Anda di halaman 1dari 22

Ujian Kasus

WANITA USIA 53 TAHUN DENGAN LOW BACK PAIN DAN HERNIATED


NUCLEUS PULPOSUS

Oleh :

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017
BAB I
STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Begajah, Karanganyar
Status : Menikah
Masuk Rumah Sakit: 2 Mei 2017
Tanggal Periksa : 5 Mei 2017
No RM : 013753xx

Keluhan Utama
Nyeri pinggang bawah menjalar kaki kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah sejak 3 hari SMRS.
Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang bawah hingga ke kaki kanan. Sebelumnya
sejak 1 bulan yang lalu pasien sudah merasakan nyeri di tempat yang sama akan
tetapi hilang timbul dan pasien hanya meminum obat anti nyeri dan memijat
pinggangnya ketika sakit. Sejak 3 hari yang lalu nyeri dirasakan terus menerus dan
tidak berkurang setelah dipijat. Nyeri dirasakan semakin parah ketika pasien
mengubah posisi ke berdiri setelah duduk dalam waktu yang lama. Pasien juga
merasa semakin nyeri setelah membungkuk ketika bekerja. Pasien mengaku belum
pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. Pasien tidak merasa ada sensasi
rasa tebal pada tungkai, betis, kaki, ataupun paha. Tidak ada riwayat demam
sebelumnya.
Pasien tidak mengeluhkan gangguan saat berkemih dan buang air besar.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma sebelumnya. Riwayat jatuh terduduk (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Trauma : disangkal
Riwayat Tumor : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat Mondok : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Keluhan Serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Kebiasaan dan Gizi


Riwayat gizi : pasien biasa makan dua sampai tiga kali sehari
dengan porsi cukup.
Riwayat Merokok : disangkal
Riwayat Minum Alkohol : disangkal
Riwayat Olahraga : pasien jarang berolahraga

A. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan suami dan anaknya. Pasien merupakan seorang petani. Saat
ini dirawat di RSDM dengan BPJS kelas III

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang-berat , Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan kurang.
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 157/37 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 360C per aksiler
C. Status Gizi
BB : 56 kg
TB : 150 cm
IMT : 24,8 kg/m2 (normoweight)

B. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi
(-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam beruban,
tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, stomatitis (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-),
benjolan (-)
J. Thoraks
a. Retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
c. Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri, simetris
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar ( vesikuler / vesikuler ), RBK (-/-), RBH (-/-)

K. Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut = dinding dada, striae (-), venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 12 kali/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, (-), nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba

L. Punggung :
Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok costovertebral (-).

M.Ekstremitas
Oedem Akral dingin Atrofi otot

- -
- -

N. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
1. Penampilan : wanita, tampak sesuai umur, berpakaian rapi, perawatan diri
baik.
2. Kesadaran : compos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik : normoaktif
4. Pembicaraan : koheren, menjawab pertanyaan
5. Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup
Afek dan Mood
- Afek : appropriate
- Mood : eutimik
Gangguan Persepsi
- Halusinasi (-)
- Ilusi (-)
Proses Pikir
- Bentuk : realistik
- Isi : waham (-)
- Arus : koheren
Sensorium dan Kognitif
- Daya Konsentrasi : baik
- Orientasi : Orang : baik
Waktu : baik
Tempat : baik
- Daya Ingat : Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial baik
Insight : Derajat 5
Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

O. Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : terpasang IV line
Fungsi Sensorik
Rasa Eksteroseptik : suhu, nyeri, dan raba dalam batas normal
Rasa Propioseptik : getar, posisi, dan tekan dalam batas normal
Rasa Kortikal : stereognosis, barognosis, pengenalan dua titik dalam
batas normal
Meningeal sign : negatif
Fungsi Motorik dan Reflek :
Kekuatan Tonus R.Fisiologis R.patologis
5 5 N N +2/+2 +2/ +2 - -
5 5 N N + 2/+2 + 2/+2 - -

Nervus Cranialis
N. II, III reflek cahaya (+ /+), diameter pupil (3mm/3mm)
N. III, IV, VI gerakan bola mata dalam batas normal
N. VII dalam batas normal
N. XII dalam batas normal
Fungsi Kolumna Vertebralis
Laseque (-/ -)
Kernig (-/ -)
Patrick (-/ -)
Fungsi Otonom
BAK dbn
BAB dbn
Range of Motion (ROM)

