Anda di halaman 1dari 57

PRESENTASI KASUS

Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK) Eksaserbasi Akut

Disusun Oleh :
Zaka Jauhar Firdaus
G99162138

KEPANITERAAN KLINIK STASE INTEGRASI


RUMAH SAKIT UNS
2019
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. A
• No. RM : 005353
• Umur : 53 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status pernikahan : Kawin
• Alamat : Laweyan
• Ruang Perawatan : Lt 4, 403 C
• Tanggal masuk RS : 08 Maret 2015
ANAMNESIS
• Keluhan Utama
Sesak Napas
Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien datang dengan keluhan sesak napas
sudah 1 tahun terakhir. Sesak dirasakan makin
berat 2 hari SMRS. Pasien mengeluh sesak
makin berat ketika pasien sedang berjalan dan
berkurang jika beristirahat. Pasien mengeluh
pilek dan batuk disertai dahak berwarna kuning.
Pasien menyangkal adanya pusing dan mual
Riwayat Penyakit Dahulu

Riw. Hipertensi (-)


Riw. DM (-)
Riw. Alergi (-)
Riw. TB(-)
Riw. Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
DM (-)
Hipertensi (-)
Keganasan (-)
Kolesterol (-)
Jantung (-)
Riwayat Kebiasaan

Rokok (+) 20 batang/hari


(Index brinkman : perokok berat)
Kopi (-)
Alkohol (-)
PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Tekanan darah : 150/100 mmHg
• Nadi : 115 x/menit
• Suhu : 37º C
• Pernapasan : 24 x/menit
KULIT Kelenjar Getah Bening

• Warna : Kuning • Preaurikuler


langsat
: tidak teraba membesar
• Ptechiae : (-)
• Pigmentasi : (-) • Submandibula
• Lapisan lemak : Merata : tidak teraba membesar
• Oedem : (-) • Submental
• Efloresensi : (-) : tidak teraba membesar
• Jaringan parut : (-) • Retroaurikuler
• Pertumbuhan rambut : Merata : tidak teraba membesar
• Suhu raba : Hangat • Sepanjang M. Sternokleidomastoideus
• Turgor : Baik : tidak teraba membesar
• Ikterus : (-)
• Supraklavikula
: tidak teraba membesar
• Infraklavikula
: tidak teraba membesar
• Axilla
: tidak teraba membesar
• Inguinal
: tidak dilakukan pemeriksaan
KEPALA TELINGA
• Ekspresi wajah : tampak sakit • Daun telinga :
sedang normotia/normotia
• Simetri muka : simetris • Liang telinga :
• Rambut : distribusi lapang/lapang
merata, warna hitam
• Sekret : -/-
• Membran timpani :
MATA intak/intak (inspeksi)
• Exophthalmus : (-)
• Endophthalmus : (-)
• Kelopak : oedem (-) HIDUNG
• Konjungtiva : anemis (-) • Deformitas : tidak ada
• Sklera : ikterik (-) • Septum deviasi : -/-
• Lapangan penglihatan : baik • Sekret : -/-
• Nistagmus : (-)
• Lensa : jernih
• Visus : normal
• Gerak bola mata : aktif ke
segala arah
MULUT
LEHER
• Bibir : kering • Tekanan Vena Jugularis (JVP) :
• Lidah : 5+2 cmHg
normoglossia, tidak terdapat • Kelenjar Tiroid
kelainan : tidak teraba membesar
• Mukosa : tidak • Kelenjar Limfe
hiperemis, tidak terdapat kelainan : tidak teraba membesar
• Gigi geligi : caries (-),
oral hygiene cukup baik
• Tonsil : T1-T1, tidak
hiperemis, detritus -/-, kripta
melebar -/-
• Dinding faring posterior: tidak
hiperemis, tidak terdapat massa
• Trismus : (-)
PARU PARU
INSPEKSI
• Tidak tampak efloresensi yang bermakna,
gerak pernafasan simetris, tidak tampak
pergerakan nafas yang tertinggal, sela iga
sedikit melebar, tulang iga dan sternum
agak cembung, retraksi otot-otot pernapasan
(-).
PERKUSI
• Sonor-Sonor pada hemithorax kiri dan kanan. Batas paru
dan hepar setinggi ICS 6 garis midklavikularis kanan
dengan suara pekak. Peranjakan hepar teraba 2 jari
pemeriksa. Batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3
– ICS 5 garis sternalis kanan dengan suara redup.
PALPASI
Fremitus raba kanan = kiri
AUSKULTASI
• Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, ekspirasi
memanjang, wheezing +/+, RBK +/+
JANTUNG
INSPEKSI
• Ictus cordis terlihat di ICS V 2 cm dari garis
midklavikularis kiri

PALPASI
• Ictus cordis teraba pada ICS 5 + 3-4 cm
medial garis midklavikularis kiri. Tidak teraba
thrill pada keempat area katup jantung.
JANTUNG
PERKUSI
• Batas kanan jantung setinggi ICS 3 – ICS 5
garis sternalis kanan dengan suara redup.
Batas kiri jantung setinggi ICS 5+ 3-4 cm
medial garis midklavikularis kiri dengan suara
redup. Batas atas jantung setinggi ICS 3 garis
parasternal kiri dengan suara redup.

AUSKULTASI
• BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
INSPEKSI
• Tidak tampak efloresensi yang bermakna,
hernia umbilikalis (-), pulsasi abnormal (-),
spider navy (-).
AUSKULTASI
• BU (+) normal
PALPASI
• Tidak teraba massa , defence muscular (-), NTE (-).
Hepar, lien tidak teraba membesar, ballotement (-).
PERKUSI
• Timpani di seluruh lapang abdomen.
EKSTREMITAS

Dalam Batas Normal


PEMERIKSAAN
PENUNJANG
HEMATOLOGI RUTIN

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Leukosit 20.85 (H) 4.5-11 ribu/uL
Eritrosit 6.13 juta (H) 3.9 – 5.3 juta/uL
Hb 17.2 13,5-17.5 g/dL
Ht 51.0 % 40-52%
Trombosit 296.000 150-450 ribu/uL
Limfosit 9.6 (L) 20-40%
Monosit 6.7 0-7%
Neutrofil 83.3 (H) 50-70%
Eosinofil 0.1 0-4%
Basofil 0.3 0-2%
ANALISA GAS DARAH

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


pH 7.43 7.35-7.45
PCO2 38 35.0-45.0
PO2 89 80.0-100.0
HCO3 25.2 22.0-26.0
Total CO2 26.4 23.0-27.0
O2 Sat 97% 95-99
FiO2 33%
Suhu 36.9
FOTO RONTGEN

• Jenis : Foto Thoraks PA


• Deskripsi : Foto thoraks
dalam batas normal
DIAGNOSIS
• Diagnosis Kerja:
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
eksaserbasi akut

• Diagnosis Banding:
Asma
Pneumothoraks
Gagal Jantung Kronis
Sindroma Obstruksi Pasca TB (SOPT)
Bronkiektasis
• PROGNOSIS
• Ad Vitam : dubia ad bonam
• Ad Sanantionam : dubia ad malam
• Ad Fungsionam : ad malam
LAMPIRAN HASIL FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Obyektif Analisis Penatalaksanaan

09/03/19 Sesak, batuk, TD : 137/96 mmHg -PPOK •O2 5 lpm


N : 84x/menit
S : 36.6'C
eksaserbasi •Nebu Meptin 0,5cc +
RR : 22x/min akut Atrovent 20 tts+ Nacl
SpO2 97% 1cc / 6 jam
Lab •Nebu Pulmiort + Nacl
Leukosit 20.85 1cc/12 jam
Eritrosit 6.13
Neutrofil 83.3%
•Inj Levofloxacin
750mg/24 jam
•Inj MP 30mg/8 jam
Hasil Foto thorax : dbn
•Inj Omeprazole
40mg/24 jam
•NAC 3x200mg
•Paracetamol 3x500mg
LAMPIRAN HASIL FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Obyektif Analisis Penatalaksanaan

10/03/19 Sesak TD : 144/95 mmHg -PPOK •O2 5 lpm


N : 85x/menit
berkurang, S : 36.4'C
eksaserbasi •Nebu Meptin 0,5cc +
batuk, RR : 20x/min akut Atrovent 20 tts+ Nacl
SpO2 : 98% 1cc / 6 jam
•Nebu Pulmiort + Nacl
1cc/12 jam
•Inj Levofloxacin
750mg/24 jam
•Inj MP 30mg/8 jam
•Inj Omeprazole
40mg/24 jam
•NAC 3x200mg
•Paracetamol 3x500mg
LAMPIRAN HASIL FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Obyektif Analisis Penatalaksanaan

10/03/19 Sesak TD : 153/88 mmHg -PPOK •O2 5 lpm


N : 65x/menit
berkurang, S : 36.6'C
eksaserbasi •Nebu Meptin 0,5cc +
batuk, RR : 20x/min akut Atrovent 20 tts+ Nacl
SpO2 : 99% 1cc / 6 jam
•Nebu Pulmiort + Nacl
1cc/12 jam
•Inj Levofloxacin
750mg/24 jam
•Inj MP 30mg/8 jam
•Inj Omeprazole
40mg/24 jam
•NAC 3x200mg
•Paracetamol 3x500mg
LAMPIRAN HASIL FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Obyektif Analisis Penatalaksanaan

11/03/19 Sesak TD : 153/88 mmHg -PPOK •O2 5 lpm


N : 65x/menit
berkurang, S : 36.6'C
eksaserbasi •Nebu Meptin 0,5cc +
batuk, RR : 20x/min akut Atrovent 20 tts+ Nacl
SpO2 : 99% 1cc / 6 jam
•Nebu Pulmiort + Nacl
1cc/12 jam
•Inj Levofloxacin
750mg/24 jam
•Inj MP 30mg/8 jam
•Inj Omeprazole
40mg/24 jam
•NAC 3x200mg
•Paracetamol 3x500mg

•BLPL
• TERIMA KASIH
RENCANA TINDAKAN

• Spirometri
VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80%
VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
TINJAUAN PUSTAKA
PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara
di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.
Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus
memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:
• Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia
pertengahan,
• Perkembangan gejala bersifat progresif lambat
• Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di
dalam ruangan, luar ruangandan tempat kerja)
• Sesak pada saat melakukan aktivitas
Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak
bisa kembali normal).
FAKTOR RESIKO

• Genetik,
• Paparan partikel,
• Pertumbuhan dan Perkembangan paru,
• Stres oksidatif,
• Jenis kelamin,
• Umur,
• Infeksi saluran nafas,
• Status sosioekonomi,
• Nutrisi dan komorbiditas.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGY
DERAJAT PPOK
Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan
Perkumpulan
Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai berikut :

PPOK Ringan
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak
1Spirometri:- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau- VEP1 /
KVP < 70%

PPOK Sedang
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat
aktivitas).Spirometri:- VEP1 / KVP < 70% atau- 50% < VEP1 < 80%
prediksi.

PPOK Berat
Gejala klinis:- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas
kronik.- Eksaserbasi lebih sering terjadi- Disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan.Spirometri:- VEP1 / KVP < 70%,-
VEP1 < 30% prediksi atau- VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
SKALA SESAK PADA PPOK

Skala SesakSkala sesak dan Keluhan sesak


berkaitan dengan aktivitass
• Skala 0 :Tidak ada sesak kecuali dengan
aktivitas berat
• skala 1 :Sesak mulai timbul bila berjalan cepat
atau naik tangga satu tingkat
• skala 2 : Berjalan lebih lambat karena merasa
sesak
• skala 3 : Sesak timbul bila berjalan 100 m atau
setelah beberapa menit
• skala 4 : Sesak bila mandi atau berpakaian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rutin
1. Faal paru
• Spirometri
• Uji bronkodilator

2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit

3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain

Pemeriksaan Non Rutin

Analisis gas darah


Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
SPIROMETRI
Apakah Spirometri?
Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi
paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi
medis. Alat yang digunakan disebut
spirometeri

Tujuan :
• Mengukur volume paru secara statis dan
dinamik
• Menilai perubahan atau gangguan pada faal
paru
PRINSIP SPIROMETRI
• Mengukur kecepatan perubahan volume
udara di paru-paru selama pernafasan yang
dipaksakan atau disebut forced volume
capacity (FVC).
• Subyek menarik nafas secara maksimal dan
menghembuskannya secepat dan selengkap
mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap
nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan
usia, tinggi badan dan jenis kelamin
INDIKATOR SPIROMETRI
• Forced vital capacity (FVC)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah
inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
• Forced Expiratory volume in one second (FEV1)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik,
diukur dalam liter.
• FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa
sehat nilainya sekitar 75% - 80%
• FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional
• Peak Expiratory Flow (PEF)
Kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal
ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
• FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran
(kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan
pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-
expiratory flow)
KLASIFIKASI PENILAIAN SPIROMETRI

• Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC)


< 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai
prediksi

• Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai


prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi

• Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC


< 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75%
nilai prediksi.
UJI BRONKODILATOR
• Dilakukan dengan menggunakan
spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter.

• Setelah pemberian bronkodilator


inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20
menit kemudian dilihat perubahan nilai
VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau
APE < 20% nilai awal dan < 200 ml

• Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK


stabil
PENATALAKSANAAN
PPOK
PENATALAKSANAAN MEDIKAMENTOSA

• Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk
inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik
• Anti inflamasi
Metilprednisolon atau Prednison. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk
oral atau sistemikc.
• Mukolitik
Digunakan sebagai pengobatan
simtomatik bila tedapat dahak yang
lengket dan kental
• Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk
yang sangat mengganggu.
PENATALAKSANAAN PENUNJANG

• Rehabilitasi
• Edukasi
• Berhenti merokok
• Latihan fisik
• respirasi
• Nutrisi
TERAPI OKSIGEN

• Harus berdasarkan analisa gas darah baik


pada penggunaan jangka panjang atau
pada eksaserbasi.
• Pemberian yang tidak berhati hati dapat
menyebabkan hiperkapnia dan
memperburuk keadaan.
• Penggunaan jangka panjang pada PPOK
stabil derajat berat dapat memperbaiki
kualitas hidup
VENTALASI MEKANIK

• Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU


pada eksaserbasi berat.
• Ventilasi mekanik noninvasif digunakan di
ruang rawat atau di rumah sebagai
perawatan lanjutan setelah eksaserbasi
pada PPOK berat
PROGNOSIS
Tergantung pada:
• Beratnya obstruksi
• Adanya kor pulmonale
• Kegagalan jantung kongestif
• Derajat gangguan analisa gas darah

Prognosis penyakit ini bervariasi. Bila pasien tidak berhenti


merokok, penurunan fungsi paru akan lebih cepat dari pada bila
pasien berhenti merokok.Prognosis jangka pendek maupun jangka
panjang bergantung pada umur dan gejala klinis pada waktu
berobat. Penderita dengan penyakit emfisema paru akan lebih baik
daripada penderita yang penyakitnya bronkitis kronik. Penderita
dengan sesak nafas ringan (<50 tahun), 5 tahun kemudian akan
terlihat ada perbaikan. Tetapi bila penderita datang dengan sesak
sedang, maka 5 tahun kemudian 42% penderita akan sesak lebih
berat dan meninggal.

Anda mungkin juga menyukai