Anda di halaman 1dari 41

STATUS PASIEN NEUROLOGI

RUMAH SAKIT KEPOLISIAN PUSAT RADEN SAKIT SUKANTO


Penyaji : Maya Andriana
Penguji : dr. Albert, Sp. S
Tanggal : Senin, 16 Juli 2012

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Pria
Usia : 41 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : D3
Alamat : Kecamatan Halim, Jakarta Timur
Status pernikahan : Menikah
Status sosial : Baik
Status ekonomi : Menengah
Cekat tangan : Kanan
Tanggal masuk Rumah Sakit : 2 Juli 2012
Tanggal pemeriksaan : 2-16 Juli 2012

II. ANAMNESA
Autoanamnesa.
Keluhan Utama
Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan sejak
pertengahan Februari 2012.

Keluhan Tambahan
Terdapat kebas dikedua tungkai dan nyeri di bagian pinggang yang baru
dirasakan pada bulan Juni 2012.

Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang pada tanggal 2 Juli 2012 pukul 14.30 WIB ke bangsal Nuri
Rumkitpuspol RS Sukanto dengan keluhan paraparese di kedua ekstremitas
bawah, dengan sisi kanan lebih lemah dibandingkan dengan sisi kiri. Hal ini
dirasakan sejak pertengahan Februari 2012. Pasien mengaku bahwa keadaan ini
makin memburuk. Pada bulan Juni, pasien mengalami hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid dan merasa nyeri di bagian pinggang.
Pasien mengaku sempat melakukan pengobatan alternatif, namun hal tersebut
tidak memperbaiki kondisi pasien. Lalu pasien juga mengkonsumsi allopurinol
dan obat anti inflamasi selama 1 minggu, namun hal ini juga tidak merubah
kondisi pasien. Berdasarkan pengakuan pasien, pasien tidak memiliki demam,
batuk, kejang, mual, muntah, penurunan kesadaran, kesulitan BAK dan BAB, dan
riwayat trauma.

Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami hal serupa. Riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan hiperlipidemia disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga
Baik orang tua, anaknya, maupun saudara-saudara kandungnya tidak
pernah menderita penyakit serupa seperti yang dialaminya. Selain itu, riwayat
penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit
jantung disangkal.

Riwayat Kebiasaan / Pola Hidup
Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak mengkonsumsi
obat-obatan terlarang dan tidak terdapat alergi obat apapun. Pola makan teratur
dengan nafsu makan normal. Imunisasi lengkap.









III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : Compos Mentis (GCS: E
4
, M
6
, V
5
)
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x /menit
Suhu : 36,6C

Kepala : Normosefali tanpa tanda trauma.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Pupil : 3mm / 3mm, isokor
Refleks cahaya langsung dan tidak langsung ++/++
Pterigium pada bagian medial mata kanan.
Telinga : Bentuk normal, tidak ada luka, perdarahan ataupun cairan.
Hidung : Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada luka dan perdarahan.
Mulut : Tidak terdapat deviasi bibir, mukosa rongga mulut merah tanpa
massa, leukoplakia atau lesi lain.
Leher : Tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thorax : Inspeksi simetris dalam keadaan statis/dinamis
Palpasi fremitus normal, kanan = kiri
Perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi jantung : S
1
dan S
2
normal, murmur (-), gallop (-)
paru : bunyi vesikuler, wheezing (-), ronchi (-)
Abdomen : Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Bising usus (+)
Tidak terdapat nyeri tekan ataupun nyeri lepas pada kuadran kiri
bawah, tidak ada tahanan, tidak teraba massa.
Punggung : Tidak terdapat luka dan deformitas.
Ekstremitas atas : Akral hangat, bentuk normal, tidak terdapat deformitas,
cyanosis, bekas luka maupun benjolan.
Ekstremitas bawah : Akral hangat, bentuk normal, tidak terdapat deformitas,
cyanosis, bekas luka maupun benjolan. Capillary refill time < 2s
Status Neurologis
GCS : 15 (E
4
, M
6
. V
5
)
Tanda rangsang meningeal :
o Kaku kuduk : (-)
o Laseque : (-)
o Kernique : (-)
o Brudzinski I : (-)
o Brudzinski II : (-)
Saraf Kranialis
o Nerve I
ND/NS: Normal, pasien masih dapat mencium bau kulit jeruk
o Nerve II
Visus : Normal.
Lapang pandang : Normal.
Refleks cahaya langsung dan tidak langsung : ++/++
o Nerve III, IV, VI
Celah kelopak mata normal, tidak ada ptosis.
Pupil : bulat, isokor : 3mm / 3mm.
Pergerakan kedua bola mata normal.
Tidak terdapat nistagmus di kedua bola mata.
o Nerve V
Sensorik : V1 : Normal; V2: Normal; V3: Normal.
Refleks kornea : Normal.
Motorik : Menggigit : Baik, tidak ditemuka paresis di otot
pengunyah
Membuka rahang : Baik, mulut lurus, tidak miring ke
salah satu sisi.
o Nerve VII
Sensorik : Pengecapan 2/3 anterior lidah : Baik.
Motorik : Mengangkat alis : Normal.
Mengembung pipi : Normal.
Mencucu : Normal.
Meringis : Normal.

