Anda di halaman 1dari 31

STEP 6 (TUGAS MANDIRI)

KONSEP ANAK USIA SEKOLAH

A. Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia
pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun (Santrock, 2017), sedangkan
menurut (Yusuf, 2016) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun
yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-
tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif
(seperti: membaca, menulis, dan menghitung).
Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah,
dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai
berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan mulai mengenal
suasana baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami oleh anak-anak
yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan
makan mereka. Anak-anak akan merasakan kegembiraan di sekolah, rasa takut
akan terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari
kebiasaan makan yang diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).
Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa yaitu
anak usia sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah
banyak bermain di luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta
beresiko terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara
fisik dalam kesehariannya anak akan sangat aktif bergerak, berlari, melompat,
dan sebagainya. Akibat dari tingginya aktivitas yang dilakukan anak, jika
tidak diimbangi dengan asupan zat gizi yang seimbang dapat menimbulkan
beberapa masalah gizi yaitu di antaranya adalah malnutrisi (kurang energi dan
protein), anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan
yodium (Supariasa & Hardiansyah, 2016).
B. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Tahapan tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu:

1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal
mulai embrio (mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu
sampai lahir), serta masa pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28
hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa
prasekolah (3- 6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah
(6-12 tahun) dan masa remaja (12-18 tahun).
3. Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah

Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 6 tahun sampai organ-organ


seksualnya masak. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antar
jenis kelamin maupun antar budaya berbeda. Berdasarkan pembagian
tahapan perkembangan anak, ada dua masa perkembangan pada anak usia
sekolah, 19 yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan
pada usia 10-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani
masa kanak- kanak akhir, anak akan memasuki masa remaja. Pada usia
sekolah, anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang
usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental-
intelektual, dan sosial- emosial anak. Pertumbuhan fisik pada anak usia
sekolah tidak secepat pada masamasa sebelumnya. Anak akan tumbuh
antara 5-6 cm setiap tahunnya. Pada masa ini, terdapat perbedaan antara
anak perempuan dan anak laki- laki. Namun, pada usia 10 tahun ke atas
pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul ketertinggalan mereka.
Perbedaan lain yang akan terlihat pada aspek fisik antara anak laki-laki
dan perempuan adalah pada bentuk otot yang dimiliki. Anak laki-laki lebih
berotot dibandingkan anak perempuan yang memiliki otot lentur (Gunarsa,
2016).
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak
menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang
pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode
tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja,
meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada
masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.

C. Perkembangan Anak Usia Sekolah

Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan operasianal konkret,


anak-anak menguasai berbagi konsep konservasi untuk melakukan manipulasi
logis lainya. Misalnya, mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi,
seperti tinggi dan berat. Mereka juga dapat membentuk penyajian mental
mengenai serangkain tindakan. Anak-anak yang berumur lima tahun dapat
mencari jalaqn sendiri ke rumah temenya tetapi tidxak dapat menunjukkan
kepada anda atau menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas dan pensil.
Mereka dapat mencari jalan karena mereka tahu harus membelok pada tempat-
tempat tertentu, tetapi mereka tidak mempunnyai gambaran rute secara
keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur 8 tahun sanggup menggambarkan
peta rute itu.
Pieget menamakan masa ini tahapan operasional konkret: meskipun anak-
anak memakai istilah abstrak, mereka hanya memakai dalam hubungannya
dengan objek yang konkret. Sebelum mencapai tahapan akhir perkembangan
kogniti, pada tahapan operasional formal, yang dimulai sekitar usia 11 sampai
12 tahun, anak-anak sanggup berfikir logis dengan berbagai istilah simbolik
murni (Dharma & Andryanto, 2010).
Stadium pemahaman moral pieget ketiga dimulai pada sekitar waktu ini.
Anak mulai menghargai bahwa beberapa peraturan adalah kebiasaan sosial-
persetujuan bersama yang dapat sekehandak hati diputuskan dan di ubah jikan
semua setuju. Realismemoral anak moral anak juga menyatakan: saat
membuat pertimbangan moral, anak sekarang memberikan bobot pada
pertimbangan “subjektif” seperti maksuk seseorang, dan mereka memandang
hukuman sebagai keputusan manusia, bukan retribusi dari kekuatan yang lebih
tinggi.
Awal stadium operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium
keempat dan terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak
kecil menumjukkan minatnya dalam membuat peraturan bahkan untuk
menghadapi situasi yang belum yang belum pernah mereka jumpai. Stadium
ini ditandai oleh model ideologis penalaran moral, yang menjawab masalah
sosiol yang lebih luas ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.

1. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti:
membaca, menulis dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia
SD daya pikirnya sudah berkembang kearah berfikir konkret dan
rasional (dapat diterima akal). Pieget menamakannya sebagai masa
operasi konkrit. Pieget menamakannya sebagai masa operasi konkret,
masa berakhirnya berfikirn khayal dan mulai befikir konkret (berkaitan
dengan dunia nyata).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru,
yaitu mengklasifikasiakn (mengkelompokkan), menyusun, atau
mengasiosikan (menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau
bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka),
seoerti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di
samping itu, pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sedarhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjdi
dasardiberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan
pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan
dasar- dasar keilmuan, seprti membaca, menulis dan berhitung. Di
sampin itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan
tentang manusian, hewan lingkungan alam sekitar dan sebagainya.
Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
mengungkapkan pendapat,gagasan atau penilaiannya terhadap
berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi
dilingkunganya.

Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah


dalam hal ini guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau
pendapatnya tentang materi pelajaaran yang dibacanya atau yang
dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study
tour atau diskusi kelompok).

2. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah sarana komunikasi denagan dengan orang lain.


Dalam pewngertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi,
dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan,
isyarat, atau gerak menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang,
tuilsan. Denagan bahasa, semua manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekoalah dasar ini merupakan msa perkembangan pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata
(vocabulary). Pada awal masa ini, anak suadah menguasai sekitar
2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah dapat
menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampilan
membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak suadah gemar
membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang
perjalanan / petualagan, riwayat para pahlawan, dsb). Pada masa ini
tingkat berfikir anak suadah lebih maju, dia banyak menanyakan soal
waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang dipergunakan
pun yang semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan
pertanyaan :”dimana”, “darimana”, “kemana”,”mengapa”, dan
“bagaimana”.
Terdapat dus faktor penting yang mempemgaruhi perkembangan
bahasa, yaitu sebagai berikut:
a. Proses menjadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi
matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berbicara
b. Proses belajar, yang berati bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara lalu mempelajari bahasaorang lain dengan jalan
mengimitasikan atau meniru ucapa/kata-kata yang didengarnya.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang didengan sengaja
menambah pembendaharaan katanya,mengajar menyusun struktur
kalimat, peribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang.
Dengan dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat
menguasai dan mempergunakan sebagai alat untuk:
a. Berkomunikasi dengan orang lain,

b. Menyatakan isi hatinya (perasaannya),

c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,

d. Berfikir (menyatakan gagasan atau pendapat),

e. Mengembangkan kepribadiannya, seprti menyatakan sikap


dan kenyakinan.

3. Perkembangan sosial

Maksud perkembengan sosial disni adalah pencapai kematangan


dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan
moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar
ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan
keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya
(peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan
sosialnya telah tembah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan
diri- sendri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama)
atau sosiosentris (mau memperhatiakn kepentingan orang lain). Anak
dapat berminat terhadapat kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan
bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota
kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima
dalam kelompoknya.

Berkat perkembangan sosil, anak dapat menyesuaikan dirinya


dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalm proses belajar di sekolah, kematangan
perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga
fisik (seperti: membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun
tugas yang membutuhkan pikiran (seperti: merencanakan kegiatan
camping, membuat rencana study tour).

4. Perkembangan Emosi

Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa


pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat.
Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan
mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi
diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam
proses peniruan, kemampuan orang tua daal mengendalikan emosinya
sangat berpengaruh. Emosi-emosi yang secara dialami pada tahap
perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati, kasih
sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senagng, nikmat, atau
bahagia).
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah
laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi
yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangt atau rasa
ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan
guru, membaca buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas, dan
disiplin dalam belajar.
5. Perkembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau


baik- buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya,
mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak
akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang
diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,
anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peratuaran.
Di samping itu , anak sudah dapat mengasosiakan satiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-benar atau baik-buruk. Misalnya, dia
memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak
hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk.
Seadangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua
dan guru merupakan suatu yang benar/baik.

