Anda di halaman 1dari 16

CASE REPORT

MODUL 3 ORAL MEDICINE

“Variasi Normal: Fordyce Spots”

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Oral Medicine

Oleh
SYAELLA OLVIRA MUIZA
20100707360804041

Dosen Pembimbing : Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report “Variasi Normal:
Fordyce’s Spots” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepanitraan klinik modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan.
Dalam penulisan Laporan Kasus penulis menyadari, bahwa semua proses yang
telahdilalui tidak lepas dari bimbingan Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed Selaku
dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, 2022

Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui case report yang berjudul “Variasi Normal: Fordyce Spots” guna
melengkapi persyaratan Modul 3.

Padang, 2022

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing

(Dr. Drg. Dhona Afriza, M.Biomed)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh,

artinya tubuh yang sehat ditunjang oleh gigi dan mulut yang sehat. Namun kesadaran

masyarakat Indonesia akan pentingnya memiliki kesehatan gigi dan mulut masih

rendah. Penyakit mulut adalah salah satu penyakit kronis dan merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang penting dari segi prevalensi karena berdampak pada

individu dan masyarakat serta biaya perawatannya (Anwar,dkk. 2018).

Diantara semua penyakit-penyakit mukosa mulut, terdapat beberapa kondisi

yang dikategorikan sebagai variasi normal pada struktur anatomis mukosa mulut.

Kondisi-kondisi ini terkadang diabaikan oleh dokter gigi ketika melakukan

pemeriksaan klinis, hal ini dapat terjadi karena kondisi-kondisi tersebut tidak terasa

sakit dan kebanyakan pasien tidak menunjukkan keluhan atau bahkan tidak menyadari

akan keberadaan kondisi-kondisi variasi normal tersebut. Namun, apabila pasien

secara tidak sengaja menemukan kondisi seperti ini pada rongga mulut mereka,

mereka kebanyakan akan khawatir dan bahkan mengira bahwa kondisi tersebut

merupakan suatu kondisi kanker (Maulia S, 2016).

Variasi anatomis normal struktur dan tampilan mukosa mulut terdiri dari

fordyce granules/spots, leukoedema, dan linea alba. Pada suatu studi yang dilakukan

di Israel, fordyce spots ditemukan pada 94,9% dari seluruh sampel. Dari studi ini,

dapat disimpulkan bahwa prevalensi fordyce spot ini cukup besar. Pada studi yang

dilakukan di sekolah kedokteran gigi di India, variasi struktur anatomis normal yang

paling banyak ditemukan juga fordyce spot (6,5%). Berdasarkan latar belakang inilah
penulis akan membahas lebih lanjut mengenai variasi normal pada rongga mulut yaitu

fodyce spot (Maulia S, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1) Apakah yang dimaksud dengan fordyce spot?

2) Apakah etiologi dari fordyce spot?

3) Bagaimanakah gambaran klinis dari fordyce spot ?

4) Bagaimanakah penegakan diagnosis dari fordyce spot?

5) Apakah diagnosis banding dari fordyce spot ?

6) Bagaimanakah penatalaksanaan dari fordyce spot ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

1) Untuk mengetahui definisi dari fordyce spot

2) Untuk mengetahui etiologi dari fordyce spot

3) Untuk mengetahui gambaran klinis dari fordyce spot

4) Untuk mengetahui penegakan diagnsosis dari fordyce spot

5) Untuk mengetahui diagnosis banding dari fordyce spot

6) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari fordyce spot


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fordyce Spot

Fordyce spot adalah kelenjar sebasea yang ektopik pada rongga mulut.

Umumnya tidak berhubungan dengan folikel rambut dan ditemukan di berbagai lokasi

di dalam rongga mulut (Purkait, 2011).

2.2 Etiologi

Ini adalah variasi anatomi normal (Laskaris, 2006).

2.3 Epidemiologi

Insiden fordyce spot meningkat seiring bertambahnya usia, lebih sering terjadi

pada orang dewasa daripada pada anak-anak. Prevalensi pada orang dewasa adalah 70

sampai 80%. Rasio pria dan wanita adalah sekitar 2: 1 (Leung & Barankin, 2015).

2.4 Gambaran Klinis

Secara klinis, fordyce spot muncul sebagai papula tanpa gejala,

multiple/berkelompok, berbentuk seperti pin-head (kepala pin), dan berwarna

kekuningan serta berukuran diameter 1-2 mm. Lesi ini terjadi paling sering dan paling

terlihat di perbatasan vermilion bibir dan mukosa mulut. Lesi biasanya timbul secara

bilateral dan simetris serta tidak menimbulkan gejala (Leung & Barankin, 2015).

Gambar 2.1 Papula multipel, seukuran kepala pin, berwarna keputihan hingga kekuningan di
perbatasan vermilion kedua bibir (A), bibir atas (B) (Lee, dkk. 2012)
2.5 Patogenesis

Fordyce spot adalah pembesaran kelenjar sebaceous yang dapat terjadi pada

berbagai bagian tubuh seperti bibir, mukosa mulut, penis, dan labia. Patofisiologi

fordyce spot belum dapat dijelaskan. Namun, karena insidennya cenderung meningkat

seiring bertambahnya usia, sebuah hipotesis menunjukkan pengaruh endokrin

terhadap kelenjar sebaceous. Beberapa penulis menyebutkan bahwa fordyce spot

adalah kelenjar sebaceous yang ektopik/heterotopik. Tetapi penulis lain menyebutkan

juga bahwa lesi ini tidak selalu ektopik/heterotopik karena tidak jarang memiliki

kelenjar sebaceous yang samar atau tidak terlihat di bibir (Lee,dkk. 2012; Leung &

Barankin, 2015).

Fordyce spot tidak memiliki hubungan dengan folikel rambut dan memiliki

saluran yang terhubung langsung ke permukaan kulit. Meskipun kelenjar sebaceous

ini sudah ada sejak lahir, lesi ini biasanya tidak terlihat sampai pada masa pubertas

ketika kelenjar sebaceous membesar sebagai respons terhadap hormon androgenik

gonad dan adrenal. Pembesaran kelenjar sebasea membuatnya terlihat di seluruh

epitel di atasnya (Leung & Barankin, 2015).

2.6 Histopatologi

Pemeriksaan histologis lesi ini menunjukkan pembesaran kelenjar sebasea

kulit yang terdiri dari sekelompok lobus sebasea matur yang mengelilingi saluran

kecil yang muncul di permukaan epitel. Kelenjar sebasea ini tidak memiliki hubungan

dengan folikel rambut. Perubahan patologis biasanya jarang terjadi (Leung &

Barankin, 2015).
Gambar 2.2 Kelenjar sebaceous pada lapisan dermis di bibir. Fordycespot terhubung langsung ke
permukaan kulit dan tidak berhubungan dengan folikel rambut (H&E, ×100) (Lee, dkk. 2012)

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan klinis. Tidak diperlukan pemeriksaan

lebih lanjut. Jika diagnosis atau pengobatan tidak pasti, maka perlu dipertimbangkan

untuk rujukan ke dokter kulit (Leung & Barankin, 2015).

2.8 Diagnosis Banding

Fordyce spot harus dibedakan dari milia dan hiperplasia sebasea. Milia

merupakan kista keratin superfisialis yang berukuran kecil, putih, bersifat tumor jinak,

dan berbentuk kubah. Secara histologis, milia muncul sebagai kista infundibular kecil

yang dilapisi dengan epitel skuamosa berlapis dengan lapisan sel granular. Kista

mengandung lapisan keratin berlapis. Secara umum, milia muncul dari bawaan lahir

(milia primer kongenital) atau memiliki onset di kemudian hari (milia primer jinak

dari anak-anak dan orang dewasa). Milia primer kongenital terjadi pada sekitar 40%

bayi baru lahir tanpa predileksi jenis kelamin. Secara klinis, milia muncul sebagai

papula multipel, asimtomatik, berwana kuning atau berwarna daging, berbentuk

kubah, ukuran biasanya berdiameter 2 sampai 5 mm tetapi mungkin lebih besar

ukurannya. Lokasi yang paling sering terkena adalah wajah, khususnya dahi, dan pipi.

