Anda di halaman 1dari 15

CASE REPORT

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

“ FISSURE TONGUE”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3

Oleh :

NESSIA RAHMA BELINDA


19100707360804064

DEA AVRILIA
19100707360804065

Dosen Pembimbing : Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PA D A N G
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report ”Fissure
Tongue” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan
klinik modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan.

Dalam penulisan Laporan Kasus penulis menyadari, bahwa semua proses


yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed.
Selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna


sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya


kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, 5 November 2019

PENULIS
HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Case Report “Fissure Tongue” guna melengkapi persyaratan


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3.

Padang, 5 November 2019

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed)


LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT MULUT

1. Nama : Panji Nugraha Wijaya

2. No. Rekam Medis: 053615

3. Umur : 22 Tahun

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Alamat : Jln. Kurao Pagang, Siteba

6. Pekerjaan : Mahasiswa

7. Agama : Islam

Tindakan yang
Hari/tanggal Kasus Operator
dilakukan

Jum’at, Fissure Tongue 1. Anamnesa Nessia Rahma


Belinda (19-064)
18-10-2019 2. Pemeriksaan klinis
Dea Avrilia
3. Diagnosa (19-065)

Padang, 5 November 2019


Pembimbing

(Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed)


BAB 1

PENDAHULUAN

Lidah adalah bagian rongga mulut yang tersusun atas otot, membran

mukosa beserta papila-papila (Spiegel dan Deschler, 2006). Lidah merupakan

cerminan kesehatan umum seseorang. Lidah memiliki berbagai fungsi penting

seperti membantu proses mastikasi, penelanan, pengecapan, dan fungsi bicara

(Watson, 2002). Trauma, kelainan pertumbuhan dan perkembangan, inflamasi,

infeksi, serta neoplasma dapat mengakibatkan abnormalitas pada lidah berupa lesi

(Neville dkk., 2002).

Lidah adalah organ yang paling mudah diakses dari rongga mulut.

Gangguan maupun lesi pada lidah mulai menjadi perhatian utama dalam

kesehatan umum pasien. Lidah adalah organ yang kompleks pada dasarnya otot

tertutup oleh epitel dan melakukan banyak fungsi seperti menelan, fonasi dan

persepsi sensasi termasuk karakteristik rasa, perubahan termal, rangsang nyeri dan

sensasi umum dan membantu dalam perkembangan rahang. Fungsi tersebut dapat

dipengaruhi oleh perubahan lingkungan mulut dan perubahan ekstrim faktor

termal, mekanik dan mikroba (Byahatti dan Ingafou, 2010).

Berbagai hasil penelitian telah mengemukakan faktor-faktor predisposisi

yang dapat mempengaruhi terjadinya lesi lidah, diantaranya faktor genetik,

penyakit sistemik, kebersihan mulut, kebiasaan buruk, usia, dan jenis kelamin

(Gaphor dan Abdullah, 2011).

Lidah dapat mengalami anomaly berupa kelainan perkembangan, genetic

dan enviromant. Banyak penyakit pada lidah yang sering ditemukan, beberapa

diantaranya adalah geographic tongue dan fissured tongue. Fissure tonge


merupakan suatu varian normal pada permukaan lidah yang ditandai dengan

adanya satu atau lebih celah-celah yang dalam dengan berbagai macam ukuran

dan kedalamannya yang berbeda.

Fissure tongue merupakan salah satu kelainan perkembangan yang paling

sering ditemui dengan prevalensi dilaporkan 0,6% di Afrika Selatan, 27,7 % di

Brazil dan 5,71% di India Selatan. Prevalensi fissure tongue di seluruh dunia

menurut Rathee, mencapai 21% dimana tidak dipengaruhi oleh perbedaan ras.

Penderita fissure tongue biasanya tidak menyadari adanya kelainan tersebut

hingga dilakukan pemeriksaan intra oral pada dokter gigi yang memeriksanya,

fissure tongue sering kali tidak menimbulkan gejala, kecuali jika ada debris yang

masuk kedalam celah lidah tersebut sehingga dapat terasa perih.


BAB 2

LAPORAN KASUS

A. DATA PASIEN

Nama : Panji Nugraha Wijaya

No. Rekam Medis: 053615

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Kurao Pagang, Siteba

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan terdapat celah-celah pada lidahnya.

2. Anamnesa

1. Sudah berapa lama terjadinya celah-celah pada lidah tersebut?

Baru menyadari sekitar 5 tahun yang lalu

2. Apakah ukuran, warna dan bentuk garis tersebut mengalami

perubahan setiap harinya ?