o Nerve VIII
Gesekkan jari AD : Baik. AS : Baik.
Detik jam AD : Baik. AS : Baik.
o Nerve IX
Sensorik : Pengecapan 1/3 posterior lidah baik.
Motorik : Refleks menelan baik.
o Nerve X
Tidak tedapat disfonia maupun disfagia.
Refleks muntah : Baik.
Arkus faring : Simetris.
Letak uvula : Di tengah.
o Nerve XI
Mengangkat bahu : Baik.
Memalingkan kepala : Baik.
o Nerve XII
Deviasi lidah : Tidak ada.
Atrofi/fasikulasi/tremor lidah : (-) / (-) / (-)
Artikulasi : Baik.

Pemeriksaan Motorik
Massa otot :
Lokasi Kanan Kiri
Ekstremitas Atas Eutrofi Eutrofi
Ekstremitas Bawah Eutrofi Eutrofi

Tonus :
Lokasi Kanan Kiri
Ekstremitas Atas Normotonus Normotonus
Ekstremitas Bawah Normotonus Normotonus

Kekuatan:
Lokasi Kanan Kiri
Lengan Atas 5 5
Lengan Bawah 5 5
Tangan 5 5
Jari Tangan 5 5
Tungkai Atas 3 4+
Tungkai Bawah 3 4+
Kaki 1 3
Jari Kaki 1 3

Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++

Refleks Patologis
o Ekstremitas Atas
Hoffman : - / -
Trommer : - / -
o Ekstremitas Bawah
Babinski : - / -
Schaefer : - / -
Chaddock : - / -
Oppenheim : - / -
Gordon : - / -
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Pemeriksaan Sensoris
o Ekstremitas Atas
Raba : Normoestesia/ Normoestesia
Nyeri : Normoalgesia/ Normoalgesia.
Getar : Tidak diperiksa.
Suhu : Tidak diperiksa.
Propioseptif : Normal.
Diskriminasi dua titik : Normal.
o Ekstremitas Bawah
Raba : Hipoestesi/ Hipoestesi setinggi 2 jari di bawah prosesus
xiphoid.
Nyeri : Hipoalgesia/ Hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus
xiphoid.
Getar : Tidak diperiksa.
Suhu : Tidak diperiksa.
Propioseptif : Normal.
Diskriminasi dua titik : Normal.
Otonom
o BAB : Normal.
o BAK : Normal.
o Berkeringat : Normal.

Fungsi Luhur
o Memori : Baik.
o Kognitif : Baik.
o Bahasa : Baik.

Pemeriksaan Koordinasi
o Disdiadokinesia : Baik.
o Tes telunjuk hidung : Baik.

