REFERAT
Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Lansia
Oleh:
Caroline Manuela
14/362589/KG/9889
2
PENDAHULUAN
Pertumbuhan prenatal manusia dimulai dari bertemunya sperma dan ovum pada
uterine tube yang mengakibatkan terjadinya fertilisasi dan menghasilkan ovum atau zigot
yang ter fertilisasi, yang kemudian membelah dengan cepat sambil bergerak kea rah
uterus. Pit oral primitive, atau stomodeum, adalah invaginasi dari epitel permukaan yang
terletak di anterior antara forebrain dengan jantung yang sedang berkembang ke arah
ventral (Avery, 2002).
Deteksi dini perkembangan anomali gigi dapat mengarah pada hasil pengobatan
yang lebih baik untuk pasien. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jitender, dkk. (2004)
prevalensi terjadinya kelainan pertumbuhan gigi geligi sebesar 28,8%. Dari total kelainan
3
pertumbuhan tersebut 47,1% menderita hypoplasia. Dalam penelitian tersebut juga
disebutkan bahwa lesi terkait dengan lidah pada anak-anak sebesar 8%, yang mendukung
penelitian lain yang menyatakan prevalensinya berkisar antara 4.95% hingga 35,11%.
Prevalensi gigi bercelah pada penelitian tersebut sebesar 2,9% dan geographic tongue
sebesar 6,25%.
4
PEMBAHASAN
1. Kelainan kongenital: kelainan ini sudah ditemukan saat kelahiran atau sebelum
kelahiran selama intrauterine
2. Kelainan perkembangan hereditary: saat kelainan tertentu didapatkan secara turun
temurun dari orang tua, anomali seperti ini selalu diturunkan melalui gen
3. Anomali acquired/didapatkan: kelainan ini berkembang selama masa intrauterine
karena suatu kondisi lingkungan patologis tertentu. Hal ini tidak disalurkan melalui
gen
4. Anomali Hamartomatous: hamartoma dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan
yang berlebihan dari sel dan jaringan normal dewasa yang berasal dari lokasi
anatomis tertentu.
5. Anomali idiopatik: kelainan perkembangan yang disebabkan oleh hal yang tidak
diketahui penyebabnya
(Purkait, 2011)
5
Gambar 1. Fordyce’s Granules (DeLong, Burkhart, 2008)
b. Focal epithelial hyperplasia (Heck Disease)
Disebut juga sebagai multifocal epithelial hyperplasia. Kondisi ini
jinak atau benign. Merupakan proliferasi epitel mukosa oral yang terkait
dengan HPV tipe 13 dan 32. Bisa juga disebabkan karena HPV genotip
yang lain seperti 1,6, 11, 16, 18, 55, lebih dari 1 genotip dapat dideteksi
pada 1 pasien yang sama (Thompson & Wenig, 2016).
Kebanyakan kasus yang dilaporkan terjadi pada anak-anak 2-13
tahun, dan lebih banyak terjadi pada wanita dengan persentase 5:1.
Tampakan klinisnya berupa papula multipel lunak sewarna mukosa
dengan ukuran 0,3-1,0 cm. papula-papula tersebut dapat berkumpul
menjadi sebuah kumpulan dengan penampilan seperti cobblestone.
Biasanya muncul pada mukosa labial, bukal dan lidah. Lesi ini dapat
menghilang dengan sendirinya (Thompson & Wenig, 2016)
6
usia remaja, dan persebaran antar gender dilaporkan merata (Greenberg,
dkk., 2008)
Secara klinis white sponge nevus tampak sebagai lesi putih
meninggi dan ireguler terdiri dari pembentukan fisur atau plak. Lokasi
predileksi lesi ini adalah mukosa bukal, namun lesi ini dapat ditemukan
juga pada area lain, tertutup oleh epitel parakeratin atau nonkeratin.
Kelainan ini dapat juga melibatkan ekstraoral seperti esophagus, dan
mukosa anogenital. Meskipun lesi ini tidak memiliki gejala apapun,
namun dapat menyebabkan disfagia ketika melibatkan esophagus
(Greenberg, dkk., 2008).
7
Gambar 4. Leukoedema (Neville, dkk., 2016)
e. Caliber-persistent artery
Caliber-persistent artery adalah kondisi yang hamper selalu terjadi
pada mukosa bibir. Baik bibir atas maupun bawah dapat terkena, beberapa
pasien terkena kondisi ini pada kedua bibirnya. Lesi ini muncul sebagai lesi
linear, arcuate, atau popular yang meninggi yang berwarna pucat, sewarna
mukosa hingga kebiruan. Meregangkan bibir biasanya menyebabkan arteri
menjadi tidak mencolok. Tampakan khas pada lesi ini adalah adanya denyut
tidak hanya secar vertical tapi bisa juga secara lateral. Namun, biasanya
denyut tersebut tidak dapat dirasakan dengan jari yang tertutup sarung
tangan (Neville, dkk., 2009)
8
daripada gingiva normal sebagai hasil dari kolagenisasi dari jaringan
konektif fibrosa. Pembesaran gingiva yang berlebihan dapat menyebabkan
protrusi bibir. Kelainan ini dapat berdiri sendiri atau disebut sebgai isolated
gingival fibromatosis yang memiliki pola penurunan dengan autosomal-
dominan, atau berkaitan dengan kelainan lain berupa sindrom (Ibsen &
Phelan, 2014).
9
disebut juga aglosia. Mikroglosia seringkali dikaitkan dengan hipoplasi
mandibular, dan gigi incisivus bagian bawah dapat menghilang. Beberapa
pasien lain memiliki kelainan lain seperti celah langit-langit, intraoral
bands, dan situs inversus. (Neville, dkk., 2016)
Mikroglosia merupakan kondisi anomali kongenital yang jarang
ditemukan. Meskipun mikroglosia berkembang sebagai kasus tersendiri
namun pada kebanyakan kasus tumbuh berasosiasi dengan anomaly
kongenital yang lain seperti sindrom hipogenesis oromandibular limb atau
sindrom hipoglosia-hipodactylia (Purkait, 2011)
10
Gambar 9. Makroglosia (Neville, dkk., 2016).
c. Ankiloglosia
Kondisi ini merupakan kondisi kelainan perkembangan kongenital
(Purkait, 2011). Isolated partial ankiloglosia adalah frenulum dengan ukuran
yang bervariasi, umumnya terletak pada midventral lidah, yang memanjang
dari mukosa gingival lidah hingga hamper ke ujung lidah. Frenulum ini
membatasi gerakan dan menghambat protrusi dari ujung lidah melebihi
vermilion border dari bibir bawah. (Stevenson & Hall, 2006).
Ankiloglosi dapat diamati secara klinis terdapat frenulum yang
tebal,pendek, dan tidak mampu menjulurkan lidah. Ketika lidah dijulurkan
frenulum yang pendek tersebut membuat lekukan kecil pada ujung lidah,
menyerupai bifid tongue. Perubahan suara ketika berbicara juga dapat
ditemui, yaitu ketika mengartikulasikan t,d,l,th, dan s. (Stevenson & Hall,
2006).
d. Bifid Tongue
Bifid tongue adalah kelainan perkembangan yang dapat muncul
dalam bentuk komplit maupun inkomplit. Bentuk inkomplit termanifestasi
sebgaai celah dalam pada midline pada dorsum lidah atau sebagai 2 ujung
lidah. Keadaan ini biasanya asimtomatik dan tidak memerlukan terapi
(Laskaris, 2003)
11
e. Fissured Tongue
Fisur pada lidah merupakan kondisi yang sering ditemukan yang
memiliki karakteristik alur atau fisur yang banyak pada permukaan dorsal
lidah. Penyebabnya belum jelas, namun dicurigai herediter memiliki
peranan penting. Terbukti bahwa kondisi ini dapat terjadi karena polygenic
trait atau keturunan autosomal dominan dengan incomplete penetrance.
Penuaan atau factor lingkungan local dapat berperan dalam perkembangan
(Neville, dkk., 2009). Fisur lidah atau disebut juga scrotal tongue
merupakan kondisi malformasi yang disebabkan oleh kongenital (Purkait,
2011).
12
memercayai bahwa median rhomboid glossitis disebabkan karena infeksi
kronis dari Candida albicans (Purkait, 2011).
Lesi ini lebih banyak ditemukan pada dewasa 30-50 tahun dan
jarang ditemukan pada anak-anak, serta lebih banyak ditemukan pada laki-
laki daripada perempuan (Purkait, 2011).
g. Geographic Tongue
Geographic tongue (erythema migrans, benign migratory glossitis,
erythema areata migrans, stomatitis areata migrans) adalah kondisi benigna
yang umum ditemukan pada dorsal lidah. Insidensinya berkisar antara 2%
hingga 16% tergantung antar populasi. Kondisi ini biasanya asimtomatik,
namun pada suatu penelitian pasien mengeluhkan rasa terbakar. Lesi pada
lidah ini biasanya dapat ditemukan juga pada palatum, mukosa bukal, atau
gingiva, hal ini disebut erythema cincinata migrans atau ektopik geographic
tongue (Greenberg, dkk., 2008)
h. Lingual Varices
Varix adalah vena yang terdilatasi, dan berliku-liku, seringkali
merupakan vena yang terkena peningkatan tekanan hidrostatik namun tidak
13
didukung oleh jaringan sekitar. Varices yang melibatkan vena ranine lingual
sering ditemukan, muncul sebagai gumpalan merah atau ungu seperti
sekumpulan pembuluh darah pada permukaan ventral dan lateral dari lidah
serta pada dasar mulut. Namun, varices bisa juga muncul pada tempat lain
seperti pada bibir atas maupun bawah, mukosa bukal dan komisura bukal
(DeLong & Burkhart, 2008).
Varix pada lidah umumnya terjadi pada orang dengan usia diatas 50
tahun dan varices ini biasanya tampak lebih menonjol seiring berjalannya
usia. Keberadaan lesi ini sebelum usia 50 tahun menunjukkan penuaan dini.
(Purkait, 2011).
Pada lansia nutrisi yang adekuat merupakan faktor penting bagi kesehatan dan
kebaikan. Nutrisi yang tidak adekuat bisa menyebabkan degenerasi fisik dan mental yang
lebih cepat. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seiring berjalannya usia
maka mukosa oral menjadi lebih tipis, halus dan memiliki tampakan edematous dan
kehilangan elastisitas serta stippling nya (Razak, dkk., 2014).
Lidah menunjukkan perubahan yang dapat diamati secara klinis yaitu menjadi lebih
halus dan kehilangan papilla filiformisnya. Serta seiring berjalannya usia maka terdapat
tendensi untuk berkembangnya sublingual varices dan meningkatnya kerentanan terhadap
kondisi patologis seperti infeksi Candidal dan menurunnya kemampuan penyembuhan
luka. Komplikasi lainnya adalah lansia menggunakan gigi tiruan yang memiliki potensi
untuk mengganggu integritas dari mukosa apabila tidak dijaga dengan baik (Razak, 2014).
14
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Bruch, J.M., & Treister, N.S., 2010, Clinical Oral Medicine and Pathology, New York,
Springer.
DeLong, L., & Burkhart, N.W., 2008, General and Oral Pathology for the Dental
Hygienist, Philadelphia, Wolters Kluwer.
Eversole, L.R., 2011, Clinical Outline of Oral Pathology: Diagnosis and Treatment,
Shelton, People’s Medical Publishing House.
Greenberg, M.S., Glick, M., Ship, J.A. 2008, Burket’s Oral Medicine, Hamilton, BC
Decker.
Ibsen, O.A.C., Phelan, J.A., 2014, Oral Pathology for the Dental Hygienist-E-Book, St.
Louis, Elsevier Saunders.
Jitender, S., Gupta, S., Singh, R., Vyas, R., Khetan, J., 2014, Developmental Dental
Disorders and Tongue Lesions in Pediatrics of Western India: A Prevelance Study,
Occupational Medicine & Health Affairs, 2:183.
Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., Bouquot, J.E., 2009, Oral and Maxillofacial
Pathology Third Edition, St. Louis, Elsevier.
Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., Chi, A.C., 2016, Oral and Maxillofacial
Pathology Fourth Edition, St. Louis, Elsevier.
Purkait, S.K., 2011, Essentials of Oral Pathology Third Edition, New Delhi, Jaypee
Brothers.
Razak, P.A, Richard, K.M.J., Thankachan, R.P., Hafiz, K.A.A., Kumar, K.N., & Sameer,
K.M., 2014, Geriatric Oral Health: A Review Article, J Int Oral Health 6(6):110-
116.
Stevenson, R.E., Hall, J.G., 2006, Human malformations and Related Anomalies, Oxford,
Oxford University Press.
16
Thompson, L.D.R., & Wenig, B.M., 2016, Diagnostic Pathology: Head and Neck E-Book,
Philadelphia, Elsevier.
17