I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dari keluarga pasien pada
tanggal di Stroke Unit Rumah Sakit Umum Siloam
Keluhan Utama
kelemahan pada anggota gerak kiri sejak 4 jam SMRS.
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Tekanan darah : 170/101 mmHg
Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,7 oC
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) Ptosis (+/-)
THT : Deviasi septum (-), sekret (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Paru : Simetris, vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, BU (+), timpani seluruh lapang abdomen, nyeri
tekan (-)
Punggung : Deformitas tulang belakang (-)
Ekstremitas : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat
Status Neurologis
GCS: E4 M5 V6
2. Saraf Kranialis
Saraf Kranial Kanan Kiri
Nervus I Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus II
Visus 6/6 6/6
Lapang pandang Normal Normal
Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus V
Sensorik
Motorik
Nervus VII
Sikap mulut istirahat Plica nasolabialis sinistra datar
Angkat alis, kerut dahi Normal
Tutup mata dengan kuat Normal
Kembung pipi Sisi kiri tertinggal
Menyeringai Sisi kiri tertinggal
Rasa kecap 2/3 anterior Tidak dilakukan
lidah
Nervus VIII
Nervus koklearis
Suara bisikan/gesekan Tidak dapat dilakukan
Rinne Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan
Nervus vestibularis
Nistagmus -/-
Berdiri dengan 1 kaki Tidak dapat dilakukan
Berdiri dengan 2 kaki Tidak dapat dilakukan
Berjalan tandem Tidak dapat dilakukan
Fukuda stepping test Tidak dapat dilakukan
Nervus IX, X
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah, deviasi (-)
Disfoni -
Disfagi -
Refleks faring Tidak dilakukan
Nervus XI
Sternocleidomastoid +/+
Trapezius +/+
Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi -
Atrofi -
Fasikulasi -
Tremor -
Menjulurkan lidah Tidak dapat dinilai
Kekuatan lidah Tidak dapat dinilai
Disatria Tidak dapat dinilai
3. Motorik
Ekstremitas Atas Kanan Kiri
Atrofi - -
Fasikulasi - -
Tonus Normotonus Normotonus
Gerakan involunter - -
Kekuatan otot 5555 0000
Ekstremitas Bawah
Atrofi - -
Fasikulasi - -
Tonus Normotonus Normotonus
Gerakan involunter - -
Kekuatan Otot 5555 0000
Lateralisasi sinistra
Kesan: Hemiplegia Sinistra
Refleks Fisiologis
Biceps ++ +
Triceps ++ +
KPR ++ +
APR ++ +
Refleks Patologis
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaffer - -
Rossolimo - -
Mendel-Bechtrew - -
Hoffman Trommer - -
4. Sensorik
Ekstroseptif
Kanan Kiri
Raba & Nyeri + +
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proprioseptif
Posisi sendi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Getar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. Koordinasi
● Tes tunjuk-hidung : Tidak dapat dilakukan
● Tes tumit-lutut : Tidak dapat dilakukan
● Disdiadokokinesis : Tidak dapat dilakukan
6. Otonom
● Miksi : Dalam batas normal
● Defekasi : Dalam batas normal
● Sekresi keringat : Dalam batas normal
7. Fungsi luhur
Pemeriksaan MMSE : Tidak dilakukan
KESAN:
- Tidak tampak ground glass opacity / crazy paving pattern pada
kedua paru saat ini yang mencurigakan gambaran viral pneumonia
- Fibrosis segmen 8 paru bilateral
- Tidak tampak efusi pleura, pembesaran kelenjar getah bening
maupun SOL/massa paru – mediastinum
4. EKG ( 03 Januari 2021)
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak kiri sejak 4
jam SMRS. Keluarga pasien mengatakan kelemahan anggota gerak terjadi secara
tiba-tiba ketika pasien terbangiun ingin sholat subuh. Pasien juga mengalami
bicara pelo dan kesulitan untuk membuka mata kanan. Pasien memiliki Riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik didapatkan E4M6V5
dengan disatria , ptosis OD, paresis CN VII sentral sinistra, hemiplegia sinistra.
Pada pemeriksaan CT scan didapatkan Perdarahan intraparenkim mencakup
korona radiata, basal ganglia, kapsula eksterna dan kapsula interna cruz posterior
kanan ukuran +/- 1,75 x 2,63 x 3,63 cm dengan perifokal edema. Pemeriksaan
laboralorium dan yang lainnya dalam batas normal
V. DIAGNOSIS
Klinis : Ptosis OD, Hemiplegia sinistra, Paresis CN. VII sentral
sinistra
Topis : Hemisfer serebri dextra, Basal ganglia dextra
Etiologis : Vaskular
Patologis : Perdarahan
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia
Ad sanationam : Dubia
Medikamentosa:
- Mannitol 4 x 125 ml IV
- Parasetamol 1 gr 3 x 1 IV
- Asam transeksamat 500 mg 3 x 1 IV
- Vit K 10mg 3x1 IV
- Citicolin 2x500mg
- Omeprazole 2x40 mg
- Atorvastatin 20mg
- Amlodipin 10 mg
Follow up
Tanggal Follow Up
04/01/2021 S: nyeri kepala (-)
Mual, muntah (-)
Kelemahan satu sisi
O:
Kesadaran: E4M6V5 (disatria)
TD: 160/90 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 18 x/menit
T: 36.5 oC
SpO2: 99% room air
P:
- Mannitol 4 x 125ml IV
- Paracetamol 3 x 1gr IV
- Citicolin 2 x 500mg IV
- Sotatic 1 x 10mg IV
- Kalnex 3 x 500mg IV
- Omeprazole 2 x 40 mg IV
- Atorvastatin 1 x 20mg PO
- Amlodipine 2 x 10mg PO
- Normal saline 500ml/12 jam
Rencana dilakukan EMG
05/01/2021 S: Pasien tidak ada keluhan
O:
Kesadaran: E4M6V5 (disatria)
TD: 140/80 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 18 x/menit
T: 36.5oC
SpO2: 99% room air
P:
- Mannitol 2 x 125ml IV
- Paracetamol 3 x 1gr IV
- Citicolin 2 x 500mg IV
- Sotatic 1 x 10mg IV
- Kalnex 3 x 500mg IV
- Omeprazole 2 x 40 mg IV
- Atorvastatin 1 x 20mg PO
- Amlodipine 2 x 10mg PO
- Normal saline 500ml/12 jam
Tanggal Follow Up
06/01/2021 S: nyeri kepala (-)
bicara dan berkomunikasi dengan menulis
O:
Kesadaran: E4M6V5 (disatria)
TD: 80/60 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 18 x/menit
T: 36.5 oC
SpO2: 99% room air
A: CVDH OH-4
P:
- Mannitol 2 x 125ml IV
- Paracetamol 3 x 1gr IV
- Citicolin 2 x 500mg IV
- Sotatic 1 x 10mg IV
- Kalnex 3 x 500mg IV
- Omeprazole 2 x 40 mg IV
- Atorvastatin 1 x 20mg PO
- Amlodipine 2 x 10mg PO
- Normal saline 500ml/12 jam
Rencana dilakukan EMG
O:
Kesadaran: E4M6V5 (disatria)
TD: 140/80 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 18 x/menit
T: 36.5oC
SpO2: 99% room air
P:
- Mannitol 1 x 125ml IV
- Paracetamol 3 x 1gr IV
- Citicolin 2 x 500mg IV
- Sotatic 1 x 10mg IV
- Kalnex 3 x 500mg IV
- Omeprazole 2 x 40 mg IV
- Atorvastatin 1 x 20mg PO
- Amlodipine 2 x 10mg PO
- Normal saline 500ml/12 jam
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien Tn. S datang ke IGD dengan keluhan adanya kelemahan anggota gerak
kiri sejak 4 jam SMRS. Kelemahan terjadi secara mendadak. Kelemahan
anggota gerak termasuk salah satu defisit neurologis dimana termasuk kedalam
gejala stroke. Stroke sendiri didefinisikan dengan adanya defisit neurologis
dengan kerusakan fokal akut pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh
penyakit vaskular, termasuk didalamnya infark serebral, perdarahan
intraserebral, serta perdarahan subarakhnoid, yang terbentuk secara tiba-tiba
atau mendadak yang bertahan selama 24 jam atau lebih tanpa adanya penyebab
lain selain vaskular. Stroke perdarahan intraserebral (PIS) adalah suatu
sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak.
Klasifikasi ICH dapat dibagi lebih lanjut menjadi primer atau sekunder
berdasarkan etiologi. ICH primer disebabkan oleh hipertensi atau cerebral
amyloid angiopathy (CAA), sedangkan ICH sekunder disebabkan antara lain
oleh evolusi stroke dari iskemik menjadi hemoragik, pengunaan zat narkotika,
malformasi pembuhluh darah seperti aneurisma atau arteriorvenous
malformation (AVM), kelainan koagulasi, neoplasma atau trauma. 3
Skor Sirriraj:
(2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan diastolic) – (3 x
atheroma) - 12
Penilaian :
Kesadaran Sadar 0
Mengantuk & stupor 1
Koma 2
Muntah Ada 1
Tidak ada 0
Nyeri kepala Ada 1
Tidak ada 0
Atheroma 1/lebih 1
(DM, angina, dll) Tidak ada 0
Jika skor ≥1 maka diagnosis mengarah ke stroke perdarahan, jika skor ≤-1
maka diagnosis infark serebral, dan jika skor diantara -1 hingga 1 maka diagnosis
tidak dapat ditentukan karena meragukan.
Pada pemeriksaan penunjang CT scan kepala non kontras didapatkan hasil
Perdarahan intraparenkim mencakup korona radiata, basal ganglia, kapsula
eksterna dan kapsula interna cruz posterior kanan ukuran +/- 1,75 x 2,63 x 3,63
cm dengan perifokal edema, dapat dilihat bahwa pasien mengalami stroke
hemoragik dimana perdarahan terdapat di intraserebral sehingga diagnosis stroke
iskemik bisa disingkirkan.
Kebanyakan kasus PIS (Perdarahan Intra Serebral) terjadi pada pasien dengan
hipertensi kronik. Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh
darah kecil, terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke
dalam basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi
rapuh dan terjadi micro-aneurysm sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada
lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil
yang dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Rupturnya pembuluh darah
yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak. Pada pasien ini,
ditemukan adanya perdarahan dari korona radiata, basal ganglia dan kapsula
eksterna yang dicurigai mengenai arteri lateral lenticulostriate yang merupakan
cabang proksimal dari middle cerebral artery (MCA).
Perdarahan pada basal ganglia sampai kapsula ekterna dapat menyebabkan
gangguan yang didominasi oleh gangguan motorik terutama gangguan dari
voluntary motor activity dan kontrol pada tonus otot.
Berdasarkan lokasi, 50 persen dari kasus perdarahan intraserebral terjadi di
putamen dan kapsula interna sekitarnya, kemudian di substansia alba pars
temporalis, parietalis, dan frontalis, talamus, satu atau kedua hemisfer serebelum,
kemudian pons. Perdarahan luas akan menyebabkan midline shift. Perdarahan
pada putamen sebagian besar akan menyebabkan contralateral hemiplegia pada
perdarahan sedang hingga luas(5)
gejala klinis pada pasien juga ditemukan adanya disatria, hemiplegia sinistra,
parese CN. VII sentral sinistra, dan CN. XII sentral sinistra. Berdasarkan temuan
klinis ini dapat dipikirkan bahwa lesi topis pasien terdapat pada hemisfer dekstra.
Karena pasien tidak memenuhi indikasi operasi, maka pasien tidak menjalani
operasi dan di lakukan penanganan secara konservatif.
Tatalaksana perdarahan intraserebral dibagi menjadi tatalaksana umum dan
khusus.
1. Managemen umum
a. Tekanan intracranial
- Mengatur posisi kepala lebih tinggi dari 20 - 30o Dengan
tujuan menurunkan tekanan intracranial dan memperbaiki
venous return. Tindakan ini dapat menurunkan tekanan
intrakranial sebesar 3 – 4 mmHg.
- Osmoterapi: Mannitol 0.25 – 0.5 gram selama 20 menit,
dapat diulang setiap 4-6 jam dengan target ≤310mOsm.
b. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
- Memantau nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan dan
saturasi oksigen.
- Memperbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring
pada pasien yang tidak sadar.
- Pemberian oksigen dianjurkan dalam keadaan hipoksia
(<95%)
c. Stabilisasi hemodinamik
- Memberikan cairan kristaloid atau koloid. Dapat diberikan
cairan isotonis seperti 0.9% salin dengan tujuan menjaga
euvolemia.
d. Mengatasi kejang
e. Menjaga suhu tubuh normal
- Pemberian terapi antipiretik jika suhu tubuh hipertermia
(>38°C)
f. Mengkoreksi kelainan metabolik dan elektrolit
g. Nutrisi
Nutrisi paling lambat harus diberikan dalam 48 jam, pada pasien
dengan gangguan menelan atau kesadaran menurun, pemberian
makanan dapat melalui pipa nasogastric dengan kebutuhan kalori
sebesar 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi 30-40% karbohidrat,
20-35% lemak dan protein 20-30%.
2. Managemen khusus
a. Pengendalian tekanan darah
Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut, dengan tekanan
darah sistolik 180-220mmHg tekanan darah harus diturunkan
secara hati-hati sebesar maksimal 15% dalam 24 jam dengan obat
antihipertensi intravena sampai tekanan darah sistol mencapai
minimal 140mmHg. Tekanan darah diturunkan dengan
menggunakan obat anti hipertensi IV secara kontiniu dengan
pemantauan tekanan darah setiap 5 menit. Regimen antihipertensi
yang dapat digunakan adalah golongan tiazid seperti diazoksid,
golongan ACE inhibitor seperti enalaprilat, golongan Calcium
Channel Blocker seperti nikardipin, golongan beta blocker seperti
labetalol, golongan alfa blocker seperti fentolamin, maupun
golongan vasodilator langsung seperti nitrogliserin.
c. Obat-obatan neuroprotector
Pemakaian obat-obatan neuroprotektor belum menunjukan hasil
yang efektif sehingga sampai saat ini pemberian belum diwajibkan.
(AHA/ASA kelas III) namun menurut studi International
Citicholin Trial in Acute Stroke (ICTAS) melaporkan pemberian
citicoline dengan dosis 2 x 1000 mg intravena selama 3 hari dapat
memberikan manfaat pada stroke akut yang ditandai dengan
perbaikan motorik.
Pasien dirawat di Stroke Unit dengan monitor selama 72 jam, hal ini
dilakukan untuk memantau tanda-tanda vital, adanya perburukan klinis pada fase
akut stroke. Guideline perdossi sarankan rawat Stroke Unit 72 jam karena pada 3
hari pertama masih terjadi proses inflamasi yang menyebabkan edem pada otak
sehingga perlu pemantauan berkala. Kemudian dilakukan penanganan tekanan
intracranial berupa elevasi kepala 30° dan pemberian osmoterapi berupa mannitol
250 ml loading dilanjutkan dengan mannitol 4x125 ml IV. Pasien juga diberikan
pengobatan analgesik berupa parasetamol 1 gr 3 x 1 IV, pengobatan ini diberikan
guna mengurangi rasa nyeri yang dapat meningkatkan tekanan intracranial pasien.
Pasien tidak diberikan pengobatan hiperglikemia karena kadar gula darah pasien
normal yaitu 105 mg/dL. Pasien diberikan pengobatan pengendalian tekanan
darah karena tekanan darah pasien saat pertama kali datang ke IGD adalah
170/100 mmHg. Pengendalian tekanan darah diberikan berupa Amlodipine 10 mg
1 x 1 PO.dan pemantauan tekanan darah secara berkala dengan target tekanan
darah sistol minimal 140 mmHg untuk menjaga tekanan perfusi serebral. Serta
pasien diberikan pengobatan berupa Vitamin K 10 mg 3 x 1 IV dan Asam
transeksamat 500 mg 3 x 1 IV.
Mortalitas pada ICH luas sebanyak 30-35% pada satu bulan paska perdarahan.
Volume darah < 30mL memiliki prognosis lebih baik, sedangkan pada volume >
60 mL dan GCS ≤ 8 memiliki angka mortalitas 90%. Perdarahan pada basal
ganglia, intraventricular dan infratentorial memiliki prognosis lebih buruk
dibandingkan pada lobus frontalis atau oksipitalis.5
Komplikasi yang dapat ditemukan pada ICH adalah pneumonia, aspirasi,
gagal nafas atau distres nafas, embolus pulmonal, sepsis. Risiko terjadinya
pneumonia dan aspirasi meningkat dengan adanya disfagia. Dapat terjadi gagal
jantung akibat adanya infark miokard. Dapat ditemukan juga gagal ginjal akut,
hiponatremia, perdarahan gaster, infeksi saluran kemih dan depresi paska stroke.6
1. Duus P. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala Ed.4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010
2. Caplan LR. Basic pathology, anatomy, and pathophysiology of stroke. In:
Caplan's Stroke: A Clinical Approach, 4th ed, Saunders Elsevier,
Philadelphia 2009. p.22.
3. Simanungkalit AD, Suryadisastra DT, Lalisang L, Ng PG, Gunawan PY,
Ketaren RJ, Situmeang RFV, Puspitasari V, Goenawan V, Siahaan YMT.
Pengantar Neurologi Klinik. Lippo Village, Karawaci: FK Press
Universitas Pelita Harapan, 2016.
4. Ropper AH. Samuels MA. Klein JP. Adams and Victor’s principles of
neurology. 10th Ed. McGraw-Hill education. 2014. p 837-44. (5)
5. Hemphill JC, Greenberg SM, Anderson CS, Becker K, Bendok BR,
Cushman M, et al. Guidelines for the management of spontaneous
intracerebral hemorrhage. Stroke. 2015;46(7):2032-60. (6)