TINJAUAN PUSTAKA
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
5
B. Etiologi Lesi Mukosa Mulut
Lesi pada rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak faktor dan bervariasi
penyebabnya antara satu dan lainnya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya lesi pada mukosa mulut antara lain iritasi kronis (tambalan yang kasar,
radiks, karies gigi, permukaan gigi yang tajam dan permukaan protesa yang
kurang baik), kebersihan mulut yang buruk, kebiasaan merokok, menyirih,
mengunyah tembakau, mengkonsumsi minuman beralkohol, infeksi virus seperti
virus herpes simpleks, infeksi jamur seperti Candida albicans dan akibat alergi.
Adapun faktor sistemik yang dapat bermanifestasi di dalam rongga mulut seperti
penyakit HIV, diabetes melitus, penyakit yang berhubungan dengan sistem imun
dan variasi dari keadaan normal.17
Tempat predileksi lesi mukosa mulut pun berbeda-beda, pada penelitian yang
dilakukan oleh Department of Histopathology of Helping Hands Community
Hospital di Nepal menunjukkan tempat predileksi lesi mukosa mulut yaitu paling
banyak di bibir dengan 9 kasus (42,8 %), kemudian pada mukosa pipi sebanyak 5
kasus (23,8 %) berbeda dengan penelitian di rumah sakit Manipur, India
diperoleh hasil dari 119 lesi, tempat terjadinya lesi paling banyak di mukosa pipi
(26.9 %) dan lidah (26 %).18,19
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
7
terlihat pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, peminum alkohol
dan pengguna kokain, makan dan minum minuman berwarna, infeksi HIV
dan pasien yang menjalani radioterapi. Gambaran klinisnya terlihat lidah
berwarna coklat atau kehitaman pada dua pertiga anterior dan posterior
dorsum lidah, asimptomatik, dapat disertai bau mulut akibat akumulasi
Candida albicans dan Streptococcus viridans.22
e. Fordyce Spots
Etiologi Fordyce spots adalah kelenjar sebasea yang ektopik. Kelenjar
sebasea pada lesi ini mengandung lipid sama seperti yang ditemukan di
kulit, tetapi tidak memiliki folikel rambut. Merupakan lesi yang sering
ditemukan (80% dari populasi), biasanya lebih sering pada laki-laki dan
dapat terjadi pada semua umur terutama pada usia dewasa. Gambaran klinis
berupa papula yang menonjol, berwarna putih atau kekuningan berukuran
1-3 mm di mukosa bukal dan labial, terutama bagian komisura, daerah
sepanjang perbatasan vermilion, mukosa mulut bibir atas, daerah
retromolar dan bibir, asimptomatik. Gambarannya tidak jelas pada bayi,
muncul pada anak-anak setelah usia 3 tahun, meningkat selama masa
pubertas dan menetap saat dewasa. Lesi ini tidak memerlukan perawatan
hanya meyakinkan pasien bahwa keadaan ini bukan merupakan suatu
keganasan.20,22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
8
Merupakan kelainan perkembangan berupa massa tulang pada midline
palatum. Prevalensi terjadinya torus palatinus 20% pada populasi,
terutama pada ras Asia. Tidak bergejala kecuali karena ulserasi akibat
trauma. Gambaran klinisnya torus pada midline palatum, simetris pada
kedua sisi dengan ukuran yang bervariasi, berbentuk lobular, nodular atau
tidak beraturan. Perawatan torus harus di eksisi jika mengganggu proses
pembuatan gigi tiruan.22
h. Varises Sublingual
Merupakan lesi pada mukosa mulut berwarna biru keunguan, nodul atau
ridge, asimptomatik, melibatkan pembuluh darah bagian lingual atau
pembuluh darah pada permukaan ventral lidah dan dasar mulut. Lesi
terlihat pada lansia dan bersifat jinak.22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
9
i. Leukoedema
Merupakan variasi normal yang ditandai dengan warna putih keabu-abuan,
berlipat-lipat, dengan daerah translusen pada mukosa bukal yang dapat
menghilang jika diregangkan.24 Sering terlihat pada mukosa mulut orang
dengan pigmentasi rasial dan dapat juga merupakan suatu perubahan
kebiasaan seperti penggunaan tembakau dan konsumsi alkohol yang
tinggi.20
j. Pigmentasi Fisiologis
Pigmentasi fisiologis diakibatkan produksi pigmen melanin yang multifokal
atau difus pada beberapa etnik tertentu, terutama keturunan Afrika dan
Asia, tetapi dapat terlihat juga pada keturunan Mediterania dan beberapa
