (20%). Fungsi utama
endokrin pankreas oleh sel beta pankreas adalah sekresi insulin ke aliran darah.
Fungsi eksokrin pankreas adalah produksi enzim pencernaan yaitu amilolitik,
lipolitik dan proteolitik.
Enzim amilolitik, seperti amilase, menghidrolisis karbohidrat menjadi
oligosakarida dan kemudian menjadi disakarida. Enzim lipolitik terdiri dari lipase,
fosfolipase-A dan kolesterol esterase. Enzim proteolitik yaitu endopeptidase
(tripsin, kimotripsin), yang berperan dalam ikatan peptida pada protein dan
polipeptida. Enzim proteolitik disekresikan oleh sel asinar sebagai prekusor inaktif
atau proenzim, dikemas dalam vesikel penyimpanan yang disebut zimogen.
Enterokinase, enzim yang terdapat di mukosa duodenum, berikatan dengan
tripsinogen dan mengubahnya menjadi tripsin.
Ketika makan tertelan, saraf vagus, vasoactive polipeptide intestinal (VIP),
gastrin-releasing peptide (GRP), sekretin, cholecystokinin (CCK), dan encephalins
merangsang pelepasan proenzim ke dalam saluran pankreas. Proenzim berjalan ke
perbatasan duodenum, di mana tripsinogen (proenzim tripsin) diaktifkan melalui
hidrolisis dari hexapeptide fragmen N-terminal dengan brush border enzim
enterokinase. Tripsin kemudian memfasilitasi konversi proenzim lain ke bentuk
aktif mereka.
Karena aktivasi prematur enzim pankreas dalam pankreas menyebabkan
cedera organ dan pankreatitis, ada beberapa mekanisme untuk membatasinya:
Protein diproduksi dalam bentuk proenzim (enzim tidak aktif).
Proenzim disimpan terpisah dalam vesikel-vesikel yang disebut zymogen.
Bersamaan dengan produksi proenzim juga diproduksi protease inhibitor untuk
menghambat aktivasi proenzim sebelum sampai di duodenum.
Zimogen memiliki pH asam dan konsentrasi kalsium rendah yang menurunkan
aktivasi tripsin.
Dalam kondisi tertentu dimana terjadi aktivasi zimogen dalam sel-sel
sekretor pankreas (asinar), sistem saluran atau ruang interstisial, mekanisme
pelindung akan menghambat aktivasi zimogen. Namun jika sudah melewati batas
kemampuannya, atau jika terdapat gangguan pada mekanisme pelindung, akan
terjadi aktivasi enzim di intraseluler yang mengakibatkan autodigestion pankreas
sehingga terjadi pankreatitis akut
Beberapa studi menyatakan bahwa pankreatitis adalah penyakit yang terdiri
dari 3 fase patologi di dalam sel asinar yang menginisiasi terjadinya injury pada
pankreas, yaitu:
1. Aktivasi zimogen dan enzim digestif pankreas lainnya di intrapankreas,
yang menyebabkan kerusakan pada sel asinar.
2. Aktivasi, kemoatraksi, dan sekuestrasi neurofil di pankreas yang
menyebabkan reaksi inflamasi intrapankreas.
3. Pankreas akan menghasilkan mediator-mediator proinflamasi. Enzim-
enzim yang aktif mencerna membran sel dan menyebabkan proteolisis,
edema, perdarahan interstisial, kerusakan vaskular, nekrosis koagulasi,
nekrosis lemak dan nekrosis sel parenkim. Kerusakan dan kematian sel
menyebabkan pelepasan histamin, senyawa vasoaktif dan bradikinin
peptida yang menghasilkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas
vaskular dan edema di organ-organ lain, terutama di paru. Hal ini dapat
menyebabkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan acute
respiratory distress syndrome (ARDS).
2.4. Klasifikasi
Klasifikasi pankreatitis akut berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya
sangat penting untuk menentukan tatalaksana atau rujukan yang diperlukan. Derajat
keparahan pankreatitis akut dapat dinilai dengan sistem skoring, salah satunya
adalah Ranson Criteria. Kriteria yang dinilai pada Ranson Criteria saat diagnosis
adalah usia, leukosit, glukosa darah, LDH, dan SGOT. Pada 48 jam pertama nilai
penurunan hematokrit, BUN, serum kalsium, defisit basa, dan PaO2. Nilai Ranson
≥3 merupakan prediktor pankreatitis akut berat.
Klasifikasi pankreatitis akut berdasarkan ada tidaknya nekrosis jaringan dan
disfungsi multiorgan dibagi 3 berdasarkan kriteria Atlanta tahun 1992 yang telah
direvisi tahun 2012, yaitu:
1. Mild acute pancreatitis
Tidak ada gagal organ dan komplikasi lokal atau sistemik.
Sekitar 80% perjalanan klinis pankreatitis akut bersifat ringan dan akan
membaik secara spontan dalam 3-5 hari. Pasien dengan klinis demikian tidak
memerlukan pemeriksaan CECT dan angka mortalitas relatif rendah, sehingga
dapat dipulangkan pada fase awal perjalanan pankreatitis akut.