Iya

3. Apakah garis tersebut terasa sakit ?

Tidak
4. Apakah pernah mengalami kehilangan rasa sakit atau kehilangan

sensasi lainnya ?

Tidak pernah.

5. Apakah penyebab garis tersebut ?

Tidak diketahui

6. Apakah ada pembengkakan di bawah leher dan terasa sakit ?

Tidak ada.

7. Sejak munculnya garis, apakah pernah demam, mual, muntah, atau

adakah keluhan lainnya ?

Tidak.

3. Riwayat Penyakit yang Lalu : tidak ada

4. Riwayat Penyakit Sekarang : tidak ada

5. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada

6. Riwayat Sosial Pekerjaan : Pasien mengeluhkan sedang banyak

pikiran dan kurang istirahat

C. PEMERIKSAAN KLINIS

1. Ekstra Oral

a. Gaya berjalan : Normal

b. Sikap : Kooperatif

c. Warna Kulit : Kuning Langsat

d. Bentuk muka : Persegi (Simetris)


2. Intral Oral

a. Bibir : Normal

b. Gingiva : Normal

c. Lidah : Berfissure berupa celah-celah berpola dengan

kedalam sekitar 2 mm

d. Palatum : Normal

e. Frenulum : Normal

f. Dasar Mulut : Normal

g. Mukosa Bukal : Normal

h. Mukosa Labial : Normal

i. Gigi :

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :

 26 : Karies Superfisialis

 46 : Karies Superfisialis

D. CIRI KLINIS

1. Bentuk : Berfissure berupa celah-celah berpola pada lidah

2. Ukuran : Kedalaman celah sekitar 2 mm


E. DIAGNOSA

Fissure Tongue

F. ETIOLOGI

Belum diketahui kemungkinan dikarenakan faktor herediter.

G. DIAGNOSA BANDING

Granulomatosis orofasial

H. PERAWATAN

1. Edukasi pada pasien dengan menjelaskan bahwa fissure tongue

merupakan variasi normal yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan

perawatan yang spesifik

2. Pasien harus menyikat lidah dengan menggunakan bulu sikat yang halus

3. Pasien harus selalu menjaga kebersihan rongga mulut karena bakteri dan

plak pada celah-celah lidah dapat menyebabkan halitosis

4. Jika terasa sakit pasien harus menghindari makanan yang pedas dan

berbumbu terlebih dahulu

I. GAMBAR
Gambar Fissure tongue pada lidah pasie

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 DEFENISI FISSURE TONGUE

Fissure tongue sering kali juga dikenal dengan “scrotal tongue atau

plicated tongue” adalah sebuah kondisi varian normal yang di tandai dengan

terdapatnya celah dalam pada dorsum lidah dan umumnya tidak ada gejala sakit.

Namun  apabila ada sisa makanan yang terjebak pada celah-celah tersebut, pasien

dapat mengeluhkan sakit atau rasa terbakar pada lidahnya (Scully, 2008).

Fissured tongue merupakan keadaan yang jinak berupa celah-celah

dengan kedalaman 2-6 mm pada permukaan dorsal lidah akan tetapi keadaan ini

menjadi semakin nyata seiring dengan bertambahnya umur. Fissured tongue

biasanya ditemukan pada orang yang sehat (Fissured tongue congenital) dan lebih

sering ditemukan pada orang yang berusia lebih tua. Fissured tongue juga

merupakan manifestasi dari Melkersson-Rosenthal syndrome, Down syndrome,

psoriasis dan seringkali timbul bersamaan dengan benign migratory glossitis

(Geographic tongue) (Rathee, 2009).

3.2 ETIOLOGI

Etiologi dari varian ini tidak diketahui, tetapi herediter memegang peranan

penting. Kondisi ini merupakan herediter, terlihat saat lahir, atau mungkin

menjadi lebih jelas ketika usia lanjut. Umur dan faktor lokal lingkungan dapat

mempengaruhi perkembangannya. Fissured tongue juga merupakan manifestasi

dari Melkersson-Rosenthal syndrome, Down syndrome, psoriasis dan seringkali


timbul bersamaan dengan benign migratory glossitis (Geographic tongue)

(Rathee, 2009).

3.3 GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis dapat bervariasi baik dalam bentuk, jumlah, kedalaman

dan panjang serta pola dari celah tersebut. Biasanya celah fissure tongue terdapat

lebih dari 1 yang dalamnya 2-6 mm. pola yang biasa terlihat yakni terdapat celah

central yang paling besar ditengah lidah dengan celah-celah kecil bercabang

disekitarnya. Berdasarkan polanya celah pada lidah tersebut dibagi menjadi 3 arah

yaitu arah vertical, transversal dan oblique. Fissure tongue biasanya asimptomatik

dan ditemukan secara kebetulan, akan tetapi akumulasi makanan yang terjebak

dalam celah tersebut dapat menimbulkan halitosis dan glossitis (Scully dkk,

2010).