IV. DIAGNOSIS
Klinis
Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di
bawah prosesus xiphoid.
Topis
Thorakal vertebrae.
Etiologi
SOL pada horakal vertebrae.
V. DIAGNOSIS BANDING
Amyotrophic Lateral Sclerosis
Spondilitis TB
Multiple Sclerosis

VI. PERENCANAAN
Pemeriksaan Laboratorium (3 Juli 2012)

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 15,2 13 16 g/dL
Leukosit 5.900 5.000 10.000 U/L
Laju Endap Darah 12 < 15 mm/jam
Hematokrit 45 40-48 %
Trombosit 303.000 150.000 400.000 /ul
Eritrosit 4,98 4,5 5,5 juta/ul
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Basofil - 0 1 %
Eosinofil 2 1 3 %
Batang - 2 6 %
Segmen 64 50 70 %
Limfosit 31 20 40 %
Monosit 3 2 8 %
KIMIA KLINIK
SGOT/AST (37C) 47,7 < 37 U/L
SGPT/ALT (37C) 78,4 < 40 U/L
Kolesterol Total 203 < 200 mg/dL
Trigliserida 165 < 200 mg/dL
Protein Total 7,4 6,0 8,7 g/dl
Albumin 4,6 3,5 5,2 g/dl
Globulin 2,8 2,5 3,1 g/dl
TES FUNGSI RENAL
Ureum 16 10 50 mg/dL
Kreatinin 0,8 0,5 1,5 mg/dL
Asam Urat 7,3 2,4 7,0 mg/dL
Gula Darah Sewaktu 71 < 200 mg/dL

Pemeriksaan MRI Thorakolumbal (8 Juni 2012)

a. Tampak massa lobulated hipointens (T1) hiperintens (T2) pada foramen neuralis
setinggi thorakal 6 meluas ke medial mengobliterasi medulla spinalis dank e
lateral paravertebra kanan berukuran 5 x 3 x 3 (LL x AP x CC). Lesi menyangat
homogen pasca pemberian kontras.
b. Kurva vertebrae thorakolumbal dalam batas normal dan tak tampak listhesis.
c. Intensitas signal bone marrow corporae vertebrae di luar lesi dalam batas normal.
d. Vertebrae end plate reguler
e. Tebal dan intensitas signal disci intervertebrales dalam batas normal
f. Kesan : massa lobulated setinggi vertebrae T6 dengan perluasan seperti disebut
diatas.


VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Laboratorium : PT/aPTT, analisa gas darah, elektrolit, myelogram, dan cairan
cerebrospinal.

VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.
Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan
gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor
yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak
secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post
operasi. Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
a. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga
menghasilkan perbaikan neurologis).

b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik


- Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik
kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
- Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi. Radiasi biasanya seefektif
seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.

c. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan
kecepatan deteriorasi
- Bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan
sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason
keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan
(tappering) selama radiasi, selama 2 minggu.
- Bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4
mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.

d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak
dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
e. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan
teknik myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada
pembedahan tumor medula spinalis.

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

























FOLLOWUP
2 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 120/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF

3 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 120/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


4 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


5 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 120/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


6 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 120/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


7 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


8 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


9 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


10 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


11 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


12 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


13 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


14 Juli 2012

S : Kelemahan pada kedua tungkai bawah, terutama pada kaki kanan.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E
4
V
5
M
6

TD 110/80 mmhg nadi 84 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 36.5
o
C
Rangsang meningeal : T A K
Nervus cranialis : T A K
Kekuatan motorik : 5555 5555
3311 4+4+ 33
Sensoris : hipoestesi dan hipoalgesia setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Klonus
o Patella : - / -
o Achilles : + / +
Tonus : Normal
Refleks Fisiologis
o Ekstremitas Atas
Biceps : ++ / ++
Triceps : ++ / ++
o Ekstremitas Bawah
Patella : +++ / +++
Achilles : +++/ +++
Refleks patologis : -/ -

A : Diagnosis klinis : Paraparese ekstrimitas bawah disertai hipoestesi dan hipoalgesia
setinggi 2 jari di bawah prosesus xiphoid.
Diagnosis topik : Thorakal vertebrae.
Diagnosis etiologi : SOL pada thorakal vertebrae.

P : Deksamethason 100 mg
Pemerikasaan myelogram beserta CT-Scan
Pembedahan
PT/apt, analisa gas darah, elektrolit, CSF


TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR MEDULA SPINALIS
Anatomi
Anatomi Medula Spinalis Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat.
Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang
disebut conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-
serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.

Gambar 1 Medulla Spinalis
Tiga puluh satu pasang nervus spinal keluar dari medulla spinalis melalui foramen
intervertebralis. Mereka meninggalkan sistem saraf pusat dan menandakan awal sistem saraf
perifer. Tiga puluh satu pasang saraf ini diberi nama sesuai dengan tingkat kolom vertebra:
- cervical (C) - 8 pasang saraf
- thoracic (T) - 12 pasang saraf
- lumbar (L) - 5 pasang saraf
- sacral (S) - 5 pasang saraf
- coccygeal - 1 sepasang saraf
Nervus spinalis ini mengandung serabut eferen (motor) yang membawa impuls saraf dari
medulla spinalis ke perifer seperti otot, dan serabut aferen (sensorik) yang membawa impuls
sensorik dari perifer ke medulla spinalis. Medulla Spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat
(SSP), yang memanjang kearah kaudal dan dilindungi oleh struktur vertebra. Medulla spinalis
dibungkus oleh tiga lapisan sama seperti otak yakni duramater, arachnoidmater dan yang paling
dalam piamater. Pada orang dewasa kebanyakan hanya menempati bagian atas dua-pertiga dari
kanalis vertebralis sebagai pertumbuhan tulang yang menyusun tulang punggung secara
proporsional lebih cepat dibandingkan dengan sumsum vertebra. Menurut lokasi rostrocaudalnya
sumsum vertebra dapat dibagi menjadi empat bagian: cervical, toraks, lumbal dan sakral, dua di
antaranya ditandai oleh pelebaran bagian atas (servikal) dan pelebaran bagian bawah (lumbar).
Sepanjang median sagittal, fissure anterior dan posterior membagi medulla spinalis menjadi dua
bagian simetris, yang terhubung oleh commisura anterior dan posterior. Di kedua sisi lateralnya,
dimana terdapat fissura anterolateral dan posterolateral, disitu terdapat titik dimana radiks
spinalis keluar yang akhirnya membentuk medulla spinalis. Tidak seperti otak, pada medulla
spinalis substantia nigra dikelilingi substantia alba. Substantia alba secara konvensional dibagi
menjadi funikulus dorsal, dorsolateral, lateral, ventral dan ventrolateral. Separuh dari tiap bagian
berbentuk bulan sabit, walaupun susunan dari substantia nigra dan substantia alba berbeda di
setiap tingkatan rostrocaudal. Substansia nigra dapat dibagi menjadi cornu dorsalis, cornu
intermedia, cornu ventralis, dan bagian centromedial mengelilingi canalis medulla spinalis.
Substantia alba semakin berkurang sampai di akhiran medulla spinalis, dan bersatu dengan
subtantia nigra membentuk membentuk conus terminalis, dimana radiks spinalis yang secara
paralel membentuk cauda equine. Setiap pasangan nervus spinalis mempersarafi daerah tertentu
dari tubuh dengan neuron sensorik dan motorik. Serabut saraf sensorik dan stimulus dari daerah
kulit yang dipersarafi disebut dermatom. Serabut saraf motorik dan otot-otot yang dipersarafi
disebut myotomes. Pusat urat saraf vertebra terdiri dari substantia nigra, sel body neuron dari
akson tidak bermielin neuron motorik dan juga interneuron, yang menghubungkan saraf aferen
dan eferen. Substantia tampah seperti gambaran kupu-kupu di sekitar kanal pusat dan dibagi
menjadi tiga pasang cornu. Cornu dorsalis neuron sensorik, cornu ventralis neuron motorik dan
cornu lateral menginervasi sistem saraf simpatik. Substantia nigra medulla spinalis dikelilingi
oleh upper dan lower neuron sensorik dan motorik yang terdiri dari materi putih bermielin.
Ramus komunikans substantia alba saraf yang bercabang dari saraf vertebra khusus di daerah
dada dan bagian atas vertebra lumbar. Mereka adalah serabut preganglionik yang memanjang
dari saraf vertebra ke ganglion saraf simpatik. Ramus komunikans substantia nigra adalah
serabut postganglionik dari cranial kembali ke vertebra.
Batasan
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah
cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas; A.Tumor primer: 1) jinak yang
berasal dari a) tulang; osteoma dan kondroma, b) serabut saraf disebut neurinoma
(Schwannoma), c) berasal dari selaput otak disebut Meningioma; d) jaringan otak; Glioma,
Ependimoma. 2) ganas yang berasal dari a) jaringan saraf seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma,
b) sel muda seperti Kordoma. B. Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor
ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara.
1
Epidemiologi
Di Indonesia. jumlah penderita tumor medula spinalis belum diketahui secara pasti.
Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total jumlah tumor
yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per
100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita dengan sebaran
usia antara 30 hingga 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen servikal, 55% di
segmen thorakal dan 20% terletak di segmen lumbosakral.
2,3
Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependymoma, astrositoma dan
hemangioblastoma. Ependimoma lebih sering didapatkan pada orang dewasa pada usia
pertengahan (30-39 tahun) dan jarang terjadi pada usia anak-anak. Insidensi ependidoma kira-
kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga dari ependydoma muncul pada daerah lumbosakral.
6

Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh pada
medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering pada tiga
dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular yang tersering pada usia
anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada anak-anak dibawah umur 10 tahun,
dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60% dari astrositoma spinalis berlokasi di segmen
servikal dan servikotorakal. Tumor ini jarang ditemukan pada segmen torakal, lumbosakral atau
pada conus medularis. Hemangioblastoma merupakan tumor vaskular yang tumbuh lambat
dengan prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula spinalis. Rata-rata
terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von Hippel-Lindau syndrome (VHLS)
biasanya muncul pada dekade awal dan mempunyai tumor yang multipel. Rasio laki-laki dengan
perempuan 1,8 : 1.
4,5

Tumor intradural ekstramedular yang tersering adalah schwanoma, dan meningioma.
Schwanoma merupakan jenis yang tersering (53,7%) dengan insidensi laki-laki lebih sering dari
pada perempuan, pada usia 40-60 tahun dan tersering pada daerah lumbal. Meningioma
merupakan tumor kedua tersering pada kelompok intradural-ekstramedullar tumor. Meningioma
menempati kira-kira 25% dari semua tumor spinal. Sekitar 80% dari spinal meningioma terlokasi
pada segmen thorakal, 25% pada daerah servikal, 3% pada daerah lumbal, dan 2% pada foramen
magnum.
4,5
Klasifikasi
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi menjadi
tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak maupun ganas, sementara
tumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastasis dari proses keganasan di
tempat lain seperti kanker paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau
limfoma. Tumor primer yang bersifat ganas contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan
kordoma, sedangkan yang bersifat jinak contohnya neurinoma, glioma, dan ependimoma.
1

Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu sendiri dibagi lagi menjadi tumor
intramedular dan ekstramedular. Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya
dapat dilihat pada Tabel 1.


Gambar (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular, dan (C) Tumor
Ekstradural
Sumber: http://www.draryan.com/Portals/0/spinal%20cord%20tumors.jpg





Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya
Ekstra dural Intradural ekstramedular Intradural intramedular
Chondroblastoma
Chondroma
Hemangioma
Lipoma
Lymphoma
Meningioma
Metastasis
Neuroblastoma
Neurofibroma
Osteoblastoma
Osteochondroma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral
hemangioma
Ependymoma, tipe myxopapillary
Epidermoid
Lipoma
Meningioma
Neurofibroma
Paraganglioma
Schwanoma
Astrocytoma
Ependymoma
Ganglioglioma
Hemangioblastoma
Hemangioma
Lipoma
Medulloblastoma
Neuroblastoma
Neurofibroma
Oligodendroglioma
Teratoma

Etiologi dan Patogenesis
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah virus,
kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder
(metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran
darah yang kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula
spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.
7

Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi kebanyakan muncul
dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat genetik kemungkinan besar sangat
berperan dalam peningkatan insiden pada anggota keluarga (syndromic group) misal pada
neurofibromatosis. Astrositoma dan neuroependimoma merupakan jenis yang tersering pada
pasien dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien dengan NF2 memiliki kelainan
pada kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan Von
Hippel-Lindou Syndrome sebelumnya, yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.
6
Manifestasi Klinis
Menurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi dalam tiga
tahapan
3
, yaitu:
Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama
Sindroma Brown Sequard
Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral

Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler, nyeri vertebrae,
atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler merupakan indikasi pertama adanya
space occupying lesion pada kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia pre phase.
Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60%
berupa nyeri radikuler, 24% nyeri funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas
3
. Nyeri radikuler
dicurigai disebabkan oleh tumor medula spinalis bila:
Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan, disertai gejala traktus piramidalis
Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP seperti C5-7, L3-4, L5 dan S1

Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor yang
terletak intradural-ekstramedular, sedang tumor intramedular jarang menyebabkan nyeri
radikuler. Pada tumor ekstradural sifat nyeri radikulernya biasanya hebat dan mengenai beberapa
radiks.
3

Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali dengan
gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema, gangguan
penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma mensekresi
sejumlah besar protein ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di dalam
kompartemen subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang
menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma intraspinal primer.
5

Bagian tubuh yang menimbulkan gejala bervariasi tergantung letak tumor di sepanjang
medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh yang selevel dengan lokasi
tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada tumor di tengah medula spinalis (pada
segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri yang menyebar ke dada depan (girdleshape pattern)
dan bertambah nyeri saat batuk, bersin, atau membungkuk. Tumor yang tumbuh pada segmen
cervical dapat menyebabkan nyeri yang dapat dirasakan hingga ke lengan, sedangkan tumor
yang tumbuh pada segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri punggung atau nyeri pada
tungkai.
7

Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam Tabel 2
di bawah ini.
Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis
Lokasi
Tanda dan Gejala
Foramen
Magnum
Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh lambat sehingga
sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis
posterior yang disertai dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis
kedua (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ; batuk, mengedan,
mengangkat barang, atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan
adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang
melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing. Perluasan tumor
menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna.
Gejala-gejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan
bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup
hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga N.XI,
dan kelemahan ekstremitas.
Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular yang
melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang tangan. Keterlibatan
tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan
oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior.
Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor
servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya
refleks tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps). Defisit sensorik
membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi
C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas
bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh
nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang
mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan
intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah
dan tanda Beevor (umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi telentang
mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat menghilang.
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang melibatkan
daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen lumbal bagian bawah,
segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat medula spinalis yang
lebih tinggi. Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak mempengaruhi
refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin
menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga
terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda
Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang
melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki, serta
kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan
genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan
tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.
Kauda
Ekuina
Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-tanda khas
lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang
menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang
terkena dan terkadang asimetris.

Tumor Ekstradural

Sebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan kompresi pada medula
spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat merupakan gejala awal pada
30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari, minggu/bulan diikuti dengan gejala
mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks, yang mulanya hilang dengan istirahat, tetapi
semakin lama semakin menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama, walaupun
terdapat gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini dapat
terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae, nyeri demikian
lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.

a. Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural
5

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis keganasan terutama dari
paru-paru, payudara, ginjal, prostat, kolon, tiroid, melanoma, limfoma, atau sarkoma.
Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi lokasi metastasis tumor paru,
payudara dan kolon adalah daerah toraks, sedangkan tumor prostat, testis dan ovarium
biasanya ke daerah lumbosakral.
Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level torakal, karena diameter
kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya 1 cm).

Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang tajam dan kadang
menjalar (radikuler) serta menghebat pada penekanan atau palpasi.


Tumor Intradural-Ekstramedular
3

Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik progresif.
Kejadiannya 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak adalah neurinoma pada laki-
laki dan meningioma pada wanita.
a. Neurinoma (Schwannoma)
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
Berasal dari radiks dorsalis
Kejadiannya 30% dari tumor ekstramedular
2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya pada satu sisi dan dialami
dalam beberapa bulan sampai tahun, sedangkan gejala lanjut terdapat tanda traktus
piramidalis
39% lokasinya disegmen thorakal
b. Meningioma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
80% terletak di regio thorakalis dan 60% pada wanita usia pertengahan
Pertumbuhan lambat
Pada 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering dengan gejala traktus
piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri radikuler biasanya bilateral dengan jarak waktu
timbul gejala lain lebih pendek

Tumor Intradural-Intramedular
3,6

Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa terbakar dan
menusuk, kadang-kadang bertambah dengan rangsangan ringan seperti electric shock like pain
(Lhermitte sign).
a. Ependimoma
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun
Wanita lebih dominan
Nyeri terlokalisir di tulang belakang
Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun
Nyeri disestetik (nyeri terbakar)
Menunjukkan gejala kronis
Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih dominan
b. Astrositoma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Prevalensi pria sama dengan wanita
Nyeri terlokalisir pada tulang belakang
Nyeri bertambah saat malam hari
Parestesia (sensasi abnormal)
c. Hemangioblastoma
Memiliki karakter sebagai berikut:
Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun
Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak pada 1/3 dari
jumlah pasien keseluruhan.
Penurunan sensasi kolumna posterior
Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi
Diagnosis
7

Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.
a. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom, dan
kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh cairan spinal
dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok sebagian dapat
berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang komplit.
b. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan ditemukan erosi
pedikel (defek menyerupai mata burung hantu pada tulang belakang lumbosakral AP) atau
pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan
osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
c. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan terkadang dapat
memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter
mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga
dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor.
d. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang mengalami
kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor yang letaknya berada
di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.


Diagnosis Banding

Tumor medula spinalis harus dibedakan dari kelainan-kelainan lainnya pada medula
spinalis. Beberapa diferensial diagnosis meliputi : transverse myelitis, multiple sklerosis,
syringomielia, syphilis, amyotropik lateral sklerosis (ALS), anomali pada vertebra servikal dan
dasar tengkorak, spondilosis, adhesive arachnoiditis, radiculitis cauda ekuina, arthritis
hipertopik, rupture diskus intervertebralis, dan anomaly vascular.
Multiple sklerosis dapat dibedakan dari tumor medula spinalis dari sifatnya yang mempunyai
masa remisi dan relaps. Gejala klinis yang disebabkan oleh lesi yang multiple serta adanya
oligoklonal CSS merujuk pada multiple sklerosis. Transverse myelitis akut dapat menyebabkan
pembesaran korda spinalis yang mungkin hampir sama dengan tumor intramedular.
5

Diferensial diagnosis antara syringomielia dan tumor intramedular sangat rumit, karena kista
intramedular pada umumnya berhubungan dengan tumor tersebut. Kombinasi antara atrofi otot-
otot lengan dan kelemahan spastic pada kaki pada ALS mungkin dapat membingungkan kita
dengan tumor servikal. Tumor dapat disingkirkan apabila didapatkan fungsi sensorik yang
normal, adanya fasikulasi, dan atrofi pada otot-otot kaki. Spondilosis servikal, dengan atau tanpa
rupture diskus intervertebralis dapat menyebabkan gejala iritasi serabut saraf dan kompresi
medulla spinalis. Osteoarthritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologi.
Anomali pada daerah servikal atau pada dasar tengkorak, seperti platybasia atau klippel-feil
syndrome dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologi. Kadang kadang arakhnoiditis dapat
memasuki sirkulasi dalam medulla spinalis yang dapat menunjukkan gejala seperti lesi langsung
pada medulla spinalis. Pada arakhnoiditis, terdapat peningkatan protein CSS yang sangat berarti.
Tumor jinak pada medulla spinalis mempunyai ciri khas berupa pertumbuhan yang lambat
namun progresif selama bertahun-tahun. Apabila sebuah neurofibroma tumbuh pada radiks
dorsalis, akan terasa nyeri yang menjalar selama bertahun-tahun sebelum tumor ini menunjukkan
gejala-gejala lainnya yang dikenali dan didiagnosis sebagai tumor. Sebaliknya, onset yang tiba-
tiba dengan defisit neurologis yang berat, dengan atau tanpa nyeri, hampir selalu
mengindikasikan suatu tumor ekstradural malignan, seperti karsinoma metastasis atau limfoma.



Penatalaksanaan


Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular
adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan
menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular
dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada
post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara
histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi
post operasi.
1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
a. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga menghasilkan
perbaikan neurologis).
b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik


Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik
kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x
perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya
seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.
c. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan
kecepatan deteriorasi
bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera
mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya
dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi,
selama 2 minggu.
bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg selama
6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat
dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
e. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik
myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan tumor
medula spinalis.
Indikasi pembedahan:
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien dengan riwayat
tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan atau
terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti
karsinoma sel ginjal atau melanoma.
Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.

Komplikasi
6,8

Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:

-
Paraplegia

-
Quadriplegia

-
Infeksi saluran kemih

-
Kerusakan jaringan lunak

-
Komplikasi pernapasan

Komplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah:
Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding
orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi medula
spinalis.
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen
Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

Prognosis

Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai prognosis yang
buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus-kasus ini.
Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol dalam waktu
yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung pada status pre operatif
pasien. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60 tahun).
8



KESIMPULAN

Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah
cervical pertama hingga sacral. Tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
berdasarkan letak anatomi dari massa tumor. Pertama, kelompok ini dibagi dari hubungannya
dengan selaput menings spinal, diklasifikasikan menjadi tumor intradural dan tumor ekstradural.
Selanjutnya, tumor intradural sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tumor yang
tumbuh pada substansi dari medula spinalis itu sendiri (tumor intramedular) serta tumor yang
tumbuh pada ruang subarachnoid (ekstramedular).
Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali dengan gejala
TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema, gangguan penglihatan,
dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma mensekresi sejumlah
besar protein ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di dalam kompartemen
subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan
kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma intraspinal primer. Gejala umum akibat
adanya kompresi, antara lain:
Nyeri
Kompresi dari suatu tumor dapat merangsang jaras-jaras saraf yang terdapat dalam medula
spinalis dan menimbulkan nyeri yang seakan-akan berasal dari berbagai bagian tubuh (nyeri
difus). Nyeri ini biasanya menetap, kadang bertambah berat dan terasa seperti terbakar.
Perubahan sensori
Kebanyakan pasien dengan tumor medula spinalis mengalami kehilangan sensasi.
Biasanya mati rasa dan hilangnya sensitivitas kulit terhadap suhu.
Problem Motorik
Gejala awalnya dapat berupa kelemahan otot, spastisitas, dan ketidakmampuan untuk
menahan kencing atau buang air besar. Jika tidak diterapi gejala dapat memburuk termasuk
diantaranya atrofi otot dan kelumpuhan. Bahkan, pada beberapa orang dapat berkembang menjadi
ataksia.

Cairan spinal, Computed Tomographic (CT) myelography, dan MRI spinalis merupakan
tes yang paling sering digunakan dalam mengevaluasi pasien dengan lesi pada medula spinalis.
MRI merupakan modalitas pencitraan primer untuk penyebaran ke medula, reduksi ruang CSF
disekitar tumor. Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan Santokhrom,
dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh cairan spinal
dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok sebagian dapat berubah
menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang komplit.
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular
adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan
menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.
















DAFTAR PUSTAKA

1. Hakim, A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan
Sumsum Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara
2. Huff, J.S. 2010. Spinal Cord Neoplasma. [serial online].
http://emedicine.medscape.com/article/779872-print.
3. Japardi, Iskandar. 2002. Radikulopati Thorakalis. [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedah-iskandar%20japardi43.pdf.
4. American Cancer Society. 2009. Brain and Spinal Cord Tumor in Adults. [serial online].
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/ webcontent/003088-pdf.
5. Mumenthaler, M. and Mattle, H. 2006. Fundamental of Neurology. New York: Thieme.
Page 146-147.
6. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. 2009. Spinal Cord Tumors - Management of Intradural
Intramedullary Neoplasms. [serial online].
http://emedicine.medscape.com/article/249306-print. [1 April 2011].
7. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2005. Brain and Spinal Cord
Tumors - Hope Through Research. [serial online].
http://www.ninds.nih.gov/disorders/brainandspinaltumors/detail_brainandspinaltumors.ht
m. [1 April 2011].
8. Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai