Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Variasi Normal Rongga Mulut

Mukosa mulut berfungsi sebagai penghalang pelindung terhadap trauma, patogen, dan

agen karsinogenik. Ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam lesi dan kondisi, beberapa di

antaranya tidak berbahaya, sementara yang lain mungkin memiliki komplikasi serius.

Identifikasi dan pengobatan lesi mukosa ini merupakan bagian penting dari perawatan

kesehatan mulut. Oleh karena itu, pemeriksaan jaringan lunak sangat penting dan harus

dilakukan dengan cara yang sistematis(1).

Manajemen yang tepat dari pasien dengan lesi oral dimulai dengan diagnosis yang

akurat. Ada lesi yang diagnosisnya dapat dibuat untuk memverifikasi data yang dikumpulkan

selama riwayat atau pemeriksaan fisik sementara yang memerlukan konfirmasi lebih lanjut

melalui prosedur yang dispesifikasikan. Di antara berbagai metode yang tersedia untuk

mendiagnosis lesi oral, pemeriksaan histopatologi dari biopsi jaringan lesi yang

mencurigakan dianggap sebagai 'Gold Standart'. Studi retrospektif untuk menilai distribusi

lesi oro-mukosa sangat membantu dan penting dalam memperkirakan prevalensi penyakit

dalam populasi dengan demikian mengidentifikasi sub-populasi berisiko tinggi dan

membantu dalam layanan pencegahan dan kuratif bagian yang berbeda dalam rongga mulut

menunjukkan predileksi untuk berbagai jenis lesi. Mucoceles lebih sering terlihat pada bibir

bawah sementara tumor kelenjar ludah kecil terlihat paling sering pada bibir atas. Interaksi

antara faktor genetik dan lingkungan di mukosa mulut mengarah pada pembentukan lesi.

Interaksi ini berbeda dalam berbagai penyakit. Dari variabel faktor yang terlibat dalam

etiopathogenesis lesi, merupakan bagian salah satu yang penting. Pengetahuan tentang

predileksi bagian untuk penyakit yang berbeda akan berguna dalam mengenali faktor yang
bertanggung jawab untuk hal yang sama. Sejumlah besar faktor dapat mempengaruhi kondisi

mukosa oral dan mengatur ambang batasnya(3).

2.2 Klasifikasi

1. Fordyce Granule

Kelenjar sebasea ektopik atau Sebaseous choristomas (Jaringan normal yang terdapat

dalam lokasi yang abnormal) di dalam mukosa oral. Pada keadaan normal, kelenjar sebasea

ini terlihat di dalam dermal adnexa, yang berhubungan dengan folikel rambut.

Etiologi dan faktor predisposisi :

Etiologi dari Fordyce granule adalah developmental origin, dan bukan merupakan

suatu penyakit, namun gangguan developmental. Etiologi dan faktor pencetus penyakit Fox-

Fordyce belum diketahui. Beberapa faktor, misalnya pengaruh emosional atau hormonal, dan

perubahan kimiawi pada komponen keringat diduga berperan dalam mencetuskan penyakit.

Sulit untuk memastikan apakah penyakit Fox Fordyce termasuk penyakit inflamasi atau

perubahan kornifikasi yang dipengaruhi faktor genetik. Gejala dan tanda penyakit Fox-

Fordyce timbul saat masa subur, terutama pada perempuan, saat fungsi kelenjar apokrin

meningkat; setelah menopause, biasanya lesi menghilang.

Gambaran klinis :

Fordyce Granules muncul dalam bentuk papula berwarna putih kekuningan yang

multiple atau bisa juga muncul sebagai papula berwarna putih. Fordyce Granule ini kadang

terlihat menyerupai kumpulan, dan paling banyak terdapat pada mukosa bukal dan berupa

garis merah terang pada bibir atas. Adakalanya Fordyce Granules (FG) dapat terlihat pada

area Retromolar Pad dan pada tonsil anterior. Prevalensi terjadinya biasanya lebih sering

terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Granulanya cenderung muncul pada masa
pubertas dan meningkat dalam jumlah sesuai dengan meningkatnya umur. FG bersifat

asimtomatik dan sering ditemukan dalam pemeriksaan rutin. Secara historis, FG ini identik

dengan kelenjar sebasea normal yang ditemukan di dermis.

2.2.1 Gambar fordyce granules

Penatalaksanaan :
Pada Kasus FG ini sebenarnya tidak perlu dilakukan pembedahan. Namun pada kasus FG

dengan garis merah terang pada bibir atas mungkin harus dilakukan pembedahan karena

alasan mengganggu estetik.

Diagnosis banding :

Folikulitis, liken planus, liken nitidus dermatitis kontak, skabies, dermatitis kronik, dan lain-

lain.

2. Hairy Tongue

Hairy tongue adalah pemanjangan secara abnormal dari papilla filiformis yang membuat

dorsum lidah tampak seperti berambut. Perubahan pada papilla ini terutama berdampak pada

dorsum lidah yang sering kali menjadi berubah warna. Perubahan warna tersebut merupakan

akibat dari faktor-faktor intrinsik (organisme kromogenik) dengan faktor-faktor ekstrinsik

(warna makanan dan tembakau).

Etiologi dan Faktor predisposisi

Anda mungkin juga menyukai