NECK
ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0 - 70 0 - 70
Ekstensi 0 - 40 0 - 40
Lateral bending kanan 0 - 60 0 - 60
Lateral bending kiri 0 - 60 0 - 60
Rotasi kanan 0 - 90 0 - 90
Rotasi kiri 0 - 90 0 - 90

ROM Pasif ROM Aktif


Ektremitas Superior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Fleksi 0-90 0-90 0-80 0-80
Ektensi 0-50 0-50 0-40 0-40
Abduksi 0-180 0-180 0-170 0-170
Shoulder
Adduksi 0-75 0-75 0-65 0-65
Eksternal Rotasi 0-90 0-90 0-80 0-80
Internal Rotasi 0-90 0-90 0-80 0-80
Fleksi 0-150 0-150 0-140 0-140
Ekstensi 0 0 0 0
Elbow
Pronasi 0-90 0-90 0-80 0-80
Supinasi 0-90 0-90 0-80 0-80
Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-70 0-70 0-70 0-70
Wrist
Ulnar Deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Radius deviasi 0-20 0-20 0-20 0-20
Finger MCP I Fleksi 0-50 0-50 0-50 0-50
MCP II-IV fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
DIP II-V fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
PIP II-V fleksi 0-100 0-100 0-100 0-100
MCP I Ekstensi 0-30 0-30 0-30 0-30
Trunk Fleksi 0-90 0-90 0-70 0-70
Ekstensi 0-30 0-30 0-20 0-20
Right Lateral Bending 0-35 0-35 0-25 0-25
Left Lateral Bending 0-35 0-35 0-25 0-25
ROM Pasif ROM Aktif
Ektremitas Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Fleksi 0-120 0-120 0-60 0-60
Ektensi 0-30 0-30 0-15 0-15
Abduksi 0-45 0-45 0-15 0-15
Hip
Adduksi 0-45 0-45 0-15 0-15
Eksorotasi 0-30 0-30 0-20 0-20
Endorotasi 0-30 0-30 0-20 0-20
Fleksi 0-120 0-120 0-90 0-90
Knee
Ekstensi 0 0 0 0
Dorsofleksi 0-30 0-30 0-20 0-20
Plantarfleksi 0-30 0-30 0-20 0-20
Ankle
Eversi 0-50 0-50 0-30 0-30
Inversi 0-40 0-40 0-20 0-20

Manual Muscle Testing (MMT)


NECK
Fleksor M. Sternocleidomastoideum 5
Ekstensor M. Sternocleidomastoideum 5
TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Thoracic group 5
Ektensor
Lumbal group 5
Rotator M. Obliquus Eksternus 5
Abdominis
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
Ektremitas Superior Dekstra Sinistra
5 5
Fleksor
5 5
5 5
Ekstensor
5 5
5 5
Abduktor
5 5
Shoulder 5 5
Adduktor
5 5
Internal 5 5
5 5
Rotasi
Eksternal 5 5
5 5
Rotasi
5 5
Fleksor
5 5
Elbow Eksternsor 5 5
Supinator 5 5
Pronator 5 5
Fleksor 5 5
Ekstensor 5 5
Wrist
Abduktor 5 5
Adduktor 5 5
Fleksor 5 5
Finger
Ekstensor 5 5
Ektremitas Inferior Dekstra Sinistra
Hip Fleksor 5 5
Ekstensor 5 5
Abduktor 5 5
Adduktor 5 5
Knee Fleksor 5 5
Ekstensor 5 5
Ankle Fleksor 5 5
Ekstensor 5 5

Foto Pasien

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah
Tanggal 2 Mei 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 11.4 g/dL 11.7-16.2
Hematokrit 36 % 33-45
Leukosit 10.3 ribu/ul 4.5-11.0
Trombosit 174 ribu/ul 150-450
Eritrosit 4.58 juta/ul 4.10-5.10
Golongan Darah O
Hemostasis
PT 13.7 Detik 10.0-15.0
APTT 33.9 Detik 20.0-40.0
INR 1.120 -
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 116 mg/dL 60-140
SGOT 17 u/l <31
SGPT 7 u/l <34
Albumin 4.2 g/dl 3.5-5.2
Kreatinin 0.7 mg/dl 0.6-1.2
Ureum 16 mg/dl <50
Elektrolit
Natrium Darah 138 mmol/L 132-146
Kalium Darah 3.3 mmol/L 3.7-5.4
Chlorida Darah 101 mmol/L 98-106
Serologi Hepatitis
HbsAg Rapid Nonreactive Nonreactive

Tanggal 3 Mei 2017


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Kimia Klinik
HbA1c 5.3 % 4.8-5.9
Gula Darah Puasa 111 mg/dL 70-110
Glukosa 2 jam PP 168 mg/dL 80-140
Asam Urat 5.1 mg/dL 2.4-6.1
Kolesterol Total 141 mg/dL 50-200
Kolesterol LDL 101 mg/dL 96-206
Kolesterol HDL 36 mg/dL 37-92
Trigliserida 65 mg/dL <150

B. Foto CT Scan tanggal 29 Mei 2017


Alignment baik, curve lurus
Trabekulasi tulang normal
Superior dan inferior endplate tak tampak kelainan
Tampak osteofit pada CV L4-5, pedicle dan spatium intervertebralis tampak baik
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak paravertebral soft tissue mass/swelling
Line of weight bearing jatuh di depan bidang promontorium
Tampak listhesis VL5 terhadap VS1 ke anterior +/- 25%
Kesimpulan:
Spondilosis lumbalis
Spondylolisthetis VL5 terhadap VS1 ke anterior grade 1
Paravertebra muscle spasme
Unstable lumbosacral

B. ASSESSMENT
Klinis : LBP radikuler, tes provokasi nyeri (+)
Topis : segmen lumbosacral
Etiologis : HNP Lumbalis

C. DAFTAR MASALAH
Masalah Medis : LBP radikuler
Problem Rehabilitasi Medik
Fisioterapi : Nyeri punggung bawah yang menjalar
Speech Terapi : Tidak ada
Okupasi Terapi : Gangguan dalam melakukan aktivitas fisik
Sosiomedik : Memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Ortesa-protesa : Keterbatasan mobilisasi
Psikologi : Beban pikiran karena keterbatasan melakukan aktivitas sehari-
hari

D. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa :
1. Infus Ringer Laktat 20 tpm
2. Injeksi Mecobalamin 500mcg/12jam
3. Injeksi Ranitidin 50mg/12 jam
4. Injeksi Ketorolac 30mg/12jam
Rehabilitasi Medik:
1. Fisioterapi :
- Proper positioning
- Alih baring tiap 2 jam
- ROM exercise aktif dan pasif
- Latihan core stability
- Mobilisasi bertahap sesuai kondisi
- TENS
2. Speech terapi : tidak ada
3. Okupasi terapi : melatih keterampilan dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
proper body mechanic
4. Sosiomedik :
a. Motivasi dan edukasi keluarga tentang
penyakit pasien
b. Motivasi dan edukasi keluarga untuk
membantu dan merawat pasien dengan selalu berusaha menjalankan program
di rumah sakit dan program di rumah
5. Ortesa dan protesa : menggunakan lumbosacral orthosis (LSO)
6. Psikologis : terapi supportif kejiwaan pasien

E. IMPAIRMENT, DISABILITAS, HANDICAP


A. Impairment
LBP radikuler
B. Disabilitas
Gangguan dalam melakukan aktifitas fisik
C. Handicap
Keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari, keterbatasan menjalankan
pekerjaan, kegiatan sosial terhambat.

F. PLANNING
Planning Diagnostik : -
Planning Terapi : -
Planning Edukasi : - Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi
- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang
dilakukan
- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk
melakukan terapi
Planning Monitoring : Evaluasi hasil medikamentosa dan rehabilitasi medik

G. GOAL
A. Jangka pendek
1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat lama perawatan
2. Minimalisasi impairment dan disabilitas pada pasien
3. Mencegah terjadinya komplikasi akibat tirah baring lama seperti ulkus
decubitus, pneumonia, atrofi otot, hipotensi ortostatik dan lain sebagainya.

B. Jangka panjang
1. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
2. Mencegah terjadinya komplikasi atrofi otot.
3. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot.
4. Meningkatkan dan memelihara ROM.
5. Mengatasi masalah psikososial yang timbul akibat penyakit yang diderita
pasien.
H. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu nukleus pulposus
yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh
anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan
pengikat yang kuat.2
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada
daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa
berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang
berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban atau mengangkat
tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah
lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang
terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan
umur setelah 20 tahun.1
Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa terjadi ke corpus vertebra yang
terletak di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke canalis vertebralis.
Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam corpus vertebra dapat dilihat
dari foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial
dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya
nodus Schomorl merupakan kelainan mendasari low back pain sub kronik atau
kronik yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
khokalgia atau siatika.4

B. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau Protrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan di mana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam
kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian
tersendiri di dalam kanalis vertebralis (ruptur discus).

Gambar 1. Struktur anatomi vertebra dan kondisi HNP


C. Epidemiologi
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja
tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insidensi HNP
Lumbosakral lebih dari 90 % dan HNP Servikal hanya sekitar 5-10 %.3

D. Etiopatofisiologi
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel
kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak
sehingga cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan
menggelembungkan annulus fibrosus.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikularis berada
dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan terjadi di sisi lateral. Bilamana
tempat herniasinya berada di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena. HNP dapat
dibagi menjadi:
1. HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi
urine
2. HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah antara pantat dan
betis, belakang tumit, dan telapak kaki.Di tempat itu juga akan terasa nyeri
tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks tendo achiles
negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung
bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum
pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif.
Sensibilitas ada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
Pada percobaan Laseque atau tes mengangkat tungkai yang lurus (straight
leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi
panggul, akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang (tanda Laseque
positif). Tes Valsava dan Naffziger akan memberikan hasil positif juga.3
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus
fibrosus itu bersifat sirkumferensial karena gaya traumatik yang berkali-kali.
Berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan di samping itu timbul sobekan
radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah
soal waktu dan trauma berikutnya saja.
Apabila trauma pada medula spinalis terjadi secaa mendadak, maka dapat
terjadi renjatan spinal (spinal shock). Pada anak-anak fase ini terjadi lebih singkat
dibandingkan orang dewasa yakni kurang dari satu minggu. Ada tiga faktor yang
mungkin berperan dalam mekanisme syok spinal yaitu: hilangnya fasilitas traktus
desendens, inhibisi dari bawah yang menetap pada refleks ekstensor, dan degenerasi
aksonal interneuron.
Fase renjatan spinal berdasarkan gambaran klinisnya dibagi menjadi dua yaitu:
a. Syok spinal atau arefleksia
Sesaat setelah trauma, fungsi motorik di bawah tingkat lesi hilang, otot flaksid,
refleks hilang, paralisis atonik vesika urinaria dan kolon, atonia gaster dan
hipestesia. Dijumpai juga hilangnya tonus vasomotor, keringat dan piloereksi,
serta fungsi seksual.
b. Aktivitas refleks yang meningkat
Setelah beberapa minggu respons refleks terhadap rangsang mulai timbul, mula-
mula lemah dan makin lama makin kuat. Secara bertahap muncul refleks fleksi
yang khas yaitu tanda Babinsky dan fleksi tripel (gerak menghindar dari rangsang
dengan mengadakan fleksi pada sendi pergelangan kaki, sendi lutut, dan sendi
pangkal paha).
Macam kejadian HNP
a. Hernia Lumbosakralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka
posisi fleksi, tetapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah
kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum
longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan
atau dimanifestasikan dengan ringan berupa penyakit lumbal yang sering kambuh.
Bersin dan gerakan secara tiba-tiba biasanya dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya atau jumbainya, dan melemahkan anulus posterior.
Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi
extruded dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih
sering fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya
pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang di tengah), dimana mereka mengenai
menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat
menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.4
b. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau
menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan
diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal saraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang
mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit. Hernia ini
berpotensi tinggi menyebabkan kelainan serius dan kompresi medula spinalis.5
c. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada di garis tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah hingga membuat kejang
paraparese (kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese).
Penonjolan pada sendi intervertebral thorakalis masih jarang terjadi. Pada
empat thorakal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh
dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab hernia thorakalis yang paling
utama.5

E. Gambaran Klinis
1. Hernia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri diprovokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, dan pinggang terfikasi sehingga
kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada
tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri
menjalar kedalam bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang
menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks
mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk
skoliosis lumbal.
Sindrom perkembangan lengkap dari sendi intervertebral lumbalis yang
prolaps terdiri :
a. Kekakuan atau ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
b. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
c. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
a. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan
tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
b. Tes Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
c. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard yang
positif.
Gejala-gejala radikuler lokasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan
bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus
ekstensor quadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
2. Hernia servikalis
a. Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah ekstremitas
(sevikobrachialis)
b. Atrofi di daerah biceps dan triceps
c. Refleks biceps yang menurun atau menghilang
d. Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.
3. Hernia thorakalis
a. Nyeri radikal
b. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
paraparesis
c. Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

F. Gambaran radiologis
Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan intervertebral,
spur formation dan perkapuran dalam diskus. Bila gambaran radiologis tidak jelas,
maka sebaiknya dilakukan punksi lumbal yang biasanya menunjukkan protein yang
meningkat tapi masih di bawah 100 mg%.

G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan gambaran
radiologis. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berualang kali akan
semakin meningkatkan insidensi timbulnya low back pain1. Gambaran klinisnya
ditentukan berdasarkan lokasi terjadinya herniasi. Diagnosa pada hernia
intervertebral, kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat mungkin. Pada kasus yang
lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan
ketika tanda-tanda menghilang, tesnya tidak dibutuhkan lagi. Mielografi merupakan
penilaian yang baik dalam menentukan suatu lokalisasi yang akurat.2

H. Diagnosis Banding
1. Tumor tulang spinalis yang berproses cepat (ditandai cairan serebrospinalis
yang berprotein tinggi). Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan
mielografi.
2. Arthiritis
3. Anomali colum spinal.1

I. Penatalaksanaan
1. Obat
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh trauma
dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa
nyeri dan NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) akan dianjurkan. Jika
terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang atau disebut juga pelemas otot
biasanya diberikan. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat
antispasmodik seperti diazepam.

2. Rehabilitasi2
a. Tirah baring (bed rest) 3 6 minggu dengan maksud bila anulus fibrosis masih
utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
b. Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxant, tranquilizer.
c. Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
d. Bila setelah tirah baring masih nyeri atau bila didapatkan kelainan neurologis
merupakan indikasi operasi.
e. Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi. Jangan mengangkat
benda berat serta tidur dengan alas keras atau landasan papan.
f. Traksi pelvis. Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis
tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring,
korset, traksi dengan tirah baring, dan korset saja tidak menunjukkan
perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
g. Diatermi atau kompres panas atau dingin. Tujuannya adalah mengatasi nyeri
dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada keadaan akut biasanya
dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronis dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
h. Korset lumbal. Korset lumbal tidak bermanfaat pada kondisi akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri kronis.
Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat
mengurangi spasme.
i. Latihan. Direkomendasikan melakukan latihan dengan stress minimal pada
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda, atau berenang. Latihan lain berupa
kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas
fisiologis, kekuatan otot, mobilitas sendi, dan jaringan lunak. Dengan latihan
dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen, dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.
j. Proper body mechanics. Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap
tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
3. Operasi2
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya
gangguan neurologis. Bilamana penderita HNP dioperasi akan memerlukan
penyelidikan mielografi. Pilihan operasi lainnya meliputi microdiscectomy, prosedur
memindahkan fragment of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan
menggunakan Xray, dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim
(yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi
gelatin yang menonjol.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Chusid I G. (1993). Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Yogyakarta :


Gajahmada University Press.
2. Harsono. (2007). Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
3. Mardjono M, Sidharta P. (2008). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
4. Priguna Sidharta. (1996). Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta: Dian
Rakyat.
5. Suroto, Hartanto OS, Risono, Soedomo A, Suratno, Widjojo FXS, Mirawati DK,
Widhowati I, Subandi, Danuaji R (2014). Neurologi untuk Dokter Umum.
Surakarta: Sebelas Maret University Press

Anda mungkin juga menyukai