Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pankreatitis Akut


1. Pengertian Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut adalah pankreatitis yang dikarakterisasi oleh nyeri
berat di perut bagian atas dan meningkatnya level enzim pankreas di
dalam darah. Pankreatitis akut bisa ringan ataupun berat tergantung
manifestasi klinis, tes laboratorium, dan diagnosa. Perjalanan penyakit
dari ringan self limited sampai berat yang disertai renjatan gangguan
ginjal dan paru-paru yang bisa berakibat fatal. Pankreatitis akut adalah
berdasarkan trpenuhinya 2 dari 3 kriteria berikut : nyeri abdomen atas,
peningkatan serum amilase atau lipase lebih dari 3x batas nilai normal
dan atau adanya bukt dari pencitraan CT Scan (Adeodatus Yuda
Handaya;, 2017, p. 108).
Pankreatitis akt adalah kelainan inflamasi reversible dengan
berbagai tingkat keparahan mulai dari edema fokal dan nekrosis lemak
sampai nekrosis hemoragik luas. Pankreatitis akut relatif sering terjadi,
dengan insiden 10 sampai 20 per 100.000 orang pertahun di negara
barat (Kumar, 2019, p. 670).

2. Etiologi Pankreatitis Akut


Batu empedu menjadi penyebab terbesar dari semua kasus
pankreatitis yang ada, menyusul berikutnya penggunaan alkohol.
Namun pada beberapa pasien tidak diketahui penyebabnya
(idiophatic). Pankreatitis akut juga dapat terjadi setelah pasien
menjalani endoscopic retrograde cholangiography (ERCP)ataupun
setelah mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Penyebab pankreatitis
akut di antaranya: Batu empedu 30-50%, Alkohol 10-40%, Idiopatik
15%, Obat- obatan ,Virus (Davey, 2005, p. 208).
Penyebab tersering dari pankreatitis akut adalah batu empedu di
dalam duktus bilarias komunis yang dapat menghambat aliran enzim-
enzim pankreas ke papila vateri, selanjutnya diikuti oleh pankreatitis
yang disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih, sisanya disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu antara lain (Kumar, 2019, p. 670) :
a. Obat-obatan meliputi anti-konvulsan, agen kemoterapi kanker,
dieuretik thiazide, estrogen.
b. Infeksi virus mumps atau virus coxsackie yang dapat secara
langsung menginfeksi sel eksokrin pankreas.
c. Trauma, baik tumpul dan iatrogenik pada saat operasi atau
endskopi

Adapun etiologi yang menyebabkan terjadinya pankreatitis akut


yaitu sebagai berikut :

a. Konsumsi alcohol cukup lama


Konsumsi alcohol akanmengakibatkan suasana lebih alkalis
pada enzim-enzim pankreas. Suasana itu akan berakibat
timbulnya kerusakan pada pancreas.
b. Infeksi bakteri
Walaupun jarang bakteri juga dapat mencapai pankreas
untuk merusak organ pankreas. Kerusakan ini akan berdampak
pada peningkatan enzim pankreas yang justru dapat merusak
pankreas.
c. Infeksi virus
Virus yang sering menimbulkan kerusakan pada pankreas
adalah virus parotitis

3. Manifestasi Klinis Pankreatitis Akut


Terdapat gejala trias klasik, yang selalu meningkatkan kemungkinan
pankreatitis akut (Davey, 2005, p. 208) :
a. Nyeri perut : khas berupa nyeri epigastrik dengan onset mendadak
(<30 menit), menjalar ke punggung, menghilang dalam < 72 jam.
b. Muntah terkadang dengan anoreksia: yang juga menyebabkan
hipovolemia
c. Ikterus : menunjukkan adanya kolangitis yang berhubungan dan
meningkatan kemungkinan batu empedu

4. Patofisiologi Pankreatitis Akut


Konsumsi alcohol, infeksi bakteri/virus akan serta faktor-faktor
yang berisiko mengakibatkan edema pada pankreas (terutama daerah
ampula vater). Dengan demikian didalam pankreas akan terjadi
peningkatan kadar enzim yang mengakibatkan peradangan pada
pankreas. Proses peradangan ini kalau ditumpangi oleh
mikroorganisme maka akan berakibat terbawanya toksik kedalam
darah yang merangsang hipotalamus untuk meningkatkan ambang
suhu tubuh (unsure panas).
Adanya refluk enzim agar meningkatkan volume enzim dan
distensi pada pankreas yang merangsang reseptor nyeri yang dapat
dijalarkan ke daerah abdomen dan punggung.Kondisi ini
memunculkan adanya keluhan nyeri hebat pada abdomen yang
menjalar sampai punggung. Distensi pada pankreas yang melampaui
beban akan berdampak pada penekanaan dinding duktus dan pankreas
serta pembuluh darah pankreas. Pembuluh darah dapat mengalami
cidera bahkan sampai rusak sehingga darah dapat keluar dan
menumpuk pada pankreas atau ke jaringan sekitar yang berakibat pada
ekimosis pinggang dan umbilicus. Kerusakan yang terjadi pada
pankreas secara sistemik dapat meningkatkan respon asam lambung
sebagai salah satu pertahanan untuk mengurangi tingkat kerusakan.
Akan tetapi kelebihan ini justru akan merangsang respon gaster untuk
meningkatkan ritmik kontraksi yang dapat meningkatkan rasa mual
dan muntah. Mual akan berdampak pada penurunan intake cairan
sedangkan muntah akan berdampak pada peningkatan pengeluaran
cairan tubuh. Dua kondisi ini menurunkan volume dan komposisi
cairan dalam tubuh yang secara otomatis akan menurunkan volume
darah. Penurunan volume darah inilah yang secara klinis akan
berakibat hipotensi pada penderita.

5. Klasifikasi pankreatitis akut


Pengklasifikasian pankreas akut sendiri dapat dibagi menjadi dua
pembagian yaitu sebagai berikut :
a. Pankreatitis Akut Ringan : Biasanya tidak disertai komplikasi atau
disfungsi organ.
b. Pankreatitis Akut Berat : disertai gangguan fungsi pankreas,
disertai terjadi nya komplikasi. Pankreatitis akut berat dapat
didefinisikan sebagai pankreatitis akut yang disertai dengan gagal
organ dan atau dengan komplikasi lokal (pembentukan abses,
nekrosis). Selain itu, pankreatitis akut dikategorikan sebagai
pankreatitis akut berat apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu:
1) Gagal organ, apabila dijumpai satu atau lebih, adanya: syok
(tekanan sistolik 2 mg/dl),perdarahan gastrointestinal (>500
ml/24 jam);
2) Komplikasi, seperti: pseudocyst, abses, pankreatitis nekrotika.

6. Komplikasi Pankreatitis Akut


Adapun komplikasi yang dapat muncul pada pankreatitis akut yaitu
sebagai berikut (Grace and Borley, 2006, p. 125) :
a. Nekrosis pankreas. Nekrosis pankreas terjadi karena adanya sekresi
pankreas yang mengalami refluk ke pankreas setelah dari empedu
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pankreas.
b. Syok dan kegagalan organ multiple. Syok dan kegagalan organ
terjadi karena adanya penurunan volume cairan yang dapat
berakibat pada penurunan volume darah dan vaskulerissai,sehingga
organ dapat mengalami kegagalan fungsi akibat penurunan perfusi.
c. Gagal ginjal

7. Pemeriksaan Penunjang Pankreatitis Akut


a. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
Pemeriksaan darah yang meliputi : mengukur kadar serum enzim
amilase dan lipase.
b. Pemeriksaan radiologi meliputi : pemindaian dengan 
1) CT Scan
CT Scan: sangat penting dilakukan pada pankreatitis akut
untuk menegakkan diagnosis sekaligus menilai adanya
komplikasi intraabdomen dan menilai derajat keparahan
penyakit
2) USG
Melalui USG pula dapat dinilai keberadaan batu empedu
yang mungkin menjadi etiologi
3) MRI
MRI dan magnetic resonance cholangiopancreatography
(MRCP): dapat menjadi pilihan yang lebih menguntungkan
dibandingkan CT scan dengan kontras yaitu toksisitas yang
lebih rendah pada nefron, lebih jelas menangkap
gambaran acute fluid collection, nekrosis, abses, dan
perdarahan

8. Penatalaksanaan Pankreatitis Akut


Penatalaksanaan pasien pankreatitis akut bersifat simtomatik dan
ditujukan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan
per oral harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi
pankreas. Pelaksanaan TPN pada pankreatitis akut biasanya menjadi
bagian terapi yang penting, khususnya pada pasien dengan kedaaan
umum yang buruk, sebagai akibat dari stress metabolic yang buruk.
Sebagai stress metabolic yang menyertai pankreatis akut. Pemasangan
NGT dengan pengisapan isi lambung dapat dilakukan untuk meredam
gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan
ileus paralitik, serta untuk mengeluarkan asam hidroksida agar asam
ini tidak mengalir dalam duodenum serta menstimulasi pankreas.
Penatalaksanaan lain yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut
(Brunner and Suddarth, 2013, p. 82):
a. Pengobatan yang bersifat simptomatik seperti pemberian analgetik
contohnya meperidin untuk mengurangi nyeri penderita, memberi
obat antiemetic untuk mengurangi mual dan muntah.
b. Semua asupan oral harus dihentikan karena dapat mempengaruhi
sekresi pada gaster dan pankreas dimana sekresi itu akan naik
apabila ada bahan makanan yang masuk.
c. Pemberian makanan melalui Total pareteral nutrision (TPN).
d. Pemasangan NGT disertai dengan pengisapan. Tindakan ini
bertujuan untuk mengurangi volume sekresi yang ada pada gaster,
juga untuk mengurangi mual dan muntah.
e. Pemberian preparat yang dapat mengurangi sekresi gaster seperti
simetidin.
f. Pemberian cairan parenteral untuk mengatasi defist cairan dalam
tubuh.
g. Pemberian insulin(bila terdapat hiperglikemia yang berat).
h. Drainase billier. Tindakan pemasangan drainase pada pankreas
mempunyai tujuan mengurangi timbunan sekresi pada pankreas
dan akan melancarkan aliran pada pankreas.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pankreatitis Akut
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan perut terasa sakit dan
panas terbakar pada abdomen sampai tembus ke punggung
terutama daerah epigastrik.
b. Riwayat penyakit
Riwayat perjalanan penyakit ini biasanya mulai dari rasa tidak enak
di perut, rasa perih sehingga kadang orang awam menganggapnya
sebagai gangguan lambung. Rasa perih itu kemudian berubah cepat
menjadi rasa terbakar dan sakit pada abdomen terutama epigastrik.
c. Pengkajian pola kebutuhan:
1) Kebutuhan nutrisi
Penderita pankreatitis sering mengeluh tidak nafsu makan
bahkan dapat juga terjadi keluhan muntah.
2) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien dengan pankreatitis akut mengalami gangguan rasa
nyeri panas pada abdomen dengan tingkat (skala nyeri rata-rata
di atas 6 ) yang rata-rata hebat. Pada ekspresi pasien terlihat
menahan nyeri hebat pada abdomen, kadang ada yang sampai
berteriak kesakitan. Rasa aman yang mungkin tidak terpenuhi
mungkin aman dari rasa sakit yang mengganggu kehidupannya.
Untuk lebih lengkapnya perlu pengkajian nyeri dengan unsur P
(palliative), Q (quality), R (region), S (scale), T (time) dan
memakai alat bantu skala nyeri yang ditulis dalam kertas
lengkap dengan penjelasan nyeri skala 0 sampai 10.
d. Pemeriksaan fisik
1) B1: Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas
antara lain : dispnea, takipnea, hipernea pada pernafasan
(karena tedapat distensi abdomen).
2) B2: Pada TTV: Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi
(karena terjadi kompensasi terhadap nyeri.
3) B3: adanya nyeri pada abdomen, pada punggung dan nyeri
tekan pada epigastrium.
4) B5: adanya mual muntah, anoreksia,dehidrasi karena
penurunan intake cairan:
Inspeksi: adanya mual muntah, anoreksia
Auskultasi : bising usus dan gaster mungkin meningkat sebagai
respon mekanik terhadap peradangan pankreas.
Perkusi: bunyi usus masih normal ( tympani)
Palpasi:Nyeri tekan pada epigastrik.
5) B6: penurunan kekuatan musculoskeletal, kelemahan, turgor
kulit menurun karena dehidarasi.

2. Diagnosa keperawatan

3. Perencanaan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Adeodatus Yuda Handaya; (2017) Deteksi Dini & Atasi 31 Penyakit Bedah
Saluran Cerna (DIGESTIF). Yogyakarta: ANDI.

Badiu, Popa and Grigorean (2016) ‘Mortality prognostic factors in acute


pancreatitis’, 9(4), pp. 413–418.

Brunner and Suddarth (2013) Keperawatan Medikal Bedah. 12th edn. Jakarta:
EGC.

Davey, P. (2005) At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Grace, P. A. and Borley, N. R. (2006) At Glance Ilmu Bedah. 3rd edn. Jakarta:
Erlangga.

Kumar, V. (2019) Buku Ajar Patologi Robbins - E-Book. 10th edn. Singapore:
ELSEVIER.

Anda mungkin juga menyukai