LAPORAN KASUS
CEPHALGIA DAN HNP LUMBAL
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Rumah Sakit Tentara Soedjono, Magelang
Pembimbing
Letkol CKM dr. Heriyanto, Sp.S
DisusunOleh :
Hana Fathia Ardi
1410221039
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
CEPHALGIA DAN HNP LUMBAL
Disusun Oleh:
Hana Fathia Ardi
1410221039
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul Cephalgia dan HNP
Lumbal
Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf RST Tk II dr. Soedjono Magelang.
Dalam kesempatan ini perkenakanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Letkol CKM dr. Heriyanto, Sp.S selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
dalam pengerjaan laporan kasus kami.
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
kasusini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh
dari kesempurnaan serta masih banyak terdapat kekurangan.Kami berharap semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
I. 1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Status
Agama
Suku Bangsa
Alamat
MRS
: Tn. DH
: Laki-laki
: 30 tahun
: Menikah
: Islam
: Jawa
: Magelang
: Selasa, 3 November 2015
I. 2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada hari Selasa, tanggal 3 November 2015.
Keluhan Utama
: Pusing
d.
e.
f.
g.
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit stroke disangkal
Riwayat trauma (+) pernah jatuh duduk
Riwayat bronkhitis (+)
I. 3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa 3 November 2015 pukul WIB
I. 3. 1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
BB
BMI
: 48 kg
Tanda vital
Kulit
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
TB
: 160
: Tekanan darah
: CM (E4V5M6)
= 115/80 mmHg
Nadi
Respirasi
= 24 x/menit, reguler
Suhu
= 36,5 C
normal
Hidung
Mulut
Leher
deviasi
simetris kanan dan kiri, lubang lapang, serumen-/: Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/- purulen -/: Bibir lembab, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar (T1/T1),
Fetor hepaticus (-)
: Simetris,tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
:I
P
P
A
-/:I
P
P
Jantung
A
Abdomen
:
I
= Datar, asites (-), sikatrik (-), distensi (-), massa (-), Cullen sign (-), Turner sign (-)
A
= Bising usus (+) normal
P
= Dinding perut supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran
hepar
P
Ekstremitas
Atas
:
Regio kanan
Regio kiri
Bawah
:
Regio kanan
Regio kiri
5 5
5 5
Kekuatan Motorik
I. 3. 2. Status Neurologi
GCS : E4V5M6
Meningeal Sign :
Kaku Kuduk
: -
Kernig
: -
Brudzinski I-IV
: -
Nervus Cranialis :
1 N. Olfaktorius (N. I)
2
: tidak dilakukan
: DBN
: DBN
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
N. Trigeminus (N. V)
a Sensorik : DBN
b Motorik :
1)
Merapatkan gigi
2)
Buka mulut
3)
Menggigit tongue spatel kayu
4)
Menggerakkan rahang
c Refleks :
1)
Maseter /mandibular
2)
Kornea
: DBN
: DBN
: tidak dilakukan
: DBN
: (-)
: DBN
: sensorik raba DBN
: simetris
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
c. Sensorik khusus
1)
Lakrimasi
: tidak dilakukan
2)
Refleks stapedius
: tidak dilakukan
3)
Pengecapan 2/3 anterior lidah: tidak dilakukan
6
N. Acesorius (N.XI)
a Kekuatan m. trapezius
b Kekuatan m. sternokleidomastoideus
9 N. hipoglosus (N. XII)
a Kondisi diam
b Kondisi bergerak
Motorik :
1 Observasi
: DBN
2 Palpasi
: konsistensi otot kenyal
3 Perkusi
: DBN
4 Tonus
: DBN
5
Kekuatan otot :
5 5
5 5
a. Extremitas atas :
1) M. deltoid
2) M. biceps brakii
3) M. triceps
4) M. Brakioradialis
5) M. pronator teres
6) Genggaman tangan
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
b. Extremitas bawah :
1) M. iliopsoas
: +5 / +5
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
2)
3)
4)
5)
6)
M. kwadricep femoris : +5 / +5
M. hamstring
: +5 / +5
M. tibialis anterior
: +5 / +5
M. gastrocnemius
: +5 / +5
M. soleus
: +5 / +5
Sensorik
1 Eksteroseptik / protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar): DBN
2 Proprioseptik (gerak/posisi, getar dan tekan)
: DBN
3 Kombinasi :
a
Stereognosis
: tidak dilakukan
b
Barognosis
: tidak dilakukan
c
Graphestesia
: DBN
d
Two point tactile discrimination
: DBN
e
Sensory extinction
: DBN
f
Loss of body image
: (-)
Refleks Fisiologis
1 Refleks Superficial
a. Dinding perut /BHR : tidak dilakukan
b. Cremaster
: tidak dilakukan
2 Refleks tendon / periostenum :
a
BPR / Biceps
: +5 / +5
b
TPR / Triceps
: +5 / +5
c
KPR / Patella
: +5 / +5
d
APR / Achilles
: +5 / +5
e
Klonus :
Lutut / patella : - / Kaki / ankle
:-/Refleks Patologis
1 Babinski
:-/2 Chaddock
:-/3 Oppenheim
:-/4 Gordon
:-/5 Schaeffer
:-/6 Gonda
:-/7 Stransky
:-/8 Rossolimo
:-/9 Mendel-Bechtrew : - / 10 Hoffman
: -/ 11 Tromner
: -/ Refleks Primitf
1 Grasp refleks
2 Palmo-mental refleks
: -/: -/-
Pemeriksaan Serebellum
1 Koordinasi:
a. Asinergia /disinergia : (-)
b. Diadokinesia
: (-)
c. Metria
: (-)
d. Tes memelihara sikap
1)
Rebound phenomenon : sulit dievaluasi
2)
Tes lengan lurus
: DBN
e. Keseimbangan
1)
Sikap duduk
: DBN
2)
Sikap berdiri
Wide base / broad base stance : tidak dilakukan
Modifikasi Romberg
: tidak dilakukan
Dekomposisi sikap
: tidak dilakukan
3)
Berjalan / gait :
Tendem walking
: tidak dilakukan
Berjalan memutari kursi / meja
: tidak dilakukan
Berjalan maju-mundur
: tidak dilakukan
Lari ditempat
: tidak dilakukan
f. Tonus : DBN
g. Tremor: (-)
Pemeriksaan Fungsi Luhur
1 Aphasia
: (-)
2 Alexia
: (-)
3 Apraksia
: (-)
4 Agraphia
: (-)
5 Akalkulia
: (-)
6 Right-left disorientation : (-)
7 Fingeragnosia
: (-)
Tes Sendi Sacro-Iliaca
1 Patricks
: -/2 Contra patricks : -/Tes Provokasi Nervus Ischiadicus
1 Laseque
: -/+
2 Sicards
: -/+
3 Bragards
: -/+
4 Minors
: -/5 Neris
: -/6 Door bell sign
: -/+
7 Kemp test
: -/-
Pemeriksaan Disartria
1
2
3
Labial
Palatal
Lingual
: DBN
: DBN
: DBN
II. 4. Assesment
a. Klinis :
nyeri kepala, nyeri daerah lumbal sampai cocygeus, pemeriksaan nervus
ischiadikus (+) pada laseque, sicards, bragaards pada daerah kiri
b. Topis
Hemisphere serebri
Lumbal 5 sampai sacral 1
c. Etiologi
Cephalgia
DD/: TTH, migraine, cluster
HNP Lumbal
II. 5. Planning
a. Diagnosis
Darah Lengkap
G2PP
Albumin
CT-scan
Rontgen Thoraks
b. Terapi
Inj Norages 3 x 1
Oral
Provelyn 2 x 1
Myores 2 x 1
Patral 2 x 1
c. Monitoring
Monitoring keadaan umum
Monitoring tanda vital
d. Edukasi
II. 6. Follow Up
Rabu, 4 November 2015
S
-
Pusing
O
cenat
Vital Sign :
K : nyeri kepala,
Infus
asering
cenut (+)
TD : 110/80 mmHg
Nyeri
N : 60 kali/menit
sampai
pinggang (+)
Suhu : 36.7 C
pemeriksaan nervus
(dalam NS 100 cc
Muntah 1 kali
RR: 20 kali/menit
20 menit)
Sesak (-)
GCS : E4M6V5
laseque,
Makan (-)
bragaards
Minum (+)
NC : dbn
BAK lancar
Motorik : 5/5
daerah kiri
T : Hemisphere
serebri,
5/5
Sensorik : dbn
R. Fisiologis : dbn
R. Patologis : dbn
Tes
Provokasi
Ischiadicus :
Laseque
: -/-
Sicards
: -/+
Bragards
: -/+
N.
cocygeus,
sicards,
tarontal 14 tpm
sampai sacral 1
E:
Cephalgia
DD/: TTH,
3 x 1
Inj Lapibal 2 x 1
( dalam 8 cc aqua)
pada
Lumbal
Inj Ketase
Inj Norages 3 x 1
Oral
Provelyn 2 x 1
migraine,
Myores 2 x 1
cluster
Patral 2 x 1
HNP Lumbal
Minors
: -/-
Neris
: -/-
Door
bell
sign
: -/+
Nyeri kepala
Vital Sign :
hebat (+)
TD : 130/80 mmHg
Nyeri
N : 60 kali/menit
cocygeus, pemeriksaan
pinggang (+)
Suhu : 37.1 C
Muntah 1 kali
RR: 22 kali/menit
Mual (+)
GCS : E4M6V5
Sesak (-)
Makan (-)
NC : dbn
kiri
T : Hemisphere serebri,
Minum (+)
Motorik : 5/5
BAK lancar
BAB (-)
hari
Sensorik : dbn
R. Fisiologis : dbn
R. Patologis : dbn
Tes
Provokasi
N.
Ischiadicus :
1
E:
Cephalgia
DD/:
asering
Inj Ketase
3 x 1
(stop)
Inj Lapibal 2 x 1
( dalam 8 cc aqua)
Inj Norages 3 x 1
TTH,
Infus
tarontal 14 tpm
5/5
3
Oral
migraine,
Provelyn 2 x 1
cluster
Myores 2 x 1
Patral 2 x 1
HNP Lumbal
Laseque
: -/-
Serolin
Sicards
: -/+
Q 10 DS 2 x 1
Bragards : -/+
Minors
: -/-
Neris
: -/-
2 x1
Kemp test
: -/-
Nyeri
O
kepala
Vital Sign :
K : nyeri kepala,
Infus
asering
hebat (+)
TD : 110/70 mmHg
Nyeri
N : 80 kali/menit
sampai
pinggang (+)
Suhu : 36.4 C
pemeriksaan nervus
Muntah 1 kali
RR: 40 kali/menit
Mual (+)
GCS : E4M6V5
laseque,
Sesak (+)
bragaards
pada
Inj Norages 3 x 1
Makan (+)
NC : dbn
Minum (+)
Motorik : 5/5
daerah kiri
T : Hemisphere
BAK lancar
serebri,
BAB (+)
5/5
Sensorik : dbn
R. Fisiologis : dbn
R. Patologis : dbn
Tes
Provokasi
N.
Ischiadicus :
Laseque
: -/-
Sicards
: -/+
Bragards
: -/+
Minors
: -/-
Neris
: -/-
Door
bell
sign
: -/+
cocygeus,
tarontal 14 tpm
sampai sacral 1
E:
Cephalgia
DD/: TTH,
3 x 1
(stop)
Inj Lapibal 2 x 1
( dalam 8 cc aqua)
sicards,
Lumbal
Inj Ketase
mg
Inj Tarontal (stop)
Oral
Provelyn 2 x 1
migraine,
Myores 2 x 1
cluster
Patral 2 x 1
Serolin
Q 10 DS 2 x 1
HNP Lumbal
2 x1
Nyeri
O
kepala
Vital Sign :
K : nyeri kepala,
Infus
asering
berkurang
TD : 120/80 mmHg
Nyeri
N : 80 kali/menit
sampai
pinggang (-)
Suhu : 36.5 C
pemeriksaan nervus
Muntah (-)
RR: 20 kali/menit
Mual (-)
GCS : E4M6V5
laseque,
Sesak (-)
bragaards
pada
Inj Norages 3 x 1
Makan (+)
NC : dbn
Minum (+)
Motorik : 5/5
daerah kiri
T : Hemisphere
BAK l=ancar
serebri,
BAB (+)
5/5
Sensorik : dbn
R. Fisiologis : dbn
R. Patologis : dbn
Tes
Provokasi
N.
Ischiadicus :
Laseque
: -/-
Sicards
: -/+
Bragards : -/+
Minors
: -/-
Neris
: -/-
Door
bell
sign
: -/
cocygeus,
tarontal 14 tpm
sampai sacral 1
E:
Cephalgia
DD/: TTH,
3 x 1
(stop)
Inj Lapibal 2 x 1
( dalam 8 cc aqua)
sicards,
Lumbal
Inj Ketase
mg
Inj Tarontal (stop)
Oral
Provelyn 2 x 1
migraine,
Myores 2 x 1
cluster
Patral 2 x 1
Serolin
Q 10 DS 2 x 1
HNP Lumbal
2 x1
Tidak ada
Vital Sign :
keluhan
TD : 130/80 mmHg
N : 60 kali/menit
sampai
Suhu : 36.1 C
pemeriksaan nervus
RR: 20 kali/menit
GCS : E4M6V5
laseque,
bragaards
pada
Inj Norages 3 x 1
NC : dbn
daerah kiri
T : Hemisphere
serebri,
Motorik : 5/5
5/5
Sensorik : dbn
R. Fisiologis : dbn
R. Patologis : dbn
Tes
Provokasi
N.
Ischiadicus :
Laseque
: -/-
Sicards
: -/+
Bragards
: -/+
Minors
: -/-
Neris
: -/-
Door
bell
sign
: -/
K : nyeri kepala,
Infus
Inj Ketase
3 x 1
(stop)
Inj Lapibal 2 x 1
( dalam 8 cc aqua)
sicards,
mg
sampai sacral 1
E:
Cephalgia
DD/: TTH,
Oral
Provelyn 2 x 1
migraine,
Myores 2 x 1
cluster
Patral 2 x 1
Serolin
Q 10 DS 2 x 1
HNP Lumbal
tarontal 14 tpm
cocygeus,
Lumbal
asering
2 x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Cephalgia
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat
banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap. Sakit kepala
kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga
terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau
mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, dan berbagai macam
gangguan medis umum lainnya.1
Sakit kepala biasa disebabkan gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin, umur,
pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik. Prevalensi sakit kepala
di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala
kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah
tipe tension headache.
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman yang
menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan belakang kepala.
dan daerah wajah. IHS tahun 1988 menyatakan bahwa nyeri pada wajah termasuk juga dalam
sakit kepala. Kini penanganan akan sakit kepala sudah memiliki standarisasi dari IHS untuk
membedakan akan cluster headache, migrain, tension headache dan dengan nyeri kepala
lainnya.
II. 1. 1. Definisi Cephalgia
Cephalgia merupakan nyeri dikepala. Cepha berarti kepala dan ischialgia artinya nyeri.
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak
sebab. Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang
berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit. 1
II. 1. 2. Etiologi
Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai macam
penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ dikepala, jaringan sistem
persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine,
ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala,
dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular,
hipertensi, sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam
gangguan medis umum lainnya. 7
II. 1. 3. Epidemiologi
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis
kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.
Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang
menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari
jumlah di atas adalah tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi
belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %. Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan
usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia lebih besar dari 12
tahun. IHS juga mengemukakan cluster headache 80 90 % terjadi pada pria dan prevalensi
sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.5
migraine,
tension
type
headache,
cluster
head
ache
dengan
sefalgia
trigeminal/autonomik, dan sakit kepala primer lainnya. Sakit kepala sekunder dapat dibagi
menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala
akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan
vaskular intrakranial, sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat
infeksi, sakit kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat
kelainan kranium, leher, telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan
wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri.7
peregangan periosteum(nyeri lokal), degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada
akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida
otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin).2
II. 1. 6. Cephalgia Primer
Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang merupakan penyakit utama
atau nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural-organik. Menurut ICHD-2 nyeri
kepala primer dibagi ke dalam 4 kelompok besar yaitu :7
1) Migraine
2) Tension Type Headache
3) Cluster Headache dan Chronic Paroxysmal Hemicrania
4) Other primary headaches
II. 1. 6. 1. Migren
a. Definisi
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlansung 4 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan
dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.3
pada usia 10 40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Migren
tanpa aura lebih sering dibandingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1.4
d. Klasifikasi Migren
Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa aura, dan
migren kronik (transformed ). Migren dengan aura adalah migren dengan satu atau lebih
aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi
batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur angsur lebih dari 4
menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala mengikuti aura dalam
interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit. Migren tanpa aura adalah migren tanpa
disertai aura klasik, biasanya bilateral dan terkena pada periorbital. Migren kronik adalah
migren episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah berbulan- bulan sampai bertahuntahun dan berkembang menjadi sindrom nyeri kepala kronik dengan nyeri setiap hari.4
e. Patofisiologi Migren
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teori vaskular,
adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga
terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke depan.
Penyebaran frontal berlanjut dan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai.
Teori cortical spread depression, dimana pada orang migrain nilai ambang saraf
menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku short-lasting wave
depolarization oleh pottasium-liberating depression (penurunan pelepasan kalium)
sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi neuron yang memanjang. Selanjutnya,
akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas neuron ketika melewati
korteks serebri. Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibat
aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh
darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene related). CGRP akan berikatan pada
reseptornya di sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaran mediator inflamasi
sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja pada arteri serebral dan otot
polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain itu, CGRP akan bekerja
pada post junctional site second order neuron yang bertindak sebagai transmisi impuls
nyeri.4
Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus sereleus
sehingga terjadi peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini juga mengaktifkan
nukleus dorsal rafe sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar
epinefrin dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi
penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah diotak akan merangsang serabut
saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat terjadi aura. Apabila
terjadi penurunan kadar serotonin maka akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah
intrakranial dan ekstrakranial yang akan menyebabkan nyeri kepala pada migrain.4
f. Diagnosa Migren
Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda khas
migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa harus
terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik berikut, yaitu migren dengan satu atau
lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa
disfungsi batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur-angsur lebih
dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, sakit kepala mengikuti aura dalam
interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit.5
Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus
terdapat paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi
kriteria berikut :
a) Berlangsung 4 72 jam
b) Paling sedikit memenuhi dua dari:
1. unilateral
2. Sensasi berdenyut
3. Intensitas sedang berat
4. Diperburuk oleh aktifitas
5. Bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
Sedangkan menurut Konsensus nasional IV, Kelompok studi Nyeri Kepala ,
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) tahun 2013, ktriteria
diagnostic migrain tanpa aura :
A. Sekurang-kurangnya nyeri kepal berlangsung 4- 72 jam (belum diobati
atau tidak berhasil diobati)
ensefalitis,
meningitis,
meningioma,
sindrom
lupuseritematosus,
mg/hari, NSAID
( Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, Tolfenamic 200400 mg/hari, Asam mefenamat, Fenoprofen, Ibuprofen 800 mg/hari,
diklofenak 50-100 mg/hari) Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat
menyebabkan iritasi Gastrointestinal, Penyakit ginjal dan hati, serta
gangguan fungsi platelet.
2. Kafein (Analgetik Adjuvant) 65 mg
3. Kombinasi 325 aspirin , acetaminophen + 40 mg kafein.
sekitar.
Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
Pelepasan histamin
Letupan paroxysmal parasimpatis.
Abnormalitas hipotalamus.
Penurunan kadar oksigen.
pasien dengan cluster headache menunjukan periode oksigenasi pada jaringan vital
berkurang yang dapat memicu suatu serangan.6
d. Patofisiologi
Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan jelas akan tetapi teori
yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain: Cluster headache, timbul karena
vasodilatasi pada salah satu cabang arteri karotis eksterna yang diperantarai oleh histamine
intrinsic (Teori Horton). Serangan cluster headache merupakan suatu gangguan kondisi
fisiologis otak dan struktur yang berkaitan dengannya, yang ditandai oleh disfungsi
hipotalamus yang menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom. Hal ini
menimbulkan defisiensi autoregulasi dari vasomotor dan gangguan respon kemoreseptor
pada korpus karotikus terhadap kadar oksigen yang turun. Pada kondisi ini, serangan dapat
dipicu oleh kadar oksigen yang terus menurun. Batang otak yang terlibat adalah setinggi
pons dan medulla oblongata serta nervus V, VII,IX, dan X. Perubahan pembuluh darah
diperantarai oleh beberapa macam neuropeptida (substansi P, dll) terutama pada sinus
kavernosus(teoriLee Kudrow)5
e. Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International Headache
Society (IHS) adalah sebagai berikut:8,9,10
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal selama
15-180 menit bila tidak di tatalaksana.
c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1. Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2. Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3. Edema kelopak mata ipsilateral
4. Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Kesadaran gelisah atau agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Pada tahun 2004 American Headache Society menerbitkan kriteria baru untuk
mendiagnosa cluster headache. Untuk memenuhi kriteria diagnosis tersebut, pasien
setidaknya harus mengalami sekurang-kurangnya lima serangan nyeri kepala yang terjadi
setiap hari selama delapan hari, yang bukandisebabkan oleh gangguan lainnya.
Selain itu, nyeri kepala yang terjadi parahatau sangat parah pada orbita unilateral,
supraorbital atau temporal, dan nyeri berlansung antara 18 sampai 150 menit jika tidak
diobati, dan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut ini: injeksi konjungtiva atau
lakrimasi ipsilateral, hidung tersumbat atau rinore ipsilateral, edema kelopak mata
ipsilateral, wajah dan dahi berkeringat ipsilateral, ptosis atau miosis ipsilateral, atau
kesadaran gelisah atau agitasi.
Cluster headache episodik didefinisikan sebagai setidak-tidaknya terdapat dua
periode cluster yang berlangsung tujuh sampai 365 hari dan dipisahkan periode remisi
bebas nyeri selama satu bulan atau lebih.Sedangkan cluster headache kronis adalah
serangan yang kambuh lebih dari satu tahun periode remisi atau dengan periode remisi
yang berlangsung kurang dari satu bulan.6
f. Penatalaksanaan Cluster headache
Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit sering
memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat. Berikan
oksigen inhalasi dengan kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit.
1
headache.
Dihidroergotamin 1 mg intarmuskular efektif pada pengobatan akut cluster
headache.
Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk mengobati
dengan aman. Banyak ahli sekarang ini mengajukan verapamil sebagai pilihan pengobatan
lini pertama, walaupun pada beberapa pasien dengan serangan yang singkat hanya perlu
kortikosteroid oralatau injeksi nervus oksipital mungkin lebih tepat.
Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik dibandingkan
dengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis verapamil yang relatif
lebih tinggi pada cluster headache.
Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama empat hari
yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai pendekatan pengobatan
perventif jangka pendek. Pengobatan ini sering menghentikan periode cluster, dan
digunakan tidak lebih dari sekali setahun.
Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache. Dosis biasanya
adalah 100-200 mg perhari, dengan efek samping yang sama seperti penggunaannya pada
migraine.
Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dan salah satu
penelitian terkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis biasa yang
digunakan adalah 9 mg perhari.Obat-obat pencegahan lainnya termasuk gabapentin
(sampai 3600 perhari).7
Sifat
Berdenyut
Lokasi
Lama
Frekuensi
Gejala ikutan
Unilateral/bilateral
nyeri
4-72
Sporadik, < 5
Mual
jam
serangan nyeri
fotofobia,fonofobia
Sporadik,
Gangguan
visual,
serangan
gangguan
sensorik,
didahului
gangguan bicara
tanpa aura
Migren
Berdenyut
Unilateral
<
dengan
60
menit
aura
muntah
gejala
neurologi
Possible 5-20
fokal
Red Flag
Consider
Tumpul,
SuddenTension
Onset Headache
Bilateral
30
SAH, Bleed into a mass
Tipe
tekan
Headache
Cluster
diikat
Tajam,
Unilateral
Headache
menusuk
supraorbital
Investigation
-7
menit
Terus
menerus Depresi
Neuroimaging
stress
AV Malformaion, hariMass
lesion
Lumbal Pucture
orbita,
15-180
Periodik 1 x
Lakrimasi
menit
tiap 2 hari
ipsilateral.,
8x perhari
rhinorrhoea
Neuroimaging ipsilatral,
miosis/ptosis
Medical Overuse
ipsilatral,
Neuralgia
Ditusuksaraf
V
15-60
Headache
with systemic
illness Dermatom
Meningitis,
Encephalitis
trigeminus
tusuk
ansietas
detik
dahi
&
wajah berkeringat
Beberapa
kali
Neuroimaging Zona pemicu nyeri
sehari
Lyme Disease,Collagen
Lumbal Pucture
Blood Test
Infection
Tabel
Focal Neurological signs other
Mass
Lesion,
Malformation
Aura
Papiloedema
Red
AV
Neuroimaging
Collagen Vascular
Evaluation
Neuroimaging
Encephalitis, Meningitis
Lumbal Pucture
2.
Flag
Cephalgia
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari
badan tulang atau corpus vertebrae, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang
oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. dan bagian posterior yang terdiri dari
arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua kaki atau pediculus dan dua lamina,
serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus
transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut
foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran
sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang
punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan
satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma.
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan
kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum
II. 2. 2. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
Faktor resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat trauma
sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga tidak
teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat badan berlebih,
batuk lama dan berulang.
II. 2. 5. Patogenesis
HNP atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc
Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah
akut, kronik atau berulang. Penonjolan, ruptur, pergeseran adalah istilah yang digunakan pada
nucleus yang terdorong keluar diskus. Apabila nucleus mendapat tekanan, sedangkan nucleus
berada diantara dua end plate dari korpus vertebra yang berahadapan dan dikelilingi oleh annulus
fibrosus maka tekanan tersebut menyebabkan nucleus terdesak keluar, yang disebut Hernia
Nucleus Pulposus.
Herniasi diskus dapat terjadi pada midline, tetapi lebih sering terjadi pada satu sisi.
Keluhan nyeri dapat unilateral, bilateral atau bilateral tetapi lebih berat ke satu sisi. Penyebabnya
sering oleh karena trauma fleksi, dan terutama trauma berulang dapat mengenai ligamentum
longitudinal posterior dan annulus fibrosus yang telah mengalami proses degenarasi. Sciatica,
yang ditandai dengan nyeri yang menjalar ke arah kaki sesuai dengan distribusi dermatof saraf
yang terkena, adalah gejala yang pada umumnya terjadi dan ditemukan pada 40% dari pasien
dengan HNP.
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk atau
mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang saat
beristirehat atau berbaring.
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
e. Nyeri bertambah bila daerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan.
f. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/tungkai
g. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
h. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang
sehat.
II. 2. 7. Diagnosis
II. 2. 7. 1. Anamnesis
a. Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi
permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
b. Lama dan frekuensi serangan
NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi
diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
c. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah
mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran yang
tetap.
d. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada
penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver
valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap
jika berbaring.
e. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya
dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB dengan nyeri tungkai, mana
yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya
merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan
rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu
tindakan operasi. Bila nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak
menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan
tindakan operatif. Gejala NPB yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode
tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.
Harus
diketahui
pula
gerakan-gerakan
mana
yang
bisa
menyebabkan
bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya
berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan
meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin
dan mengejan sewaktu defekasi.
II. 2. 7. 2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
-
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
Ekstensi ke belakang seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis
foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan
Fleksi kedepan secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP,
karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri.Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada
sisi yang sama.
b. Palpasi
-
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan,
kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang
dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
-
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan UMN. Dari pemeriksaan
refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua
dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
o Tanda Laseque kontralateral(contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara
yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan
suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan
menunjukkan adanya suatu HNP.
o Tes Bragard modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama
seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
o Tes Sicard sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
o
Tes valsava pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila
timbul nyeri
Dalam kebanyakan kasus hernia nucleus pulposus (HNP), foto polos tulang
belakang lumbosakral atau tulang belakang leher tidak diperlukan. Foto polos tidak dapat
memperlihatkan herniasi, tetapi digunakan untuk menyingkirkan kondisi lainnya
misalnya, fraktur, kanker, dan infeksi.
2. CT scan
adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah
jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
3. Mielografi
berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang
sebelumnyadilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal
4. CT mielografi
dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada
atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani
operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap
stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
Gambar 12. Potongan sagital T1 dan T2 dan aksial dan T1-T2 rata menunjukkan
perubahan degeneratif pada tingkat L1-2 dan L2-3, hipertrofi segi pada tingkat L4-5, dan
herniasi diskus menyebabkan ekstrusi dan mengompresi saraf kiri L5.
untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras
hanya bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi dengan cara memasukkan jarum
ganda untuk menegakkan diagnosa. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini
sudah tidak begitu populer lagi karena invasive.
II. 2. 8. Penatalaksanaan
a. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
-
b. Pembedahan
-
II. 2. 9. Prognosis
a. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif
b. Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
c. Pada pasien yang dioperasi 90% akan membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%
DAFTAR PUSTAKA
1
Baehr, M dan M. Frostcher. Diagnosis Topik Neurologi Duus : Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala. EGC : Jakarta, 2010.
Bigal ME, Lipton R. Headache : classification in Section 6 :Headache and fascial pain
Chapter 54 McMahon ebook p.1-13.
Ginsberg, Lionel. Lectures notes Neurologi. Ed. Ke -8. Erlangga : Jakarta, 2008. Stephen
D, Silberstein. Wolffs headache and Other Head Ache.London : Oxford University
Press.2001
Livingstone.2004.66-72.ISH
Classification
of
Headache
Classification
Disorders)
ICHD
available
II
at
International
:
http://ihs-
classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
9
10 Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-14. PT Dian Rakyat. Jakarta. 2009
11 Sidharta, Priguna. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum. PT Dian
Rakyat. Jakarta.1999
2011
17 http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview diakses tanggal 30 November
2011
18 http://emedicine.medscape.com/article/340014-overview diakses tanggal 30 November
2011
19 http://www.dokterbedahtulang.com diakses tanggal 30 November 2011
20 http://ppni-klaten.com.HNP diakses tanggal 30 November 2011