Kondisi ini terlihat terutama pada individu paruh baya dan lanjut usia (Leung &

Barankin, 2015).
2.9 Penatalaksanaan

Perawatan pada lesi fordyce spot biasanya tidak diperlukan karena bersifat

asimptomatik. Untuk pasien yang menginginkan pengobatan terutama karena alasan

estetika, pilihan perrawatan meliputi operasi mikro, elektrodesikasi, krioterapi, laser

ablatif, terapi fotodinamik, asam biklorasetat topikal, tretinoin topikal, dan

isotretinoin oral; atau perawatan yang diminta akan diberikan oleh dokter kulit

(Leung & Barankin, 2015).

.
BAB III

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki berusia 22 tahun datang ke RSGM dengan keluhan adanya

bintik pada pipi bagian dalam yang membuatnya merasa tidak nyaman. Pada

pemeriksaan terdapat bintik-bintik kecil bewarna putih kekuningan pada bagian

mukosa pipi kanan. Pasien tidak merasakan sakit dan tidak mengetahui secara pasti

kapan timbulnya.

3.1 Data Mahasiswa

Tanggal : 6 Agustus 2022

Nama Operator : Syaella Olvira Muiza

NPM : 20100707360804041

No. Rekam Medis : XXX

3.2 Data Pasien


1. Nama : AS
2. Tempat/Tgl Lahir : Padang, 30 Mei 1999
3. No. KTP :-
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Suku / Ras : Minang
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Mahasiswa
8. Status : Belum Menikah
9. Alamat Rumah : Jl. Raya By Pass
10. Telepon Rumah :-
11. Alamat Kantor :-
12. Telepon Seluler : 0822XX
3.3 Pemeriksaan Subjektif

ANAMNESIS
Keluhan utama adanya bintik pada pipi bagian dalam yang membuatnya
merasa tidak nyaman
Keluhan tambahan bintik yang ditemukan dengan ciri-ciri:
- Lokasi : pipi bagian dalam kanan
- Jumlah : multiple
- Ukuran : <3mm
- Warna : putih kekuningan
- Ket lain : tidak disertai rasa sakit

Riwayat Dental -
Riwayat Penyakit Sistemik
a. Penyakit Jantung :-
b. Diabetes :-
c. Kelainan darah :-
d. Hepatitis :-
e. Penyakit Gastrointestinal :-
f. Penyakit lainnya :-
g. Alergi obat-obatan :-
h. Alergi makanan :-
i. Kehamilan/Menyusui* :-
j. Kontrasepsi :-

Riwayat penyakit dalam keluarga -

Riwayat sosial pekerjaan -

3.4 Pemeriksaan Objektif

PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN STOMATOGNATIK


a. pemeriksaan tanda vital
a. Golongan Darah : -
b. Tekanan Darah : -
c. Nad :-
d. Respirasi :-
e. Suhu :-
b. Kesadaran umum
a. Kesadaran: Kompos Mentis
Pemeriksaan ekstra oral
Kelenjar getah bening
Submandibula: Normal
Submentale : Normal
Servikal : Normal
TMJ : Normal
Wajah : Simetris
Mata : Normal
Sirkum oral : Normal
Bibir : Terdapat bintik-bontik kecil pada bibir atas
Lain-lain (telinga, hidung, dll) : -
Pemeriksaan Intra Oral
a. Mukosa labial :adanya bintik-bintik kecil bewarna putih
kekuningan pada bagian mukosa pipi kanan
b. Frenulum : normal
c. Lidah : normal
d. Mukosa bukal : normal
e. Dasar mulut : normal
f. Palatum : normal
g. Gingiva : normal
h. Kelenjar saliva : normal
i. Uvula : normal
j. Tonsil : normal
k. Kebersihan mulut : Baik

Pemeriksaan Penunjang tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Gambar 4. Hasil pemeriksaan ekstra dan intra oral


FORMULIR PEMERIKSAAN ODONTOGRAM

NAMA : AS JENIS KELAMIN: L


NIK/NO. KTP : TTL:BukitTinggi,30 Mei 1999
LENGKAP

11 SOU SOU 21
12 SOU SOU 22
13 SOU SOU 23
14 SOU SOU 24
15 SOU SOU 25
16 SOU SOU 26
17 SOU SOU 27
18 UNE UNE 28

48 UNE UNE 38
47 SOU SOU 37
46 SOU SOU 36
45 SOU SOU 35
44 SOU SOU 34
43 SOU SOU 33
42 SOU SOU 32
41 SOU SOU 31

Oklusi : Normal Bite


Torus Palatinus : Tidak Ada
Palatum : Sedang
Diastema : Tidak Ada
Gigi Anomali : Tidak Ada
3.5 Diagnosis
a) Diagnosis : Fordyce Spots
b) Diagnosis banding : Milia
3.6 Prognosis : Baik

3.7 Rencana Perawatan


Pasien cukup diberikan KIE, berupa:
1) Menjelaskan kepada pasien bahwa kelainan ini dinamakan fordyce spot yaitu
bintik-bintik putih kekuningan yang timbul pada mukosa rongga mulut dan
keadaan ini ini merupakan variasi keadaan normal dari rongga mulut.
2) Menjelaskan kepada pasien bahwa kondisi bibirnya ini tidak mengarah pada
keganasan atau tidak berbahaya sehingga tidak memerlukan perawatan khusus.
3) Diintruksikan agar tetap menjaga kebersihan rongga mulut 2x sehari pagi sesudah
sarapan dan malam sebelum tidur dan pasien diintruksikan banyak minum air
putih serta banyak mengkonsumsi buah dan sayur untuk menjaga kesehatan tubuh
BAB IV

KESIMPULAN

Variasi normal mukosa rongga mulut merupakan kondisi yang dapat

ditemukan pada beberapa orang. Kondisi tersebut biasanya tidak terlalu diperhatikan,

namun apabila dibandingkan dengan orang lain, penderita akan merasa khawatir akan

keadaan tersebut walaupun kondisi tersebut tidak berbahaya. Salah satu variasi

normal yang ditemukan pada rongga mulut adalah fordyce spot. Fordyce spot

merupakan salah satu dari variasi pada struktur dan penampakan dari mukosa rongga

mulut. Lesi ini adalah kelenjar sebaceous yang membesar. Fordyce digambarkan

dengan terjadinya bintik - bintik keputihan pada mukosa mulut dan batas vermilion

bibir mukosa bukal. Variasi normal ini tidak membutuhkan perawatan khusus kecuali

pada kasus tertentu pasien ingin dilakukan tindakan karena masalah estetik.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar AI, Adnan AP, Ayub AA. 2018. Hubungan Antara Status Peridontal dan
Status Gigi Geligi Usia Dewasa Masyarakat Keluharan Malino Kabupaten
Gowa. Cakradonya Dent Journal. 10(2): 71-77.

Laskaris, G.2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2 nd edition. Newyork : Thieme.

Lee JH, et al. 2012. Clinicopathologic Manifestations of Patients with Fordyce’s


Spots. Ann Dermatol. 24(1): 103-106.

Leung AKC & Barenkin B. 2015. Fordyce Spots. Clin Case Rep Rev. 1(6): 121-122.

Purkait SK. 2011. Essentials of oral pathology. 3rd ed. New Delhi: Jaypee.

Maulia Soraya. 2017. Gambaran Prevalensi dan Distribusi Varian Normal Lidah Pada
Pasien di RSGM YARSI. Diploma Thesis. Universitas YARSI.

Anda mungkin juga menyukai