Anda di halaman 1dari 57

Presentasi Kasus Kepaniteraan Klinik

Neuroemergency

STATUS EPILEPTICUS
ET CAUSA TUBEROUS
SCLEROSIS
Disusun oleh :
Alvita Suci Edgina / 01073180008
Claudia Natasha Liman / 01073180049
Pembimbing :
dr. Evlyne Erlyana Suryawijaya, M.Biomed, Sp.S
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Nn. H
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Usia : 18 tahun
d. Status perkawinan : Belum menikah
e. Agama : Katolik
f. Pendidikan : SLB
g. No rekam medis : RSUS 00-69-93-37
h. Tanggal masuk rumah sakit : 31 Juli 2017

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ayah dan ibu pasien. Anamnesis
dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2020 bertempat di Bangsal Rumah Sakit Umum
Siloam.
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA : Kejang sejak 6 jam SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
● Kejang diawali dengan kedua mata berkedip keatas, kedua tangan kaku kemudian
kelojotan, berulang sekitar 1 menit, tidak terbangun diantara kejang
● Kejang dialami >20 kali, waktu antar kejang semakin lama semakin pendek
● Saat kejang mulut disumpal dengan kain
● Saat kejang pasien sedang tidur di kasur bersama orang tua
● Riwayat kejang serupa 5 tahun lalu
● 3 hari sebelum kejang pasien sulit tidur dan sekarang sedang menstruasi
● Pasca kejang pasien lemas dan tidur lama
● Riwayat demam sebelum kejang disangkal, riwayat trauma, infeksi telinga dan kejang
demam disangkal
● Sebelum kejang tidak ada perubahan perilaku, lethargi
● Saat kejang, pasien belum diberikan obat antikejang sebelum ke rumah sakit
ANAMNESIS : RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Kejang berulang dideskripsikan


memiliki berbagai macam
Riwayat kejang berulang Pasien memiliki bentuk, kadang tangan bergerak
sejak pasien berusia 6 riwayat kejang serupa tiba-tiba, kadang tiba-tiba
bulan 5 tahun lalu terjatuh

Pasien terdiagnosis Pasien menerima pengobatan


tuberous sclerosis sejak fenobarbital yang digantikan
pasien berumur 1 tahun dengan bamgetol 2 x 300 mg
4 tahun lalu
Pasien dapat makan dan minum dengan baik, BAB dan BAK pasien normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit jantung bawaan disangkal. Pasien pernah mengalami patah tulang di
lengan bawah kanan 2 tahun lalu namun sudah sembuh.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN


Riwayat kehamilan normal, kontrol rutin ke spesialis OBSGYN. Pasien lahir dengan metode
sectio caesaria, lahir cukup bulan

RIWAYAT IMUNISASI
Riwayat imunisasi dasar lengkap

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


Pasien memiliki riwayat tumbuh kembang yang normal hingga pasien berusia 2 tahun, kemudian
terhambat dan menurun hingga pasien yang mulai bisa berbicara menjadi tidak bisa berbicara.
Pasien mengerti beberapa perintah sederhana namun tidak dapat menjawab. Secara fisik,
tumbuh kembang pasien dalam batas normal.
02
PEMERIKSAAN
FISIK
STATUS GENERALIS

01 02 03
Keadaan umum: Kesadaran: Tekanan darah:

Sakit sedang E4M6Vaphasia 110/70 mmHg

04 05 06
Nadi: Pernafasan: Suhu:

84 x/menit 18 x/menit 36,7 oC


STATUS GENERALIS
● Kepala: Normosefalik, fibrofolikuloma multipel, bekas luka pada mandibula
● Mulut: Lidah tidak ada deviasi, bibir tidak sianosis, oral thrush (-)
● Mata: Pupil bulat isokor 3mm, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), RCL/RCTL (+/+), edema (-/-)
● THT: Deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), faring hiperemis (-/-)
● Leher: Tidak ada pembesaran KGB, deviasi trakea (-)
● Jantung: S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
● Paru: Simetris, vesicular (+/+), ronki (-/-), Wheezing (-/-), stridor (-/-)
● Abdomen: Supel, BU (+) 6x/menit, shifting dullness (-), nyeri tekan (-)
● Punggung: Deformitas tulang belakang (-)
● Ekstremitas: Deformitas (-), CRT < 2 detik, akral hangat, edema (-), makula hipomelanotik pada
dorsolateral regio femoralis sinistra dan dorsolateral regio antebrachii dekstra,
onychogryphosis digiti V manus sinistra
STATUS NEUROLOGIS
● Kuduk kaku (-)
● Kaku kuduk (-)
● Brudzinski I (-/-), II (-/-)
● Lasegue >70o/>70o
● Kernig >135o/>135o
Saraf Kranial Kanan Kiri

