2
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu penyakit telinga tengah ditandai
dengan akumulasi sekret nonpurulen. Kondisi ini sering ditemukan pada anak balita sebagai
suatu kelainan jangka pendek (short-term) akibat dari infeksi saluran pernapasan atas
menimbulkan kondisi gangguan pendengar berat, keterlambatan bicara dan bahasa hingga
perubahan struktur membran timpani dan tulang pendengaran.
Sekret dapat muncul akibat dari perubahan tekanan hidrostatik menyebabkan
perpindahan plasma dari pembuluh darah menuju telinga tengah, infeksi bakteri atau virus
yang menyebabkan peningkatan produksi dan viskositas mukus, edema mukosa telinga
tengah dan paralisis silia, terganggunya pembersihan mukus telinga tengah membuat
akumlasi cairan. Sekret dapat berupa serosa dan mukoid, jika cairan yang ditemukan dalam
bentuk mukoid berhubungan dengan jangka waktu yang panjang
Akumulasi cairan di telinga tengah menyebabkan penurunan fungsi membran timpani
dan telinga tengah sehingga menyebabkan menurunnya fungsi pendengaran. OME biasanya
tanpa tanda-tanda inflamasi akut seperti pada OMA, sehingga seringkali penanganan yang
diberikan terlambat. Komplikasi yang dapat terjadi berupa hilangnya fungsi pendengaran dan
penyakit dapat berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media maligna. pemeriksaan
dengan menggunakan otoskopi dapat memperlihatkan membrane timpani yang berwarna
kuning kemerahan. Pada tes penala, terjadi tuli konduktif dengan test Rinnie negatif, tes
Weber lateralisasi ketelinga yang sakit, dan tes Schwabach memanjang pada telinga yang
sakit. Pemeriksaan penunjuang yang dapat digunakan yaitu timpanimetri dan audiometri.
Oleh karena itu dengan diagnosis dan penanganan yang tepat dapat memulihkan
fungsi pendengaran sehingga memberikan prognosis yang baik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 2.1 Anatomi Telinga
5
Stratum kutaneum (lapisan epitel) yang berasal dari liang telinga
Stratum mukosum (lapisan mukosa) yang berasal dari kavum timpani.
Stratum fibrosum (lamina propria) terletak di antara stratum kutaneum
dan mukosum. Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman
penyambung elastis yaitu:
o Bagian dalam berbentuk sirkuler
belakang).
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang
dinamakan sulkus timpanikus. Bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan
bagian ini disebut insisura timpanika (rivini). Permukaan luar dipersyarafi oleh
cabang n. aurikulo temporalis dari n. mandibula dan n. vagus. Permukaan
dalam dipersyarafi oleh n. timpani cabang dari n. glossofaringeal. Pembuluh –
pembuluh epidermal berasal dari aurikula cabang dari a. maksilaris interna.
Permukaan mukosa telinga tengah diperdarahi oleh timpani anterior cabang
dari a. maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari a. aurikula
posterior.(2)
Lantai kavum timpani, dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai
kavum timpani dari bulbus jugularis atau tidak ada tulang sama sekali
hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena
jugularis.
dan promontorium.
Dinding posterior, dekat keatap dan mempunyai satu saluran disebut aditus
ad antrum, yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid
melalui epitympanum. Dibawah aditus terdapat lekukan kecil yang
dinamakan fossa inkudis yang merupakan suatu tempat prosesus brevis
tunika propria.
o Inkus (anvil/landasan), terdiri dari badan inkus (corpus) dan 2 kaki
2.3.2. Epidemiologi
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ditemukan 50-90% anak
berusia dibawah 5 tahun terjangkit otitis media efusi dengan rata-rata
jangka waktu perjalanan penyakit selama 17 hari, 25% anak berusia
dibawah 9 tahun dilakukan otoskopi ditemukan otitis media efusi dan otitis
media akut, diantaranya sebanyak 13-21 % ditemukan pada kedua telinga
(bilateral). 32% kasus otitis media efusi terjadi pemberian terapi yang tidak
sesuai sehingga menimbulkan kondisi rekurensi dan resistensi. Sebanyak 2-
35 anak dari 10.000 mengalami hilang pendengaran akibat otitis media.(6)
2.3.3. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab utama terjadinya otitis media efusi yaitu:
Keganasan lokal seperti karsinoma nasofaring dan sinonasal malignancy
dapat menimbulkan akumulasi cairan di telinga tengah akibat disfungsi tuba
akibat kerusakan otot dan perpindahan cairan langsung menuju telinga
12
tengah. Disfungsi tuba eustachia salah satu penyebab paling kuat terjadinya
otitis media efusi pada orang dewasa dan anak-anak, akibat disfungsi tuba
menyebabkan tekanan negative pada rongga telinga tengah sehingga cairan
terakumulasi, cairan muncul akibat peningkatan permeabilitas tekanan
darah yang membuat plasma dalam darah keluar (berdifusi). Pada anak-
anak sering terjadi kondisi otitis media efusi akibat struktur anatomis dari
tuba eustachius yang pendek, posisi mengarah horizontal dan lumen yang
kecil akibatnya jika terjadi inflamasi mudah terjadi obstruksi. Pada orang
perokok dapat menyebabkan kerusakan pada sistem silia sehingga
pembersihan sekret di dalam telinga tidak dapat berjalan dengan baik.(7,8)
2.3.4. Patofisiologi
Patofisiologi otitis media efusi melibatkan banyak faktor, antara lain infeksi
virus atau bakteri, gangguan tuba eustachius, imunologi, alergi, faktor
linkungan dan sosial. Otitis media efusi dapat terjadi selama resolusi otitis
media akut (OMA). Gangguan fungsi tuba dan alergi diperkirakan paling
sering berperan dalam mekanisme terjadinya otitis media efusi. Gangguan
fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerosi ke rongga telinga tengah
terganggu, sehingga drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring ikut
terganggu. Akibat gangguan tersebut rongga telinga tengah akan mengalami
tekanan negatif. Tekanan negatif ditelinga tengah menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi.
Kemudian terjadi infiltrasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar. Akibatnya
terdapat akumulasi sekret di rongga telinga tengah. Infalamasi kronis di
telinga tengah akan menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi, fibrosis
dan destruksi tulang.9,10
Obstruksi tuba Eustachius menimbulkan terjadinya tekanan negatif di
telinga tengah akan diikuti dengan terjadinya retraksi membran timpani.
Pada orang dewasa biasanya akan mengeluhkan adanya rasa tidak nyaman,
rasa penuh atau rasa tertekan dan akibatnya timbul gangguan pendengaran
ringan dan tinitus. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu lama,
cairan akan tertarik keluar dari membran mukosa telinga tengah,
menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan otitis media serosa. Kejadian
13
ini sering timbul pada anak-anak yang berhubungan dengan infeksi saluran
napas atas.10,11
Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis OME.
Streptococus pneumonia, haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis
dikenal sebagai bakteri patogen terbanyak ditemukan di dalam telinga
tengah. Terdapatnya bakteri tersebut didalam telinga tengah menyebabkan
peradangan mukosa. Mediator inflamasi yang dilepaskan merupakan akibat
adanya antigenik bakteri yang menginduksi regulasi musin. Produksi efusi
musin yang banyak kemudian menyediakan media untuk proliferasi musin
sehingga menyebabkan otitis media akut.(10,11)
Faktor imunologis yang berperan dalam OME adalah sekretori IgA.
Imunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar didalam mukosa kavum
timpani. Sekretori IgA terutama ditemukan pada efusi mukoid dan dikenal
sebagai suatu imuniglobulin yang aktif bekerja dipermukaan mukosa
respiratorik. Ig A bekerja untuk menghadang kuman agar tidak terjadi
kontak langsung dengan epitel, dengan cara membentuk ikatan komplek.
Kontak langsung dengan dinding sel epitel adalah tahap pertama dari
penetrasi kuman untuk menyebabkan infeksi jaringan. Dengan demikian
IgA aktif mencegah infeksi kuman.10 Faktor alergi dalam menyebabkan
terjadinya OME masih belum jelas, akan tetapi secara klinis alergi
memegang peran. Hal ini dapat terjadi karena embriologi mukosa kavum
timpani sama dengan mukosa hidung, sehingga manifestasi alergi pada tuba
Eustachius merupakan penyebab oklusi kronis dan selanjutnya
menyebabkan efusi. Namun dari penelitian kadar IgE yang menjadi kriteria
alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi maupun dalam serum tidak
menunjang sepenuhnya alergi sebagai penyebab. Faktor lingkungan dan
sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi patogenesis OME, seperti : faktor
musim, riwayat alergi, tingkat kelembaban, aksesibilitas pelayanan
kesehatan, status sosial ekonomi, durasi menyusui, kebiasaan tidak higienis,
perokok pasif dan refluks gastroesofagus.9
2.3.5. Klasifikasi
2.3.7. Diagnosis
Otitis media efusi dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
15
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Namun pemeriksaan fisik pada anak
penderita OME berpotensi tidak akurat karena subjektif gambaran membran
timpani sulit dinilai. Berdasarkan anamnesis, keluhan pasien penderita
OME yaitu berkurang sampai hilangnya pendengaran, rasa penuh atau
tersumbat ditelinga. Pada otitis media serosa akut juga terjadi diplacius
binauralis yaitu suara sendiri terdengar lebih nyaring pada telinga yang
sakit. Pasien mengeluhkan terdapat cairan yang bergerak didalam telinga
saat posisi kepala berubah. Pada beberapa pasien terdapat vertigo dan
tinnitus. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu otoskopi atau tes penala.
Pada pemeriksaan otoskopi dapat terlihat membran timpani yang kelabu
atau menguning yang telah kekurangan pergerakan. Jika membran timpani
translusen, maka dapat terlihat air fluid level pada telinga tengah. Pada
otitis media efusi yang sudah lama, membran timpani pada otoskop terlihat
masih utuh tetapi suram, berwarna kuning kemerahan atau keabu-abuan.
Tes penala pada penderita OME dapat ditemukan terjadinya tuli konduktif
dengan test Rinnie negatif, tes Weber lateralisasi ke telinga yang sakit, dan
tes Schwabach memanjang pada telinga yang sakit.(12,13)
2.3.8. Tatalaksana
Prinsip tata laksana otitis media efusi (OME) pada dasarnya adalah
identifikasi penyebab OME, evakuasi cairan, tatalaksana penyebab dan
pencegahan kekambuhan. Hal ini dapat dicapai melalui pengobatan
medikamentosa, pembedahan atau kombinasi keduanya. (15)
Tatalaksana Medikamentosa
Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi tidak memerlukan
terapi, terutama jika gangguan pendengarannya ringan dikarenakan
resolusi spontan sering terjadi. Oleh karena itu pasien hanya perlu
17
diobservasi dalam 3 bulan pertama sejak ditegakkan diagnosis otitis
media efusi. Dalam jangka waktu tersebut, Menurut studi, cairan dapat
menghilang hingga 90 persen. Jika cairan tetap bertahan setelah 3 bulan
(6)
maka perlu dilakukan tindakan pembedahan dan tes pendengaran.
Tatalaksana medikamentosa dari otitis media efusi (OME) meliputi
penggunaan antibiotik, steroid, antihistamin dan dekongestan, serta
mukolitik. Antibiotik diberikan jika otitis media efusi menunjukkan
terdapatnya bakteri pathogen. Penelitian eritromisin, sulfisoxazole,
amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan trimetoprim-
sulfametoksazol telah menunjukkan tingkat kesembuhan lebih
cepat dibandingkan dengan placebo. Pada anak ampisilin dapat
diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari, atau amoksisilin 40
mg/kgBB per hari atau eritromisin 40 mg/kgB per hari. Hasil penelitian
terkini, membuktikan bahwa penggunaan antibiotik terbukti efektif
hanya pada sejumlah kecil pasien. Oleh karena itu, penggunaan
antibiotik tidak selalu mutlak dimana efek sampingnya seperti
gastroenteritis dan risiko resistensi tidak sebanding dengan
(1,16)
keefektifannya. Dalam 3 uji klinis plasebo terkontrol secara
acak, otitis media efusi tidak membaik dengan hanya steroid oral dalam
waktu 2 minggu pengobatan. Ketika steroid oral dikombinasikan
dengan antibiotik, tingkat kesembuhan efusi telinga tengah tidak
menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan hanya
memakai antibiotik. Studi lain menemukan bahwa steroid topikal
intranasal saja atau kombinasi dengan antibiotik tidak memiliki
manfaat jangka pendek maupun jangka panjang dalam tatalaksana
otitis media efusi. Studi besar terkontrol secara acak dari 430
anak - anak mengungkapkan bahwa tingkat penyembuhan otitis
media efusi tidak meningkat secara signifikan dengan mukolitik.
