Anda di halaman 1dari 12

NAMA: SITI AULIYA RAHMAH SYAM

NIM: J014192023
Bifid Tongue

Nama lain
Cleft tongue (Ghom 2010), glossoschissis (Daniel-Spiegel & Moshe
2012).
Definisi
Bifid tongue adalah lidah dengan alur atau terbelah membujur sepanjang
ujung lidah.(Daniel-Spiegel & Moshe 2012). Bifid tongue adalah sebuah kondisi
yang mana lidah terbelah akibat penggabungan bagian sisi kanan dan kiri yang
tidak sempurna (Ghom 2010).
Etiologi
Merupakan hasil dari penggabungan distal tongue buds yang tidak
komplet.(Kumar 2010).
Patogenesis
Selama minggu ke 4 intra uteri median tongue bud (tuberculum impar)
mengalami peninggian dari dasar primitive pharynx. Dua buah tongue buds distal
(lateral lingual swelling) tumbuh berkembang diatas tuberculum impar untuk
membentuk dua pertiga anterior lidah (lidah yang ada didalam rongga
mulut).Tuberculum impar dan lateral swelling ini berasal dari mesenchyme
archus branchial pertama. Sisi penggabungan dari tongue buds distal bisa
diidentifikasi oleh septum medial dari lidah. Sedangkan archus branchial kedua,
ketiga dan keempat berperan dalam perkembangan sepertiga posterior lidah
(pharyngeal part) (Thorne 2007; Sadler 2010).

1
Gambar: sumber Thorne 2007

Gambar: sumber Thorne, 2007

Gambar: sumber Thorne, 2007

2
Eminensia hypobranchial (archus ketiga dan ke empat) tumbuh diatas
copula (archus kedua) sebagai perkembangan lidah. Kemudian copula menghilang
seiring dengan hypobranchial eminens berkembang diatasnya dengan
lengkap(Thorne 2007; Sadler 2010).
Pada bifid tongue terjadi kegagalan penggabungan dari dua lateral lingual
swelling.Proliferasi mesenkimal gagal untuk menghilangkan groove/alur pada
lidah. Massa ini tumbuh kedepan dan semakin merenggang (Ghom 2010).
Gambaran Klinis
Sebagian dari bifid tongue ini bermanifestasi sebagai alur yang dalam pada
garis tengah permukaan dorsum lidah (Ghom 2010).

Gambar 1: Bifid tongue


Sumber : Koleksi pribadi bagian Ilmu Penyakit Mulut FKG Unair

Gambar 2: Bifid tongue. Sumber : Rai 2012

3
Gambar 3: Bifid tongue Sumber : Kumar, Kurien & Sivan 2011

Gambar 4: Bifid tongue Sumber : Aga & Harris 2013


Pemeriksaan Penunjang
Prenatal sonogram kadang-kadang dipakai untuk mendeterminasi apakah
terjadi sebuah cleft pada bayi sebelum lahir. Bila clefting tidak bisa terdeteksi
dengan ultrasound sebelum bayi lahir maka bisa dilakukan pemeriksaan pada
rongga mulut pada saat bayi sudah lahir untuk memastikan.( Daniel-Spiegel &
Moshe 2012).
Diagnosis Banding : -
Prinsip Terapi
Melakukan pembersihan celah secara teratur (Ghom 2010). Koreksi
dilakukan melalui dengan cara merekonstruksi lidah (Kumar 2010).

Gambar: Koreksi bifid tongue. Sumber: Kumar 2010

4
Definisi Coated Tongue

Coated tongue adalah suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat berwarna
putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa makanan
dan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.