Nervus I Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus II
- Visus Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Lapang pandang Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Warna Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus III, IV, VI


- Sikap bola mata Ortoforia Ortoforia
- Celah palpebra Tidak ada ptosis Tidak ada ptosis
- Pupil (ukuran, bentuk) 3 mm, bulat 3 mm, bulat
- RCL + +
- RCTL + +
- Nistagmus - -
- Pergerakan bola mata
Nervus V
Motorik
- Inspeksi Eutrofi Eutrofi
- Palpasi Normotonus Normotonus
- Membuka mulut Normal Normal
- Gerakan rahang Normal Normal
Sensorik
- Sensibilitas V1 Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Sensibilitas V2 Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Sensibilitas V3 Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus VII
Motorik
- Sikap mulut istirahat Plica nasolabialis normal Plica nasolabialis normal
- Angkat alis Normal Normal
- Kerut dahi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Tutup mata dengan kuat Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Mencucurkan bibir Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Kembung pipi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
- Menyeringai Normal Normal
Sensorik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus VIII
- Nistagmus -/-
- Romberg
Mata terbuka Tidak dapat dilakukan
Mata tertutup Tidak dapat dilakukan
- Romberg dipertajam Tidak dapat dilakukan
- Tandem gait Tidak dapat dilakukan
- Fukuda stepping test Tidak dapat dilakukan

Nervus IX, X
- Arkus faring Simetris
- Uvula Ditengah
- Disfonia Tidak dapat dinilai
- Disfagia -
- Refleks faring Tidak dilakukan
Nervus XI
- M. sternokleidomastoid Normal
- M. trapezius Normal

Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
- Deviasi -
- Atrofi -
- Fasikulasi -
- Tremor -
Menjulurkan lidah Tidak dapat dinilai
Kekuatan lidah Tidak dapat dinilai
Disartria Tidak dapat dinilai
Refleks Fisiologis

Kanan Kiri
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2
Brakioradialis +2 +2
KPR +2 +2
APR +2 +2
Refleks Patologis

Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Rossolimo - -
Mendel Bechtrew - -
Hoffman Tromner - -
Refleks Primitif

Glabella -
Grasp -
Palmomental -
Snout -
Mencucu -
MOTORIK & SENSORIK

- Inspeksi: Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

- Fasikulasi: tidak ditemukan


- Tonus otot: Normotonus Normotonus

Normotonus Normotonus

- Kesan lateralisasi: -

- Kekuatan motorik tidak dapat dinilai karena pasien tidak dapat memahami
perintah
- Sensorik tidak dapat dilakukan karena pasien tidak kooperatif
KOORDINASI

- Tes tunjuk-hidung : tidak dapat dinilai


- Tes tumit-lutut : tidak dapat dinilai
- Disdiadokokinesis : tidak dapat dinilai
- Gait : tidak dapat dinilai
OTONOM

- Miksi : kesulitan mengendalikan sensasi berkemih, sering


mengompol
- Defekasi : belum defekasi selama 5 hari terakhir, sebelumnya 2-3 hari
sekali
- Sekresi keringat : tidak dinilai
FUNGSI LUHUR

- MMSE : tidak dapat dilakukan


RESUME
● Pasien, Nn. H, 18 tahun, datang dengan kejang sejak 6 jam SMRS
● Kejang diawali dengan mata berkedip keatas dan kedua tangan kaku
kemudian kelojotan dengan durasi 1 menit setiap kali kejang. Pasien
mengalami kejang berulang >20 kali dimana interval antar kejang
semakin pendek, pasien tidak bangun diantara kejang
● Hampir setiap hari pasien memiliki kejang berulang, dimana pasien
tiba-tiba jatuh atau tangan bergerak tiba-tiba, pasca kejang pasien
biasanya lemas dan tidur lama
● Pasien memiliki riwayat kejang serupa 5 tahun lalu
● Pasien rutin meminum obat anti kejang bamgetol 300 mg 2 kali sehari
sejak 4 tahun lalu (sebelumnya pasien mengkonsumsi fenobarbital)
● Terdiagnosis tuberous sclerosis sejak pasien berusia <1 tahun
● Pasien mengalami penurunan fungsi kognitif, hanya mampu memahami
perintah sederhana
RESUME
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
● fibrofolikuloma multipel pada kepala. Pada ekstremitas ditemukan
makula hipomelanotik pada dorsolateral regio femoralis sinistra
dan dorsolateral regio antebrachii dekstra
● onychogryphosis digiti V manus sinistra.
● Pada pemeriksaan status neurologis, tidak ditemukan kelainan
yang berarti.
● Pemeriksaan status neurologis sangat terbatas karena pasien
tidak memahami instruksi.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS
BANDING
● Diagnosis klinis : Bangkitan umum tonik klonik,
gangguan fungsi kognitif, afasia global, asidosis
metabolik terkompensasi sebagian, fibrofolikuloma
multipel, makula hipomelanotik regio dorsolateral
femoralis sinistra dan dorsolateral antebrachii dekstra,
onychogryphosis digiti V manus sinistra
● Diagnosis topis : Subkorteks
● Diagnosis etiologis : Idiopatik
● Diagnosis patologis : Tuberous Sclerosis
● Diagnosis kerja : Status epileptikus ec tuberculous
sclerosis
● Diagnosis banding : Encephalitis, Menigitis, Septic
encephalopathy
03
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Test Result Unit Reference Range

Hematology

Hemoglobin 12.00 g/dL 11.70 – 15.50

Hematokrit 37.90 % 35.00 – 47.00

Eritrosit 4.79 106/μL 3.40 – 5.20

Leukosit 25.26 103/μL 3.80 – 11.00

PEMERIKSAAN Basophil
Eosinophil
0
1
%
%
0-1
1-3

PENUNJANG
Band neutrophil 3 % 2-6
Segment neutrophil 85 % 50-70
Lymphocyte 6 % 25-40
Monocyte 5 % 2-8

Trombosit 542.000 103/μL 150.000 – 440.000

ESR 15 mm/hours 0 – 15

MCV 79.10 fL 80 – 100.00

MCH 25.10 Pg 26.00 – 34.00

MCHC 31.70 g/dL 32.00 – 36.00


Test Result Unit Reference Range

Biochemistry

SGOT (AST) 23 U/L 0 - 40

SGPT (ALT) 13 U/L 0 - 41

Ureum 21.0 mg/dL <50.00

Creatinine 0.93 mg/dL 0.5 – 1.1


PEMERIKSAAN eGFR 89.7
PENUNJANG
Blood Random Glucose 92 mg/dL <200.0

Electrolyte (Na, K, Cl)

Sodium (Na) 146 mmol/L 137 – 145

Potassium (K) 3.2 mmol/L 3.6 – 5.0

Chloride (Cl) 106 mmol/L 98 – 10.7


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test Result Unit Reference Range Electrolyte blood gas

Blood gas analysis Sodium 150.0 mmol/L

pH 7.280 7.350 - 7.450 Potassium 3.47 mmol/L

pO2 222.0 mmHg 83 - 108 Calcium 1.22 mmol/L

pCO2 27.8 mmHg 32.0 - 45.0 Hematocrit 41 % RNF

HCO3 12.4 mmol/L 21.0 - 28.0 Immunology/Serology

Base -12.3 mmol/L 24.0 - 30.0 CRP 3 mg/dL 0-6


excess
Antigen NS 1 negative negative
O2 99.7 % Rapid
saturation
Procalcitonin 0.29 ng/mL
ELEKTROKARDIOGRAM
Sinus takikardia, 101 bpm
ELEKTROENSEFALOGRAM

Belum dilakukan
CT SCAN THORAX

Kesan : Pada CT Low dose Lung Screening


ditemukan :
● Konsolidasi di segmen posterobasal lobus
bawah paru kiri → suspek pneumonia bakteri
● Opasitas tipis di segmen anterior dan
posterior lobus atas paru kanan, segmen
apikoposterior lobus atas paru kiri dan
segmen superior lobus bawah paru kiri →
suspek ec aspirasi
● Tidak tampak efusi pleura, pembesaran
kelenjar getah bening, maupun SOL/massa
tumor di paru-mediastinum
● Scoliosis ringan thoracal ke kanan
CT SCAN HEAD NON CONTRAST

Kesan :
● Pada CT scan kepala tanpa kontras
didapatkan multipel nodul hiperdens
terkalsifikasi pada dinding ventrikel
lateralis kiri (diameter ± 0,2-0,3 cm) →
curiga tuberous sclerosis.
● Struktur otak intrakranial lainnya dalam
batas normal.
● Tidak tampak infark akut maupun
pendarahan.
TATALAKSANA DI IGD : NONMEDIKAMENTOSA
Periksa tanda-tanda vital pasien (nadi 174, laju napas 40, suhu 38.2, tekanan darah 122/69
mmHg)
● Primary survey
○ Airway: clear
○ Breathing: spontan, reguler → diberikan oksigen 5 lpm melalui nasal canule untuk
memastikan saturasi oksigen pada pasien maksimal
○ Circulation:
■ Pasang akses IV untuk pemberian loading dose obat spesifik dan pemberian
cairan. Selain itu juga digunakan sebagai akses pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan laboratorium (full blood count, Ur, Cr, ESR, GDS, SGOT/SGPT,
elektrolit, analisa gas darah, anti NS1, procalcitonin).
● Pemeriksaan pencitraan seperti CT Scan kepala dan toraks non kontras
● Konsultasi Sp.S
● Edukasi keluarga pasien resiko kejang berulang dan kemungkinan dibutuhkannya
intubasi dan rawat di HCU.
TATALAKSANA DI IGD : MEDIKAMENTOSA
● Diazepam 1x10 mg supp → diberikan di IGD karena pasien kejang 3 kali, dengan
durasi <5 menit, diantara kejang pasien tidak sadar
● Ranitidine 1x50 mg IV
● Fenitoin 1x700 mg IV drip dalam > 1 jam
● Paracetamol 1x1 g IV drip
● NaCl 0,9% 500 ml/8 jam

TATALAKSANA DI RUANGAN
● Fenitoin 1 x 100 mg IV (1 hari) → 3x100 mg PO
● Karbamazepine 2x300 mg PO
● Paracetamol 3x500 mg PO PRN
● Asetilsistein 3x200 mg PO
● Ventolin, Bisolvon, Fulmicort 1 tetes, TDS, nebu
● Betadine kumur
● Ringer lactate 500 ml/24 jam
PROGNOSIS

AD VITAM
Dubia ad bonam

AD FUNCTIONAM
Malam

AD SANACTIONAM
Malam
FOLLOW UP (04/08/2020)
S Belum dapat BAB, BAK normal A Epilepsi sekunder ec tuberous sclerosis
Sulit tidur Riwayat status epileptikus
Bebas kejang hari ke-4
● Fenitoin 3x100 mg PO
P
● Karbamazepine 2x300 mg PO
O KU : sakit ringan
● Paracetamol 3x500 mg PO PRN
Kesadaran : GCS E4M6Vaphasia ● Asetilsistein 3x200 mg PO
● Betadine kumur
TD : 110/80 mmHg, N: 78 x/m, RR: 20 x/m, S: 36.6°C, SpO2 : 97%
● Ringer lactate 500 ml/24 jam
Nervus kranialis: dalam batas normal
Kaku kuduk & kuduk kaku: -

Babinski (-)
Refleks fisiologis

● Bicep: 2+ / 2+
● Tricep: 2+ / 2+
● Brachiradialis: 2+ / 2+
● KPR: 2+ / 2+
● APR: 2+ / 2+
Motorik : kesan lateralisasi (-), kekuatan motorik tidak dapat
dinilai
Sensorik: tidak dapat dinilai
Pulmo: VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-
ANALISA
KASUS
STATUS EPILEPTIKUS MENURUT ILAE 2015

Non-konvulsif =
Konvulsif =
perubahan
bangkitan durasi
kesadaran
> 5 menit atau
maupun perilaku
berulang 2x tanpa
tanpa manifestasi
pulih kesadaran
motorik namun
antara bangkitan
terlihat pada EEG

- Kejang tonik klonik umum selama 5 menit


- 10 menit bangkitan fokal
- 10-15 menit kejang absence
ILAE 2017 KLASIFIKASI TIPE BANGKITAN
ANAMNESIS
- Prodromal: tidak diketahui karena awitan bangkitan saat tertidur
- Iktal: deviasi kedua mata kearah atas, badan dan eksterimas
menjadi kaku lalu kelojotan seluruh badan
- Post iktal: setiap episode bangkitan pasien tertidur, tanpa
periode sadar antar bangkitan.

- Faktor pencetus: pasien kurang tidur beberapa hari sehingga


menjadi kelelahan & sedang menstruasi (hormonal)
- Riwayat infantile spasm → sekarang terjadi gangguan
perkembangan, fungsi kognisi dan berbicara
KRITERIA DIAGNOSIS TUBEROUS SCLEROSIS
Makula hipopigmentasi “ash leaf spots” Lesi “confetti” Angiofibroma wajah

Fibrofolikuloma wajah Shagreen patch Fibroma kuku


MRI kepala pada subependymal MRI kepala pada subependymal MRI kepala pada tuber kortikal
giant cell astrocytoma nodule
CT scan abdomen angiomiolipoma
renal
CT scan toraks linfangioleiomiomatosis
IMAGING

CT SCAN TORAKS CT SCAN KEPALA NC


Konsolidasi segmen Multipel nodul hiperdens
posterobasal lobus kiri terkalsifikasi pada dinding
ventrikel lateralis kiri
Opasitas lobus kanan & kiri
→ subependymal nodul
→ pneumonia aspirasi
ANALISA KASUS : DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding pasien pada saat datang mengacu pada
penyebab kejang berulang

KELAINAN AUTOIMMUNE
STRUKTURAL
Malformasi korteks Diagnosis tuberous sclerosis
dan encephalopathy sudah terkonfirmasi saat
pasien datang, dan hal ini
GENETIK menjelaskan riwayat pasien
yang memiliki kejang
Juvenile myoclonic
berulang.
epilepsy
PATOFISIOLOGI TUBEROUS SCLEROSIS

Tuberous sclerosis complex


merupakan sebuah penyakit
genetik autosomal dominan
yang menyebabkan
manifestasi di seluruh sistem
organ tubuh. Tuberous
sclerosis memiliki pengaruh
Figur 2.1 dan 2.2.
terhadap diferensiasi sel,
Menggambarkan kedua fungsi tuberin-hamartin
proliferasi, dan migrasi sel complex (THC). 1) THC menginhibisi Rheb yang
sehingga menyebabkan lesi berfungsi mengaktivasi mTOR dan meregulasi p27
yang mempengaruhi besar sel dan proliferasi sel.
hamartoma yang dapat
2) Inaktivasi THC mempengaruhi diferensiasi sel
ditemukan di seluruh sistem neuron dan astrosit dari precursor neuroglial
organ di tubuh. sehingga sel tidak dapat mengalami maturasi
yang normal.
PATOFISIOLOGI : TUMOR DAN EPILEPTOGENESIS

● neuron pyramidal peritumor


diketahui memiliki kehilangan
sinaps inhibitory pada axon
● peningkatan sinaps eksitatori ada
dendrit
● mekanisme molekular fenomena ini
masih belum diketahui
● Perubahan ion intratumor dan
peritumor diketahui memiliki efek
meningkatkan eksitabilitas
PATOFISIOLOGI : STATUS EPILEPTIKUS
1. Aktivasi terus menerus hippocampus → pada kejang, sistem limbik memiliki resiko tinggi terjadi cedera
pada status epileptikus, sehingga tidak dapat mencegah stimulus eksitatorik untuk menyebar melalui
hipokampus
2. Kehilangan inhibisi mediasi GABA di hipokampus → Benzodiazepine memiliki peran pada fase inisiasi
3. Glutaminergic excitatory meningkat sehingga kejang dipertahankan → fase maintenance, NMDA antagonis
lebih menguntungkan

