Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS SEDERHANA

BAGIAN ORAL MEDICINE

Kandidiasis Oral terkait Inhaler Steroid

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Oral Medicine

Disusun Oleh :

Nama : Syaella Olvira Muiza


NPM : 20100707360804041
Dosen Pembimbing : Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Telah untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul penyakit mulut

dapat diselesaikan.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed

selaku dosen pembimbing. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, 03 Maret 2022

Syaella Olvira Muiza


HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui laporan kasus sederhana yang berjudul “Kandidiasis Oral

terkait Inhaler Steroid” untuk memenuhi syarat dalam melengkapi kepaniteraan

klinik di bagian Oral Medicine.

Padang, 03 Maret 2022


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas kronik utama, yang

mengenai 1-18% penduduk di suluruh dunia. Berdasarkan RISKESDAS 2013,

prevalensi asma di Indonesia didapatkan 4,5% dari seluruh penduduk Indonesia.

World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia

menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sebesar 180.000

orang setiap tahun (Kemenkes RI, 2008). Asma menduduki peringkat pertama

dari kategori prevalensi penyakit kronik tidak menular (Rai, 2016). Asma

memiliki gejala mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa berat, batuk saat

malam atau dini hari .Obat yang biasa digunakan oleh penderita asma adalah

Inhaler kortikosteroid (Senapathi, 2016).

Inhaler kortikosteroid dapat mengobati terjadinya kekambuhan pada asma,

tetapi juga dapat menyebabkan beberapa efek samping yaitu iritasi pada

tenggorokan, infeksi saluran nafas atas (ISPA) dan kandidiasis oral. Kandidiasis

oral adalah salah satu infeksi pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh

Candida yang merupakan fungi yang paling sering menginfeksi tubuh manusia.

Kandidiasis oral dapat merupakan gambaran adanya penurunan mekanisme

pertahanan lokal dan sistemik, antara lain penurunan jumlah sekresi saliva,

penurunan imunitas seluler dan humoral, penyakit mukosa lokal atau penggunaan

antibiotik spektrum luas dan agen imunosupresif, yang juga merupakan beberapa
faktor predisposisi yang memicu timbulnya penyakit ini (Hakim dan Ricky, 2015;

Odell, 2017).

Salah satu jenis kandidiasis oral yang dapat timbul dikarenakan

pemakaian inhaler steroid adalah Acute Pseudomembrane Candidiasis (Dios et

al., 2016). Acute Pseudomembrane Candidiasis secara umum diketahui sebagai

thrush, yang merupakan bentuk yang sering terdapat pada neonatus. Kandidiasis

oral ini memiliki tampilan klinis berupa white creamy lesion yang dapat diseka,

meninggalkan dasar eritema, dan nyeri (Soeprapto, 2017). Umumnya kandidiasis

pseudomembran tidak bergejala, tetapi pada sebagian pasien mengalami gejala

seperti rasa terbakar (Dios et al., 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan definisi dari Inhaler steroid ?

2. Jelaskan definisi dari Kandidiasis Oral ?

3. Jelaskan etiologi Kandidiasis Oral ?

4. Jelaskan diagnosis banding Kandidiasis Oral?

5. Jelaskan klasifikasi dan gambaran klinis Kandidiasis Oral?

6. Jelaskan penatalaksanaan Kandidiasis Oral terkait Inhaler steroid ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Inhaler steroid.

2. Untuk mengetahui definisi Kandidiasis Oral.

3. Untuk mengetahui etiologi Kandidiasis Oral.

4. Untuk mengetahui diagnosis banding Kandidiasis Oral.

5. Untuk mengetahui klasifikasi dan gambaran klinis Kandidiasis Oral.


6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Kandidiasis Oral terkait Inhaler

steroid ?
BAB II
LAPORAN KASUS

Kasus

Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke RSGM FKG Universitas Baiturahmah

dengan keluhan nyeri di mulut terutama jika makan pedas sejak 2 minggu yang

lalu dan pasien merasa tidak nyaman dengan bercak putih pada lidah dan langit-

langit rongga mulut. Pasien diketahui menderita asma dan sedang menggunakan

obat asma yaitu inhaler steroid. Pemeriksaan ekstra oral dalam keadaan normal.

Pada pemeriksaan intra oral ditemukan plak putih krem pada dorsum lidah dan

palatal, dapat dikerok, dan meninggalkan dasar eritema.

REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI

A. DATA MAHASISWA
Nama : Syaella Olvira Muiza

NPM : 20100707360804041

Tanggal : 03 Maret 2022

B. DATA PASIEN
No. RM : -

Nama : Linda (Mrs. L)

Tempat/Tgl.lahir : Padang, 2 januari 1976

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : wanita


Agama : Islam

Alamat : Jl. Bypass KM 14

Pekerjaan : IRT (ibu rumah tangga)

Telepon : 0852-7330-5526

C. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Anamnesa
a. Keluhan utama :

Pasien datang dengan keluhan nyeri di mulut terutama jika makan pedas

dan merasa tidak nyaman dengan bercak putih dalam rongga mulut

b. Keluhan tambahan :

Lokasi : bercak putih pada dorsum lidah dan palatal

Sejak kapan : 2 minggu yang lalu

Hal yang memperburuk : Konsumsi makanan yang pedas

Hal yang memperingan : Saat tidak mengkonsumsi makan yang pedas

c. Riwayat penyakit sistemik:

Pasien memiliki riwayat penyakit asma

d. Riwayat Dental:

Pasien pernah mencabut gigi di dokter gigi

e. Riwayat penyakit keluarga:

Salah satu orang tua menderita asma

f. Riwayat alergi dan obat-obatan

Tidak ada riwayat alergi dan sedang menggunakan inhaler

g. Riwayat sosial:

Tidak ada
D. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Pemeriksaan tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 60x/menit

c. Suhu : 36,5˚C (normal)

d. Respirasi : 20x/menit

2. Pemeriksaan Ekstra Oral


a. Kelenjar getah bening
- Submandibula Kiri : Teraba +/ Lunak/kenyal/keras Sakit +/
Kanan : Teraba +/ Lunak/kenyal/keras Sakit +/

- Submentale Kiri : Teraba +/ Lunak/kenyal/keras Sakit +/


Kanan : Teraba +/ Lunak/kenyal/keras Sakit +/

- Servikal Kiri : Teraba +/ Lunak/kenyal/keras Sakit +/


Kanan : Teraba +/ Lunak/kenyal/keras Sakit +/

b. Mata

- Pupil : Normal

- Konjungtiva : Normal

- Sklera : Normal

c. TMJ : Tidak ada kelainan

d. Bibir : Tidak ada kelainan

e. Wajah : Simetris

f. Lain-lain : Tidak ada kelainan


2. Pemeriksaan Intra Oral
a. Mukosa bukal : Tidak ada kelainan

b. Mukosa labial : Tidak ada kelainan

c. Frenulum : Tidak ada kelainan

d. Uvula : Tidak ada kelainan

e. Tonsil : Tidak ada kelainan

f. Lidah : Terdapat plak putih krem pada dorsum

lidah, dapat dikerok, dan meninggalkan

dasar eritema.

g. Dasar mulut : Tidak ada kelainan

h. Palatum : Terdapat plak putih krem pada palatum

molle, dapat dikerok, dan

meninggalkan dasar eritema.

i. Gingiva : Tidak ada kelainan

j. Jaringan periodontal : Tidak ada kelainan

k. Saliva : Normal

l. Gigi :
Keterangan :
- Gigi 16: Missing

- Gigi 34: Karies superfisialis

- Gigi 37: Missing

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak memerlukan pemeriksaan penunjang

E. DIAGNOSIS
Acute Pseudomembrane Candidiasis ( Thrush) terkait Inhaler Steroid

F. DIAGNOSIS BANDING
- Leukoplakia

- Lichen Planus

G. PROGNOSIS
Baik
H. ETIOLOGI
Efek penggunaan Inhaler steroid
I. RENCANA PERAWATAN
1. Pasien diresepkan obat
drg. Syaella Olvira Muiza
SIP 2010070741
Jl. Maransi Kota Padang
081770772346

Padang,03-03-2022

R/ Nystatin susp 12 ml No. III


S coll oris 4 dd 1 ml

Pro : Mrs. L
Usia : 45 tahun
2. KIE :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien mengalami Acute

Pseudomembrane Candidiasis (Thrush) akibat penggunaan Inhaler

Steroid

- Menginstruksikan kepada pasien untuk berkumur-kumur setelah

menggunakan inhaler untuk mengurangi perlekatan obat pada rongga

mulut

- Setelah menggunakan obat antijamur (Nystatin), instruksikan pasien

untuk tidak minum atau makan selama 30 menit.

