Sindroma Dispepsia
Batasan: Kumpulan gejala yang terdiri dari rasa tidak enak pada perut bagian atas dan
menetap, disertai mual, muntah, kembung, rasa penuh, cepat kenyang, dan sendawa tanpa
diketahui penyebab pastinya.
Kasus dispepsia setelah eksplorasi penunjang diagnostik akan terbukti apakah disebabkan
oleh gangguan patologik organik atau bersifat fungsional. Dalam konsensus ROMA III
2006, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai:
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri dan
rasa terbakar pada ulu hati/ epigastrik
2. Tidak ada bukti kelainan struktural (dibuktikan dengan endoskopi saluran pencernaan
atas) yang dapat menerangkan penyebab keluhan tersebut.
Keluhan telah terjadi selama total waktu minimal 3 bulan dalam waktu 6 bulan
terakhir sebelum diagnosa ditegakkan.
Menuju ke arah praktis pengobatan, dispepsia fungsional ini dibagi menjadi:
1. Dispepsia tipe ulkus (Ulcer-like type dyspepsia), dimana keluhan yang lebih dominan
adalah nyeri pada epigastrik dan nyeri pada malam hari
2. Dispepsia tipe dismotilitas (Dismotility-like type dyspepsia), dimana keluhan yang
lebih dominan adalah kembung, mual, muntah, rasa penuh, sendawa, dan cepat
kenyang.
3. Dispepsia tipe non-spesifik (campuran), dimana tidak ada keluhan yang dominan
Etiologi
Idiopatik
Organik
Obat-obatan: OAINS, antibiotik, preparat Fe, KCL, digitalis, estrogen, alkohol,
kortikosteroid, levodopa, niacin, gemfibrozil, narkotika, kuinidin, teofilin.
Intoleransi makanan:
o Alergi: susu, telur, kacang, makanan laut, buah-buahan
o Non alergi: laktosa, gluten, kafein, MSG, sam benzoate, dll.
Kelainan struktural pada saluran cerna (dari esofagus sampai usus)
Penyakit metabolik/sistemik:
- TB
- Gagal ginjal
- Hepatitis, sirosis hepatis, hepatoma
- DM
- Hipo/hipertiroid, hiperparatiroid
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Penyakit jantung kongestif
Patofisiologi
Multifaktorial
1) Abnormalitas motorik gaster
2) Hipotesis asam lambung dan inflamasi
3) Hormonal (penurunan kadar motilin menyebabkan gangguan motilitas dan prolaktin
mempengaruhi kontraksi otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal)
4) Perubahan sensitivitas gaster
5) Stres dan faktor psikososial
6) Helicobacter pylori
Kriteria Diagnosis
1) Mual
2) Muntah
3) Kembung
4) Rasa nyeri, seperti terbakar, penuh di epigastrium (hunger-pain-food-relief-
berkurang dengan pemberian makanan)
5) Sering sendawa
6) Cepat merasa kenyang
Pemeriksaan Penunjang
Pada dasarnya pemeriksaan penunjang digunakan untuk mengeksklusi gangguan organik
atau biokimiawi, antara lain:
1) Pemeriksaan lab darah (gula darah, ureum, kreatinin, fungsi hati, pankreas, dan
tiroid)
2) Pemeriksaan radiologi (USG, barium meal)
3) Endoskopi
Terapi
A. Non medikamentosa
Makan teratur
Hindari makanan yang dapat merangsang inflamasi mukosa gaster (pedas, asam,
tinggi lemak, dan kopi)
Bijak dalam pemakaian OAINS
Hindari merokok dan konsumsi alkohol
Istirahat yang cukup
Hindari anxietas yang berlebihan
B. Medikamentosa
a. Antasida
Aluminium hidroksida Al(OH)3
Kalsium karbonat CaCO3
Magnesium hidroksida Mg(OH)2
b. Penyekat H2 reseptor (Anti Receptors H2/ARH2)
Ranitidin 1-2 x 50-150 mg
Simetidin 2 x 400 mg
Famotidin 2-3 x 20 mg
c. Penghambat Pompa Proton (Proton Pump Inhibitor/PPI)
Omeprazole: 2 x 20 mg
Lansoprazole: 2 x 40 mg
d. Sitoprotektor dan protektor lokal: misoprostol (prostaglandin) 4 x 200 mg,
sukralfat 4 x 1 gr, bismuth koloida 2 x 2 tablet.
e. Antibiotika, khususnya sensitif Helicobacter pylori
Klaritromisin 2 x 500 mg
Amoksisilin 3-4 x 500 mg
Metronidazole 3-4 x 500 mg
Tetrasiklin 4 x 500 mg
f. Prokinetik sebagai antinausea dan antivomitus
Metoklorpropamid 10 mg
Domperidon
g. Sedatif
Diazepam (luminal)
Edukasi
a. Hindari faktor penyebab, pola makan teratur, istirahat cukup
b. Berpikir positif dalam menghadapi masalah