Pada fase inisiasi,


stimulus memicu kejang
yang langsung berhenti
ketika stimulus
dihilangkan. Pada fase
maintenance, kejang
yang berbeda akan
bergabung menjadi satu
dan terjadi terus
menerus tanpa
memerlukan stimulus
untuk mempertahankan
kejang
ANALISA KASUS : DIAGNOSA BANDING
Pasien yang datang dengan demam dan kejang, dalam hal ini, perlu dikaji kembali apakah :
1. Kejang yang menimbulkan peningkatan temperatur
2. Adanya infeksi SSP yang disertai demam
3. Infeksi organ lain yang menyebabkan demam

01 02 03

● Kontraksi otot → Infeksi → demam menurunkan


hipertermia → 1. Encephalitis → pasien tidak threshold kejang atau sebagai
disregulasi memenuhi kriteria diagnosis : komplikasi kejang (aspirasi, infeksi
thernoregulasi tidak memiliki perubahan status nosokomial)
● Post ictal seizure akan mental seperti penurunan 1. Pasien tidak demam sebelum
hilang setelah 48 jam kesadaran, letargia, ataupun kejang
pada 89% pasien perubahan kepribadian selama
2. Tidak memenuhi kriteria
kurun waktu >= 24 jam
qSOFA → sepsis unlikely
2. Meningitis → pemeriksaan fisik
Reactive leukositosis 3. Watchel et al → pemeriksaan
tidak ditemukan kaku kuduk
dan asidosis metabolik darah, xray thorax dan
urinalisis
TATALAKSANA STATUS EPILEPTIKUS
Terapi OAE diberikan bersama dengan terapi emergency dalam dosis penuh
Pemeriksaan emergency dan pengawasan :
● Gas darah, glukosa, fungsi liver, fungsi ginjal,
kalsium, magnesium, darah lengkap, faal
hemostasis, kadar obat antiepilepsi, dan
toksikologi. Guideline tatalaksana status
● Perlu dilakukan foto toraks untuk evaluasi epileptikus konvulsif memiliki
kemungkinan aspirasi dan pemeriksaan lainnya kesamaan antara guideline PERDOSSI
sesuai klinis seperti pencitraan dan LP dan ILAE yang menggunakan acuan
Pengawasaan : dari National Institute for Health and
● Status neurologis Care Excellence (NICE)
● Tanda vital dan EKG
● Gas darah
● Biokimia darah
● Pembekuan darah
● Kadar OAE
TATALAKSANA STATUS EPILEPTIKUS
TATALAKSANA STATUS EPILEPTIKUS

Pengobatan di IGD :
● Pasien bebas kejang selama 24 jam
● Diazepam 1x10 mg supp → diberikan di
setelah pemberian midazolam, →
IGD karena pasien kejang 3 kali, dengan
diturunkan bertahap dengan kecepatan
durasi <5 menit, diantara kejang pasien
0.1 mg/jam dan → dihentikan setelah 48
tidak sadar
jam bebas kejang.
● Fenitoin 1x700 mg IV drip dalam > 1 jam
● Dosis rumatan fenitoin : 100 mg (PO/IV)
● Paracetamol 1x1 g IV drip
diberikan per 6-8 jam
Pengobatan di Ruangan :
● Saat terapi oral dimulai, dosis : 300
● Fenitoin 1 x 100 mg IV (1 hari) → 3x100 mg
mg/hari, tidak tergantung pada berat
PO
badan
● Karbamazepine 2x300 mg PO
● Phenobarbital : 100-300 mg/hari terbagi
● Paracetamol 3x500 mg PO PRN
menjadi 1-2 dosis
MAINTENANCE OAE

PRINSIP
TERAPI OAE

- Diagnosis epilepsi
- ≥ 2 bangkitan/tahun
- Bangkitan terjadi berulang
tanpa pencetus
- Mulai dengan monoterapi
- Dosis rendah dinaikkan

PERDOSSI
PROGNOSIS - Mortalitas SE fokal > umum
- Tergantung etiologi, usia
- Non konvulsif (88.89%)
- Epilepsi fokal (59.7%)
TSC - Epilepsi umum (31.1%)

SE
- Tergantung manifestasi
SSP, renal & pulmonal
- Angka kematian median
33 tahun

- Prognosis epilepsi berulang pada pasien = malam (etiologi: tuberous sclerosis)


- Epilepsi refrakter
- Perubahan kognitif & retardasi mental akibat SE berulang → kerusakan neuron
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai