Oleh
SYAELLA OLVIRA MUIZA
20100707360804041
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report “Variasi Normal:
Fordyce’s Spots” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepanitraan klinik modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan.
Dalam penulisan Laporan Kasus penulis menyadari, bahwa semua proses yang
telahdilalui tidak lepas dari bimbingan Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed Selaku
dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
Padang, 2022
Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui case report yang berjudul “Variasi Normal: Fordyce Spots” guna
melengkapi persyaratan Modul 3.
Padang, 2022
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh,
artinya tubuh yang sehat ditunjang oleh gigi dan mulut yang sehat. Namun kesadaran
masyarakat Indonesia akan pentingnya memiliki kesehatan gigi dan mulut masih
rendah. Penyakit mulut adalah salah satu penyakit kronis dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting dari segi prevalensi karena berdampak pada
yang dikategorikan sebagai variasi normal pada struktur anatomis mukosa mulut.
pemeriksaan klinis, hal ini dapat terjadi karena kondisi-kondisi tersebut tidak terasa
sakit dan kebanyakan pasien tidak menunjukkan keluhan atau bahkan tidak menyadari
secara tidak sengaja menemukan kondisi seperti ini pada rongga mulut mereka,
mereka kebanyakan akan khawatir dan bahkan mengira bahwa kondisi tersebut
Variasi anatomis normal struktur dan tampilan mukosa mulut terdiri dari
fordyce granules/spots, leukoedema, dan linea alba. Pada suatu studi yang dilakukan
di Israel, fordyce spots ditemukan pada 94,9% dari seluruh sampel. Dari studi ini,
dapat disimpulkan bahwa prevalensi fordyce spot ini cukup besar. Pada studi yang
dilakukan di sekolah kedokteran gigi di India, variasi struktur anatomis normal yang
paling banyak ditemukan juga fordyce spot (6,5%). Berdasarkan latar belakang inilah
penulis akan membahas lebih lanjut mengenai variasi normal pada rongga mulut yaitu
TINJAUAN PUSTAKA
Fordyce spot adalah kelenjar sebasea yang ektopik pada rongga mulut.
Umumnya tidak berhubungan dengan folikel rambut dan ditemukan di berbagai lokasi
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
Insiden fordyce spot meningkat seiring bertambahnya usia, lebih sering terjadi
pada orang dewasa daripada pada anak-anak. Prevalensi pada orang dewasa adalah 70
sampai 80%. Rasio pria dan wanita adalah sekitar 2: 1 (Leung & Barankin, 2015).
kekuningan serta berukuran diameter 1-2 mm. Lesi ini terjadi paling sering dan paling
terlihat di perbatasan vermilion bibir dan mukosa mulut. Lesi biasanya timbul secara
bilateral dan simetris serta tidak menimbulkan gejala (Leung & Barankin, 2015).
Gambar 2.1 Papula multipel, seukuran kepala pin, berwarna keputihan hingga kekuningan di
perbatasan vermilion kedua bibir (A), bibir atas (B) (Lee, dkk. 2012)
2.5 Patogenesis
Fordyce spot adalah pembesaran kelenjar sebaceous yang dapat terjadi pada
berbagai bagian tubuh seperti bibir, mukosa mulut, penis, dan labia. Patofisiologi
fordyce spot belum dapat dijelaskan. Namun, karena insidennya cenderung meningkat
juga bahwa lesi ini tidak selalu ektopik/heterotopik karena tidak jarang memiliki
kelenjar sebaceous yang samar atau tidak terlihat di bibir (Lee,dkk. 2012; Leung &
Barankin, 2015).
Fordyce spot tidak memiliki hubungan dengan folikel rambut dan memiliki
ini sudah ada sejak lahir, lesi ini biasanya tidak terlihat sampai pada masa pubertas
2.6 Histopatologi
kulit yang terdiri dari sekelompok lobus sebasea matur yang mengelilingi saluran
kecil yang muncul di permukaan epitel. Kelenjar sebasea ini tidak memiliki hubungan
dengan folikel rambut. Perubahan patologis biasanya jarang terjadi (Leung &
Barankin, 2015).
Gambar 2.2 Kelenjar sebaceous pada lapisan dermis di bibir. Fordycespot terhubung langsung ke
permukaan kulit dan tidak berhubungan dengan folikel rambut (H&E, ×100) (Lee, dkk. 2012)
2.7 Diagnosis
lebih lanjut. Jika diagnosis atau pengobatan tidak pasti, maka perlu dipertimbangkan
Fordyce spot harus dibedakan dari milia dan hiperplasia sebasea. Milia
merupakan kista keratin superfisialis yang berukuran kecil, putih, bersifat tumor jinak,
dan berbentuk kubah. Secara histologis, milia muncul sebagai kista infundibular kecil
yang dilapisi dengan epitel skuamosa berlapis dengan lapisan sel granular. Kista
mengandung lapisan keratin berlapis. Secara umum, milia muncul dari bawaan lahir
(milia primer kongenital) atau memiliki onset di kemudian hari (milia primer jinak
dari anak-anak dan orang dewasa). Milia primer kongenital terjadi pada sekitar 40%
bayi baru lahir tanpa predileksi jenis kelamin. Secara klinis, milia muncul sebagai
ukurannya. Lokasi yang paling sering terkena adalah wajah, khususnya dahi, dan pipi.
Kondisi ini terlihat terutama pada individu paruh baya dan lanjut usia (Leung &
Barankin, 2015).
2.9 Penatalaksanaan
Perawatan pada lesi fordyce spot biasanya tidak diperlukan karena bersifat
isotretinoin oral; atau perawatan yang diminta akan diberikan oleh dokter kulit
.
BAB III
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 22 tahun datang ke RSGM dengan keluhan adanya
bintik pada pipi bagian dalam yang membuatnya merasa tidak nyaman. Pada
mukosa pipi kanan. Pasien tidak merasakan sakit dan tidak mengetahui secara pasti
kapan timbulnya.
NPM : 20100707360804041
ANAMNESIS
Keluhan utama adanya bintik pada pipi bagian dalam yang membuatnya
merasa tidak nyaman
Keluhan tambahan bintik yang ditemukan dengan ciri-ciri:
- Lokasi : pipi bagian dalam kanan
- Jumlah : multiple
- Ukuran : <3mm
- Warna : putih kekuningan
- Ket lain : tidak disertai rasa sakit
Riwayat Dental -
Riwayat Penyakit Sistemik
a. Penyakit Jantung :-
b. Diabetes :-
c. Kelainan darah :-
d. Hepatitis :-
e. Penyakit Gastrointestinal :-
f. Penyakit lainnya :-
g. Alergi obat-obatan :-
h. Alergi makanan :-
i. Kehamilan/Menyusui* :-
j. Kontrasepsi :-
11 SOU SOU 21
12 SOU SOU 22
13 SOU SOU 23
14 SOU SOU 24
15 SOU SOU 25
16 SOU SOU 26
17 SOU SOU 27
18 UNE UNE 28
48 UNE UNE 38
47 SOU SOU 37
46 SOU SOU 36
45 SOU SOU 35
44 SOU SOU 34
43 SOU SOU 33
42 SOU SOU 32
41 SOU SOU 31
KESIMPULAN
ditemukan pada beberapa orang. Kondisi tersebut biasanya tidak terlalu diperhatikan,
namun apabila dibandingkan dengan orang lain, penderita akan merasa khawatir akan
keadaan tersebut walaupun kondisi tersebut tidak berbahaya. Salah satu variasi
normal yang ditemukan pada rongga mulut adalah fordyce spot. Fordyce spot
merupakan salah satu dari variasi pada struktur dan penampakan dari mukosa rongga
mulut. Lesi ini adalah kelenjar sebaceous yang membesar. Fordyce digambarkan
dengan terjadinya bintik - bintik keputihan pada mukosa mulut dan batas vermilion
bibir mukosa bukal. Variasi normal ini tidak membutuhkan perawatan khusus kecuali
pada kasus tertentu pasien ingin dilakukan tindakan karena masalah estetik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar AI, Adnan AP, Ayub AA. 2018. Hubungan Antara Status Peridontal dan
Status Gigi Geligi Usia Dewasa Masyarakat Keluharan Malino Kabupaten
Gowa. Cakradonya Dent Journal. 10(2): 71-77.
Leung AKC & Barenkin B. 2015. Fordyce Spots. Clin Case Rep Rev. 1(6): 121-122.
Purkait SK. 2011. Essentials of oral pathology. 3rd ed. New Delhi: Jaypee.
Maulia Soraya. 2017. Gambaran Prevalensi dan Distribusi Varian Normal Lidah Pada
Pasien di RSGM YARSI. Diploma Thesis. Universitas YARSI.