Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KASUS

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti


Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:
Oldriana Prawiro Hapsari
20090310059

Diajukan kepada:
Dr. Yoseph B, Sp, S
Departemen Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Rumah Sakit Panembahan Senopati
2014

HALAMAN PENGESAHAN
CARPAL TUNNEL SYNDROME

Disusun oleh:
Oldriana Prawiro Hapsari
20090310059

Disetujui dan disyahkan pada tanggal:

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. Yoseph B, Sp, S.

BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: Ny. S M

Jenis kelamin

: Perempuan

Usia

: 47 tahun

Suku bangsa

: Jawa

Status perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Piyungan, Bantul

Pendidikan

: Tamat SMA

ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis dengan pasien, pada tanggal 5 Desember 2014 Jam 12.30 WIB

II.

Keluhan Utama
Rasa nyeri dan pegal pada tangan sebelah kiri

III.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan rasa nyeri dan pegal pada tangan sebelah kiri yang
sudah dirasakan sejak 1 tahun yang belakangan ini, awalnya timbul rasa kesemutan pada
telapak tangan terutama pada ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah yang kemudian rasa
kesemutan itu menjalar sampai ke lengan bawah. Gejala menjadi lebih jelas apabila untuk
bekerja menggunakan tangan kiri berlebihan. Sekarang pasien juga merasa terkadang
tangannya menjadi baal dan menjadi kurang kuat disertai rasa pegal yang timbul saat
menggenggam sesuatu terlalu lama atau sedang bilas saat buang air dengan tangan.
Sebelumnya pasien pernah melakukan pengobatan ke dokter umum dan keluhan tidak
membaik. Jenis obat yang diminum adalah penghilang rasa nyeri (analgetik).

IV.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mempunyai riwayat DM dan Hipertensi

V.

Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit diabetes melitus (+)


Riwayat hipertensi (+)
Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg


Nadi

: 80 x/menit, reguler

Pernapasan

: 22x/ menit, reguler, teratur

Suhu

: 36 0 C

STATUS GENERALIS
Kepala

: Normosefali, simetris

Mata

: CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor

Pemeriksaan telinga

: Otore (-/-), deformitas (-/-)

Pemeriksaan hidung

: Deformitas (-/-), rhinorrhea (-/-)

Pemeriksaan mulut

: Bibir kering (-), faring hiperemis (-)

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat


Tiroid dalam batas normal

Pulmo

: Bentuk dan gerak simetris, suara dasar vesikuler,


Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Supel, datar
Hepar/Lien tidak teraba
Timpani, BU (+), NT(-)

Ekstremitas

: Akral hangat pada kedua ekstremitas, tidak ada oedem, tes tunel (+), tes
phalen (+)

STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: E4 M6 V5 (15)

Kepala

: Normocephaly

Mata : pupil isokor


STATUS LOKALIS

Inspeksi
Palpasi

: Tampak jejas post operasi pada tangan kanan


: Tes tunel (+), Tes phalen (+)

Perkusi
Transluminasi

: (-)
: (-)

TANDA RANGSANGAN MENINGEAL

Kaku kuduk

Brudzinski I
Brudzinski II
Laseque
Kernig
NERVI CRANIAL

negatif

:
:
:
:

negatif
negatif
negatif
negatif

NI

Daya penghidu

tidak dilakukan

N II
Ketajaman penglihatan (hitung jari)
Pengenalan warna
Lapang pandang (konfrontasi) :
Funduskopi
N III, N IV, N VI

Ptosis
Strabismus
Nistagmus
Exoptalmus
Enoptalmus
Gerakan bola mata
Lateral
Medial
Atas lateral
Atas medial
Bawah medial
Bawah lateral
Atas
Bawah

:
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan

:
:
:
:
:

:
:

negatif
tidak dilakukan
tidak dilakukan
negatif
negatif

:
dapat dilakukan
:
dapat dilakukan
dapat dilakukan
dapat dilakukan
:
dapat dilakukan
:
dapat dilakukan
:
dapat dilakukan
:
dapat dilakukan

N. V

Mengigit (M.messeter, M temporalis) :


Membuka mulut
Sensibilitas
o Atas
o Tengah
o Bawah

dapat dilakukan
:
dapat dilakukan
:
:
:

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

Refleks masseter

tidak dilakukan

tidak dilakukan
dapat dilakukan

N. VII
Pasif

Kerutan kulit dahi


Kedipan mata

:
:

Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata dengan kuat
Meringis/menyeringai
Menggembungkan pipi :
Gerakan bersiul
:
Daya pengecapan lidah 2/3
lidah depan

:
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan

Aktif

N. VIII

N. IX

Mendengarkan detik arloji


Tes schwabach
Tes rinne
Tes weber

N. X

Arcus pharynx
Posisi uvula
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang :
Refleks muntah
:

:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan

:
tidak dilakukan
:
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

Arcus pharynx
Bersuara
Menelan
N. XI

:
:
:

tidak dilakukan
dapat dilakukan
dapat dilakukan

Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
N. XII

:
:
:

dapat dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

Menjulurkan lidah
Atrofi lidah artikulari
Tremor lidah
Fasikulasi

:
:
:
:

dapat dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

MOTORIK

Gerakan
Kekuatan otot
Tonus otot
Trofi

:
:
:
:

Normal
Lemah pada bagian tangan kiri
Menurun pada bagian tangan kiri
Eutrofi

REFLEKS FISOLOGIS

Refleks tendon
o Refleks biceps
o Refleks triseps
o Refleks patella
o Refleks achilles

:
:
:
:

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

:
:
:
:
:
:

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

:
:
:

dapat dilakukan
dapat dilakukan
tidak dilakukan

:
:
:

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

:
:
:
:
:
:

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

:
:

tidak dilakukan
tidak dilakukan

REFLEKS PATOLOGIS

Hoffman trommer
Babinski
Chaddock
Openheim
Gordon
Schaefer

SENSIBILITAS

Eksteroseptif
o Nyeri
o Suhu
o Taktil
Propioseptif
o Vibrasi
o Posisi
o Tekan dalam

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN

Tes telunjuk hidung


Test telunjuk telunjuk
Tes tumit lutut
Tes romberg
Tes fukuda
Disdiadokinesis

FUNGSI OTONOM
Miksi
Defekasi
FUNGSI LUHUR

Fungsi bahasa
Fungsi orientasi

:tidak dilakukan
:tidak dilakukan

Fungsi memori
:tidak dilakukan
Fungsi emosi
:tidak dilakukan
Fungsi kognisi
:tidak dilakukan
DIAGNOSA KLINIS : kompresi n. medianus dextra et sinistra
RESUME
Pasien Perempuan, 47 tahun datang dengan keluhan rasa nyeri dan pegal pada tangan sebelah kiri
yang sudah dirasakan sejak 1 tahun belakangan ini, awalnya timbul rasa kesemutan pada telapak
tangan terutama pada ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah yang kemudian rasa kesemutan itu
menjalar sampai ke lengan bawah. Gejala menjadi lebih jelas apabila untuk bekerja menggunakan
tangan kiri berlebihan. Sekarang pasien juga merasa terkadang tangannya menjadi baal dan
menjadi kurang kuat disertai rasa pegal yang timbul saat menggenggam sesuatu terlalu lama atau
sedang bilas setelah buang air dengan tangannya. Sebelumnya pasien pernah melakukan
pengobatan ke dokter umum dan keluhan tidak membaik. Jenis obat yang diminum adalah
penghilang rasa nyeri (analgetik). Pasien mempunyai riwayat DM dan Hipertensi. Riwayat
keluarga mempunyai riwayat DM dan Hipertensi.
DIAGNOSA KERJA : Carpal tunnel syndrome dextra et sinistra
PENATALAKSANAAN:
Rawat Jalan

obat-obatan :
program Inj. Procain + trilac 5x
MP 1-1-0

BABII
PEMBAHASAN
II.1Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang
dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari jari tangan. Jari tangan dan otot
otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal, interphalangeal
proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam
pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada
tendon tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat
mengecilkan ukuran canalis.
Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam
ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada
otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang
diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi
oleh bagian distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan
proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan
dan ibu jari.

CT dibentuk oleh :
Atas : ligamentum carpi transversum (bagian dari. flexor retinaculum yang
membentang dari Os. Scapoideum dan trapezoideum ke arah medial menuju Os.
Piriformis & hamatum)
Lateral (radial) : Os naviculare dan tuberculum os trapezium.
Medial (ulnar) dibatasi oleh : Os. pisiformis dan os hamatum.
CT berisi :
4 Mm Fleksor Digitorum Superfisialis,
4 Mm Fleksor Digitorum Profundus,
1 M Fleksor Carpi Radialis,
1 N Medianus.
Anatomi Nervus Medianus
Serabut - serabut saraf yg membentuk N.
medianus berasal dari saraf spinal C5-C8
dan Th 1 dari pleksus brakhialis, dibentuk
oleh cabang lateralis fasciculus medialis
dan cabang medial dari fasciculus lateralis
dimana kedua cabang tersebut bersatu pada
tepi bawah M. Pectoralis minor.

Serabut motorik N. medianus mempersyarafi otot lengan bawah:


M. Pronator teres
M. Palmaris longus
M. Fleksor Carpi Radialis
M. Fleksor digitorum superficialis
M. Fleksor digitorum profundus
M. Pronator kuadratus
M. Fleksor Polisis longus
Serabut motorik N. Medianus yg mempersyarafi otot otot tangan M. Fleksor polisis brevis,
M. Oponen polisis, M. abductor polisis brevis, Mm. Lumbricalis I dan II
Serabut sensorik N. Medianus:
Bagian Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian radial jari manis, serta
ujung ujung distal dari jari yang sama.
Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk, jari tengah dan
setengah dari jari manis.
Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah ligamentum karpi transversum
dan sebelumnya terletak di belakang dari tenson palmaris longus.

II. 2 Definisi CTS


Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan karena
tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal Tunnel. Adapun definisi lain
yaitu neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal
pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga
disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang
dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan
nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang
keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal
ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang
karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan
tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.2
II. 3 Epidemiologi
Menurut penelitian CTS lebih sering terjadi pada wanita. CTS adalah entrapment
neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus mengalami tekanan pada
saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit
ini biasanya timbul pada usia pertengahan. Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral
tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan. Pada
beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.2
Prevalensi CTS bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173
per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht,
Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat parestesi jarijari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita CTS setelah
dikonfirmasi dengan pemeriksaan elektrodiagnostik 1. Pada populasi Rochester, Minnesota,
ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson dkk
menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah CTS.
II. 4 Etiologi
Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai kondisi dapat
berkontribusi sebagai penyebab, yaitu :
a. Kondisi kesehatan lain seperti artritis reumatoid, kelainan hormonal tertentu seperti
diabetes, kelainan tiroid, menopause, retensi cairan pada kehamilan.
b. Karakteristik fisik. Carpal tunnel seseorang dapat lebih sempit daripada populasi
umum
c. Proses penuaan normal dengan peningkatan massa di tenosinovium

d. Tekanan langsung atau lesi desak ruang di dalam carpal tunnel dapat meningkatkan
tekanan pada nervus medianus dan menyebabkan CTS
e. Tenosinovitis,yaitu peradangan membran musin tipis yang menyelimuti tendon
f. Sindrom double crush, kompresi atau iritasi nervus medianus di atas pergelangan
tangan
g. Aktifitas yang membutuhkan penggunaan tangan dengan kombinasi gerakan berulang
pergelangan tangan atau jari, dan pekerjaan yang menggunakan alat yang
menimbulkan getaran
h. Faktor keturunan
II.5 Gejala Klinis
Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang
hingga gejala sakit yang berat. Gejala gejala ini akan semakin bertambah berat dan
penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi
mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari
tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus.2,3 Pada beberapa penderita
juga sering mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya
kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada
tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.
Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N.
Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel
entrapment). Kelemahan dan atrofi otot otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini
semakin tak terobati.
II.6 Patogenesis
Adanya disproporsi antara volume
CT dengan isinya, yaitu bertambahnya
volume dari isi carpal Tunnel atau
berkurangnya volume dari CT tersebut.
Dengan adanya Disproporsi akan terjadi
penekanan pd vasa vasorum dari N.
Medianus serta ischemic sehingga akan
menekan syaraf pada pembedahan akan
tampak syaraf yang pipih seperti pita.

Bertambahnya volume CT, karena:

Penebalan / fibrosis dari Fleksor sinovialis merupakan penyebab tersering. Hasil


biopsi: RA, inflamasi non spesific kronis, Penyakit degeneratif
Udema di dlm CT , sehingga memberi tekanan dan kompresi pada syaraf, karena
faktor:
a. Hormonal adanya retensi cairan pd jaringan yang ada di CT. misalnya:
Menstruasi, kehamilan, menopouse, diabetes mellitus, dsn miksudema pd
hipotiroidisme.
b. Proses radang, misal: RA, osteoarhtritis.
c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya: Ganglion,
neuroma, lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit Calsium, amiloidosis,
Chondrocalsinosis.
d. Penyakit Ocupasi adalah penyakit yang disebabkan karena penggunaan tangan
secara berlebihan pada keadaan Hiperekstensi pada pergelangan tangan, sehingga
tekanan CT meningkat dari pada tangan dengan posisi netral.
e. Trauma akan merubah countour normal CT atau pembentukan tulang baru yang
berlebihan pada Colles fracture. Terjadinya Neurophaty saat injuri disebabkan
karena fragmen tulang patah atau ujung ligamentum menekan n. medianus.
f. Infeksi pada tenosinovitis kronis dan tuberkulosa.
g. Kongenital, apabila ada anomali didaerah CT, misal perpanjangan Muscle Belly
dari M. Fleksor digitorum sublimis, atau pembesaran pembuluh darah sehingga
terjadi penekanan terhadap nervus medianus.
h. Vascular Shunt pada renal dialisis yang berulang, pembuatan shunt didaerah
tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.

AtaubisadikatakanumumnyaCTSterjadisecarakronisdimanaterjadipenebalan
fleksorretinakulumyangmenyebabkantekananterhadapnervusmedianus.Tekananyang
berulangulangdanlamaakanmengakibatkanpeninggiantekananintrafasikuler.Akibatnya
alirandarahvenaintrafasikulermelambat.Kongestiyangterjadiiniakanmengganggunutrisi
intrafasikulerlaludiikutiolehanoksiayangakanmerusakendotel.Kerusakanendotelini
akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini
menerangkanbagaimanakeluhannyeridansembabyangtimbulterutamapadamalam/pagi
hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakgerakkan atau diurut (mungkin
akibatterjadinyaperbaikansementarapadaalirandarah).Apabilakondisiiniterusberlanjut
akanterjadi fibrosis epineural yangmerusakserabutsaraf.Lamakelamaan safarmenjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggusecaramenyeluruh
Pada CTS akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini
diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya
gangguanalirandarah.Selanjutnyaterjadivasodilatasiyangmenyebabkanedemasehingga
sawardarahsarafterganggu.Akibatnyaterjadikerusakanpadasaraftersebut
Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi Nodus
Ranvierdandemielinisasilokalsehinggakonduksisarafterganggu.

Akhirnya setelah adanya disproporsi dan kompresi terhadap nervus medianus akan
menimbulkan suatu gejala / simptom. Yaitu nyeri, rasa terbakar dan rasa seperti di tusuk
tusuk pada daerah carpal

Stadium pada kelainan syaraf:


Stadium I:
Timbulnya distensi kapiler intrafasikuler yang menyebabkan meningkatkan tekanan
intrafasikuler. Sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan konstriksi pembuluh
darah kapiler. Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya gangguan nutrisi serta akan
terjadi hipereksitabilitas serabut saraf.
Stadium II
Adanya kompresi pada pembuluh kapiler akan menyebabkan anoksia dan kerusakan
endotelium kapiler. Masuknya protein ke dalam jaringan akan menyebabkan edema.
Protein tidak dapat keluar melalui perineurium oleh karena akumulasi dalam
endoneurium yang mana telah menyatu dengan metabolisme serta nutrisi aksonal.
Pada keadaan tersebut juga diiikuti adanya proliferasi dari fibroblast serta iskemik
pada jaringan ikat yang mengalami konstriksi. Pada tahap akhir dari kompresi saraf,
akan terjadi defek pada motorik maupun sensorik.

Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan berkurang nya aliran
darah yang timbul dengan tekanan 20 30 mmHg. Pada penderita CTS tekanan pada
terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering mencapai 110 mmHG saat
pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi dorsofleksi ini nampaknya merupakan
posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50
mmHG selama 2jam akan menyebabkan oedema epineurium bila tekanan tersebut
berlangsung selama 8 jam maka akan mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat
sebesar 4 kali dan menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel
kapiler maka akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga
oedema makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi.
Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih banyak eksudat dan
oedema yang menumpuk disana akibat tidak dapat menembus perineurium. Perineurium
lebih tahan terhadap perubahan tekanan karena kelenturan
II.7 Diagnosa
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus
pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes
provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 4 :
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud.

b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otototot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari
lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan
yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes
ini menyokong diagnosa CTS.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa CTS.
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosa.
Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (twopoint discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosa.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31 % kasus CTS. 4
b. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada
yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)
memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
3. Pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos
leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT
scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.

4. Pemeriksaan laboratorium. Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita
usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
II.8 Terapi / Penatalaksanaan
Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan
hingga saat ini, antara lain:
Nonoperasi
1. Splint (Bidai Immobilisasi)
Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa
dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari
untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa
meningkatkan tekanan. Bidai biasanya digunakan pada pasien dengangelaja yang
ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun. 4,5
2. Peregangan (Stretching)
Beragam gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap CTS,
namun banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot otot
pergelangan tangan dan tangan. Untuk mengurangi insiden terserang CTS, berikut ini
adalah gerakan peregangan yang bisa dilakukan: 2,4

Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka


Kepalkan tangan dengan kencang selama 3 5 detik, lalu lepaskan dan ratakan
seluruh jari jari tangan. Ditahan selama 3 5 detik juga. Ulangi gerakan ini sebanyak 5 kali
di tiap tangan.

Gerakan 2 : Peregangan
Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan oleh
pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu tangan,
jari jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari
peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi
peregangan ini selama 3 5 detik lalu lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap
tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan meregang.

3. Injeksi Kortikosteroid Lokal


Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS secara
temporer dalam waktu yang singkat. Metilprednisolon atau hidrokortison bisa
disuntikkan langsung ke carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri. Injeksi
kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, sehingga mengurangi tekanan pada
nervus medianus. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu
yang panjang. Pada kebanyakan pasien, pembedahan merupakan satu satunya
pengobatan yang bisa memberikan penyembuhan permanen.
4. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan membantu
menghilangkan nyeri. Pada umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan
sampai sedang. Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah ibuprofen. Untuk
pilihan lainnya ada ketoprofen dan naproxen.3,4,5
5. Fisioterapi dan Terapi Okupasi
Prosedur fisioterapi ini harus dilakukan secaraspesifik terhadap pola nyeri/gejala dan
disfungsi yang ditemukan.
Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk mencegah gejala yang
semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi adaptif tradisional.
Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot otot lengan dan tangan dapat
mengurangi resiko trauma ganda pada N. Medianus. 2

Pemijatan merupakan salah satu metode terapi yang sering digunakan untuk
mengobati gejala CTS. Perengangan dan pelepasan myofascial dapat menghilangkan rasa
nyeri, mati rasa, kesemutan dan nyeri terbakar dalam beberapa menit.
Operasi
Pada umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan. Jika gejala
menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari operasi CTS adalah membelah
lapisan transkutaneus (Transcutaneus Layer/TCL). Pada saat TCL dipotong, maka tekanan
nervus di bawahnya akan berkurang. 2,4
Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome

Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat
adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan tanda kronik CTS.

Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat
teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan sebutan
pembedahan pembebasan canalis carpi. Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi
pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau
atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala gejala
intermiten CTS.
II.9 Pencegahan
Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :

Relaksasi dan mengurangi kekuatan pegangan


Lebih sering beristirahat

Memperbaiki postur tubuh dan memperhatikan posisi tangan

Menjaga agar tangan tetap hangat

Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas

Terapi penyakit yang bisa menyebabkan CTS

Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan
dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari
dan telunjuk.

Diagnosis Banding
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan
bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan
daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui
terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus
dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS
normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu
jari, positif bila nyeri bertambah
Prognosis
Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat menyebabkan
prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan alkohol. Gejala bilateral dan
manuver Phalen yang positif merupakan indikator prognosis yang buruk. Penelitian
menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik mengalami resolusi sempurna dalam 6 bulan.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini : 2,4
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus
terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang
persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek
sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan
gangguan trofik.

DAFTAR PUSTAKA
1. M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Edisi kedua. Lange.
2012;h.296-297
2. Rambe, Aldy S. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Available at
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1/penysaraf-aldi2.pdf. Accesed
on : 19 April 2013
3. Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS Ranakusuma, Teguh, et al. Panduan Pelayanan
Medis Departemen Neurologi RSCM. 2007;h.76
4. George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis Diagnosis dan
Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123
5. Tana, Lusianawaty. Sindrom terowongan karpal pada pekerja: pencegahan dan
pengobatannya. J Kedokter Trisakti. September-Desember 2003, Vol 22 No.3

Anda mungkin juga menyukai