Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

1. Parsial Ankiloglosia

Lidah-dasi (ankyloglossia) adalah kondisi hadir saat lahir yang membatasi rentang gerak
lidah.Dengan pengikat lidah, pita jaringan yang pendek, tebal, atau kencang (frenulum lingual)
yang tidak biasa menambatkan ujung lidah ke dasar mulut, sehingga dapat mengganggu pemberian
ASI. Seseorang yang memiliki ikatan lidah mungkin mengalami kesulitan menjulurkan
lidahnya. Lidah-dasi juga dapat memengaruhi cara anak makan, berbicara, dan menelan.

Terkadang lidah tidak menyebabkan masalah. Beberapa kasus mungkin memerlukan


prosedur bedah sederhana untuk koreksi.Tanda dan gejala ikatan lidah meliputi kesulitan
mengangkat lidah ke gigi atas atau menggerakkan lidah dari sisi ke sisi , kesulitan menjulurkan
lidah melewati gigi depan bawah , Lidah yang tampak berlekuk atau berbentuk hati saat menjulur.
Penyebabnya frenulum lingual terpisah sebelum lahir, memungkinkan lidah bebas
bergerak. Dengan ikatan lidah, frenulum lingual tetap melekat pada bagian bawah lidah. Mengapa
ini terjadi sebagian besar tidak diketahui, meskipun beberapa kasus ikatan lidah telah dikaitkan
dengan faktor genetik tertentu. Meskipun ikatan lidah dapat memengaruhi siapa pun, ini lebih
umum pada anak laki-laki daripada perempuan. Lidah-dasi kadang-kadang berjalan dalam
keluarga.

Parsial Ankiloglosia menyebabkan :

 Masalah menyusui. Menyusui membutuhkan bayi untuk menjaga lidahnya tetap di atas gusi
bawah saat mengisap. Jika tidak bisa menggerakkan lidah atau mempertahankannya di posisi
yang tepat, bayi mungkin mengunyah bukannya mengisap puting.
 Kesulitan bicara. Dasi lidah dapat mengganggu kemampuan untuk membuat suara tertentu -
seperti "t," "d," "z," "s," "th," "r" dan "l."

 Kebersihan mulut yang buruk. Untuk anak yang lebih besar atau orang dewasa, ikatan lidah
dapat menyulitkan untuk membersihkan sisa-sisa makanan dari gigi. Ini dapat menyebabkan
kerusakan gigi dan radang gusi (gingivitis). Parsial ankiloglosia juga dapat menyebabkan
pembentukan celah atau ruang antara dua gigi depan bawah.

 Menantang dengan kegiatan lisan lainnya. Dasi lidah dapat mengganggu kegiatan seperti
menjilati es krim, menjilati bibir, mencium atau memainkan alat musik tiup.

2. Fissure tongue
Fissure tongue merupakan celah pada permukaan dorsum dari 2/3 anterior lidah. Fissure tongue
juga dikenal sebagai plicated tongue atau scrotal tongue atau lingua dissecta atau lingua fissurata
atau lingua plicata atau furrowed tongue atau grooved tongue . Goldman menuliskan bahwa
scrotal tongue merupakan variasi dari fissure tongue dimana celahnya lebih banyak tetapi tidak
lebih dalam sehingga menghasilkan penampilan keriput. Fissure tongue berasal akibat
perkembangan. Pada beberapa literatur, fissure tongue dikatakan merupakan congenital anomaly,
inherited condition atau variasi normal. Kondisi ini juga merupakan karakteristik dari Down’s
syndrome, Melkersson-Rosenthal syndrome, acromegaly, dan Sjogren’s syndrome. Fissure tongue
juga dapat disebabkan karena defisiensi riboflavin.

Fissure tongue bermanifestasi secara klinis sebagai sejumlah alur atau celah yang bercabang
dari central groove di sepanjang garis tengah permukaan dorsum. Ada beberapa pola klinis fissure
tongue, tetapi mereka saling tumpang tindih satu sama lain. Variasi yang paling sederhana berupa
median sulkus yang menonjol. Variasi kedua merupakan median sulkus dengan lipatan transversal
seperti vena dari daun. Variasi lainnya dikenal sebagai
cerebriform.
Umumnya, kondisi ini tidak menunjukkan gejala, meskipun terkadang makanan dan
bakteri terjebak dalam celah dan memicu terjadinya inflamasi. Kondisi inflamasi ini
bermanifestasi sebagai sensitifitas terhadap makanan pedas tertentu. Makanan dan bakteri
yang terjebak juga dapat menghasilkan bau tidak sedap.
Terkadang, pasien dengan celah yang dalam sering mengalami candidal glossitis dan rasa
sakit. Tidak diperlukan pengobatan untuk fissure tongue. Menyikat gigi dan kebersihan
mulut yang baik akan mengurangi inflamasi atau rasa nyeri. Infeksi Candida kronis dapat
diobati dengan terapi antifungal

3. Median Romboid Glosistis


Median rhomboid glossitis merupakan suatu kondisi abnormal pada pertengahan
permukaan dorsum lidah pada pertautan 2/3 anterior dengan 1/3 posterior lidah. Kondisi ini
juga dikenal sebagai central papillary atrophy. Median rhomboid glossitis merupakan
gangguan developmental, diperkirakan akibat persistensi tuberculum impar dan kegagalannya
untuk berfusi selama embryogenesis. Penulis lainya melaporkannya sebagai gangguan
congenital. Tetapi lesi ini tidak terlihat pada anak-anak dan tidak lagi diterima sebagai kondisi
developmental.

Shklar dan McCarthy mendeskripsikan dua variasi klinis median rhomboid glossitis,
yang satu terlihat sedikit depresi, dan yang lainnya terlihat menonjol seperti tumor yang
berwarna pink Lesi ini terlihat sebagai area pink, smooth, rhomboid, berbentuk diamond atau
oval. Kehalusan lesi ini berkaitan dengan hilangnya papilla filliformis. Lesi ini terdapat di
anterior foramen caecum dan papilla sirkumvallata di pertengahan dorsum lidah. Lesi ini
asimptomatik. Karena asimptomatik, maka tidak diperlukan perawatan.Terkadang, lesi ini
akan mengecil secara spontan.

4. Geographic Tongue
Geographic tongue merupakan kondisi yang menunjuk pada beberapa istilah seperti exfoliation
areata linguae, glossitis exfoliativa marginata, lingua geographica, benign migratory glossitis,
erythema migrans, annulus migrans, wandering rash of the tongue, migratory glossitis. Etiologi
dari kondisi ini tidak diketahui. Beberapa investigator mengatakan bahwa lesi ini berkaitan dengan
emotional stress. Geographic tongue merupakan kondisi jinak yang dapat menyerang ujung, tepi
lateral dan permukaan dorsum lidah dan terkadang meluas sampai ke bagian ventral. Tetapi
biasanya ditemukan pada permukaan dorsum lidah. geographic tongue juga bisa terjadi pada
lokasi mukosa mulut lainnya seperti mukosa bukal, bibir, gingival, uvula, dasar mulut, palatum
molle dan bahkan tonsil.

Geographic tongue bermanifestasi secara klinis sebagai area terlokalisasi, melingkar tidak
teratur, berupa bercak merah yang dikelilingi oleh batas putih yang sedikit menonjol. Bercak
merah menunjukkan atrofi papilla filiformis dan batas putih terdiri dari papilla filiformis yang
beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil.Geographic tongue dikarakterisasi oleh
periode remisi dan eksaserbasi. Lesi ini biasanya menetap pada satu area untuk satu atau dua
minggu dan kemudian menghilang dan muncul kembali di tempat lain pada lidah. Pada beberapa
pasien, perpindahan area dapat terjadi selama periode menstruasi, sedangkan pada pasien lainnya,
hal ini terjadi selama periode anxietas dan tegang. Lesi ini biasanya asimptomatik, meskipun sering
menimbulkan sensasi terbakar dan ketidaknyamanan saat makan makanan pedas atau asam atau
minum minuman berkarbonat atau alkohol.

Sekitar 50% pasien yang memiliki geographic tongue, juga memiliki fissure tongue. Hietanen,
dkk melaporkan bahwa fissure tongue terlihat secara kebetulan pada sekitar 10% pasien.
Geographic tongue juga dilaporkan berkaitan dengan penyakit sistemik atau kondisi psikologis
seperti psoriasis, Reiter’s syndrome, gangguan gastrointestinal yang berkaitan dengan anemia,
emotional stress, allergi, diabetes, gangguan hormonal dan atopic dermatitis. Sebaliknya, Wray
menuliskan bahwa tidak terdapat penyakit sistemik yang berkaitan dengan geographic tongue.

5. Coated Tongue atau Hairy Tounge


Hairy tongue merupakan pemanjangan papilla filiformis yang menghasilkan tampilan
berambut. Papilla yang mengalami perubahan biasanya terletak di aspek medial dari dorsum
lidah. Pada kasus ringan, lesi ini berlokasi pada permukaan dorsum 1/3 lidah dan dapat meluas
sampai ke anterior pada kasus lanjut. Pada kasus ringan, lesi ini berlokasi pada permukaan dorsum
1/3 lidah dan dapat meluas sampai ke anterior pada kasus lanjut. Warnanya bervariasi dari putih
kekuningan sampai coklat atau hitam. Pigmentasi kemungkinan berkaitan dengan obat-obatan,
makanan, minuman, tembakau, atau produk mikroorganisme kromogenik.

Terdapat bermacam-macam penyebab terjadinya hairy tongue. Faktor lokal yaitu penggunaan
jangka panjang dari aplikasi topikal antibiotik, lozenges, tembakau, obat kumur (chlorhexidine,
hydrogen peroxide), peningkatan derajat keasaman saliva, gangguan gastrointestinal dan OH
buruk, infeksi Candida albicans. Faktor sistemik yaitu penggunaan jangka panjang dari antibiotik
sistemik, kortikosteroid, anemia dan general debilitation, xerostomia pada pasien yang menjalani
terapi radiasi.
Pada kasus hairy tongue yang disebabkan karena antibiotik, diperkirakan obat mengubah flora
mikroba, sehingga menyebabkan pertumbuhan berlebihan jamur.Pada beberapa individu yang
sensitif, pasta gigi dan obat kumur, terutama yang mengandung Zonite atau sodium perborate
dapat menstimulasi papilla filiformis untuk hiperplasi.

6. Thrush
Kandidiasis pseudomembran (thrush) merupakan salah satu infeksi jamur yang terdapat pada
mukosa oral. Penyakit ini disebabkan oleh candida albicans. C.albicans adalah salah satu
komponen mikroflora normal yang ada di rongga mulut. Jumlahnya dapat meningkat seiring usia
pasien. Kandidiasis pseudomembran juga merupakan bentuk yang paling umum terjadi pada orang
dengan imunitas yang rendah seperti bayi, orang tua, pasien yang menggunakan terapi antibiotik
spectrum luas kortikosteroid jangka panjang, penderita diabetes melitus, leukemia, infeksi
HIV/AIDS dan sebagainya. Dalam rongga mulut, c.albicans paling sering dijumpai pada palatum,
dorsal lidah dan mukosa bukal. Ada banyak jenis spesies candida yang dapat dijumpai pada rongga
mulut.

Faktor presdisposisi yang menyebabkan thrush:

1. Kelainan Endokrin

Salah satu kelainan endokrin yang dapat menyebabkan kandidiasis oral adalah diabetes
melitus. Diabetes melitus dapat meningkatkan perkembangan infeksi candidakarena sistem
kekebalan tubuhmengalami perubahanseperti gangguan opsonisasi sertapenurunan
aktivitas kemotaktik neutrofil dan monosit.

2. Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan berkurangnya imunitas seseorang dan hilangnya
integritas epitel yang dapat menyebabkan infeksi jamur. Salah satu contohnyayaitu
defisiensi besi yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi
dapat menjadifaktor penting dalam etiologi kandidiasis oraldanmenurunnya respon
limfositterhadap antigen candida.Anemia defisiensizat besi dapat menyebabkanterjadinya
infeksic.albicansdi rongga mulut.Hal ini menunjukkan bahwa anemia defisiensi besi dapat
menjadi faktor predisposisi kandidiasis oraldengan menekan kekebalan tubuh.Kekurangan
vitamin B12 dan asam folat juga bisa predisposisi kandidiasisoral.

3. Kelainan darah dan keganasan

Kelainan darah dan keganasanyang berat dengan pengobatan kemoterapi sitotoksik atau
radioterapi dapat menyebabkanpenurunan mekanisme pertahanan tubuhdan meningkatkan
risiko pengembangan kandidiasis oral.

4. Penurunan kekebalan tubuh (Imunitas)

Sistem kekebalan tubuh dapat berpartisipasi dalam pencegahan infeksi.Seseorang dengan


penurunan kekebalan tubuh menyebabkan meningkatnya infeksi jamurseperti aspergilus
dan kandida.

5. Xerostomia

Xerostomia merupakan gejala berupa mulut kering akibat produksi kelenjar saliva
berkurangyang disebabkan oleh banyak faktor seperti dehidrasi, penuaan, kanker,
penggunaan inhaler kortikosteroid, merokok dan lainnya.

6. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan seperti penggunaanantibiotik spektrum luas, dan penggunaan


inhaler kortikosteroid dapat menyebabkan infeksi kandidiasis oral. Penggunaan antibiotik
sprektrum luas dapatmerusak simbiosis normal daribakteri dan jamurdan meningkatkan
risiko terinfeksi kandidiasisoral.

7. Gigi Tiruan
Penggunan gigi tiruanyang tidak baik dapat menghasilkan lingkungan rongga mulutdengan
kondisi yang relatif asam dengan menurunkan aliran saliva dan oksigen ke jaringan di
bawahnya. Di lingkungan tersebut dapat menjadi pemicu tumbuhnyac. albicansdan dapat
mengaktifkanenzim hidrolitik ekstraselular.

8. Merokok

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan epitel lokal yang dapat mejadi tempat
kolonisasi candida. Asap rokok yang mengandung panas dan zat toksik dan mengakibatkan
perubahan epitel sehinggadapat menjadi faktoryang menguntungkan bagipertumbuhan c.
albicans.

7. Burns
Permukaan dorsal yang terbentuk atas epitel menanduk (terkeratinasi) dan tebal dari lidah dengan
lapisan yang melekat dari saliva lebih resisten terhadap luka bakar kimia dan luka bakar termal
dibandingkan dengan daerah yang lebih tipis dan lebih kering dari mukosa, seperti palatum. Pada
saat lidah terpapar dengan makanan panas lidah dapat mengalami rasa sakit yang menetap dan
akan mengalama hipersensitifitas. Namun lidah yang terpapar makanan panas ini jarang
memperlihatkan lesi kecuali pada ujung lidah. Hal ini akan terjadi jika panas yang membakar lidah
tersebut cukup kuat untuk menyebabkan kematian jaringan pada jaringan permukaan dorsal lidah
yang terpapar panas.

8. White Sponge Nevus dan Pachyonychia Congenita


Nevus spons putih adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembentukan bercak putih
jaringan yang disebut nevi (tunggal: nevus) yang muncul sebagai jaringan yang menebal, beludru,
seperti spons. Nevi paling sering ditemukan pada lapisan mulut yang lembab (mukosa mulut),
terutama di bagian dalam pipi (mukosa bukal). Individu yang terkena biasanya mengembangkan
beberapa nevi. Jarang, spons putih nevi juga terjadi pada mukosa (tunggal: mukosa) dari hidung,
kerongkongan, alat kelamin, atau anus. Nevi disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak bersifat
kanker (jinak).
Spons nevus putih dapat muncul sejak lahir tetapi biasanya pertama kali muncul pada masa
kanak-kanak. Ukuran dan lokasi nevi dapat berubah seiring waktu. Pada mukosa mulut, kedua sisi
mulut biasanya terpengaruh. Nevi umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi lipatan jaringan
ekstra dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri, yang dapat menyebabkan infeksi yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan. Perubahan tekstur dan penampilan jaringan yang terkena,
terutama mukosa mulut, dapat mengganggu bagi beberapa individu yang terkena.

9. Vesikolobulous dan penyakit penyakit berdeskuamasi lainya


Penyakit yang berdeskuamasi yang ditemukan dipermukaan lidah sering salah diidentifikasi
sebagai lesi putih. Penyebab kekeliruan ini adalah karena koalesensi dari daerah epithelium
berwarna putih yang berdeskuamasi yang disertai dengan daerah atrofi papilaris dan
pembentukan jaringan parut. Bintik bintik dari papilla yang beregenerasi juga tersebar di sela-
selanya sehingga memberikan suatu gambaran berupa daerah putih dan merah yang berganti-
ganti pada lidah dalam pola seperti kelereng.

Penyakit seperti ini sering terjadi pada pasien dengan pemphigus membrane mukosa yang jinak
dan liken planus tipe bulosa dan erosive. Pasien dengan gangguan kongenital yang disertai
mukosa yang berdeskuamasi dan mudah terkelupas juga rentan akan penyakit ini. Hal lain yang
menunjang terjadinya penyakit ini adalah infeksi sekunder dari spesies kandida biasa terjadi pada
penyakit ini. Selain itu juga dapat menyebabkan timbulnya lesi pada mulut.

10. Liken Planus


Lichen planus adalah peradangan yang terjadi pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir (mukosa).
Pada kulit, lichen planus ditandai dengan adanya ruam kecil merah keunguan yang kadang terasa gatal.
Sedangkan pada daerah mukosa, seperti mulut atau vagina, penyakit ini ditandai dengan bercak putih yang
kadang terasa nyeri.

Lichen planus terjadi pada 1 dari 5000 orang. Meski umumnya menimpa individu pada usia 45 tahun,
penyakit ini bisa menyerang pria dan wanita pada segala usia. Lichen planus bukan penyakit genetik, dan
bukan juga penyakit infeksi atau penyakit menular.

Gejala umum lichen planus pada kulit adalah munculnya ruam kulit kecil berwarna merah
keunguan dan menonjol, yang jumlah dan ukurannya bisa beragam. Ruam bisa muncul di bagian tubuh
mana pun, namun lebih sering muncul di lengan bagian dalam, tungkai bagian dalam, atau punggung. Pada
bagian atas setiap ruam, biasanya muncul bercak putih halus yang disebut Wickham’s striae. Gejala lain
lichen planus adalah munculnya gatal pada ruam. Meski kadang gatal yang dirasakan masih bisa ditolerir,
namun umumnya gatal yang muncul cukup parah, bahkan bisa mengganggu waktu tidur penderita.

Lichen planus bisa terjadi karena dipicu oleh beberapa faktor, seperti infeksi hepatitis C. Pemakaian
obat antiinflamasi nonsteroid, obat darah tinggi, diuretik, obat untuk penyakit diabetes, malaria, atau
penggunaan vaksin flu, juga dapat memicu timbulnya lichen planus. Paparan logam merkuri melalui
tambalan gigi atau paparan cairan kimia untuk cuci foto, serta kebiasaan menggigit lidah atau pipi bagian
dalam juga dapat memicu timbulnya lichen planus.

Sumber :
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/11799/140600028.pdf?sequence=1&isAllowed
=y

Anda mungkin juga menyukai