3.4 DIAGNOSA BANDING

Keterangan Fissure tongue Granulomatosis orofasial tipe


sindrom Melkersson-Rosenthal

Gambar
klinis

Etiologi Variasi normal dari Kondisi yang menimbulkan


perkembangan lidah, biasanya pembengkakan yang tidak sakit
karena faktor herediter. dari jaringan orofasial,
Ditemukan pada pasien sehat, merupakan reaksi imun abnormal
pada down sindrom. terhadap infeksi/alergen.
Gambaran Gambaran klinis berupa lipatan Pada tipe sindrom Melkersson-
klinis atau celah mempunyai pola Rosenthal mempunyai ciri-ciri
yang beranekaragam, paling paralisis wajah unilateral, lidah
umum satu celah di tengah yang berfissura, terjadi pembengkakan
paling jelas. pada papilla lidah dan berutusan.
Perawatan Tidak ada pengobatan hanya Keadaan ini juga bisa hilang
edukasi tentang kebersihan secara spontan.
rongga mulut dan pembersihan
lidah dengan sikat.

3.5 PENATALAKSANAAN FISSURE TONGUE

Fissure tongue merupakan suatu varian normal yang tidak membutuhkan

perawatan yang spesifik (Scully, 2008). Kondisi ini jinak dan tidak membutuhkan

pengobatan. Meskipun demikian, pasien harus di dorong untuk menyikat lidah

guna meminimalkan akumulasi sisa makanan dan bakteri (Langlais, 2013). Oral

hygiene yang baik dalam kasus ini sangat penting karena bakteri dan plak dapat

ditemukan dalam celah-celah tersebut sehingga menyebabkan halitosis. Edukasi

pada pasien juga diperlukan dengan menjelaskan bahwa fissure tongue merupakan

varian normal yang tidak berbahaya (Rathee, 2009).


BAB 4

KESIMPULAN

 Fissure Tongue merupakan suatu kondisi varian normal yang ditandai

dengan terdapatnya celah yang dalam di dorsum lidah dan umumnya tidak ada

gejala sakit. Fissure tongue biasanya kedalamanya 2-6 mm pada permukaan dorsal

lidah akan tetapi keadaan ini menjadi semakin nyata seiring dengan bertambahnya

umur. Kondisi ini herediter/gen, terlihat saat lahir/ mungkin lebih jelas ketika

bertambahnya usia. Celah dapat lebih jelas saat bertambahnyaa usia dan dapat

manifestasi dari melkesson Rosenthal syndrome, down syndrome, sjongren

syndrome dan psoriasis Edukasi pasien bahwa fissure tongue adalah variasi

normal dan tidak berbahaya, menjaga Oral Hygiene.


DAFTAR PUSTAKA

Burket, dkk. 2003. Oral medicine : Diagnosis and treatment (4 th). London : BC
Decker.

Byahatti dan Ingafou. 2010. The Prevalence of Tongue Lesions in Libyan Adult
Patients. J Clin Exp Dent. 2(4).

Gaphor, S.M., and Abdullah, M.J., 2011, Prevalence, Sex Distribution of Oral
Lesions in Patients Attending an Oral Diagnosis Clinic in Sulaimani
University, J Begh College Dentistry, 23 (3).

Langlais, RP. 2013. Atlas berwarna lesi mulut yang sering ditemukan. Alih
bahasa. Suta T. -Ed.4-. Jakarta: EGC.

Lewis, M.A.O., dan Lamey, P.J., 1997, Tinjauan Klinis Penyakit Mulut (terj.),
Widya Medika, Jakarta.

M Rathee, A Hooda, A Kumar. 2009. Fissure tongue : A case report and review of
literature. The internet journal of nutrition an d wellness. Vol.10.

Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., and Bouquot, J.E., 2002, Oral &
Maxillofacial Pathology, 2 nd ed., W.B. Saunders, USA.

Scully, Crispian. 2008. Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis
and treatment (2nd). Edinburgh: Churchill Livingstone.

Scully C, dkk. 2010. Oral medicine and pathology at a Glance ed 1. Willey-


Blackwell. United Kingdom.

Spiegel, J. H. and Deschler, D. G., 2006, Anatomy of the Oral Cavity and Related
Structure, in Day and Girod (eds): Oral Cavity Reconstruction, Taylor &
Francis group, London.

Watson, R., 2002, Anatomi & Fisiologi untuk Perawat (terj.), edisi ke-10, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai