1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gangguan kepribadian ambang atau dikenal juga dengan Borderline Personality
Disorder (BPD) adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan
ketidakstabilan emosi, perilaku impulsif dan dapat merusak diri sendiri.4 kata
“borderline” (ambang) menggambarkan bahwa gangguan ini terletak diantara
atau diperbatasan dengan gangguan mental dan neurotik. Pada umumnya,
gangguan kepribadian ambang muncul pada masa remaja atau dewasa awal.
Biasanya gangguan ini disertai dengan penyalahgunaan alkohol dan obat
terlarang.5
2.2 Epidemiologi
Sekitar 1-2% penduduk dapat diperkiran memenuhi kriteria gangguan kepribadian
ambang.1 Angka prevalensi BPD di Amerika sebesar 1,6%, sedangkan di Inggris
dan Norwegia sebesar 0,7%. Diperkirakan sebesar 60-70% individu dengan
gangguan ini telah mencoba untuk bunuh diri, dengan sekitar 8-10% berhasil
melakukan bunuh diri.6 Gangguan ini lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.7 Menurut penelitian di Kanada, dari tahun 2000-
2012 insiden gangguan kepribadian ambang terjadi pada perempuan dengan usia
14-17 tahun.8 Penelitian yang dilakukan oleh Paris menemukan bahwa puncak
keparahan gejala BPD terjadi pada usia 20-29 tahun.9
2.3 Etiologi
Gangguan kepribadian ambang disebabkan oleh kombinasi kompleks faktor
biologis, sosial dan psikologis. Teori modern saat ini mengatakan bahwa semua
faktor harus berinteraksi satu sama lain agar gangguan tersebut menjadi nyata.
2
Terdapat faktor resiko yang dapat berperan dalam pengembangan dari gangguan
kepribadian ini, yaitu : tempramen, pengalaman pada masa kanak-kanak, dan
pengaruh lingkungan. Faktor biologis yaitu karakteristik tempramental, untuk
disregulasi afektif, impulsif, dan hipersensitivitas interpersonal. Pengaruh
tempramen/emosi membuat individu mudah marah, tertekan dan cemas.
Tempramen impulsif, membuat individu cenderung bertindak tanpa memikirkan
konsekuensi yang akan terjadi atau bahkan sengaja mencari kegiatan yang
berbahaya.10 Anak-anak dengan bawaan ini menjadi rentan terhadap sterssor
sehingga memicu timbulnya gangguan kepribadian ambang. Ketidakstabilan dan
perilaku impulsif pada gangguan ini, disebabkan oleh peningkatan atau penurunan
bahan kimia otak.9 Melalui studi pendahuluan menemukan bahwa individu-
individu dengan gangguan kepribadian ambang memiliki respon yang kurang
terhadap stimulasi emosional dan tingkat aktivitas otak yang rendah dapat
meningkatkan perilaku impulsif. Studi central neurotransmitter activity
menemukan bahwa sifat impulsif yang merupakan komponen utama gangguan
ini, berkaitan dengan defisit fungsi serotonergik. Namun, hubungan biologis
dengan ketidakstabilan afektif masih belum diketahui sampai saat ini.6
3
Faktor sosial tidak secara langsung menimbulkan gangguan kepribadian ambang.
Masyarakt yang serba cepat dan mobile, serta situasi keluarga yang tidak stabil
seperti perceraian, faktor ekonomi atau tekanan lain dari luar dapat mendorong
perkembangan gangguak kepribadian ambang.9,10
4
2.5 Diagnosis
Berdasarkan DSM-5, diagnosis gangguan kepribadian ambang dapat dibuat pada
masa dewasa awal, dengan paling sedikit menunjukkan 5 dari 9 kriteria :14
5
2.6 Diagnosis Banding
Depresi sering kali dikaitkan dengan gangguan keprubadian ambang. Tetapi
depresi yang terjadi pada gangguan ini berhubungan dengan ketidakstabilan
suasana hati, berbeda dengan dengan depresi yang mengalami penurunan suasana
hati yang terjadi secara terus-menurus.15 Karakteristik suasana hati yang tidak
stabil pada gangguan ini, sering kali dianggap sebagai bipolar. Namun gangguan
ini berbeda dengan bipolar, dimana perubahan suasana hati pada gangguan
kepribadian ambang terjadi secara cepat, dan periodenya hanya berlangsung
beberapa jam, tidak mencapai berhari-hari atau berminggu-minggu.16
Skrizoprenia juga merupakan diagnosis banding dari gangguan kepribadian
ambang. Pasien dengan kepribadian ambang mengalami gajala psikotik yang
berlansung sementara atau pendek (hanya beberapa jam atau paling lama
beberapa hari).1 Pasien gangguan kepribadian ambang juga terkadang mengalami
halusinasi auditori yang hampir mirip dengan gejala skizofrenia. Namun
perbedaannya, penderita gangguan kepribadian ambang mengetahui halusinasi
auditori yang dialami merupakan imajinasi sedangkan pada penderita skizofrenia
tidak mengetahuinya.17
6
2.7 Tatalaksana
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kepribadian ambang adalah dengan
menggabungkan psikoterapi dan farmakoterapi.1 Psikoterapi dapat diberikan
dengan cara terapi perilaku, latihan keterampilan sosial dengan menggunakan
rekaman dan “playback” videotape agar penderita dapat melihat sendiri
bagaimana perlakuannya memengaruhi reaksi orang lain.3 Psikoterapi lain yang
dapat digunakan yaitu dialectical behavior therapy (DBT), terapi ini biasanya
diberikan untuk pasien gangguan kepribadian ambang yang memiliki perilaku
menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.1,3,18
2.8 Prognosis
Prognosis gangguan kepribadian ambang cukup stabil, pasien dapat berubah
seiring waktu. Sekitar 75% akan hampir kembali menjadi normal pada usia 35-40
tahun, dan 90% akan pulih pada usia 50 tahun.20 Namun, sekitar 1 dari 10 pasien
berhasil melakukan bunuh diri.21 Studi longitudinal menunjukkan tidak ada
progresi menjadi skizofrenia, tetapi memiliki insidens yang tinggi menjadi major
depressive disorder episode.3 Mekanisme pemulihan gangguan ini masih belum
dimengerti, tetapi tindakan impulsif akan berkurang seiring dengan bertambahnya
7
usia pasien, dan pasien akan belajar dari waktu ke waktu dalam menghindari
situasi yang dapat memberikan masalah bagi diri mereka.9
8
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan kpribadian ini biasanya muncul pada usia remaja yaitu 14-17 tahun dan
puncak keparahan terjadi pada usia 20-29 tahun. Hipotesis saat ini mengatakan bahwa
individu yang memiliki genetik rentan terhadap gangguan kepribadian ambang, akan
mudah mengalami sterssor tertentu sehingga dapat memicu terbentuknya gangguan
kepribadian ini. Diagnosis gangguan kepribadian ambang dapat ditegakkan dengan
menggunakan kriteria DSM 5. Terapi yang diberikan kepada pasien gangguan
kepribadian ambang yaitu dengan menggabungkan psikoterapi dan farmakoterapi.
Psikoterapi dapat diberikan dengan terapi perilaku, latihan keterampilan sosial, dan
DBT untuk pasien dengan perilaku menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Sedangkan
farmoterapi dapat menggunakan Antipsychotics, SSRI, dan mood stabilizer, serta anti
depresan. Semua obat ini dapat meringankan gejala impulsif dan mood depresi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
line personality disorder. J Clin Psychiatry 2004;65:379-85.
19. Zanarini MC, Frankenburg FR. Olanzapine treatment of female borderline
personality disorder patients: a double-blind, placebo-controlled pilot study. J
Clin Psychiatry 2001;62:849-54.
20. Soloff P. Psychopharmacological treatment of borderline personality disor-
der. Psychiatr Clin North Am 2000;23:169-92.
21. Paris J, Zweig-Frank H. A 27 year follow-up of patients with borderline per-
sonality disorder. Compr Psychiatry 2001;42:482-7.
22. Paris J. Personality disorders over time. Washington: American Psychiatric
Press; 2003.
11