2. Moderately severe acute pancreatitis
Terdapat gagal organ transien (<48 jam) dan/atau adanya komplikasi lokal
atau sistemik.
Contoh dari komplikasi lokal adalah akumulasi cairan di peripankreas yang
bermanifestasi sebagai nyeri abdomen, leukositosis dan demam. Komplikasi
sistemik yaitu eksaserbasi dari penyakit jantung koroner, presipitasi penyakit
paru kronis. Pankreatitis akut sedang dapat sembuh sendiri atau memerlukan
tatalaksana yang lama (pada nekrosis steril tanpa gagal organ). Umumnya
pankreatitis tipe ini akan membaik tanpa intervensi, dengan angka mortalitas
jauh lebih rendah dibandingkan pankreatitis akut berat.
3. Severe acute pancreatitis
Terdapat gagal organ persisten (>48 jam).
Apabila tidak dijumpai tanda gagal organ, adanya komplikasi pankreatitis
terjadi pada fase inisial akibat aktivasi sitokin yang menyebabkan terjadinya
SIRS. Pasien yang mengalami gagal organ dalam beberapa hari pertama
memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, yaitu sebesar 36-50%.
Klasifikasi pankreatitis akut berdasarkan histopatologi, dibagi menjadi dua
tipe atau spektrum, yaitu:
1. Pankreatitis edematosa interstisial
Terjadi edema inflamatorik parenkim pankreas yang menyebabkan perbesarann
pankreas difus pada mayoritas pasien pankreatitis akut (terkadang lokal). Pada
ECCT, menunjukkan gambaran parenkim pankreas yang homogen dan biasanya
terlihat inflamasi pada lemak peripankreas. Terdapat juga cairan peripankreas.
Gejala klinis menghilang dalam 1 minggu pertama.
2. Pankreatitis nekrosis
Sekitar 5-10% pasien mengalami nekrosis pada parenkim pankreas, jaringan
peripankreas dan keduanya. Pada ECCT, menunjukkan pola perfusi patchy
dengan atenuasi yang bervariasi pada parenkim pankreas lalu seiring waktu
berubah menjadi lebih berbatas tegas atau konfluen. Nekrosis dapat bersifat
padat atau likuifaksi, dapat steril atau terinfeksi, menetap atau hilang seiring
berjalannya waktu. Adanya infeksi dapat dicurigai apabila terdapat gas
ekstraluminal di pankreas dan/atau jaringan peripankreas yang terlihat dengan
ECCT. Selain itu dapat juga dilakukan fine needle aspiration lalu dilakukan
kultur atau pewarnaan Gram. Diagnosis dari pankreatitis nekrosis penting untuk
menentukan pemberian antibiotik. Gangguan dari perfusi pankreas dan tanda
nekrosis peripankreas terjadi dalam beberapa hari. Pasien dengan nekrosis
peripankreas memiliki tingkat mortalitas lebih besar dibandingkan pasien
dengan pankreatitis edematosa interstisial.
USG ECCT
ERCP (tehnik sinar X yang menunjukan struktur dari saluran empedu dan
saluran pankreas) biasanya dilakukan hanya jika penyebabnya adalah batu
empedu pada saluran empedu yang besar. Endoskopi dimasukkan melalui mulut
pasien dan masuk ke dalam usus halus lalu menuju ke sfingter Oddi. Kemudian
disuntikkan zat warna radioopak ke dalam saluran tersebut. Zat warna ini terlihat
pada foto rontgen. Bila pada rontgen tampak batu empedu, bisa dikeluarkan
dengan menggunakan endoskopi. Demikian juga pada MRCP (Magnetic
Resonance Cholangiopancreatography).
2.12. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB 3
KESIMPULAN
Pankreas merupakan organ yang istimewa karena mempunyai dua fungsi sekaligus
yaitu eksokrin dan endokrin. Pankreatitis akut atau radang akut pankreas merupakan
salah satu penyakit saluran pencernaan yang tidak jarang kita temui. Insidensinya
bahkan meningkat secara cukup signifikan. Hal ini mendorong pentingnya
kemampuan untuk mengenali penyakit ini berhubung penderita pankreatitis akut
biasanya datang dengan keluhan utama nyeri perut yang tentunya sangat lazim kita
temui dalam praktik klinis.
Meski pada kasus-kasus ringan penatalaksanaannya cenderung tidak spesifik,
pada kasus berat pankreatitis akut dapat menyebabkan berbagai komplikasi baik lokal
maupun sistemik. Komplikasi sistemik bahkan dapat menyebabkan sepsis dan
kegagalan multiorgan. Dalam penatalaksanaannya yang penting untuk pankreatitis akut
adalah mengatasi nyeri perut, manajemen penggantian cairan, dan pemberian nutrisi
pendukung. Selain itu juga diberikan antibiotika untuk profilaksis pada pankreatitis
nekrosis. Terapi intervensi dengan endoskopi maupun bedah juga perlu dilakukan pada
kondisi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Gastroenterol 2006;101:2379-2400.
Bandung. 2011;1-16.