orang kulit putih. Pigmentasi fisiologis terjadi pada semua ras, distribusinya
bervariasi tidak hanya antara satu ras dan ras lainnya tetapi juga antara satu
individu dan individu lainnya, dapat terjadi pada semua umur. Gambaran
klinisnya berupa pewarnaan coklat atau kehitaman pada gingiva bagian
labial dan mukosa palatal, biasanya simetris, dapat juga terlihat pada
dorsum lidah dan mukosa pipi.22
2. Pigmentasi Patologis
a. Amalgam Tattoo
Amalgam tattoo atau disebut juga localized argyosis sering ditemukan di
mukosa mulut dengan tingkat insidensi 8% dari populasi. Karakteristiknya
yaitu berupa debris dari restorasi (silver (Ag), merkuri (Hg), tin (Sn), zinc
(Zn) dan tembaga (Cu)) pada jaringan ikat subepitelial. Lesi ini dapat
terjadi saat kondensasi amalgam, saat membuang restorasi amalgam lama,
dan saat retrograde amalgam filling. Gambaran klinis berupa pigmentasi
kehitaman pada margin gingiva dan alveolar mukosa. 22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
10
b. Bismuthism
Bismuthism terjadi karena obat-obatan yang mengandung bismuth (obat-
obat diare). Klinisnya terlihat bismuth line yaitu garis berwarna biru
kehitaman pada margin gingiva dan biasanya pasien mengeluhkan rasa
metal di dalam mulut. Gejala sistemik yang ditimbulkan yaitu gangguan
pencernaan, mual, diare berdarah dan jaundice.25
c. Mercurialism
Mercurialism atau disebut juga pink disease disebabkan oleh reaksi toksik
dari merkuri. Penyebabnya karena obat-obatan yang mengandung merkuri,
merkuri pada amalgam atau merkuri diuretik. Gambaran klinisnya gingiva
berwarna biru keabuan sampai kehitaman, ulserasi di daerah palatum dan
lidah, bibir terasa kering, bengkak dan terlihat pecah-pecah. Pasien sering
mengeluhkan rasa metal di dalam mulut.26 Gejala sistemik yang dapat
terjadi antara lain sakit perut, anoreksia, sakit kepala, insomnia, vertigo,
mulut terasa terbakar.17
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
11
Gambar 1. Varian normal dan pigmentasi patologis (amalgam tattoo)
a. Geographic tongue17, b. Fissure tongue17, c. Black hairy tongue17, d. White
sponge nevus22, e. Fordyce spots22, f. Torus22, g. Linea alba22, h. Varises
sublingual17, i. Leukoedema17, j. Pigmentasi fisiologis22, k. Pigmentasi
patologis (amalgam tattoo)22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
12
3. Alergi
a. Stomatitis Medikamentosa
Merupakan reaksi akibat alergi tipe empat yang disebabkan oleh obat-
obatan tertentu seperti anti angina (nicorandil), antibiotik (metronidazole,
penicilin, eritromisin, tetrasiklin), anti kejang (clonazepam, hydantoins,
lamotrigine), anti depresan (imipramine, fluoxetine), anti hipertensi
(captopril, enalapril, propanolol), AINS atau anti inflamasi non steroid
(aspirin, ibuprofen, indometacin, naproxen), anti malaria (chloroquine),
anti retroviral (ritonavir, saquinavir, zidovudine) dan anti mitosis yang
digunakan pada saat kemoterapi (cisplatin, ciclosporin, doxorubicin,
methotrexate, vincristine). Obat-obatan tersebut menyebabkan erosi atau
ulkus pada rongga mulut. Diagnosa dapat ditegakkan dengan mengetahui
riwayat penggunaan obat dan uji kulit.22
b. Stomatitis Venenata
Merupakan stomatitis akibat reaksi alergi tipe empat yang disebabkan
karena kontak zat-zat yang terkandung di dalam kosmetik atau kontak
terhadap zat-zat kimia. Gambaran klinis berupa inflamasi pada bagian
labial atau seluruh mukosa mulut yang berkontak, edema, erosi kecil
dengan diameter 0,5 mm yang muncul dalam berbagai bentuk. 26
c. Erythema Multiforme
Erythema multiforme merupakan penyakit radang akut pada kulit dan atau
membran mukosa yang dtandai oleh makula berbentuk target, berwarna
merah dan ulser yang disebabkan hipersensitivitas terhadap obat, mikroba
atau alergen lainnya. Sebagian besar kasus merupakan hasil respon
imunologi terhadap pemberian obat, khususnya obat-obatan mengandung
sulfa (antibiotik atau agen hipoglikemik) atau barbiturat. Kasus lainnya
dipicu oleh radiasi dan infeksi virus herpes.17 Gambaran klinis di mukosa
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
13
mulut terlihat pseudomembran hemoragik pada bibir dan ulserasi mulut.
Biasanya terjadi sekitar 2 minggu.22
5. Trauma
a. Ulkus Traumatikus
Merupakan ulkus yang disebabkan oleh trauma fisik karena permukaan gigi
yang tajam, alat ortodonti, atau restorasi dental yang tajam. Gambaran
klinis berupa ulserasi berwarna putih kekuningan dan dikelilingi daerah
eritema yang iregular. Tempat predileksi pada mukosa pipi, mukosa bibir,
palatum dan tepi perifer lidah.27
b. Ulkus Dekubitalis
Merupakan ulkus kronis yang disebabkan oleh iritasi atau trauma yang
tajam. Disebabkan oleh akar gigi yang tajam, kedudukan gigi tiruan yang
tidak tepat, atau restorasi yang tajam. Gambaran klinisnya berupa ulkus
berbentuk bulat dengan dasar berwarna putih, biasanya ditemukan dekat
dengan penyebabnya.2
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
15
c. Thermal Burn
Merupakan lesi yang terjadi akibat perubahan suhu (terlalu dingin atau
terlalu panas). Tempat predileksinya pada seluruh bagian mukosa mulut
terutama palatum bagian anterior. 20
d. Chemical Burn
Chemical burn merupakan lesi yang diakibatkan karena aplikasi bahan
kimia pada mukosa mulut sehingga terjadi pengelupasan dan nekrosis
jaringan. Jika dilakukan scrapped akan terlihat permukaan ulserasi yang
disertai perdarahan. Biasanya dikaitkan dengan penempatan aspirin pada
mukosa mulut sewaktu pasien mengalami sakit gigi.20
e. Frictional Keratosis
Merupakan lesi putih akibat trauma kronis misalnya trauma dari gigi atau
dental appliances. Terdapat beberapa penyebab lesi ini antara lain abrasi
yang cukup lama akibat iritasi dari gigi yang tajam, geligi tiruan atau dental
appliances lainnya. Gambaran klinisnya berupa lesi berwarna putih dengan
permukaan yang kasar pada mukosa labial bawah, mukosa pipi dekat garis
oklusi, bilateral. Keadaan awal lesi ini terlihat seperti bercak pucat yang
translusen.8
6. Drug-induced
Mukositis
Mukositis atau disebut juga mucosal barrier injury merupakan lesi eritema
luas, sakit, yang muncul 3-15 hari pasca radioterapi atau kemoterapi.
Obat-obatan seperti cisplatin, etoposid, fluorouracil dan melphalan
mempengaruhi terbentuknya mukositis pada pasien dengan kemoterapi.
Mukositis lebih sering terjadi pada pasien dengan terapi kepala dan leher
dan terjadi lebih awal pada pasien dengan kemoterapi. 22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
16
7. Hormonal
Burning Mouth Syndrome (BMS)
Burning mouth syndrome atau sindrom mulut terbakar atau disebut juga
oral dysesthesia, merupakan sensasi rasa terbakar pada mukosa mulut.
Penderitanya hampir semua adalah wanita postmenopause. Gejala yang
ditimbulkan terutama pada lidah namun dapat terjadi pada mukosa bukal.
Pasien dengan BMS sering mengeluhkan mulutnya terasa kering. Sebagian
besar kasus ini dapat di diagnosis dari riwayat sensasi rasa terbakar dan
mulut terasa kering, terutama jika merasakan adanya rasa logam. Etiologi
sensasi rasa terbakar pada mukosa mulut tidak diketahui. Pendapat lain
mengatakan karena pengaruh hormonal pada mukosa mulut yang
berhubungan dengan menopause pada penderita. Namun, pada pengamatan
dengan memberikan terapi hormon tidak terjadi perubahan dari sensasi rasa
terbakar yang dirasakan. Oleh karena itu, beberapa pendapat menyatakan
bahwa sensasi rasa terbakar di dalam mulut terjadi karena perubahan dari
saliva akan tetapi belum ada pemeriksaan lebih lanjut mengenai pendapat
ini.28
8. Autoimun
a. Oral Lichen Planus (OLP)
Merupakan penyakit autoimun mukokutaneus yang mempengaruhi lapisan
epitel skuamosa kulit, mukosa mulut dan genital. Prevalensinya antara 2-
4% dari populasi. Biasanya terjadi pada umur 30-65 tahun. Tidak ada dasar
imunogenetik terjadinya OLP, tetapi beberapa penelitian melaporkan
terdapat hubungan peningkatan HLA (Human Leukocyte Antigen) dengan
terjadinya lichen planus. Lesi ini harus dibedakan dengan ulserasi seperti
ulkus traumatikus atau stomatitis aftosa berulang. Terdapat 6 tipe klinis dari
oral lichen planus, yaitu :
1. Retikuler, garis putih atau striae yang saling berhubungan (pola
retikuler atau wickham striae)
2. Papular, papula berwarna putih
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
17
3. Seperti plak
4. Atrofi, area atrofi berwarna merah yang merupakan tipe lichen planus
dengan salah satu penyebab deskuamatif gingivitis
5. Erosi atau ulserasi, erosi terus-menerus, ireguler, sangat sakit dengan
jaringan sekitar berwarna kekuningan
6. Tipe bula
OLP biasanya asimptomatik, tetapi menimbulkan rasa sakit bila terdapat
daerah atrofi atau erosi. Gambaran klinis berupa lesi putih, retikuler,
papular atau plak dengan area atrofi pada posterior mukosa pipi dan
bilateral. Terkadang, pada dorsum lidah berbentuk retikuler, papular atau
plak dengan area atrofi atau erosi. Deskuamatif gingivitis dapat terjadi pada
25% pasien dengan lichen planus tipe erosi.8
Lesi pada kulit biasanya gatal, ruam berwarna keunguan, makula-papular,
paling sering pada permukaan fleksor pergelangan tangan, tulang kering
dan daerah perut. Namun, pendapat lain mengatakan dapat mempengaruhi
kulit kepala yang menyebabkan rambut rontok (alopecia). Sebagian besar
pasien mengalami lichen planus di kulit dan mukosa mulut.20
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
18
penyembuhan dan merupakan suatu komplikasi jika berada pada mata,
laring, esofagus atau genital.29
c. Pemphigus Vulgaris
Pemphigus merupakan penyakit autoimun pada kulit dan seringkali
menyebabkan terbentuknya bula besar (lepuh), erosi pada kulit dan
membran mukosa.17 Pemphigus vulgaris merupakan penyakit yang jarang
terjadi.21 Lesi tersebut disebabkan oleh kerusakan autoantibodi dari adhesi
protein (desmoglein) pada epitelium yang membentuk desmosom di
stratum spinosum. Kerusakan desmoglein menyebabkan akantolisis sel.
Lesi berkembang dengan cepat dan membentuk bula yang berair. Bula
mudah pecah, berdarah dan membentuk krusta. Jika diberikan tekanan
lateral yang ringan pada bula akan terbentuk lepuhan yang luas (Tanda
Nikolsky).17 Karakteristik pemphigus yaitu lesi berbentuk vesikel atau bula
berwarna putih yang meluas pada intraepitel, warna putih yang terlihat
merupakan hasil akumulasi cairan di dalam epitel yang dapat berubah
menjadi ulserasi dan fatal jika tidak diobati.21
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
19
Gambar 3. Penyakit Autoimun
a. Lichen planus tipe retikular17, b. Lichen planus tipe erosi17, c. Lichen
planus tipe atrofi17, d. Lichen planus tipe plak17, e. Lesi pemphigus22, f.
Mucous membran pemphigoid20.
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
20
b.Tobacco-related Keratosis
Merupakan lesi putih hiperkeratosis akibat mengunyah tembakau. Insidensi
terjadinya lesi ini jarang, biasanya pada orang dewasa dengan kebiasaan
mengunyah tembakau. Penyebab lesi ini karena mengunyah tembakau atau
meletakkan bubuk tembakau (oral snuff) pada daerah vestibulum sehingga
terjadi lesi putih, edema, dan hiperkeratosis. Oral snuff menyebabkan lesi
yang lebih parah daripada mengunyah tembakau, lesi dapat bertambah
parah selama beberapa tahun dan dapat berkembang menjadi karsinoma
verukosa. Gambaran klinis lesi berwarna putih pada sulkus bukal
berdekatan dengan tempat meletakkan bubuk tembakau tersebut, biasanya
disertai dengan resesi gingiva. Diagnosis ditegakkan dengan mengetahui
riwayat kebiasaan buruk dan biopsi untuk mengetahui kemungkinan terjadi
displasia sel. Hasil biopsi menunjukan adanya hiperkeratosis dan edema
intraepitel pada permukaan epitelium.22
c. Smokers Melanosis
Smokers melanosis terjadi pada 25-31% pengguna tembakau dengan
karakteristik berupa pigmentasi hitam kecoklatan pada attached gingiva
bagian labial, palatum, mukosa pipi dan bibir yang berkaitan dengan
merokok memakai pipa. Penyebabnya yaitu nikotin pada rokok (senyawa
polisiklik) yang menginduksi melanosit pada lapisan basal sel mukosa.
Nikotin secara langsung menstimulasi melanosit untuk memproduksi
melanosom yang menghasilkan pertambahan jumlah pigmen melanin.
Araki et al berpendapat polycyclic amines dapat menstimulasi melanosit
untuk memproduksi pigmen melanin yang bertujuan melindungi mukosa
dengan cara mengikat agen toksik rokok agar tidak menembus jaringan.30
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
21
paruh baya dan lansia, tempat predileksinya di palatum. Lesi ini terdiri dari
hiperkeratosis dan pembengkakan mukosa kelenjar minor. Gambaran klinis
terlihat penebalan putih pada mukosa palatum dengan pembengkakan kecil
berwarna merah pada bagian tengahnya.23
f. Coated Tongue
Merupakan permukaan lidah dengan lapisan putih karena debris, sisa
makanan, mikroorganisme, pigmen dari makanan, minuman, rokok, dan
lain sebagainya. Kemungkinan terjadinya coated tongue meningkat dengan
penggunaan obat-obatan lokal maupun sistemik yang menyebabkan
perubahan mikroflora normal mulut. Gambaran klinis coated tongue berupa
lidah yang dilapisi lapisan putih terang pada permukaan dorsum lidah,
dapat dihilangkan tanpa meninggalkan daerah eritema.21
10. Infeksi
a. Herpes Simpleks
Infeksi virus herpes simpleks (HSV) banyak ditemukan dan dapat terjadi di
rongga mulut (HSV tipe 1), genital atau anus (HSV tipe 2). Infeksi awal di
mulut yaitu primary herpetic stomatitis (gingivostomatitis). Semua infeksi
virus memiliki karakteristik yang sama yaitu laten dan dapat mengalami
reaktivasi. Herpetic stomatitis terjadi pada masa kanak-kanak antara 2-4
tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat terjadi pada lansia. Lesi ini
memiliki periode inkubasi 4-7 hari. Gambaran klinis pada mukosa mulut
yaitu multipel vesikel luas yang awalnya berupa pin point, sakit, dapat
pecah menjadi suatu ulserasi dan tampak dikelilingi oleh gambaran halo
berwarna merah. Selain itu, lesi ini juga terjadi pada bibir atau kulit perioral
berupa erosi dangkal dan krusta perdarahan.17 Penampilan secara ekstra
oral berupa demam, malaise, drooling dan pembesaran kelenjar limfe. Diet
makanan lunak dan asupan cairan yang cukup sangat disarankan. Selain itu,
antipiretik atau analgesik seperti paracetamol dapat diberikan untuk
membantu mengurangi rasa sakit dan demam.22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
23
labialis berulang pada bibir atas dan bawah. Faktor predisposisi yang
menyebabkan reaktivasi virus ini berupa demam, sinar matahari, trauma,
perubahan hormonal atau kondisi imunosupresi. Gambaran klinisnya
berupa vesikel kecil berkelompok, mengalami ulserasi, krusta dan sembuh
tanpa meninggalkan jaringan parut pada bibir. 17 Biasanya bibir terasa gatal
satu atau dua hari sebelum timbulnya lesi, diikuti timbulnya lesi makula,
papula, vesikel. Lesi bertambah parah dan semakin luas pada pasien dengan
kondisi imunosupresi. Terkadang, lesi ini menjadi superinfeksi dengan
Staphylococcus atau Streptococcus.22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
24
e. Kronik Hiperplastik Kandidiasis (candidal leukoplakia)
Candidal leukoplakia merupakan leukoplakia atau erythroplakia yang
berkaitan dengan kandidiasis. Penyebabnya yaitu Candida albicans yang
memproduksi nitrosamine dan menginduksi proliferasi epitel dan displasia
sel. Merokok, defisiensi vitamin dan keadaan imunosupresi juga dapat
menjadi faktor predisposisi terbentuknya lesi. Secara klinis, terlihat plak
putih seperti leukoplakia yang ketebalannya bervariasi dengan permukaan
yang kasar dan tidak beraturan atau nodul dengan eritematous (speckled
leukoplakia). Biasanya terjadi pada dorsum lidah dan mukosa pipi. Plak
putih ini tidak dapat diseset, yang membedakannya dengan leukoplakia
yaitu pada pewarnaan gram terlihat adanya hifa kandida.22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
25
g. Angular Cheilitis
Inflamasi pada daerah komisura. Penyebabnya seringkali karena trauma
mekanik dan atau infeksi Candida albicans atau Staphylococcus, dapat
terjadi pada anak dengan kekurangan zat gizi seperti riboflavin, asam folat,
zat besi, malabsorpsi atau penderita Down Syndrome, diabetes dan infeksi
HIV. Secara klinis terlihat gambaran eritema atau fisur pada komisura atau
sudut bibir, kondisi ini biasanya terjadi bilateral pada kedua sudut mulut.22
h. Sifilis
Merupakan infeksi yang disebabkan Treponema pallidum. Terdapat 3
stadium infeksi sifilis, yaitu :
1). Primary sifilis (Chancre)
Merupakan infeksi sifilis yang terjadi pada bibir, lidah dan palatum dengan
gambaran klinis kecil, kasar, makula merah muda yang berubah menjadi
papula, pecah membentuk ulkus bulat, sakit dan dibatasi daerah indurasi.
Lesi sifilis chancre dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3-8
minggu.
2). Secondary sifilis (Mucous patches)
Lesi ulserasi yang asimptomatik, ruam disertai pembesaran kelenjar limfe.
Terjadi 6-8 minggu.
3). Tertiary sifilis (Gumma)
Berbentuk seperti granuloma yang terlokalisir dan bervariasi ukurannya
berupa pinhead (seperti kepala jarum pentul) sampai beberapa sentimeter.
Gumma pecah menjadi bisul yang menular.
Adapun sifilis kongenital yang dapat ditemukan di dalam rongga mulut
sebagai anomali gigi yaitu Hutchinson teeth.22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
26
Gambar 4. Drug induced dan infeksi
a. Mukositis22, b. Gingivostomatitis herpetik primer17, c. Recurrent herpes
labialis22, d. Pseudomembranosis kandidiasis akut17, e. Kandidiasis
hiperplastik kronis17, f. Angular chelitis20, g. Kronik eritematous kandidiasis22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
27
11. Manifestasi Penyakit Sistemik
a. Ulkus TBC
Merupakan ulkus yang ditemukan pada penderita tuberkulosis paru. Berupa
ulkus kronis yang biasanya terjadi pada dorsum lidah. Penyebabnya yaitu
Mycobacterium avium-intracellular.22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
29
Gambaran klinis :
1). Homogenous leukoplakia
Merupakan plak putih, halus, terjadi pada seluruh mukosa mulut,
terutama pada mukosa pipi.
2). Non-homogenous leukoplakia
Bercak putih dan merah berbentuk nodul, verukosa atau speckled
dengan permukaan tidak teratur. Memiliki resiko tinggi berubah
menjadi keganasan. Speckled leukoplakia sering dikaitkan dengan
displasia berat bahkan mungkin merupakan awal dari kanker rongga
mulut. 20
b. Erythroplakia
Menurut WHO, erythroplakia merupakan plak merah pada mukosa mulut
yang tidak tidak dapat ditandai secara klinis maupun histologi sebagai
suatu kondisi lainnya.35 Tempat predileksi lesi ini pada mukosa bukal,
palatum lunak dan lateral lidah. Umumnya, erythroplakia memiliki potensi
berubah menjadi keganasan lebih tinggi daripada leukoplakia. Prevalensi
lesi ini jarang ditemukan dan biasanya pada pasien laki-laki yang berusia
lebih dari 60 tahun. Lesi ini diakibatkan karena kebiasaan mengunyah
tembakau, alkohol dan mengunyah sirih. Secara klinis, terlihat plak merah
pada palatum lunak, ventral lidah atau dasar mulut. Awalnya jika dipalpasi
lesi terasa lunak dan tidak mengalami indurasi sampai berubah menjadi
karsinoma. Saat biopsi, terlihat perubahan dari displasia ringan sampai
menjadi karsinoma sel skuamosa tingkat awal. Oleh karena itu, jika
ditemukan lesi tersebut harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
instruksikan pasien untuk menghentikan kebiasaan mengunyah sirih,
tembakau dan alkohol.20,22
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
30
c. Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa merupakan suatu keganasan dari epitel skuamosa
yang berlapis. Prevalensi terjadinya masih sangat tinggi yaitu merupakan
peringkat ke-8 dari kanker yang sering ditemukan di dunia. Perancis Utara,
Eropa Timur, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara merupakan negara
dengan tingkat terjadi lesi ini cukup tinggi, terjadi pada usia dewasa muda
atau pada lansia. Penyebabnya bermacam-macam seperti kebiasaan
mengunyah sirih, alkohol, tembakau, radiasi atau kombinasi karena
kebiasaan merokok dan minum alkohol. Lesi-lesi yang berpotensi berubah
menjadi keganasan (lesi prakanker) yaitu erythroplakia, leukoplakia, oral
lichen planus, oral submucous fibrosis, tertiary sifilis, dan keadaan
imunosupresi. Lesi ini tidak bergejala pada stadium awal, sehingga pasien
tidak menyadarinya. Gambaran klinis berupa benjolan, ulserasi berwarna
putih maupun merah yang terjadi lebih dari 3 minggu. Karsinoma dapat
terjadi di batas daerah vermilion bibir (karsinoma bibir) atau pada posterior
lateral lidah (karsinoma intraoral). Prognosis baik jika di diagnosis pada
stadium awal dan belum bermetastasis, biasanya karsinoma bibir di deteksi
pada stadium awal. Oleh karena itu, pasien dengan karsinoma bibir lebih
dari 70% dapat bertahan hidup selama lima tahun, sedangkan karsinoma
intraoral sering terdeteksi jika sudah stadium lanjut karenanya hanya 30-
50% yang dapat bertahan hidup selama lima tahun.22
d. Melanoma
Merupakan tumor ganas melanosit yang jarang terjadi. Sebagian besar lesi
melanotik oral penyebabnya idiopatik. Penyebab sistemik dan beberapa
obat tertentu juga dapat mempengaruhi terbentuknya pigmentasi di dalam
mulut.20 Gambaran klinis berupa pewarnaan cokelat atau hitam pada
palatum berbentuk makula, nodular atau ulserasi dengan ukuran hingga
beberapa sentimeter. Metastasis melanoma ke kelenjar limfe regional,
paru-paru atau hati terjadi sangat cepat dan pada tahap yang relatif awal.8
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
31
Gambar 5. Lesi karena kebiasaan buruk, lesi praganas dan keganasan
a. Homogenous leukoplakia20, b. Speckled leukoplakia20, c. Stomatitis
nikotina17, d. Eritroplakia pada dasar mulut20, e. Karsinoma sel skuamosa20, f.
Melanoma17
Prevalensi Lesi Mukosa Mulut Warga Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Jayapura, Papua
Ingrid Chynthia Goran
32