6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai


dengan ciri-cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.

b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional


berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-
nilai agama sebagai kelanjutan periode sebrelumnya. Kualitas
keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembetukan atau
pendidikan yang diterimanya. Berkaitan denag hal tersebut, pendidikan
disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena
itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasan, dan penanaman nilai-
nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semaua pihak yang
terlibat dalam pendidikan di SD, bukan hanya guru agama tetapi
kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya. Apabila semua pihak yang
terlibat.
7. Perkembangan Motorik

Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka


perkembangan motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik.
Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya.
Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik
yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal
untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti
menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main
bola, dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor
penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan motorik
sanagat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia
sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya
dicapainya, karaena itu mereka sudah siap menerima pelajaran
keterampilan (Yusuf, 2016).
Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas
permulaan sangat tepat diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.

b. Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima,


menendang, dan memukul).
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan
sebagainya.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan,
ketertiban, dan kedisiplinan.
8. Perkembangan fisik

Perkembangan fiusik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum


memasuki masa remaja yang pertumbuhannya sangat cepat. Masa
yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai
kemampuan akademik. Anak lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta
belajar berbagai keterampilan. Kenikan tinggi dan berat badan
bervariasi antara anak satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

9. Perkembangan Bicara

Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam


berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang
berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak
pembendaharaan kat yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa
komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak
mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak
untuk meningkatkan pengertiannya.

10. Kegiatan Bermain

Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang


dilakukan secara kelompok, kecuali anak-anak yang kurang diterima di
kelompoknya dan cenderung memilih bermain sendiri. Bermain yang
sifatnya menjelajah, ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi
baik dikota maupun di desa mengasikkan bagi anak. Permainan
konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk
permainan yang disukai anak serta mampu mengembangkan
kreativitas anak. Bernyayi meerupakan bentuk kegiatan kreatif lainnya.
Sealain itu bentuk permainan kelompok yang disenangi meruoakan
permainan oleh raga seperti basket, sepak bola, voleydan sebagainya.
Jenis permainan ini membantu perkembangan otok dan perkembangan
tubuh.

11. Usia 10-12

Pada usia 10-12 tahun, perhatian membaca puncaknya. Materi


bacaan semakin luas. Anak-anak laki menyenangi hal-hal yang
sifatnya menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah pertualangan.
Anak perempuan menyenagi cerita kehidupan seputar rumah tangga.
Teman sebaya umumnya dalah teman sekolah dan teman bermain di
luar sekolah. Pengaruah teman sebaya sangat besar bagi arah
perkembangan anak baik yang bersifat positf maupun negatif.
Pengaruh positif terlihat pada pengembanagan konsep diri dan
pertumbuhan harga diri. Hanya ditengah-tengah teman sebaya anak
bisa merasakan dan menyadari bagaimana dan dimana kedudukan atau
posisidirinya. Keinginan untuk berada ditengah-tengah temannya
membawa anak untuk keluar rumah menemuinya sepulng sekolah.
Anak merasakan kesepian dirumah, tiada teman. Kegiatan denag
teman sebaya ini meliputi belajar bersama, melihat pertunjukan,
bermain, masak-masakkan, dan sebagainya. Mereka sering melakukan
kegiatan yang biasanya dilakukan orang dewasa.

D. Masalah Anak Usia Sekolah

Masalah–masalah yang sering terjadi pada anak usia ini meliputi bahaya
fisik dan psikologi antara lain:
1) Bahaya fisik

a. Penyakit

Penyakit infeksi pada usia ini jarang sekali terjadi, penyakit yang
sering ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan kebersihan
diri anak.
b. Kegemukan

Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar tapi


akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi sehingga anak
kesulitan mengikuti kegiatan bermain, sehingga kehilangan
kesempatan untuk mencapai ketrampilan yang penting untuk
keberhasilan sosial.
c. Kecelakaan

Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang


menghasilkan ketrampilan tertentu.
d. Kecanggungan

Anak membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila


muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan

Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada masa apapun.


Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang
kurang menarik, sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang
dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri pada anak.

2) Bahaya Psikologi

a. Bahaya dalam berbicara

Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan bahasa,


cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak
menjadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
b. Bahaya emosi

Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang


menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting
untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal
karena membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.

d. Bahaya konsep diri

Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak cenderung
berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang
lain.

e. Bahaya moral

Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap


moral dan perilaku anak-anak :
1) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah
yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
2) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas
dalam terhadap perilaku.
3) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan.
4) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
5) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
6) Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.

f. Bahaya yang menyangkut minat

Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya dan
mengembangkan.
g. Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks:
kegagalan untuk mempelajari organ seks, dan ketidakmampuan untuk
melakukan peran seks yang disetujui.
h. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian periode
ini. Pertama, perkembangan konsep diri yang buruk yang
mengakibatkan penolakan diri, dan kedua, egosentrisme yang
merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme
merupakan hal yang serius karena memberikan rasa penting diri yang
i. Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan dua
hal: melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola
penyesuaian yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar
rumah. (Suprajitno 2004)

E. Konsep Anak Usia Sekolah Sehat

Pada anak usia sekolah, umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak
mulai masuk sekolah, dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru,
anak-anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan
mulai mengenal suasana baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami
oleh anak-anak yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan
mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Anak-anak akan merasakan
kegembiraan di sekolah, rasa takut akan terlambat tiba di sekolah,
menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari kebiasaan makan yang
diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).

Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan
teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira,
makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Ciri-ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik, yang dapat
dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan
proporsional; Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya;
tampak aktif/gesit dan gembira; Mata bersih dan bersinar; Nafsu makan baik;
Bibir dan lidah tampak segar; Pernapasan tidak berbau; Kulit dan rambut
tampak bersih dan tidak kering; dan Mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Menurut (Andriyani,2012) karakteristik anak usia sekolah 9-11 tahun


dijabarkan sebagai berikut:

1. Karakteristik fisik/jasmani : anak memiliki pertumbuhan yang lambat


namun teratur, BB dan TB anak perempuan lebih besar dibandingkan
anak laki-laki pada usia yang sama, terjadi pertumbuhan tulang yang
cepat, pertumbuhan gizi permanen, nafsu makan mengalami peningkatan,
dan timbul haid pada anak akhir masa usia sekolah ini.
2. Karakteristik emosi : pada masa ini anak mulai memiliki rasa ingin tahu
yang kuat, suka menambah pertemanan, dan kurang kepedulian terhadap
lawan jenis.
3. Karakteristik sosial : anak mulai suka bermain dan mempererat hubungan
pertemanan dengan teman sebayanya.

4. Karakteristik intelektual : anak mulai berani menyuarakan pendapatnya,


memiliki minat besar terhadap belajar, mulai terlihat memiliki
keterampilan, rasa ingin tahu yang kuat, dan memiliki perhatian terhadap
sesuatu yang singkat.

F. Program Pemerintah untuk anak usia sekolah

Berbagai macam masalah yang muncul pada anak usia sekolah, namun
masalah yang biasanya terjadi yaitu masalah kesehatan umum. Masalah
kesehatan umum yang terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik
dan benar, kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun (Permata,
2010).
Upaya pemerintah dalam meng- atasi masalah tentang kebersihan yaitu
dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/ X/2004 tentang Visi Promosi Kesehatan RI adalah
“Perilaku Hidup Bersih Sehat 2010” atau “PHBS 2010”. PHBS terdiri dari
beberapa indikator khususnya PHBS tatanan sekolah yaitu mencuci tangan
dengan air yang mengalir dan memakai sabun, mengonsumsi jajanan di
warung/ kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih & sehat, olahraga
yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok,
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan
membuang sampah pada tempatnya (Depkes, 2005). Salah satu wadah untuk
mengembangkan promosi PHBS anak usia sekolah adalah layanan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan UKS di tinjau dari segi sarana dan
prasarana, pengetahuan, sikap peserta didik di bidang kesehatan, warung
sekolah, makanan sehari- hari/gizi.

Departemen Kesehatan (2008) menjelaskan tujuan umum dari UKS


adalah meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik
dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan
peserta didik maupun warga belajar, dan menciptakan lingkungan sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Keberhasilan pelaksanaan program kerja UKS tergantung dari


keberhasilan masing-masing program kerja UKS. Menurut Mubarak dan
Chayatin (2009), program kerja UKS meliputi tiga unsur yaitu pendidikan
kesehatan di sekolah, pelayanan kesehatan di sekolah dan pembinaan
lingkungan sekolah yang sehat yang terwujud dalam Trias UKS. Terciptanya
kondisi lingkungan yang mendukung terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar tersebut diharapkan dapat berdampak terhadap meningkatnya
presatasi belajar yang akan dicapai oleh siswa.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengkajian

a. Data Komunitas

1) Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia


sekolah menurut jenis kelamin, golongan umur.
2) Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.

3) Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh
anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut,
fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi keagamaan, kegiatan-
kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia sekolah.
b. Data Subsystem

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

1) Lingkungan Fisik

Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan


lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah
dari guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang
kurang baik bagi perkembangan anak usia sekolah.

2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk


pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling
bagi anak usia sekolah melalui wawancara.
3) Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa,
jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data di
staff tata usaha sekolah.
4) Keamanan dan transportasi.

 Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.


 Transportasi Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia
sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa.
5) Politik dan pemerintahan

Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah
yang harus dipatuhi seluruh siswa.
6) Komunikasi

 Komunikasi formal Media komunikasi yang digunakan oleh anak


usia sekolah untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang
kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
 Komunikasi informal Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia
sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru dan orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan
guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah
anak usia sekolah.
7) Pendidikan

Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang


digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8) Rekreasi

Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana


penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,
pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan
c. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah

1) Identitas anak.

2) Riwayat kehamilan dan persalinan.

3) Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.

4) Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).

5) Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang


telah dicapai).
6) Pemeriksaan fisik.

7) Lengkapi dengan pengkajian fokus

 Bagaimana karakteristik teman bermain.

 Bagaimana lingkungan bermain.

 Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah.

 Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah


sarana yang dimilikinya.
 Bagaimana temperamen anak saat ini.

 Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang.

 Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.

 Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.

 Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.

 Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah.

 Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat


bermain.
 Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
 Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya.
 Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya.

 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu:

1) Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai usia anak.
2) Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima
tugas keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan
memfasilitasi perkembangan anak.
b. Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan
yaitu:

1) Masalah aktual/risiko

 Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan


tubuh.
 Menarik diri dari lingkungan sosial.

 Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah.

 Mudah dan Sering marah.

 Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang


dibebankan.
 Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga.

 Keengganan melakukan kewajiban agama.

 Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.

 Gangguan komunikasi verbal.

 Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak


waktu yang digunakan untuk bermain).

2) Potensial atau sejahtera

 Meningkatnya kemandirian anak.

 Peningkatan daya tahan tubuh.

 Hubungan dalam keluarga yang harmonis.

 Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya.

 Pemeliharaan kesehatan yang optimal


3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Aktual

Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit
Tujuan: Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan
yang adekuat.
Intervensi:

1) Diskusikan tentang tugas keluarga.

2) Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota


keluarga sakit.
3) Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga.

4) Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya


pertolongan yang telah dilakukan.
5) Ajarkan cara merawat anak dirumah.

6) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga

b. Resiko/resiko tinggi

Resiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya.
Tujuan: ketidakharmonisan keluarga menurun

Intervensi:

1) Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.

2) Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga.

3) Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.

4) Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak.

5) Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah.


6) Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah.

7) Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu


membaut alternatif.
c. Potensial atau sejahtera

Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga. Tujuan:


dipertahankanya hubungan yang harmonis.

Intervensi:

1) Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada


keluarga.
2) Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya.
3) Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia
sekolah).
4) Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa
menimbulkan masalah,
KONSEP KESEHATAN GIGI dan MULUT

A. Pengertian Gigi
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibandingan yang lainnya
strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin (tulang gigi) di
dalamya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh syaraf, dan bagian lain yang
memperkokoh gigi.

B. Pengertian Rongga Mulut


Rongga mulut (cavum oris) adalah bagian tubuh yang merupakan awal dari
saluran pencernaan.

C. Pengertian Kesehatan Gigi dan Mulut


Kesehatan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang terjadi di rongga mulut,
baik menyangkut kebersihan, kesehatan maupun adanya gangguan dan kelainan yang
terjadi di rongga mulut. Mulut terdiri dari : bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi
bagian dalam, langit-langit. Lapisan gusi, pipi dan langit-langit, selalu basah
berlendir, oleh karena itu selaput-selaput tersebut permukaan-permukaannya disebut
selaput lendir, jadi ada selaput lendir gusi, langit-langit dan pipi. Tugas dari gigi
adalah : 1) untuk berbicara, 2) untuk mengunyah makanan, sesuai dengan bentuk gigi
maka, gigi seri memotong dan menggunting makanan, gigi taring mencabik
makanan, gigi geraham menghaluskan dan menggiling makanan, 3) untuk kecantikan
atau kebagusan. Di dalam mulut juga terdapat gusi yang menutupi leher gigi dan
tulang rahang.

D. Kebersihan Gigi dan Mulut


Kebersihan gigi dan mulut atau oral hygiene sering mempunyai arti yang
berbeda pada setiap orang, namun oral hygiene pada dasarnya adalah suatu keadaan
dimana gigi yang berada dalam rongga mulut dalam keadaan yang bersih, bebas dari
plak, dan kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi
dan sisa makanan serta tidak tercium bau busuk dalam mulut. Mulut merupakan
suatu tempat yang sangat ideal untuk perkembangan bakteri. Apabila tidak
dibersihkan dengan sempurna sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap
melekat pada gigi kita dan akan bertambah banyak yang dapat memproduksi asam.
Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akan
menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang.
Mencegah terjadinya gigi berlubang atau karies, radang gusi, periodontitis juga
mencegah bau mulut. Dengan cara membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan
yang tertinggal di Antara gigi, kebersihan gigi dan mulut dapat tercapai dengan baik
untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan pemeliharaan
kbersihan gigi dan mulut dengan mengatur pola makan, tindakan secara kimiawi dan
tindakan secara mekanis (sikat gigi) berupa pembersihan rongga mulut dan gigi dari
sisa makanan, bakteri beserta hasil-hasil metabolism seperti :
1. Mengatur pola makan
Untuk mencegah atau setidaknya mengontrol pembentukan plak, adalah
dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama
sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti bahwa karbohidrat merupakan bahan utama
pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energy untuk bakteri dalam
pembentukan plak. Makanan yang lunak dan mudah melekat sedapat mungkin
dihindarkan.
2. Tindakan kimiawi
Berdasarkan sifat-sifat mikrobiologis plak, telah dilakukan berbagai usaha
untuk mencegah bakteri berkolonisasi di atas permukaan gigi membentuk plak.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan Antara lain dengan menggunakan
antibiotik dan senyawa- senyawa antibacterial selain antibiotik. Senyawa-
senyawa antibacterial selain antibiotic telah banyak digunakan dalam pasta gigi,
obat kumur, juga secara topical untuk perawatan penyakit periodontal.
3. Tindakan secara mekanis
Tindakan secara mekanis adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari
sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit
pada jaringan keras maupun jaringan lunak. Pada tindakan mekanis biasanya
menggunakan alat sikat gigi.
4. Sikat Gigi
Sikat gigi ada bermacam-macam dipasaran. Adapun syarat-syarat sikat gigi
ideal secara umum mencakup :
a. Tangkai sikat gigi lurus dan enak dipegang juga stabil, pegangan sikat harus
cukup lebar dan cukup tebal.
b. Kepala sikat jangan terlalu besar (kesil) sehingga menjangkau bagian belakang.
c. Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif, tanpa merusak
jaringan lunak maupun jaringan keras.
d. Bahan biasa digunakan untuk menyikat gigi adalah pasta gigi. Pasta gigi yang
di anjurkan mengandung fluor. Disamping pasta gigi juga menggunakan
suatu bahan yaitu disclousing solution untuk melihat plak agar terlihat lebih
jelas oleh mata.
e. Permainan Dakon
Untuk memberikan penyuluhan dan demonstrasi tentang menggosok gigi
serta memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak usia dini dapat
dilakukan dengan cara bermain salah satunya yaitu dengan media permainan
dakon. Hal ini dikarenakan karakterisrik anak sebagai pembelajar yang aktif
dan kaya akan fantasi atau daya khayal dan imajinasi tinggi maka dapat
berkembang dan belajar dengan baik melalui kegiatan bermain. Permainan
dakon ini sebagai salah satu alternative media permainan edukatif. Dengan
media dakon ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada anak mengenai
menggosok gigi serta menjaga kesehatan gigi dan mulut.

E. Teknik Menggosok Gigi


Teknik menyikat gigi adalah cara yang umum di anjurkan untuk membersihkan
depocit.e lunak pada permukaan gigi dan gusi, dan merupakan tindakan preventif
dalam menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Ada 6 tehnik
menyikat gigi, yaitu : tehnik vertical, tehnik horizontal, tehnik roll atau modifikasi
stillman, vibratory teknik, tehnik fones atau tehnik sirkuler dan tehnik fisiologik.
Dalam penyikatan gigi harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tehnik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi dan
gusi secara efisien, terutama daerah saku gusi dan daerah interdental.
2. Pergerakan sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi atau
abrasi gigi.
3. Tehnik penyikatan harus sederhana, tepat, dan efisien waktu. Frekuensi
penyikatan sebaiknya 3 kali sehari, setiap kali sesudah makan dan sebelum tidur.
Namun dalam praktiknya hal tersebut tidak selalu bida dilakukan, terutama pada
siang hari ketika seseorang berada dikantor, sekolah atau tempat lain. Waktu
penyikatan gigi dianjurkan bahwa penyikatan gigi sebaiknya dilakukan dua kali
sehari, yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur. Lamanya penyikatan gigi
yang di anjurkan minimum 5 menit tetapi pada umumnya orang melakukan
penyikatan gigi maksimum 2 menit. Cara penyikatan gigi harus sistematis supaya
tidak ada gigi yang terlewati yaitu mulai dari bagian posterior ke anterior dan
berakhir pada bagian posterior sisi lainya.
F. Akibat Bila Tidak Memelihara Kebersihan Gigi dan Mulut
Beberapa penyakit gigi dan mulut yang biasa terjadi bila mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut :
1. Bau mulut ( Halitosis )
Halitosis merupakan suatu keadaan dimana terciumnya bau mulut pada saat
seseorang mengeluarkan nafas, biasanya tercium saat seseorang mengeluarkan
nafas saat berbicara. Halitosis biasanya disebabkan oleh dua hal yaitu kondisi
kesehatan secara umum dan local. Kondisi kesehatan secara umum seperti infeksi
atau abnormalitas bentuk sinus, infeksi tonsil, gangguan paru-paru ginjal dan
hati, kelainan darah, diabetes, gangguan kantung kemih, menstruasi, karsinoma
atau kanker dan makanan tertentu. Sedangkan faktor lokal yaitu lubang gigi atau
karies gigi, gangguan periodontal atau gusi, infeksi atau bengkak dalam mulut,
kondisi kekeringan dalam mulut (xerostomia), alergi dan perkembangan kuman
anaerob tipe gram negative.
2. Karang gigi atau kalkulus
Karang gigi yang disebut juga kalkulus adalah plak yang mengalami
pengerasan dan klasifikasi. Karang gigi melekat pada permukaan gigi yang
berwarna kekuningan sampai kecoklatan sehingga dapat terlihat oleh mata.
Karang gigi ini tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi atau tusuk gigi. Karang
gigi ini biasanya menyebabkan gingivitis (peradangan pada gusi) dan bau mulut.
3. Gingivitis atau Radang
Gusi Gingivitis yaitu peradangan pada gingiva dan termasuk penyakit paling
sering ditemukan dimasyarakat. Gingivitis biasanya mempunyai gejala gusi
berdarah saat menyikat gigi, warna gusi merah mengkilap dan bengkak, kadang-
kadang berdarah saat disentuh, terdapat akumulasi karang gigi disekitar leher
gigi.
4. Karies Gigi
Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
Antara (produk-produk) mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari
makanan dan email. Permulaan terjadinya karies ditandai dengan larutnya
permukaan email karena asam hasil metabolisme karbohidrat yang terolah oleh
kuman. Namun karena adanya saliva, plak, dan karang gigi, asam yang terjadi
akan dinetralkan kembali.
Karies gigi pada umumnya disebabkan oleh kebersihan gigi dan mulut yang
buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam
bakteri. Bakteri yang menyebabkan karies yaitu streptococcus mutans dan
lactobacilli. Bakteri ini akan mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan
menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan
akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri
mulai bekerja 20 menit setelah makan. Asam yang diproduksi dalam plak akan
terus merusak email gigi. Bila karies gigi ini tidak segera dirawat maka proses ini
aka terus berlanjut ke lapisan dentin dank e rongga pulpa. Bila infeksi sudah
mencapai rongga pulpa akan menimbulkan rasa sakit yang terus menerus
kemudian syaraf dalam rongga pulpa akan mati dengan sendirinya sakit gigi akan
berhenti. Bila pada tahap ini tidak dilakukan perawatan juga maka proses
kerusakan didalam gigi terus berlanjut sampai ketulang pendukung gigi.
Akibatnya cairan akan berkumpul dan terjadi abses atau pembengkakan, jika ini
dibiarkan atau tidak dirawat maka akan berakibat pada pencabutan gigi.

