Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Lidah
1.1.1 Pengertian Lidah
Lidah adalah kantung mukosa yang berisi otot yang memiliki dasar atau
radiks yang cekat dan korpus yang bergerak serta ujung yang dapat memiliki
bentuk dan posisi yang bermacam-macam. Korpus lidah yang mengandung otot
intrinsik dan ekstrinsik merupakan otot terkuat di dalam tubuh. Lidah dipersarafi
oleh nervus hipoglossus( nervus XII ).
1.1.2 Anatomi Lidah Normal
Lidah terletak di dasar mulut dan melekat pada tulang hyoid. Dorsal lidah
mempunyai permukaan konveks dengan suatu sulkus median. Pada bagian
posterior sulkus tersebut terdapat foramen sekum, yang menandai daerah asal
kelenjar tiroid. Dibelakang foramen sekum ditemukan kelenjar-kelenjar penghasil
mukus dan sekelompok jaringan limfe yang disebut tonsil lingual.
Lidah mempunyai tekstur kasar yang disebabkan oleh adanya papilla.
Papila filiformis merupakan papila terkecil dan berjumlah paling banyak. Papila
itu berupa batang-batang ramping, seperti rambut, bertanduk, tampak berwarna
merah, merah muda atau putih tergantung pada derajat iritasi yang dialami lidah.
Papila fungiformis lebih sedikit jumlahnya, warna merahnya lebih cerah
dan diameternya lebih lebar dibandingkan dengan papila filiformis. Papila
fungiformis tidak bertanduk, berbentuk bulat atau jamur dan sedikit menonjol.
Papila ini juga berisi kuncup-kuncup pengecap. Papila ini paling banyak terdapat
di tepi lateral dan ujung anterior dari lidah. Kadang-kadang papila fungiformis
mengandung pigmen coklat, terutama melanoderm.
Papila sirkumvalata adalah papila terbesar yang tampak sebagai papulapapula berwarna merah muda 2 sampai 4 mm. Papula tersebut dikelilingi oleh
suatu parit sempit dan juga berisi kuncup-kuncup pengecap. Papila-papila ini
berjumlah 6 sampai 12 dan tersusun dalam suatu deretan berbentuk V di
sepanjang ujung-ujung sulkus di sisi posterior dorsum lidah. Papila-papila tersebut

secara anatomis membagi lidah menjadi 2 bagian yang tidak sama, 2/3 anterior
dan 1/3 posterior.
Pada sisi lateral daerah posterior lidah terdapat papila foliata. Papila-papila
ini seperti daun yang menonjol mengarah seperti lipatan-lipatan vertikal.
Terkadang tonsil lingual yang meluas ke daerah ini dari akar dorsal posterior lidah
dapat salah disebutkan sebagai papila foliata.

Gambar 1. Bagian-bagian Lidah


Taste bud terletak pada sisi-sisi papilla sirkumvalata dan fungiformis. Taste bud
merupakan tempat terletaknya sel reseptor pengecap. Pengecapan diterima dari
dua pertiga anterior lidah oleh nervus korda timpani, cabang nervus fasial. Nervus
glosofaringeus, atau saraf kranial ke sembilan, mengindra sensasi pengecapan dari
sepertiga posterior lidah. Ada empat sensasi dasar pengecapan: manis, asin, asam
dan pahit. Rasa manis dideteksi pada ujung lidah. Rasa asin dirasakan pada tepi
lateral lidah. Rasa asam dan pahit dirasakan pada aspek posterior lidah dan
dihantarkan melalui nervus glosofaringeus. Apabila lidah diangkat ke atas, suatu
perlekatan mukosa, frenulum, dapat terlihat di bawah lidah di garis tengah yang
menghubungkan lidah dengan dasar mulut.
1.1.3 Fungsi Lidah

Lidah merupakan organ yang dapat bergerak dan berperan penting dalam
proses pengunyahan, menelan, mengisap dan berbicara. Dalam proses
pengunyahan lidah dibantu oleh otot-otot labium oris dan pipi yang mana akan
membawa makanan diantara permukaan oklusal gigi geligi dan mempertahankan
makanan pada posisi tersebut selama pengunyahan. Selain itu lidah juga berfungsi
untuk membuang objek seperti biji-biji, benda asing, fragmen tulang serta
substansi yang tidak enak rasanya. Lidah juga berperan dalam mempertahankan
kebersihan mulut yaitu untuk menghilangkan debris makanan dari gingival,
vestibulum dan dasar mulut.
Didalam rongga mulut, lidah dianggap sebagai salah satu petunjuk atau
cermin kesehatan umum seseorang. Hal ini disebabkan karena lidah merupakan
organ tubuh yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh.
1.1.4 Kelainan dan Lesi Lidah
Ada banyak kondisi yang dijumpai pada lidah yang termasuk kedalam
istilah anomali lidah. Beberapa diantaranya tidak menunjukkan gambaran klinis
yang signifikan meskipun cukup sering terjadi. Akibatnya sering dianggap sebagai
suatu variasi yang normal. Beberapa kelainan yang lain menunjukkan kondisi
klinis yang jelas pada lidah, dan pada beberapa kasus dapat membantu untuk
menentukan sejumlah kelainan akibat faktor genetik. Anomali lidah yang
dijumpai juga bisa membuktikan bahwa kelainan lidah dapat disebabkan oleh
kelainan perkembangan.
Lidah bukan hanya tempat bagi lesi lokal, tetapi juga merupakan cerminan
dari keberadaan beberapa penyakit sistemik. Lesi lokal dapat dikelompokkan
sebagai congenital atau developmental (fissured tongue, lingual thyroid,
lymphangioma, hemangioma, dll), traumatik (traumatic ulser, neuroma dll),
infeksi (herpes simplex infections, apthous ulcers, candidiasis, dll), neoplastik
(papilloma, lipoma, squamous cell carcinoma, dll) atau idiopatik (hairy tongue,
geographic tongue, dll). Sedangkan lesi mulut yang berasal dari kondisi sistemik
dapat dikelompokkan menjadi lesi yang berkaitan dengan infeksi sistemik
(siphilis, tuberculosis, dll), blood dyscrasias (anemia,leukemia), penyakit

metabolik (diabetes mellitus, defisiensi vitamin B, dll) dan gangguan immunologi


(pemphigus, erythema multiform, lichen planus, dll).

1.2 Geographic tongue


Geographic tongue merupakan kondisi yang menunjuk pada beberapa
istilah seperti exfoliation areata linguae, glossitis exfoliativa marginata, lingua
geographica, benign migratory glossitis, erythema migrans, annulus migrans,
wandering rash of the tongue, migratory glossitis. (Greenberg et al., 2008)
Geographic tongue merupakan salah satu kelainan permukaan lidah yang
menunjukkan atropy dan berwarna kemerahan dengan batas hiperkeratosis putih
kekuningan yang jelas. Menurut Greenberg et al. (2008) geographic tongue
disebabkan oleh banyak faktor dan prevalensinya sekitar 1-1,25%. Meskipun
penyakit ini dianggap ringan karena dapat sembuh sendiri, tetapi penyakit ini bisa
mengganggu bila frekuensinya sangat tinggi. Selain itu individu yang menderita
geographic tongue mengeluhkan adanya iritasi dan rasa terbakar pada lidah
khususnya jika mengkonsumsi makanan pedas dan beralkohol (Regezi et al,
1999). Hal ini tentunya dapat mengganggu asupan nutrisi serta kenyamanan
penderita terutama saat berbicara sehingga patogenesa geographic tongue yang
jelas perlu segera diketahui untuk dapat menemukan perawatan yang tepat.

Gambar 2. Geographic tongue


1.2.1 Pengertian dan Epidemiologi
Geographic tongue merupakan kelainan yang bersifat jinak, melibatkan
permukaan dorsal lidah dan ditandai dengan daerah depapilasi dengan tepi yang
jelas dan meninggi berwarna putih kekuningan atau keabu-abuan namun kadangkadang dapat memiliki batas tidak jelas. (Greenberg et al., 2008)
Lesi ini juga dapat terjadi pada vestibulum bukal dan mukosa labial yang
dikenal dengan geographic stomatitis namun hal tersebut jarang terjadi. Lesi ini
dapat menghilang pada suatu daerah lidah dan dapat muncul kembali di daerah
laindengan sangat cepat, oleh karena itu lesi ini juga disebut benign migratory
glossitis. Dikatakan migratory glossitis karena lesi cenderung terjadi pada lokasi
baru sehingga menghasilkan pola migrasi (berpindah-pindah). Geographic tongue
ditandai dengan periode sembuh (remisi) dan eksaserbasi berbagai durasi. Selama
penyembuhan, kondisi sembuh tanpa pembentukan jaringan sisa parut.
(Greenberg et al., 2008)
Dari hasil penelitian diberbagai negara ditemukan hasil bervariasi dari
prevalensi Geographic tongue, diantaranya penelitian oleh Honarmand dkkyang
mengemukakan prevalensi Geographic tongue pada tahun 2013 adalah sebesar
7,8%,4 Shulman JD dkk pada tahun 2005adalah sebesar 1,0%-2,5%,5 Bird JA dkk
pada tahun 2003 adalahh sebesar 1-14%,6 dan Darwazeh dkk pada tahun 2011
adalah sebesar 4,8%,7 dan F. Mojarrad pada tahun 2008 adalah sebesar 27%
populasi.
1.2.2 Etiologi dan Predisposisi
Geographic tongue merupakan perubahan spesifik pada mukosa lingua.
Lesi ini jarang mengenai mukosa labial, bukal atau palatal. Pada dasarnya etiologi
dari Geographic tongue belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor telah
diajukan oleh para peneliti untuk menjelaskan faktor penyebab dari kondisi ini
walaupun dapat dikatakan bahwa hal ini belum jelas kepastiannya.
Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Genetik
Telah diyakini bahwa faktor genetik merupakan faktor etiologi primer
sedangkan faktor lain merupakan faktor etiologi sekuder. Separuh dari kasus
geographic tongue dapat dikaitkan dengan faktor keturunan atau herediter yang
mempunyai latar belakang geographic tongue, yang akan diturunkan pada
generasi -generasi berikutnya dengan faktor pencetus adanya kondisi sistemik
tertentu (Syafitri, 2002).
b. Defisiensi Nutrisi
Faktor defisiensi nutrisi juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab dari
geographic tongue. Beberapa kondisi seperti defisiensi zat besi, asam folat dan
vitamin B12 dapat mengakibatkan depapilasi lingua dan kondisi ulseratif (Syafitri,
2002).
c. Psikologi
Banyak peneliti yang mencoba menghubungkan geographic tongue dengan
keadaan psikosomatik penderita. Menurut Redman et al., (1972) mengungkapkan
lesi ini sering ditemukan pada penderita yang dalam keadaan stres, gugup dan
temperamen emosional. Keadaan psikis yang seperti ini dapat menimbulkan
perubahan pada tubuh dan organ-organ visceral sehingga fungsi normal sel-sel
tubuh mudah terganggu sebagai akibat dari kecemasan ataupun stress emosional
yang berlangsung lama.
Pelajar yang menderita geographic tongue memiliki kecenderungan untuk
mengalami lesi yang lebih parah apabila mereka sedang dalam kondisi stres
emosional daripada mereka dalam keadaan tenang. Diantara penderita psikiatri
terdapat prevalensi geographic tongue enam kali lebih tinggi pada mereka yang
menderita gangguan jiwa daripada diantara pelajar (Pindborg, 1994).
d. Atopi
Geographic tongue merupakan suatu kondisi inflamasi rekuren yang
dikarakteristikkan cenderung mudah teriritasi oleh kontak dengan iritan dari
lingkungan luar seperti panas, makanan, asam dan lain - lain. Menurut Regezzi et
al (1999) terjadi peningkatan prevalensi geographic tongue pada pasien atopy
yang mempunyai asma dan rhinitis dimana ada pengaruh dari faktor antigen
HLA-15.

e. Fissure tongue
Geographic tongue sering muncul bersamaan dengan fissure tongue yang
dinyatakan mempunyai hubungan klinis yang positif. Diperkirakan 50% dari
penderita geographic tongue juga memiliki fissure tongue. Bentuk lidah ini
terlihat merupakan suatu kelainan herediter dan genetik yang saling berhubungan
satu sama lain. Hal ini mungkin terjadi akibat iritasi dari mikroorganisme yang
tersembunyi dalam fissure di lidah ( Syafitri, 2002).
f. Hormonal
Lesi ini dapat muncul pada awal menstruasi atau lebih jelas pada masa
menstruasi. Hal ini dikaitkan dengan adanya perubahan hormonal (Pindborg,
1994).
g. Psoriasis dan Penyakit Reiters
Lesi Geographic tongue digambarkan berhubungan dengan penyakit kulit
tertentu seperti psoriasis dan penyakit Reiters. dimana dinyatakan bahwa
Geographic tongue merupakan salah satu manifestasi di rongga mulut yang terjadi
pada penderita dengan psoriasis kulit dan penyakit Reiters, karena ditemukannya
gambaran histopatologis yang sama. Beberapa penulis mengelompokkan
psoriasis, penyakit Reiters, Geographic tongue dan geographic stomatitis
kedalam suatu kelompok yang disebut lesi oral psoriasis (Syafitri, 2002).
h. Alergi
Kata alergi dapat digunakan untuk mendefinisikan reaksi imun spesifik
terhadap satu atau lebih zat atau bahan penyebab alergi. Alergi tipe IV menurut
Gawkroder pada tahun 2005 merupakan jenis alergi yang paling sering mucul
diwilayah orofasial.
Geographic tonguediyakini juga bisa muncul sebagai efek alergi terhadap
bahan mercuri dan emas. Seperti yang kita ketahui kedua jenis bahan ini lazim
dijumpai di dunia kedokteran gigi pada masa lampau maupun sekarang (Syafitri,
2002).
i. Ibu Hamil dan Menyusui
Sebuah hasil studi di skotlandia menemukan bahwa pada ibu hamil maupun
ibu yang sedang menyusui akan meningkatkan resiko terjadinya Geographic
tongue. Hal ini diyakini berkaitan dengan kebutuhan nutrisi dan zat besi yang

ekstra pada ibu hamil maupun menyusui. Saat ibu hamil kebutuhan nutrisi akan
menjadi 2 kali lipat lebih banyak, dan sama halnya pada ibu yang menyusui
(Syafitri, 2002).
1.2.3 Gambaran Klinis Geographic tongue
Lesi pada Geographic tongue pada awalnya sering dijumpai pada dorsal,
ujung atau tepi lateral lidah dan biasanya bermigrasi kearah depan. Kondisi ini
dapat dimulai dengan pembentukan satu bintik merah yang secara bertahap dapat
meningkat ukurannya. Bintik-bintik merah ini selanjutnya secara perlahan-lahan
akan meluas dan menyebar pada daerah yang berdekatan dimana kadang-kadang
dua lingkaran akan bertemu dan saling memotong (Regezi et al., 1999).
Geographic tongue biasanya terdiri dari beberapa daerah yang mengalami
deskuamasi papilla filiformis dan berbentuk lingkaran tak beraturan. Bagian
tengah lesi tersebut kadang - kadang terlihat mengalami inflamasi dan dibatasi
oleh suatu garis tipis berwarna putih kekuning - kuningan. Daerah yang
mengalami inflamasi menjadi merah dan sedikit perih (Regezi et al., 1999).

Gambar 2.Geographic tongue pada lidah orang dewasa

Gambar 4. Geographic tonguepada anak-anak


Sifat khas Geographic tongue bermanifestasi secara klinis sebagai area
terlokalisasi, melingkar dengan batas yang tidak teratur, berupa bercak merah
yang dikelilingi oleh batas putih yang sedikit menonjol. Bercak merah
menunjukkan atrofi papilla filiformis dan batas putih terdiri dari papilla filiformis
yang beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil. Geographictongue
dikarakterisasi oleh periode remisi dan eksaserbasi. Lesi ini biasanya menetap
pada satu area untuk satu atau beberapa minggu maupun bulan dan kemudian
menghilang dan muncul kembali di tempat lain pada lidah. Pada beberapa pasien,
perpindahan area dapat terjadi selama periode menstruasi, sedangkan pada pasien
lainnya, hal ini terjadi selama periode anxietas dan tegang (Regezi et al., 1999).
Rasa sakit atau terbakar merupakan salah satu simptom. Hal ini lebih
sering terjadi ketika lesi memiliki komponen inflamasi yang menonjol.
Ketidaknyamanan dapat bertambah ketika memakan makanan yang berbumbu,
saos salad, minuman berkarbonasi atau ketika merokok. Lesi yang menetap dan
menimbulkan rasa sakit pada dorsum lidah ini sangat mengganggu penderita.
(Regezi et al, 1999).
Beberapa penderita mengaku tidak mempunyai gejala terhadap timbulnya

geographic tongue. Akan tetapi rasa sakit juga dapat ditemui pada penderita
dewasa. Beberapa dari mereka tampak ketakutan jika melihat kondisi klinis yang
ditemukan, karena menganggap hal itu adalah gejala kanker di mulut. Adanya rasa
sakit biasanya juga dipicu oleh faktor psikogenik (Cawson dan Odell, 2008)
Sumber lain mengatakan geographic tongue tidak memberikan keluhan
apapun pada pasien, walaupun dapat menimbulkan sensasi terbakar ringan pada
lidah, pedih dan sakit ketika memakan makanan pedas atau ketika meminum
minuman berkarbonasi, alkohol serta ketika merokok. Tingkat keparahan keluhan
bervariasi pada waktu yang berbeda, tergantung pada aktivitas penyakit
(Honarmand M et al., 2013).

1.2.4 Gambaran Histopatologis Geographic tongue

Terdapat papila dengan ketinggian bervariasi


Infiltrasi sel bulat submukosal
Daerah dengan epitelium spongiotik
Infiltrat intra epitelial dari leokosit perimorfonuklear (swapan, 2011)

Anda mungkin juga menyukai