- Instruksikan pasien menggunakan obat sesuai dengan yang telah

dianjurkan

- Menjaga kebersihan rongga mulut

- Kontrol kembali setelah 1 minggu


BAB III

PEMBAHASAN

A. Defini Inhaler Steroid

Inhaler adalah alat yang paling umum digunakan untuk pengobatan asma dan

penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penggunaan inhaler yang tidak tepat

mempengaruhi efektivitas klinis dari obat yang digunakan (Zazuli et al., 2018).

Inhalasi steroid merupakan terapi utama kontrol asma jangka panjang untuk

menurunkan inflamasi dan mencegah perburukan faal paru. Inhalasi steroid adalah

antiinflamasi yang paling efektif dalam mengontrol asma persisten karena tingginya

konsentrasi obat di bronkus dengan bioavaibilitas sistemik yang rendah. Penggunaan

inhalasi steroid menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsivitas

jalan napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan, serta

memperbaiki kualitas hidup pasien asma khususnya pasien asma persisten berat

dengan angka eksersebasi yang tinggi (Natakusumawat et al., 2017).

B. Definisi Kandidiasis Oral

Kandidiasis oral merupakan salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa

oral. Lesi ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans

merupakan flora normal rongga mulut, saluran pencernaan dan vagina, jamur ini

dapat berubah menjadi patogen jika terjadi perubahaan dalam diri pejamu (Darma

dan Leni, 2018). Kandidiasis oral adalah penyakit pada mukosa rongga mulut

yang disebabkan oleh Candida yang merupakan fungi yang paling sering

menginfeksi tubuh manusia.


Fungi adalah suatu mikroorganisme oportunistik patogen terutama pada

pasien imunokompromis, yang dapat diperberat oleh adanya faktor lokal ataupun

proses patologik sistemik (Lukisari, 2010).


C. Etiologi Kandidiasis Oral

Kandidiasis oral disebabkan oleh Candida albicans, dan juga kadang disertai

infeksi spesies Candida lainnya seperti Candida glabrata, Candida krusei,

Candida tropicalis, Candida parapsilopsis. Faktor-faktor predisposisi yang

berperan adalah faktor lokal berupa oral hygiene yang buruk, xerostomia,

kerusakan mukosa, gigi tiruan. Serta faktor sistemik berupa antibiotik spektrum

luas, steroid, obat imunosupresif, radiasi, infeksi HIV, keganasan hematologi,

neutropenia, anemia defisiensi Fe, dan kelainan endokrin (Laskaris, 2013).


D. Klasifikasi dan Gambaran Klinis Kandidiasis Oral

Kandidiasis oral terbagi atas beberapa kategori yang berbeda berdasarkan

gambaran klinis dan riwayat infeksi lainnya, yaitu sebagai berikut (Bakar, 2012) :

1. Kandidiasis akut

a) Acute Pseudomembrane Candidiasis ( Thrush)

Acute Pseudomembran Oral Candidiasis merupakan kondisi patologis

dari lidah yang ditandai dengan adanya lesi berupa plak putih menutupi

dorsum lidah yang dapat dikerok dan tidak sakit (Darma dan Leni,

2018). Acute Pseudomembran Oral Candidiasis adalah bentuk

kandidiasis yang paling umum dengan gambaran klinis berupa bercak

putih seperti krem, sedikit menonjol, dapat dikerok, meninggalkan

dasar eritema/ulserasi dangkal, nyeri.. Lesi ini sering ditemukan pada

mukosa pipi, palatum molle, lidah, dan bibir (Laskaris, 2013;

Soeprapto, 2017). Sering ditemukan pada pengguna inhaler steroid

(Odell, 2017).

b) Acute Atrophic Candidiasis / Acute Erythematous Candidiasis

Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya lesi merah pada mukosa

bukal, dorsum lidah, palatal, serta adanya rasa sakit karena atropik

(Hakim dan Ricky, 2015; Soeprapto, 2017). Kandidiasi atropik bersifat

eritematous yang paling sering ditemukan pada palatum dan

permukaan dorsal lidah pada penderita dengan pengobatan steroid

inhaler serta sering menimbulkan rasa sakit (Bakar, 2012). Selain


disebabkan oleh penggunaan steroid, kandidiasis atropik juga dapat

disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang berkepanjangan (

Soeprapto, 2017).

2. Kandidiasis Kronis

a) Chronic Atrophic Candidiasis (Denture sore mouth) / Chronic

Erytematous Candidiasis

Chronic Atrophic Candidiasis dikaitkan dengan pemakaian alat intra-

oral dan merupakan bentuk kandidosis oral yang paling sering terjadi

(Lewis dan Philip, 2011). Lesi ini menyerang 1/4-2/3 penderita yang

memakai gigi tiruan. Lesi ini juga sering timbul pada mukosa yang

tertutup plat orthodonti (Bakar, 2012). Chronic Atrophic Candidiasis

juga dikenal sebagai “denture stomatitis” ditandai dengan eritema

kronis lokal pada jaringan yang ditutupi oleh gigi tiruan. Lesi biasanya

terjadi pada langit-langit mulut dan rahang atas tetapi juga dapat

mempengaruhi jaringan pada mandibular (Akpan dan Morgan, 2002).

Gambaran klinis Chronic Atrophic Candidiasis berupa lesi merah, lesi

yang atropik, berbatas difus (Soeprapto, 2017).

b) Chronic Hyperplastic Candidiasis

Lesi ini ditandai dengan perubahan hiperplastik dari epitel yang secara

klinis berupa bercak-bercak putih dan dapat terjadi di mana saja secara

karakteristik terjadi secara bilateral pada daerah komisura (Bakar,

2012). Chronic Hyperplastic Candidiasis merupakan bentuk kronis

dari kandidiasis oral dengan gambaran klinis berupa lesi putih nodular,
halus, tidak teratur (irreguler), dan tidak dapat diseka. Lesi ini biasanya

disebabkan karena merokok (Lewis dan Richard, 2013; Soeprapto,

2017).

E. Diagnosis Banding Kandidiasis Oral

1) Leukoplakia

Leukoplakia memiliki gambaran yaitu plak putih datar, ada fisur,

permukaan retak, plak merekat erat pada mukosa atau tidak dapat dikerok.

Lesi ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit yang lain dan

merupakan lesi pra kanker. Etiologi leukoplakia belum diketahui. Namun,

alcohol, tembakau, Candida albicans merupakan faktor presdisposisi. Lesi

ini biasanya ditemukan pada mukosa bukal, lidah, gingiva, dan dasar

mulut (Laskaris, 2013).

Gambar 2.1 Leukoplakia


Sumber : Laskaris, G. 2013. Atlas Penyakit Mulut. Edisi 2. EGC

2) Lichen Planus

Lichen planus merupakan penyakit inflamatori kronis yang pada umumnya

terjadi pada mukosa mulut dan kulit. Gambaran klinisnya berupa papula

putih yang biasanya menyatu, bentuk plak putik seperti jala (disebut
Wickham’s striae), Lesi ini biasanya ditemukan pada mukosa bukal, lidah,

dan gingiva (Lewis dan Richard, 2013).

Gambar 2.2 Lichen Planus


Sumber : Odel, E, W. 2017. Oral Pathology and Oral Medicine. Elsevier

F. Penatalaksanaan Kandidiasis Oral terkait Inhaler Steroid

Penatalaksanaan kandidiasis oral didasarkan terutama pada identifikasi dan

pemusnahan factor presdisposisi. Adapun manajemen terapi yang dilakukan pada

kandidiasis oral adalah dengan pengobatan secara topikal. Setelah dilakukan

pengobatan topikal maka dilanjutkan pengobatan selama dua minggu setelah

terjadinya resolusi pada lesi. Ketika terapi topikal mengalami kegagalan maka

dilanjutkannya terapi sistemik karena gagalnya respon obat adalah merupakan

pertanda adanya penyakit sistemik yang mendasari (Hakim dan Ricky, 2015).

Adapun tujuan utama dari pengobatan adalah ( Lewis dan Richard, 2015) :

- Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang berkontribusi.

- Untuk mencegah penyebaran sistemik.

- Untuk mengurangi kekurangnyamanan yang terjadi.


- Untuk mengurangi perkembangbiakan kandida.

Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini kedua

(Hakim dan Ricky, 2015; Laskaris, 2013).

A. Pengobatan kandidiasis oral lini pertama

a) Nystatin

Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang terdapat

dalam bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim dan

suspensi oral. Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang

signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti kandidiasis.

b) Ampoterisin B

Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral 100

mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari.

Ampoterisin B menginhibisi adhesi dari jamur kandida pada sel epitel.

Efek samping pada obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.

c) Klotrimazol

Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol.

Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia

dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa

sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level enzim hati, mual dan

muntah.

B. Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua

a) Ketokonazol
Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel fungal

dan diserap dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. Dosis

yang dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan sakali atau

dua kali dalam sehari selama dua minggu. Efek samping adalah mual,

muntah, kerusakan hepar dan juga interaksinya dengan antikoagulan.

b) Flukonazol

Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal. Obat ini digunakan pada

kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam

sehari dalam dua sampai tiga minggu. Efek samping utama pada

pengobatan dengan menggunakan flukonazol adalah mual, muntah dan

nyeri kepala.

c) Itrakonazol

Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan

dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat

adalah 100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu.

Efek samping utama adalah mual, neuropati dan alergi.


BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan klinis, pasien mengalami Acute

Pseudomembrane Candidiasis ( Thrush) terkait Inhaler Steroid. Pada pemeriksaan

subjektif pasien mengeluh nyeri di mulut terutama jika makan pedas dan merasa

tidak nyaman dengan bercak putih dalam rongga mulut sedangkan pada

pemeriksaan klinis terlihat plak putih krem pada dorsum lidah dan palatal, dapat

dikerok, dan meninggalkan dasar eritema.

Penatalaksanaa Acute Pseudomembrane Candidiasis ( Thrush) terkait Inhaler

Steroid dilakukan dengan merespkan obat yaitu antifungal dan anelgesik topikal.

Serta memberikan KIE berupa Menginstruksikan kepada pasien untuk berkumur-

kumur setelah menggunakan inhaler untuk mengurangi perlekatan obat pada

rongga mulut, setelah menggunakan obat antijamur (Nystatin), instruksikan pasien

untuk tidak minum atau makan selama 30 menit, mengistruksikan pasien

menggunakan obat sesuai dengan yang telah dianjurkan, menjaga kebersihan

rongga mulut, dan kontrol kembali setelah 1 minggu


DAFTAR PUSTAKA

Bakar, A. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Edisi 2. Yogyakarta : Quantum Sinergis


Media

Darma, C., dan , Leni, R. 2018. Laporan Kasus: Penatalaksanaan Acute


Pseudomembranous Candidiasis (trush) pada Dorsum Lidah dan Fissure
Tongue pada Ventral Lidah

Dios, P., Crispian, S., Oslei, P. 2016. Oral Medicine and Pathology. At a glace.

Hakim, L., dan Ricky, R. 2015. Kandidiasis Oral. 8(4)

Kemenkes RI. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma

Laskaris, G. 2013. Atlas Saku Penyakit Mulut. Edisi 2. EGC

Lewis,M., Philip, J. 2011. Oral Medicine in Primary Dental Care. BDJ Books

Lewis, L., dan Richard C,K. 2015. Penyakit Mulut : Diagnosis dan Terapi. Edisi
2. EGC

Lukisari, C., Dwi, S., dan Mintarsih, D., 2010. Penatalaksanaan kandidiasis oral
disebabkan Candida tropicalis pada anak dengan gangguan sistemik. 9(2)

Natakusumawati, G., Risa, F., dan Syarifah, N. 2017. Hubungan Kepatuhan


Terapi Kortikosteroid Inhalasi dengan Derajat Obstruksi Saluran Napas
Pasien Asma Bronkial Persisten. 5(2)

Odel, E, W. 2017. Oral Pathology and Oral Medicine. Elsevier


Raid dan Bagus. 2016. Overview Asma: Masalah Asma Global. Denpasar

Soeprapto, Andrianto. 2017. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran

Gigi.

Zazuli, Z., Kogilavani,R., dan Ketut, A. 2018. Evaluasi Teknik Penggunaan


Inhaler pada Pasien Asma dan PPOK di Suatu Sarana Pelayanan
Kesehatan Primer : Suatu Studi Pendahuluan di Selangor Malaysia. 8(2)

Anda mungkin juga menyukai