G. Faktor yang Berpengaruh Pada Kesehatan Gigi dan Mulut


1. Faktor Internal
a. Debris
Debris merupakan lapisan lunak yang melekat pada gigi, jika dibiarkan
dan tidak dibersihkan maka kebersihan gigi dan mulut akan terganggu. Debris
dibedakan menjadi food retention (sisa makanan yang mudah dibersihkan
dengan air liur, pergerakan otot-otot mulut, berkumur, atau dengan menyikat
gigi) dan food impaction (sisa makanan yang terselip dan tertekan di antara
gigi dan gusi, biasanya hanya bisa dibersihkan dengan dental floss (benang
gigi).
b. Karang gigi (calculus)
Endapan keras yang melekat pada permukaan gigi, baik dimulai dari
serviks bahkan sampai pada bagian pengunyahan atau oklusal. Biasanya
berwarna kekuning-kuningan. Bila sudah sampai pada gusi, warnanya coklat
hingga kehitam-hitaman, jika dibiarkan akan mengakibatkan gangguan pada
jaringan periodontal hingga dapat mengakibatkan gigi goyang.
c. Plak
Salah satu komponen dalam pembentukan penyakit gigi dan mulut adalah
plak. Plak merupakan lapisan lunak yang tidak berwarna, melekat dengan erat
pada permukaan gigi. Plak mengandung air, bakteri, lekosit-lekosit, bahan-
bahan kimia yang berasal dari air ludah, tidak dapat dilihat karena warnanya
transparan, plak jika dibiarkan akan mengakibatkan penyakit gigi dan mulut.
d. Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas
berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan trasmisi
antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Walaupun
Laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini
ditemukan meningkat pada orang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam
jumlah banyak.
e. Saliva
Saliva merupakan sistem pertahanan utama mulut dan gigi, berperan
penting dalam menetralisir perubahan asam dalam mulut. Jika saliva berhenti
melindungi gigi maka akan terjadi berkurangnya aktivitas pembersihan
bakteri, dan sisa-sisa makanan dari mulut, berkurangnya efek buffer karena
perubahan asam mulut, hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam dan
selanjutnya akan memicu terjadinya penyakit gigi dan mulut.
Saliva membantu mencegah proses kerusakan gigi melalui beberapa cara
yaitu:
1) Aliran saliva (hidrasi saliva) membantu membuang bakteri patogen juga
partikel-partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi
bakteri. Penurunan aliran saliva dan peningkatan kekentalan saliva
mengurangi pengankatan debris dan plak dari dalam mulut. Hidrasi yang
tepat harus tetap dipertahankan untuk mengencerkan sekresi dan
mencegah kekeringan mukosa oral. Kekeringan pada mukosa oral
menyebabkan rasa tidak nyaman dan meningkatkan resiko kerusakan gigi
dan infeksi. Tingkat hidrasi diketahui melalui pemeriksaanvisual dengan
mengamati bintik- bintik ludah timbul kurang dari 60 detik maka masuk
dalam kategori normal namun jika bintik-bintik ludah muncul lebih dari
60 detik maka masuk dalam kategori kritis.
2) Saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri. Salah
satunya adalah ion tiosianat dan yang lain adalah beberapa enzim
proteolitik terutama lisosim yang menyerang bakteri, membantu ion
tiosinat memasuki bakteri, tempat ion tiosianat menjadi bakterisida dan
mencerna partikelpartikel makanan yang membantu menghilangkan
pendukung metabolisme bakteri lebih lanjut.
3) Saliva mengandung sejumlah besar protein antibodi yang dapat
menghancurkan bakteri rongga mulut.

H. Faktor Yang mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut


Menurut Radiah (2013) pola pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
merupakan tindakan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari
penyakit gigi dan mulut. Tindakan-tindakan tersebut berupa: 1. Mengurangi
konsumsi makanan kariogenik, 2. Banyak mengonsumsi sayur dan buah, 3. Menyikat
gigi sesudah makan dan sebelum tidur 4. Kunjungan rutin kedokter gigi setiap 6
bulan sekali.
Berdasarkan teori Blum dalam Anitasari (2005), status kesehatan gigi dan
mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu
keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting
dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi
status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi
faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A., & Andryanto, M. (2010). Pengantar Psikologi . Jakarta: Erlangga. Gunarsa,
D. S. (2016). Psikologi Praktis: Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Moehji, S. (2009). Nutritional Science. Jakarta: Publisher of Sinar Sinarti Papas.
Santrock, J. W. (2017). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Supariasa, & Hardiansyah. (2016). Nutrition Theory & Application. Jakarta: Book EGC
Medicine.

Yusuf, S. (2016). Psychology of Child and Adolescent Development. Bandung: PT. Teen
Rosdakarya.

Kartono, Kartini, 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Sunarto,Kamanto,2000, Pengantar Sosiologi, Edisi Revisi, Jakarta. Sarwono. 2011.


Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Abdul .Wahib Dan Mustaqim, 1991. Psikologi Pendidikan,.Jakarta: Rineka Cipta.
Wilis, S.S. 2012. REMAJA DAN MASALAHNYA mengupas Berbagai Bentuk
Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung : Afabeta
Fitri D, N, A. (2018). “SELF ESTEEM PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR UNTUK
PENCEGAHAN KASUS BULLYING”. Malang. Jurnal Pemikiran dan
Pengembangan SD.
Prasetyo, Y.B. dkk. 2014. Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Dalam Upaya
Meningkatkan Derajat Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Lombok
Timur. Jurnal Kedokteran Yarsi 22 (2) : 102-113
http://scholar.unand.ac.id/41305/5/kti%20full%20isny.pdf
KEMENKES RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Pedoman Paket Dasar
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: KEMENKES RI. 2012.
Kusumawardani, Endah. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Penerbit
Siklus. 2011.
Bakar A. 2012. Kedokteran gigi klinis. Ed 2. Yogyakarta: Quatum Sinergis
Media; p.51-6,76.
Djamil, Melanie Sadono., 2011, A - Z Kesehatan Gigi Panduan Lengkap Kesehatan Gigi
Keluarga, Solo, Metagraf.
Hongini, Siti Yundali & Aditiawarman. 2012. Kesehatan Gigi dan Mulut. Pustaka
Bandung Reka Medika:Reka Medika.

Anda mungkin juga menyukai