PEMBAHASAN
1. Parsial Ankiloglosia
Lidah-dasi (ankyloglossia) adalah kondisi hadir saat lahir yang membatasi rentang gerak
lidah.Dengan pengikat lidah, pita jaringan yang pendek, tebal, atau kencang (frenulum lingual)
yang tidak biasa menambatkan ujung lidah ke dasar mulut, sehingga dapat mengganggu pemberian
ASI. Seseorang yang memiliki ikatan lidah mungkin mengalami kesulitan menjulurkan
lidahnya. Lidah-dasi juga dapat memengaruhi cara anak makan, berbicara, dan menelan.
Masalah menyusui. Menyusui membutuhkan bayi untuk menjaga lidahnya tetap di atas gusi
bawah saat mengisap. Jika tidak bisa menggerakkan lidah atau mempertahankannya di posisi
yang tepat, bayi mungkin mengunyah bukannya mengisap puting.
Kesulitan bicara. Dasi lidah dapat mengganggu kemampuan untuk membuat suara tertentu -
seperti "t," "d," "z," "s," "th," "r" dan "l."
Kebersihan mulut yang buruk. Untuk anak yang lebih besar atau orang dewasa, ikatan lidah
dapat menyulitkan untuk membersihkan sisa-sisa makanan dari gigi. Ini dapat menyebabkan
kerusakan gigi dan radang gusi (gingivitis). Parsial ankiloglosia juga dapat menyebabkan
pembentukan celah atau ruang antara dua gigi depan bawah.
Menantang dengan kegiatan lisan lainnya. Dasi lidah dapat mengganggu kegiatan seperti
menjilati es krim, menjilati bibir, mencium atau memainkan alat musik tiup.
2. Fissure tongue
Fissure tongue merupakan celah pada permukaan dorsum dari 2/3 anterior lidah. Fissure tongue
juga dikenal sebagai plicated tongue atau scrotal tongue atau lingua dissecta atau lingua fissurata
atau lingua plicata atau furrowed tongue atau grooved tongue . Goldman menuliskan bahwa
scrotal tongue merupakan variasi dari fissure tongue dimana celahnya lebih banyak tetapi tidak
lebih dalam sehingga menghasilkan penampilan keriput. Fissure tongue berasal akibat
perkembangan. Pada beberapa literatur, fissure tongue dikatakan merupakan congenital anomaly,
inherited condition atau variasi normal. Kondisi ini juga merupakan karakteristik dari Down’s
syndrome, Melkersson-Rosenthal syndrome, acromegaly, dan Sjogren’s syndrome. Fissure tongue
juga dapat disebabkan karena defisiensi riboflavin.
Fissure tongue bermanifestasi secara klinis sebagai sejumlah alur atau celah yang bercabang
dari central groove di sepanjang garis tengah permukaan dorsum. Ada beberapa pola klinis fissure
tongue, tetapi mereka saling tumpang tindih satu sama lain. Variasi yang paling sederhana berupa
median sulkus yang menonjol. Variasi kedua merupakan median sulkus dengan lipatan transversal
seperti vena dari daun. Variasi lainnya dikenal sebagai
cerebriform.
Umumnya, kondisi ini tidak menunjukkan gejala, meskipun terkadang makanan dan
bakteri terjebak dalam celah dan memicu terjadinya inflamasi. Kondisi inflamasi ini
bermanifestasi sebagai sensitifitas terhadap makanan pedas tertentu. Makanan dan bakteri
yang terjebak juga dapat menghasilkan bau tidak sedap.
Terkadang, pasien dengan celah yang dalam sering mengalami candidal glossitis dan rasa
sakit. Tidak diperlukan pengobatan untuk fissure tongue. Menyikat gigi dan kebersihan
mulut yang baik akan mengurangi inflamasi atau rasa nyeri. Infeksi Candida kronis dapat
diobati dengan terapi antifungal
Shklar dan McCarthy mendeskripsikan dua variasi klinis median rhomboid glossitis,
yang satu terlihat sedikit depresi, dan yang lainnya terlihat menonjol seperti tumor yang
berwarna pink Lesi ini terlihat sebagai area pink, smooth, rhomboid, berbentuk diamond atau
oval. Kehalusan lesi ini berkaitan dengan hilangnya papilla filliformis. Lesi ini terdapat di
anterior foramen caecum dan papilla sirkumvallata di pertengahan dorsum lidah. Lesi ini
asimptomatik. Karena asimptomatik, maka tidak diperlukan perawatan.Terkadang, lesi ini
akan mengecil secara spontan.
4. Geographic Tongue
Geographic tongue merupakan kondisi yang menunjuk pada beberapa istilah seperti exfoliation
areata linguae, glossitis exfoliativa marginata, lingua geographica, benign migratory glossitis,
erythema migrans, annulus migrans, wandering rash of the tongue, migratory glossitis. Etiologi
dari kondisi ini tidak diketahui. Beberapa investigator mengatakan bahwa lesi ini berkaitan dengan
emotional stress. Geographic tongue merupakan kondisi jinak yang dapat menyerang ujung, tepi
lateral dan permukaan dorsum lidah dan terkadang meluas sampai ke bagian ventral. Tetapi
biasanya ditemukan pada permukaan dorsum lidah. geographic tongue juga bisa terjadi pada
lokasi mukosa mulut lainnya seperti mukosa bukal, bibir, gingival, uvula, dasar mulut, palatum
molle dan bahkan tonsil.
Geographic tongue bermanifestasi secara klinis sebagai area terlokalisasi, melingkar tidak
teratur, berupa bercak merah yang dikelilingi oleh batas putih yang sedikit menonjol. Bercak
merah menunjukkan atrofi papilla filiformis dan batas putih terdiri dari papilla filiformis yang
beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil.Geographic tongue dikarakterisasi oleh
periode remisi dan eksaserbasi. Lesi ini biasanya menetap pada satu area untuk satu atau dua
minggu dan kemudian menghilang dan muncul kembali di tempat lain pada lidah. Pada beberapa
pasien, perpindahan area dapat terjadi selama periode menstruasi, sedangkan pada pasien lainnya,
hal ini terjadi selama periode anxietas dan tegang. Lesi ini biasanya asimptomatik, meskipun sering
menimbulkan sensasi terbakar dan ketidaknyamanan saat makan makanan pedas atau asam atau
minum minuman berkarbonat atau alkohol.
Sekitar 50% pasien yang memiliki geographic tongue, juga memiliki fissure tongue. Hietanen,
dkk melaporkan bahwa fissure tongue terlihat secara kebetulan pada sekitar 10% pasien.
Geographic tongue juga dilaporkan berkaitan dengan penyakit sistemik atau kondisi psikologis
seperti psoriasis, Reiter’s syndrome, gangguan gastrointestinal yang berkaitan dengan anemia,
emotional stress, allergi, diabetes, gangguan hormonal dan atopic dermatitis. Sebaliknya, Wray
menuliskan bahwa tidak terdapat penyakit sistemik yang berkaitan dengan geographic tongue.
Terdapat bermacam-macam penyebab terjadinya hairy tongue. Faktor lokal yaitu penggunaan
jangka panjang dari aplikasi topikal antibiotik, lozenges, tembakau, obat kumur (chlorhexidine,
hydrogen peroxide), peningkatan derajat keasaman saliva, gangguan gastrointestinal dan OH
buruk, infeksi Candida albicans. Faktor sistemik yaitu penggunaan jangka panjang dari antibiotik
sistemik, kortikosteroid, anemia dan general debilitation, xerostomia pada pasien yang menjalani
terapi radiasi.
Pada kasus hairy tongue yang disebabkan karena antibiotik, diperkirakan obat mengubah flora
mikroba, sehingga menyebabkan pertumbuhan berlebihan jamur.Pada beberapa individu yang
sensitif, pasta gigi dan obat kumur, terutama yang mengandung Zonite atau sodium perborate
dapat menstimulasi papilla filiformis untuk hiperplasi.
6. Thrush
Kandidiasis pseudomembran (thrush) merupakan salah satu infeksi jamur yang terdapat pada
mukosa oral. Penyakit ini disebabkan oleh candida albicans. C.albicans adalah salah satu
komponen mikroflora normal yang ada di rongga mulut. Jumlahnya dapat meningkat seiring usia
pasien. Kandidiasis pseudomembran juga merupakan bentuk yang paling umum terjadi pada orang
dengan imunitas yang rendah seperti bayi, orang tua, pasien yang menggunakan terapi antibiotik
spectrum luas kortikosteroid jangka panjang, penderita diabetes melitus, leukemia, infeksi
HIV/AIDS dan sebagainya. Dalam rongga mulut, c.albicans paling sering dijumpai pada palatum,
dorsal lidah dan mukosa bukal. Ada banyak jenis spesies candida yang dapat dijumpai pada rongga
mulut.
1. Kelainan Endokrin
Salah satu kelainan endokrin yang dapat menyebabkan kandidiasis oral adalah diabetes
melitus. Diabetes melitus dapat meningkatkan perkembangan infeksi candidakarena sistem
kekebalan tubuhmengalami perubahanseperti gangguan opsonisasi sertapenurunan
aktivitas kemotaktik neutrofil dan monosit.
2. Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan berkurangnya imunitas seseorang dan hilangnya
integritas epitel yang dapat menyebabkan infeksi jamur. Salah satu contohnyayaitu
defisiensi besi yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi
dapat menjadifaktor penting dalam etiologi kandidiasis oraldanmenurunnya respon
limfositterhadap antigen candida.Anemia defisiensizat besi dapat menyebabkanterjadinya
infeksic.albicansdi rongga mulut.Hal ini menunjukkan bahwa anemia defisiensi besi dapat
menjadi faktor predisposisi kandidiasis oraldengan menekan kekebalan tubuh.Kekurangan
vitamin B12 dan asam folat juga bisa predisposisi kandidiasisoral.
Kelainan darah dan keganasanyang berat dengan pengobatan kemoterapi sitotoksik atau
radioterapi dapat menyebabkanpenurunan mekanisme pertahanan tubuhdan meningkatkan
risiko pengembangan kandidiasis oral.
5. Xerostomia
Xerostomia merupakan gejala berupa mulut kering akibat produksi kelenjar saliva
berkurangyang disebabkan oleh banyak faktor seperti dehidrasi, penuaan, kanker,
penggunaan inhaler kortikosteroid, merokok dan lainnya.
6. Obat-obatan
7. Gigi Tiruan
Penggunan gigi tiruanyang tidak baik dapat menghasilkan lingkungan rongga mulutdengan
kondisi yang relatif asam dengan menurunkan aliran saliva dan oksigen ke jaringan di
bawahnya. Di lingkungan tersebut dapat menjadi pemicu tumbuhnyac. albicansdan dapat
mengaktifkanenzim hidrolitik ekstraselular.
8. Merokok
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan epitel lokal yang dapat mejadi tempat
kolonisasi candida. Asap rokok yang mengandung panas dan zat toksik dan mengakibatkan
perubahan epitel sehinggadapat menjadi faktoryang menguntungkan bagipertumbuhan c.
albicans.
7. Burns
Permukaan dorsal yang terbentuk atas epitel menanduk (terkeratinasi) dan tebal dari lidah dengan
lapisan yang melekat dari saliva lebih resisten terhadap luka bakar kimia dan luka bakar termal
dibandingkan dengan daerah yang lebih tipis dan lebih kering dari mukosa, seperti palatum. Pada
saat lidah terpapar dengan makanan panas lidah dapat mengalami rasa sakit yang menetap dan
akan mengalama hipersensitifitas. Namun lidah yang terpapar makanan panas ini jarang
memperlihatkan lesi kecuali pada ujung lidah. Hal ini akan terjadi jika panas yang membakar lidah
tersebut cukup kuat untuk menyebabkan kematian jaringan pada jaringan permukaan dorsal lidah
yang terpapar panas.
Penyakit seperti ini sering terjadi pada pasien dengan pemphigus membrane mukosa yang jinak
dan liken planus tipe bulosa dan erosive. Pasien dengan gangguan kongenital yang disertai
mukosa yang berdeskuamasi dan mudah terkelupas juga rentan akan penyakit ini. Hal lain yang
menunjang terjadinya penyakit ini adalah infeksi sekunder dari spesies kandida biasa terjadi pada
penyakit ini. Selain itu juga dapat menyebabkan timbulnya lesi pada mulut.
Lichen planus terjadi pada 1 dari 5000 orang. Meski umumnya menimpa individu pada usia 45 tahun,
penyakit ini bisa menyerang pria dan wanita pada segala usia. Lichen planus bukan penyakit genetik, dan
bukan juga penyakit infeksi atau penyakit menular.
Gejala umum lichen planus pada kulit adalah munculnya ruam kulit kecil berwarna merah
keunguan dan menonjol, yang jumlah dan ukurannya bisa beragam. Ruam bisa muncul di bagian tubuh
mana pun, namun lebih sering muncul di lengan bagian dalam, tungkai bagian dalam, atau punggung. Pada
bagian atas setiap ruam, biasanya muncul bercak putih halus yang disebut Wickham’s striae. Gejala lain
lichen planus adalah munculnya gatal pada ruam. Meski kadang gatal yang dirasakan masih bisa ditolerir,
namun umumnya gatal yang muncul cukup parah, bahkan bisa mengganggu waktu tidur penderita.
Lichen planus bisa terjadi karena dipicu oleh beberapa faktor, seperti infeksi hepatitis C. Pemakaian
obat antiinflamasi nonsteroid, obat darah tinggi, diuretik, obat untuk penyakit diabetes, malaria, atau
penggunaan vaksin flu, juga dapat memicu timbulnya lichen planus. Paparan logam merkuri melalui
tambalan gigi atau paparan cairan kimia untuk cuci foto, serta kebiasaan menggigit lidah atau pipi bagian
dalam juga dapat memicu timbulnya lichen planus.
Sumber :
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/11799/140600028.pdf?sequence=1&isAllowed
=y