FROZEN SHOULDER
Pembimbing :
dr. Fitriyani, M.Kes., Sp.S
Disusun Oleh :
Angga Dwi Pratomo, S.Ked
Nama Mahasiswa
NIM
: 10310038
Universitas
: Malahayati
Pemeriksaan
Tgl. Pemeriksaan
IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status
Suku Bangsa
Tanggal masuk RS
II
: 1 September 2015
: Tn. E
: 49 th
: Beringin Raya Kemiling
: Islam
: PNS
: Menikah
: Jawa
: 1 September 2015
RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
: ------------------
Pasien datang ke Poli Saraf RS Pertamina Bintang Amin dengan keluhan bahu sebelah
kanan terasa kaku, keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien
merasa bahu kanannya terasa kaku, bila digerakkan terasa nyeri kemudian pasien
memeriksakannya di klinik tapi tidak berkurang keluhannya malah semakin berat,
pasien juga kesulitan bila melakukan aktifitas terutama aktifitas yang harus
mengangkat bahu seperti memakai baju. Karena keluhan tidak berkurang pasien
memeriksakan tangannya kepoli saraf. Pasien mengaku jarang melakukan angkatangkat berat, riwayat trauma disangkal. Rasa kelemahan, kesemutan pada tangan
kanan disangkal. Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini.
Riwayat Hipertensi
Riwayat DM
Riwayat stroke
Riwayat trauma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat stroke
: disangkal
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama yang dialami
pasien.
Status Generalis
Leher:
Pembesaran KGB
: Tidak tampak pembesaran
pembesaran kelenjar tyroid : Tidak tampak pembesaran
JVP
: 5 2 mmH2O
Trakea
: Deviasi (-)
Torax :
Cor
o Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
o Perkusi :
Batas Kanan Bawah : ICS IV garis parasternal dextra dengan bunyi redup
Batas Kiri Bawah
: ICS V garis midclavicula sinistra dengan bunyi redup
Batas Kanan Atas : ICS II linea parasternal dextra dengan bunyi redup
Batas Kiri Atas
: ICS II linea parasternal sinistra dengan bunyi redup
o Auskultasi : Bunyi Jantung I/II Reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo
o Inspeksi : Dinding thorax simetris pada saat statis maupun dinamis, retraksi
o Inferior
STATUS NEUROLOGI
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
A Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS)
Kanan
Kiri
Normal
Normal
N II. (OPTIKUS)
Kanan
Kiri
Tajam penglihatan
6/60
6/60
Fundus Okuli
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lapang penglihatan
Normal
Normal
Tes warna
Normal
Normal
Endopthalmus
Exopthalmus
Diameter
3mm
3mm
Bentuk
Bulat
Bulat
Isokor/anisokor
Isokor
Isokor
Posisi
Central
Central
Pupil
Medial
Lateral
Superior
Inferior
Obliqus, superior
Obliqus, inferior
N V. (TRIGEMINUS)
Sensibilitas
Ramus oftalmikus
Ramus maksilaris
Ramus mandibularis
Motorik
M. maseter
M. temporalis
M. pterigoideus
Reflek
Reflek Kornea
Refleks bersin
N VII. (FASIALIS)
Inspeksi wajah sewaktu:
Diam
Simetris
Tertawa
Simetris
Meringis
Simetris
Bersiul
Simetris
Menutup mata
Simetris
Simetris
Simetris
Mengembungkan pipi
Simetris
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah
N VIII. (AKUSTIKUS)
N. cochlearis
Ketajaman pendengaran
Tinnitus
Tidak ada
N.vestibularis
Test vertigo
nistagmus
N IX. (GLOSOFARINGEUS)
dan N.X (Vagus)
Suara Bindeng / nasal
Posisi Uvula
Central
Palatum Mole
Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus Palatoglossus
Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus Pharingeus
Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Reflek Batuk
Reflek Muntah
Peristaltik usus
Bradikardi
Takikardi
N XI. (AKSESORIUS)
M. Sternokleidomastoideus
M. Trapezius
N XII. (HIPOGLOSUS)
Atropi
Fasikulasi
Deviasi
Kernig test
Lasseque test
Brudzinky I
Brudzinky I
Sistem motorik
Gerakan
Kekuatan otot
Superior ka/ki
Inferior ka/ki
Pasif / aktif
Aktif/ aktif
3/5
5/5
Tonus
Baik
Baik
Klonus
Atrophi
Bisep N/N
Pattela N/N
Trisep N/N
Achiles N/N
Hoffman trimmer
Babinsky -/-
-/-
Chaddock -/-
Reflex fisiologis
Reflex patologi
Sensibilitas
Eksteroseptif/ rasa permukaan (superior/inferior)
Rasa raba
Rasa nyeri
Rasa getar
Grafognosis
Koordinasi
Tes tunjuk hidung
Tes pronasi supinasi
Fungsi luhur
Fungsi bahasa
Fungsi orientasi
Fungsi memori
Fungsi emosi
RESUME
Pasien seorang pria usia 49 tahun datang ke Poli Saraf RS Pertamina Bintang
Amin dengan keluhan bahu sebelah kanan terasa kaku, keluhan sudah dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasa bahu kanannya terasa kaku, bila
digerakkan terasa nyeri kemudian pasien memeriksakannya di klinik tapi tidak
berkurang keluhannya malah semakin berat, pasien juga kesulitan bila melakukan
aktifitas terutama aktifitas yang harus mengangkat bahu seperti memakai baju.
Karena keluhan tidak berkurang pasien memeriksakan tangannya ke poli saraf.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Test Mossley
Test Appley
Test Yergerson
:+
:+
:+
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
DiagnosisTropis
Diagnosis Etiologi
: Frozen shoulder
: Glenohumeral
: Inflamasi
DIAGNOSIS BANDING
Frozen shoulder
Bursitis subacromial
Tendinitis bicipitalis
INITIAL PLAN
IpDx
Foto Rongent cervical-thorakal AP, lateral
IpTx
o Non Medika Mentosa
Fisioterapi
o Medika Mentosa
Na diclofenak 2x50 mg
Ranitidin 2x500 mg
IpEx
o Menjelaskan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit pasien
o Sarankan pada pasien agar patuh dalam pengobatan yang sudah diberikan.
o Disarankan sering melakukan streching
PROGNOSIS
Adsanam
Ad vital
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Ad fungsional
: dubia ad bonam
FROZEN SHOULDER
Definisi
Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi
inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral,
sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang
kronis.
Anatomi dan Fisiologi
Sendi pada bahu terdiri dari tiga tulang yaitu tulang klavikula, skapula, dan
humerus. Terdapar dua sendi yang sangat berperan pada pergerakan bahu yaitu
sendi akromiklavikular dan glenohumeral. Sendi glenohumeral lah yang berbentuk
ball-and-socket yang memungkinkan untuk terjadi ROM yang luas. Strukturstruktur yang membentuk bahu disebut juga sebgai rotator cuff. Tulang-tulang pada
bahu disatukan oleh otot, tendon, dan ligament. Tendon dan ligament membantu
member kekuatan dan stabilitas lebih. Otot-otot yang menjadi bagian dari rotator
cuff adalah m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres minor, dan m.
subscapularis.
Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan bahu dan menjaga
stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan menyambung ke
humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu. Manset ini menjaga
caput humeri di dalam fossa glenoid yang dangkal.
Otot-otot pada rotator cuff menjadi ball dalam socket pada sendi
glenohumeral dan memberikan mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder.
Terdapat dua bursa untuk memberi bantalan dan melingungi dari akromion dan
memungkinkan gerakan sendi yang lancar.
Saat terjadi abduksi lengan, rotator cuff memampatkan sendi glenohumeral,
sebuah istilah yang dikenal sebagai kompresi cekung (concavity compression),
untuk memungkinkan otot deltoid yang besar untuk terus mengangkat lengan.
Dengan kata lain, rotator cuff, caput humerus akan naik sampai sebagian keluar
dari fosa glenoid, mengurangi efisiensi dari otot deltoid.
Epidemiologi
Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering
ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen
shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada
penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau
berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih
sering pada pasien dengan diabetes dari pada yang tidak. Pada 14% pasien, saat
frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga terpengaruh.
Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun onset penyakit.
Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang terjadi.
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan
hipertriglicemi. Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung,
tuberkulosis, dan berbagai kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS,
namun asosiasi ini sebagian besar hanya anekdot dan tidak didukung dengan studi
case control.
Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi
mendasar yang menyebabkan sendi tidak digunakan. Idiopatic frozen shoulder
sering terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.
Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar
collum dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati dengan sekitar 10% dari pasien dengan kelainan ini akan mengalami
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak menjalani
fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sering terlalu lama juga dapat
menyebabkan frozen shoulder.
Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau
operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan tetapi
pada sepertiga kasus pergerakan yang terbatas dapat terjadi pada kedua lengan.
Patofisiologi
akan sering mengeluhkan nyeri pada daerah deltoid. Sering kali pasien tidak akan
meminta bantuan medis pada fase ini, karena dianggap nyeri akan hilang dengan
sendirinya. Mereka dapat mencoba mengurangi nyeri dengan analgesic. Tidak ada
trauma sebelumnya, akan tetapi pasien akan ingat pertama kali dia tidak bisa
melakukan kegiatan tertentu akibat nyeri yang membatasi pergerakan. Fase ini
dapat berlangsung selama 2 sampai 9 bulan.
Fase kedua ini disebut stiff atau frozen fase. Pada fase ini pergerakan bahu
menjadi sangat terbatas, dan pasien akan menyadari bahwa sangat sulit untuk
melalukan kegiatan sehari-hari, terutama yang memerlukan terjadinya rotasi
interna dan externa serta mengangkat lengan seperti pada saat keramas atau
mengambil sesuatu yang tinggi. Saat in pasien biasanya mempunyai keluahan
spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau memasang BH, atau
mengambil sesuatu dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan
hingga 1 tahun.
Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini pasien mulai
bisa menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun kemampuan untuk
melakukan aktivitas akan membaik, tapi pemulihan sempurna jarang terjadi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik
secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi
mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45 derajat, dan rotasi internal
dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang. Terdapat pula
restriksi pada rotasi eksternal.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak
sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan
tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien
tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari
tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan
berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,
karena atrofi otot deltoid, supra spinatus dan otot rotator cuff lainnya.
Faktor Resiko
Frozen shoulder lebih sering terjadi pada wanita. Frozen shoulder sering
terjadi pada orang yang pernah mengalami trauma atau operasi pada sendi bahu.
Orang dengan diabetes, penyakit jantung, penyakit paru, hipertiroid, dan
hipertriglisemi cenderung berisiko untuk mengalami frozen shoulder.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari frozen shoulder berfokus pada mengembalikan
pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali
dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan
dengan latihan-latihan gerakan. Pada beberpa kasus dilakukan TENS untuk
mengurangi nyeri.
Langkah selanjutnya biasanya melibatkan satu atau serangkaian suntikan
steroid(sampaienam) seperti Methylprednisolone. Pengobatan ini dapat perlu
dilakukan dalam beberapa bulan. Injeksi biasanya diberikan dengan bantuan
radiologis, bisa dengan fluoroskopi, USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan
untuk memastikan jarum masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison injeksikan
pada sendi untuk menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini. Kapsul bahu
juga dapat diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi rupture pada
kapsul untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena kontraksi. Tindakan ini
disebut hidrodilatasi, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang meragukan
kegunaan terapi tersebut.
Apabila terapi-terapi
ini
tidak
berhasil
seorang
dokter
dapat