Dekongestan dapat diberikan melalui tetes hidung, atau kombinasi anti
histamin dengan dekongestan oral namun antihistamin maupun
dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongesti nasofaring. Oleh
karena itu sebuah konferensi konsensus internasional dari International
Federation of Oto-rhino-laryngological Societies Congress 2017 tidak
18
merekomendasikan pengobatan otitis media efusi dengan menggunakan
steroid, antibiotik, dekongestan, atau antihistamin, dengan menyebutkan
kekhawatiran mengenai efek samping dan biaya, serta kurangnya bukti
untuk efektivitas terapi jangka panjang Pembedahan menjadi terapi
yang paling banyak diterima untuk otitis media efusi persisten
/kronik (OME) dan ini jelas lebih efektif. (17,18)
Pembedahan
Tatalaksana pembedahan dianjurkan untuk pasien yang telah mengalami
OME persisten/ lebih dari 3 bulan yang tidak membaik, gangguan
pendengaran (> 40 db). Pilihan terapi pembedahan untuk pasien OME
adalah miringitomi dan memasang pipa ventilasi (Grommet)/tuba
timpanostomi untuk memberikan ventilasi rongga telinga tengah yang
bertujuan untuk meningkatkan ambang batas pendengaran. Grommet
perlu dipasang dalam waktu yang cukup lama, yaitu selama minimal 4-6
bulan. Durasi pemasangan tuba ini berbeda-beda pada tiap kasus.
Penelitian menunjukkan bahwa durasi pemasangan tuba selama 4 bulan
menunjukkan resolusi OME pada 80% kasus. Studi lain yang dilakukan
oleh Gates et al menunjukkan tindakan miringitomi diikuti
pemasangan tuba timpanostomi, dapat mempercepat perbaikan
pendengaran, mempersingkat durasi penyakit, mengurangi angka
rekuren. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran
timpani agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga
luar. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posterior – inferior. Untuk
tindakan ini harus memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup
terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga,
dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan
steril. Luka insisi setelah miringitomi biasanya sembuh dalam
1minggu, namun, biasanya disfungsi tuba eustachius membutuhkan
waktu lebih lama untuk sembuh (biasanya 6 minggu). Oleh karena ini,
tindakan miringitomi saja, akan meningkatkan angka rekurens sehingga
19
perlu dilakukan juga pemasangan tuba timpanostomi. Komplikasi
miringitomi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma pada
liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada saraf
(1,19)
fasialis. Menurut The American Academy of Family Physicians
(AAFP), American Academy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery (AAO-HNS), dan American Academy of Pediatrics (AAP),
Jika terdapat indikasi operasi pada seorang anak, miringitomi dan
pemasangan pipa ventilasi adalah prosedur awal yang sering dipakai,
dan Adenoidektomi tidak boleh dilakukan pada anak dibawah 4 tahun,
kecuali terdapat indikasi misalnya, sumbatan hidung, dan adenoiditis
kronis.(6)
2.3.9. Pencegahan
Pencegahan merujuk pada mengendalikan atau menghilangkan faktor
risiko, antara lain yaitu (20)
Menghindari rokok atau asap rokok
Melengkapi vaksinasi seperti vaksi flu dan pneumococcal untuk
mencegah infeksi telinga.
Sering mencuci tangan
Menghindari allergen yang diketahui
Makan makanan yang bernutrisi, istirahat yang cukup untuk
meningkatkan imunitas
Memberikan ASI eksklusif.
Menghindari paparan dengan pengidap otitis media
2.3.10. Komplikasi
20
Komplikasi dari OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran
sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual pada
anak. Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan
penyakit berlanjut menjadi otitis media adhesiva dan otitis media kronis
maligna.(10)
2.3.11. Prognosis
Secara umum, prognosis pasien dengan otitis media efusi tergolong baik.
Sebagian besar kasus otitis media dengan efusi hilang dengan sendirinya
dalam beberapa minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses
penyemuhan. Kebanyakan pasien tidak memiliki efek jangka panjang pada
telinga, pendengaran, atau kemampuan berbicara mereka. (21)
21
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media efusi adalah sebuah keadaan akumulasi sekret nonpurulen dalam rongga
telinga tengah dengan kondisi tanpa gejala, peradangan, infeksi dan kondisi membran
timpani yang utuh. Disfungsi tuba eustachia salah satu penyebab paling kuat terjadinya
otitis media efusi pada orang dewasa dan anak-anak, akibat disfungsi tuba menyebabkan
tekanan negative pada rongga telinga tengah sehingga cairan terakumulasi, cairan muncul
akibat peningkatan permeabilitas tekanan darah yang membuat plasma dalam darah
keluar (berdifusi).
Gejala otitis media efusi (OME) dapat ditandai dengan rasa penuh dalam telinga,
terdapat bunyi berdengung yang hilang timbul atau terus menerus, gangguan
pendengaran, dan rasa nyeri yang ringan. Gejala OME kadang bersifat asimtomatik. Pada
pemeriksaan otoskopi dapat terlihat membrane timpani yang kelabu atau menguning yang
telah kekurangan pergerakan. Jika membrane timpani translusen, maka dapat terlihat air
fluid level pada telinga tengah. Pada otitis media efusi yang sudah lama, membran
timpani pada otoskop terlihat masih utuh tetapi suram, berwarna kuning kemerahan atau
keabu-abuan. Tes penala pada penderita OME dapat ditemukan terjadinya tuli konduktif
dengan test Rinnie negative, tes Weber lateralisasi ke telinga yang sakit, dan tes
Schwabach memanjang pada telinga yang sakit
Prinsip tata laksana otitis media efusi (OME) pada dasarnya adalah identifikasi
penyebab OME, evakuasi cairan, tatalaksana penyebab dan pencegahan kekambuhan.
22
Hal ini dapat dicapai melalui pengobatan medikamentosa, pembedahan atau kombinasi
keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sospardi E. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. 7th
ed. Badan Penerbit FKUI; 2015.
2. Boies A. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. EGC; 2014.
3. Dhingra S. Diseases of Ear, Nose, Throat, Head and Neck surgery. 6th ed. Elsevier; 2014.
4. Bansal M. Textbook of Ear, Nose & Throat with Head & Neck Surgery. 2nd ed. Jaypee
Brothers Medical Publishers; 2013
5. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta
6. Rosenfeld R, Shin J, Schwartz S, Coggins R, Gagnon L, Hackell J et al. Clinical Practice
Guideline: Otitis Media with Effusion (Update). Otolaryngology–Head and Neck
Surgery. 2016;154(1_suppl):S1-S41.
7. Pang KP, Ang AHC, Tan HKK, Orl F. Otitis Media with Effusion : An Update.
2002;57(3):376–83.
8. Mills R, Hathorn I. Aetiology and pathology of otitis media with effusion in adult life.
2019;(March 2016):418–24.
9. Mario E Zernotti et al., “Otitis Media with Effusion and Atopy : Is There a Causal
Relationship ?”. 2017: 1–9.
10. Soepriyadi, Agus Widodo. Diagnosis Otitis Media Efusi. Available at
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl1edef339ab2full.pdf. Access on 27th,
2019
11. Thrasher RD. Otitis Media With Effusion. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/858990-overview#a3. Access on 26th April 2019
12. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology: A step-by-step Learning Guide. 2006.
New York: Thieme.
13. Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 23
Second edition. 2008. New York: McGraw Hill.
14. Richard M Rosenfeld et al., Clinical Practice Guideline : Otitis Media with Effusion ( Update ),
2016.
15. Ibekwe T, Nwaorgu O. Classification and management challenges of otitis media in a
resource-poor country. 2019.
16. Sumit K Agrawal, Aguila J Demetrio, Ahn S Min, et al. Current Diagnosis &
Treatment –Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2th ed. USA: Mc Graw Hill. 2008
17. Simon F, Haggard M, Rosenfeld RM, et al. International consensus (ICON) on
management of otitis media with effusion in children. Eur Ann Otorhinolaryngol Head
Neck Dis. 2018 Feb. 135 (1S):S33-9.
18. Otitis Media With Effusion Treatment & Management: Overview of Medical and
Surgical Approaches, Modification of OME Risk Factors, Pharmacotherapy [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2019 [cited 26 April 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/858990-treatment
19. Ferdian R, Anggareni R, Affriani Y. Pemasangan Grommet Pada Pasien Otitis Media
Efusi Dengan Riwayat Karsinoma Nasofaring Pasca Radioterapi. Departemen Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran. 2015;13.
20. Adams L George, 1R Lawrence, Higler A Peter. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT.
Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997: 88-118
21. staff f. Otitis Media (with Effusion) - Symptoms - Treatment | familydoctor.org [Internet].
familydoctor.org. 2019 [cited 26 April 2019]. Available from:
https://familydoctor.org/condition/otitis-media-with-effusion/
24
25