Coated tongue atau lidah berselaput, yaitu penampilan klinis pada dorsum lidah
yang seperti tertutup oleh suatu lapisan biasanya berwarna putih atau terwarnai
oleh jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi. Selaput ini terdiri dari papilla
filiformis yang memanjang sehingga memberikan gambaran seperti selaput tebal
pada lidah dan akan menahan debris serta pigmen yang berasal dari makanan,
minuman, rokok, dan permen. Kemungkinan terjadinya selaput pada lidah ini
meningkat dengan penggunaan obat-obatan lokal maupun sistemik yang
menyebabkan perubahan mikroflora normal mulut. Kondisi ini juga dapat terjadi
pada penderita dehidrasi, penyakit infeksi, penyakit kronis dan penyakit sistemik
dimana lidah tampak berselaput tebal dan berwarna putih.

Coated tongue merupakan suatu kelainan lidah yang umum sekali terjadi,
biasanya lebih banyak terjadi pada orang dewasa karena adanya kumpulan epitel,
makanan, dan debris microbial (Scully, 2001). Selaput putih tersebut terjadi akibat
debris makanan maupun lapisan mukosa, bakteria, dan partikel lainnya. Coated
tongue atau juga dikenal dengan istilah ‘furred tongue, Coated tongue akan
menyebabkan terjadinya penumpukan bakteri, bau mulut, dan sensasi rasa pada
lidah kurang peka (Quirynen et al, 2004).

Etiologi Coated Tongue

Etiologi coated tongue bersifat idiopatik, denga faktor predisposisi adanya lidah
yang kurang bergerak, cairan saliva yang dihasilkan kurang, individe yang
memakan makanan yang lembut dan kurang abrasif seperti pada pemakaian gigi
tiruan, penggunaan obat-obatan antibiotik dan agen-agen pengoksida yang
terdapat pada obat kumur, pasien yang mengalami dehidrasi, oral hygiene yang
buruk, demam, lemah akibat penyakit sistemik, dan sakit parah juga sering
mengalami kondisi ini (AAOMP, 2009; Greenberg & Glick, 2003, laskaris, 2006).

5
Coated tongue adalah lapisan berwarna putih, kuning, atau kecoklatan di atas
permukaan lidah, yang disebabkan oleh adanya akumulasi dari bakteri, debris
makanan, lekosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel. Pasien yang
lebih tua memiliki prevalensi yang lebih sering untuk coated tongue dari pada
pasien yang lebih muda. Perubahan pola diet, ketidakmampuan fisik untuk
menjaga oral hygiene dengan baik, dan penurunan jumlah aliran saliva akan
menyebabkan akumulasi dari debris oral. Selain itu dikatakan pula bahwa
ketebalan coated tongue akan semakin bertambah pada pasien penderita penyakit
periodontal. Leukosit meningkat pada saliva pasien dengan penyakit periodontal,
dan lekosit akan terakumulasi pada permukaan lidah (Danser et al, 2003).

Beberapa metode yang telah digunakan untuk menggolongkan coated tongue


untuk mengetahui etiologi dan tingkat keparahannya, meliputi:

1.Boys, dkk menggolongkan coated tongue pada estimasi ketebalan selaput pada
bagian dorsal lidah melalui pemeriksaan visual yaitu : berat, sedang, ringan atau
tidak ada.

2.Miyazaki, dkk menggolongkan coated tongue berdasarkan distribusi daerah


yang tertutupi selaput, meliputi : skor 0, tidak terlihat; 1, kurang dari sepertiga
permukaan dorsum lidah; 2, kurang dari dua pertiga permukaan dorsum lidah; 3,
Lebih dari dua pertiga permukaan dorsal lidah.

3.Chen menggolongkan coated tongue berdasarkan warna, yaitu: putih, kuning,


abu-abu dan hitam.

3.4 Patofisiologi Coated Tongue

Minuman yang panas dan makanan yang kasar membuat lidah mengalami iritasi,
karena pada dasarnya permukaan lidah merupakan daearah yang rentan iritasi. Hal
tersebut menyebab bagian permukaan lidah membentuk perlindungan berupa
lapisan dari keratin yang telah mati. Dalam keadaan normal jumlah keratin yang
diproduksi sama dengan keratin yang mengelupas (telah mati). Pada keadaan tidak
normal keseimbangan tersebut terganggu sehingga menyebabkan coated tongue.

6
Coated tongue juga dapat disebabkan oleh diet makanan lunak yang menyebabkan
keratin tidak terangsang untuk mengelupas (AOMP, 2005).

Iritasi lokal pada lidah secara terus menerus akan mengakibatkan tubuh untuk
melakukan pertahanan terhadap iritan tersebut dengan cara memanjangkan papilla
terutama papilla filiformosis pada bagian dorsal lidah, sehingga lidah tampak
seperti berambut. Kondisi lidah seperti ini akan sangat menguntungkan bagi
bakteri dan jamur untuk berkolonisasi.

Pada kondisi normal, keratin mengalami deskuamasi dan tertarik oleh makanan
berserat, sehingga produksi keratin yang diproduksi seimbang dengan keratin
yang dibuang (filiform). Pada kasus tidak normal, contoh seorang yang diet
makanan lunak, keratin yang harus nya terdeskuamasi justru membuat retensi
untuk makanan lunak tersebut karena makanan lunak tidak mendorong keratin
yang mati dan hanya menggantinya dengan yang baru. Sehingga papila terlihat
lebih panjang karena ketidaksimbangan keratin yang diproduksi dan yang
dibuang.

Gambaran Klinis Coated Tongue

Wagers pada tahun 2011, Secara klinis gambaran umum coated tongue berupa
lidah yang dilapisi oleh lapisan putih terang pada permukaan lidah. Lapisan putih
ini terbentuk akibat retensi keratin pada dorsal lidah. Kadang gambaran ini dapat
berupa pewarnaan putih kekuningan maupun kecoklatan. Ini merupakan gambaran
dimana akumulasi bakteri juga menyertai retensi keratin pada permukaan lidah
tersebut. Bakteri memiliki pigmen berwarna kuning atau coklat yang ikut
mewarnai keratin lidah. Bakteri ini tidak menimbulkan manifestasi kearah yang
berbahaya pada penderitanya.

Gambaran coated tongue secara klinis berupa selaput (lesi plak) yang
menutupi bagian permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih
kekuningan sampai berwarna coklat. Selaput terdiri dari akumulasi bakteri, debris
makanan, lekosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel. Selaput ini
dapat hilang pada pengerokan tanpa meninggalkan daerah eritem. Coated tongue

7
dapat muncul dan hilang dalam waktu yang singkat (Danser et al 2003; Laskaris,
2006; Scully, 2001).

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari coated tongue diantaranya adalah Candidiasis (Greenberg


dan Glick, 2003). Candidiasis merupakan infeksi oportunistik yang disebabkan
oleh pertumbuhan berlebih dari Candida albicans. Pertumbuhan candidiasis
berlebih dapat disebabkan oleh iritasi kronis, kebersihan mulut yang jelek, dan
xerostomia. Lesi ini tampak sebagai plak mukosa berwarna putih, difus, dan
bergumpal yang dapat dikerok namun meninggalkan permukaan eritem, kasar,
atau berdarah. Pada kondisi candidiasis Daerah rongga mulut yang biasanya
terkena adalah dorsum lidah, palatum, dan sudut bibir (Langlais dan Miller,
1994).

Candida albican Merupakan flora yang secara normal terdapat pada permukaan
rongga mulut. Lesi akibat Candida sering ditemui pada lidah, mukosa pipi dan
palatum. Penyakit pada mukosa mulut yang diakibatkan oleh jamur berhubungan
dengan mekanisme pertahanan tubuh. Pada host yang immunocompromised,
keberadaan jamur meningkat drastis. Coated tongue akibat jamur dapat terjadi
karena berbagai faktor seperti pada pasien dengan kelainan sistemik yang harus
mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, infeksi, terapi radiasi,
perokok berat, kebersihan mulut yang buruk, dan genetik . mengontrol
pertumbuhan jamur dan mikroba berbahaya lainnya pada saluran pencernaan.

Derajat coated tongue juga memainkan peranan penting pada infeksi mulut
akibat Candida sp. Selaput pada lidah tersebut terdiri dari komponen darah,
nutrient dan sel epitel yang telah berdeskuamasi yang dapat menimbulkan
penyakit infeksi pada rongga mulut akibat jamur dan berkembangnya halitosis.
Namun, memiliki coated tongue belum tentu terinfeksi oleh jamur.

Coated tongue biasanya tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya, tetapi bila
sudah terinvasi Candida sp. kelainan ini dapat menimbulkan beberapa gejala klinis
yang mengurangi kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang

8
terganggu, rasa pedih, rasa sakit dan rasa seperti terbakar pada lidah yang akan
mengakibatkan kekurangan nutrisi.

Obat-obatan seperti turunan sulfa, kemoterapi, kortikosteroid, antibiotik,


antihipertensi, analgesik, antasida berkontribusi dalam perkembangan jamur yang
berlebihan. Obat turunan sulfa dan kemoterapi dapat mematikan mikroflora
normal dalam rongga mulut karena sifatnya yang toksik, dan hal ini dapat memicu
perkembangan jamur. Obat-obatan kortikosteroid akan mempengaruhi sistem
imun yang akan menimbulkan infeksi opurtunistik seperti jamur. Antasida
berkontribusi pada pertumbuhan jamur karena asam hidroklorik pada lambung
membantu Candida sp. biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang
jika ada kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.

Terapi Coated Tongue

Membersihkan mulut secara rutin telah dilaporkan menjadi metode pencegahan


yang paling utama dalam mencegah timbulnya lesi pada mukosa. Oral hygiene
tidak hanya dilakukan pada gigi atau jaringan keras rongga mulut namun juga
jaringan lunak mulut, salah satunya lidah.

Peningkatan kebersihan rongga mulut dan melakukan pembersihan lidah dengan


sikat gigi atau tongue scrapper dapat mengurangi ketebalan lapisan selaput.
Apabila coated tongue disebabkan oleh oleh penyakit sistemik, maka dengan
mengobati penyakit sistemik tersebut, selaput padah pun akan berkurang. Apabila
akibat penggunann antibiotik atau kemoterapi, maka tidak diperlukan tindakan
karena akan sembuh dengan sendirinya saat penggunaan obat-obat tersebut
dihentikan. Apabila akibat rokok/alkohol, kebiasaan harus dihilangkan. Minum
banyak air putih dan makan buah-buahan seperti apel, dan sayur-sayuran seperti
brokoli juga dapat membantu melepaskan debris putih dari lidah. Berkumur
dengan asam askorbat, mungkin akan membantu, terutama jika dikombinasikan
dengan menyikat lidah (Field & longman, 2003).

Instrumen untuk membersihkan lidah terdiri dari potongan plastik atau metal
seperti tali yang digenggam dengan satu tangan dan menggores secara

9
berseberangan pada permukaan lidah, pisau plastik seperti alat pencukur atau
penggaruk untuk menggores permukaan lidah atau sikat kecil, hingga alat
berbentuk bundar dengan sebuah pegangan untuk menggaruk permukaan lidah.

Debris terletak di bagian dorsal posterior dari lidah dan cukup untuk
menyebabkan terjadinya bau mulut yang signifikan serta berbagai penyakit rongga
mulut lainnya. Pembersihan lidah menyingkirkan organisme dan debris dari lidah.
Kemungkinan dapat mengurangi penyakit gigi dan periodontal.

Penggunaan sikat gigi juga dapat mereduksi bakteri yang ada pada lidah, namun
efektifitas penurunan bakteri tidak sama di bandingkan dengan penggunaan
tongue scraper. Hal ini disebabkan oleh ukuran permukaan sikat gigi yang lebih
kecil, sehingga kurang efektif mengurangi debris pada lidah Penggunaan sikat
gigi untuk pembersihan lidah dapat menyebabkan pendarahan kecil dan kerusakan
pada bagian permukaan dorsal lidah. Direkomendasikan untuk menggunakan
tongue scraper dari pada penggunaan sikat gigi dalam membersihkan lidah.

Sikat lidah tersebut tidak pernah diamati menyebabkan microbleeding (bahkan


perdarahan yang tidak terlihat dengan menggunakan mata telanjang) dengan
kurang dari 30 gerakan, gaya sebesar 100-150g . Diasumsikan bahwa sebanyak
pada gerakan rata-rata yang kurang dari 30 dibutuhkan untuk membersihkan
lidah.

Tongue scraper dapat membantu membersihkan semua bakteri dan kuman pada
lidah. Lidah sehat mempunyai warna merah muda, sementara lidah yang tidak
sehat adalah tumpul atau mempunyai bercak keputihan. Bagian paling dorsal dari
permukaan lidah biasanya dapat diperhatikan secara signifikan memiliki banyak
debris. Makanan-makanan berminyak dan berlemak yang banyak berkontribusi
dalam menggemukkan badan juga berkontribusi secara signifikan dalam
mengakumulasikan debris lidah.

Cara penggunaan tongue scraper

10
Adanya penelitian klinis mengenai penuntun yang direkomendasikan dalam suatu
metode dan frekuensi dalam membersihkan lidah, anjuran dibawah ini tampak
sangat logis, yakni:

1.Sikatlah gigi sebelum membersihkan lidah. Pastikan juga menyikat di bagian


belakang gigi untuk mengurangi akumulasi bakteri.

2.Arahkan spoon dari tongue scraper menjangkau bagian paling posterior dari
lidah, dan sepanjang permukaan lidah.

3.Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran dari mulut anda.

4.Gunakan tongue scraper timbal balik, scraper berlekuk atau menggunakan


pegangan untuk membersihkan lidah. Menjangkau sejauh mungkin dalam mulut
dan pembersih dari belakang ke depan dengan tekanan ringan.

5.Bilas tongue scraper dan pastikan mencuci bersih semua bakteri dan saliva yang
terakumulasi pada tongue scraper. Lakukan pembersihan lidah paling tidak dua
sampai tiga kali setiap pembersihan.

6.Cuci mulut dengan obat kumur pembunuhan bakteri setelah membersihkan


lidah.

7.Gunakan tekanan yang ringan ketika menggunakan tongue scraper, jangan


menekan terlalu keras karena dapat mengiritasi lidah.

Debris yang ada pada bagian posterior dorsal dari lidah bertanggung jawab secara
signifikan terhadap terjadinya bau mulut.

11
Daftar pustaka
Thorne, CH, 2007, Grabb and Smith's Plastic Surgery, Sixth Edition, Lippincott
Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.

Ghom, AG, 2010, Textbook of Oral Medicine 2nd Edition, Jaypee Brothers
Medical Publisher (P) LTD, New Delhy.

Sadler, TW, 2010, Langman’s Medical embryologhy 10th Ed, Lippincot


Williams&Walkin, New Delhy.

Kumar, LKS, Kurien NM, Sivan, MP, 2010, Isolated Congenital Bifid Tongue.
Available at www.njms.in/article.asp. diakses tanggal 23 Januari 2014.

Daniel-Spiegel, E, Moshe, BA, 2012, Bifid Tongue, aRare congenital


Malformation, Is a Prenatal Clue for Secundary Cleft Palate, Journal
Ultrasound Medicine; 31;505-509 Diakses tanggal 20 Januari 2015.

Aga, F, Harris, R, british Dental journal 214,275(2013) Available At


www.nature.com/bdj/journal. Diakses tanggal 23 Januari 2015.

Rai, R, Rai,AR, Bhat, K, Muralimanju, 2012 International journal of Morphology


vol 30 no 1 Temuco mar 2012. Available at http://dx.doi.org/ Diakses
tanggal 23 januari 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai