Anda di halaman 1dari 20

Referat Bedah Plastik

STEM CELL PADA KELAINAN KONGENITAL (CLEFT)

Disusun oleh:
Anandita Winadira G99152108
Annisa Nur Hafika G99142108
Rifaatul Mahmudah G99152107
Sheilla Elfira SP G99142107

Pembimbing:
Amru Sungkar, dr.,Sp.B,Sp. BP-RE

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Kelainan kongenital atau dapat juga dikenali dengan kelainan bawaan


merupakan suatu kelainan struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang
ditemukan pada bayi ketika bayi itu dilahirkan. Kelainan kongenital yang paling
umum sering terjadi adalah orofacial clefts, meliputi celah bibir, celah bibir dan
palatum, maupun celah palatum saja. Insidensinya terjadi 1 kasus setiap 500-550
kelahiran. Prevalensinya beragam baik dari segi etnik, negara, dan status
sosioekonomi. Terjadinya celah bibir dan palatum non-sindromik, dimana
merupakan sub kelompok dari kelainan orofacial clefts terbanyak, terjadi antara
1.5-2.5 kasus setiap 1000 kelahiran hidup. Di Amerika Serikat, rata-rata terdapat
20 bayi lahir hidup dengan kelainan orofacial clefts atau sekitar 7500 kasus setiap
tahunnya (Shaye et al., 2015).
Anak-anak dengan kelainan orofacial clefts membutuhkan beberapa
prosedur tindakan pembedahan dan perawatan serta terapi multidisiplin, dimana
hal tersebut membutuhkan biaya medis untuk masing-masing anak sekitar
100.000 dolar Amerika atau sekitar 750 miliar dolar Amerika untuk semua anak
lahir hidup dengan kelainan orofacial clefts setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Lokasi celah bibir dan palatum secara anatomi juga berimplikasi pada fungsi
bicara, hubungan oklusi gigi, tumbuh kembang craniofacial dan gangguan
pendengaran. Selain itu, anak-anak dan keluarga dengan kelainan orofacial clefts
seringkali mengalami masalah psikologis. Adanya morbiditas yang tinggi pada
kelainan orofacial clefts memerlukan tindakan untuk memperbaiki tampilan dari
segi kosmetik serta fungsi dari organ tersebut (Hernan et al., 2014).
Penggunaan stem cells (sel punca) pada tindakan bedah oral dan
maksilofacial kini semakin berkembang. Suatu sel disebut sebagai stem cells (sel
punca) apabila memiliki kemampuan untuk bereplikasi sendiri dan mampu untuk
berdiferensiasi. Stem cells diklasifikasikan menjadi Embryonic stem cells (ESCs),
adult stem cells (ASCs) dan induced pluripotent stem cells. Efikasi dari stem cells
sebagai induktor jaringan dan perannya dalam penyembuhan luka banyak
dilaporkan (Hernan et al., 2014; Sima et al., 2014). Tamari et al., 2011
mengatakan bahwa mesenchymal stem cells mengandung growth factors yang

mampu

untuk

mempercepat

penyembuhan

luka.

Bone

marrow-derived

mesenchymal stem cells secara umum merupakan sel yang sering dimanfaatkan
dalam pendekatan regeneratif berbasis sel dalam aplikasi kraniofasial (Darner et
al., 2013).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. CLEFT LIP AND PALETE


1. Definisi Cleft Lip and Palate
Kelainan kongenital atau dapat juga dikenali dengan kelainan bawaan
merupakan suatu kelainan struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang
ditemukan pada bayi ketika bayi itu dilahirkan. Pada umumnya, kelainan
yang sering dapat terjadi di dalam rongga mulut adalah cleft lip atau cleft
palate. Cleft lip atau bibir sumbing adalah kelainan berupa celah pada bibir
atas yang terjadi akibat kegagalan proses penyatuan selama perkembangan
embrio di dalam kandungan. Cleft palate merupakan suatu kelainan yang
terjadi apabila palatum (langit-langit) tidak menutup secara sempurna. Celah
ini bisa melibatkan sisi lain dari palatum, yaitu meluas ke bagian palatum
keras diantara mulut sampai palatum lunak ke arah tenggorokan.
2. Etiologi Cleft Lip and Palate
Pembentukan celah pada bibir dan atau palatum mulai terjadi sekitar bulan
ke-8 embriogenesis, dimana terjadi kegagalan fusi dari processus nasalis
media dan prominentia maksilla atau kegagalan dari migrasi mesodermal dan
penetrasi antara bilayer epitelial dari wajah (Katlyn dan Charles, 2013).
Penyebab terbentuknya orofacial cleft merupakan multifaktorial. Faktorfaktor seperti peningkatan insiden dari pembentukan cleft diantaranya
peningkatan usia parental, penggunaan obat dan infeksi saat kehamilan,
merokok saat hamil, dan riwayat keluarga dengan orofacial cleft (Mahdi et
al., 2013; Charles B, 2010). Peningkatan insidensi terjadinya cleft apabila
terdapat orang tua yang terkena adalah sekitar 4% (Elizabeth dan Mary, 2013)
Palatum primer didefinisikan sebagai semua jaringan di anterior dari
foramen incisivus, termasuk palatum durum anterior (premaxilla), alveolus,
bibir dan hidung. Sedangkan palatum sekunder merupakan semua bagian
posterior dari foramen incisivus, termasuk sebagian besar dari palatum durum
dan palatum molle. Cleft dapat melibatkan bibir dan hidung, dengan atau
tanpa celah palatum. Celah pada bibir dan atau palatum pertama kali
diklasifikasikan sebagai unilateral atau bilateral dan kemudian sebagai
komplit atau inkomplit. Celat yang komplit dari bibir akan mempengaruhi
semua bagian bibir dan meluas sampai ke hidung. Sedangkan pada inkomplit
4

hanya mempengaruhi sebagian bibir dan jembatan jaringan pada sentral dan
lateral dari elemen bibir (Watkins et al., 2014).
3. Patofisiologi Cleft Lip and Palate
CLP adalah kelainan bentuk fisik pada wajah akibat pembentukan
abnormal pada wajah fetus selama kehamilan. Pembentukan wajah tersebut
berlangsung dalam 6 hingga 8 minggu pertama kehamilan. CLP dapat timbul
tersendiri atau muncul sebagai salah satu bagian dari syndrome. Dari seluruh
kasus CLP, 70% diantaranya adalah kasus CLP tersendiri (isolated cleft lip
and palate), dan bukan salah satu bagian dari syndrome tertentu. (Balaji,
2008). Beberapa syndrome yang terkait dengan CLP adalah 22q11.2 deletion
syndrome, Patau syndrome (trisomi 13) dan Van der Woude syndrome (Brito,
2012).
Gambar 1. Pertumbuhan dan
Perkembangan Wajah
Aspek frontal dari wajah
A) Embrio 5 minggu
B) Embrio 6 minggu
Tonjol nasal sedikit demi
sedikit terpisah dari tonjol
maksila dengan alur yang dalam
Gambar
2.
Pertumbuhan
C) Embrio 7 Wajah
bulan
Perkembangan

dan

Gambaran frontal kepalaembrio usia 6


minggu-10minggu
A) .Gambaran frontal embriousia 6
minggu : palatine shelves
berada diposisi vertical pada tiap
sisi lidah
B) Gambaran ventral embriousia 6
minggu
C) Gambaran frontal kepalaembrio
5
usia 7 minggu : lidah sudah
bergerak turun dan palatine
shelves
mencapai
posisi

Kelainan kongenital muncul dari gabungan antara faktor multigenetik dan


faktor lingkungan. Isolated cleft disebabkan oleh multigen dan atau pengaruh
faktor

lingkungan.

Walaupun

gen

memiliki

peran

penting,

dalam

embryogenesis wajah, faktor lingkungan berperan sama penting. Ada tiga


kategori faktor lingkungan yang berpengaruh dalam pembentukan janin, yaitu
teratogen, infeksi, dan nutrien serta metabolisme kolesterol. Ibu hamil yang
merokok menjadi faktor penting penyebab CLP. Teratogen lainnya yang
meningkatkan

risiko

CLP

diantaranya

adalah

obat-obatan,

seperti

antikonvulsan fenitoin dan benzodiazepin, atau pestisida, seperti dioxin


(Balaji, 2008).
Morfogenesis fasial dimulai dengan migrasi sel-sel neural crest
ke dalam regio fasial, remodeling matriks ekstraseluler, proliferasi
dan differensiasi sel-sel neural crest untuk membentuk jaringan
otot dan pengikat, penggabungan antar komponen pada bibir atas
merger procesus maksilaris & nasalis medialis pada minggu VI
kehamilan. Pembentukan palatum primer dari procesus nasalis
medialis, dan pembentukan palatum sekunder dari procesus

palatal sinistra & dekstra pada 8-12 minggu kehamilan. (Felipe,


2012).
Patofisiologi molekuler secara garis besar terjadi melalui tahaptahap tertentu, yaitu (Kobayashi, 2013)

(a) Defek pembentukan sel-sel neural crest


- klas transkripsi faktor homeoboks (AP2, Barx2, goosecoid, Msx1&2,
Otx2,Pax7&9 dan Prx1&2).
- perlu untuk ekspresi gen Dlx sepanjang neural tube, ectoderm dan
mesenchyme dari neural crest.
(b) Defek proliferasi sel-sel neural crest
- ektoderm berfungsi untuk mempertahankan proliferasi mesenchyme dari
neural crest.
- protein Sonic hedgehog (SHH) memegang peran
(c) Defek diferensiasi sel-sel neural crest
- Famili TGF terlibat (1) dalam proliferasi, diferensiasi dan migrasi sel,
(2) regulasi deposisi matriks ekstraseluler dan (3) transformasi epitelialmesensimal.
- analisis genetik: fusi palatal perlu TGF.
(d) Defek matriks ekstraseluler
- perkembangan organ fasial melibatkan EGFR signaling: regulasi sekresi
matriks metalloproteinase
- TGF merupakan ligan EGFR.

Gen-gen yang telah diketahui menjadi penyebab terjadinya isolated CLP


diantaranya adalah IRF6 (sebagai gen yang juga berpengaruh dalam Van der
Woude syndrome), P63, PVRL1, TGFA, TBX22, MSX1, FGFR1 dan SATB.
Namun mutasi pada IRF6, MSX1, dan FGFR1 umumnya terkait dengan
kelainan gigi dan CLP yang terjadi lebih dari satu kali di dalam suatu silsilah
keluarga, dalam hal ini ada kemungkinan diturunkan. Gen-gen yang telah
ditemukan

mempunyai

interaksi

dengan

paparan

asap

rokok

dan

menyebabkan timbulnya CLP adalah TGFA, MSX1, TGFB3, RARA, P450,


GST, dan EPHX. (Kobayashi, 2013).
4. Tanda dan Gejala Cleft Lip and Palate
Tanda yang paling jelas adalah adanya celah pada bibir atas atau langitlangit rongga mulut (Richard, 2007).
a. Bayi dengan cleft lip dapat mengalami kesulitan saat menghisap ASI
karena sulitnya melakukan gerakan menghisap. Kesulitan ini dapat
diatasi dengan penggunaan botol khusus yang direkomendasikan oleh
dokter gigi spesialis gigi anak dan dokter spesialis anak, tentunya
disesuaikan dengan tingkat keparahan kasus.
b. Cleft palate juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara.
Besarnya cleft bukan indicator seberapa serius gangguan dalam
berbicara, bahkan cleft yang kecil pun dapat menyebabkan kesulitan
dalam berbicara. Anak dapat memperbaiki kesulitannya dalam
berbicara setelah menjalani terapi bicara, walaupun kadang tindakan
operasi tetap diperlukan untuk memperbaiki fungsi langit-langit
rongga mulut. Anak dengan cleft palate seringkali memiliki suara
hidung saat berbicara.
c. Anak dengan cleft kadang memiliki gangguan dalam pendengaran.
Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya infeksi yang mengenai
tuba Eustachia (saluran yang menghubungkan telinga dengan rongga
mulut). Semua telinga anak normal memproduksi cairan telinga yang
kental dan lengket. Cairan ini dapat menumpuk di belakang gendang
8

telinga. Adanya cleft dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya


cairan telinga ini, sehingga menyebabkan gangguan atau bahkan
kehilangan pendengaran sementara.
d. Biasanya cleft palate dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang anak
dan proses tumbuh kembang dari gigi-geliginya. Susunan gigi-geligi
dapat menjadi berjejal karena kurang berkembangnya rahang.

5. Klasifikasi Cleft Lip and Palate


Kelompok anomali sumbing orofacial yang heterogen. Ini terdiri dari celah
orofacial yang khas (misalnya, bibir sumbing, bibir sumbing dan langit-langit,
langit-langit) dan celah atipikal, termasuk jenis Tessier median, transversal,
miring, dan lain sumbing. Celah khas dan atipikal berdua dapat terjadi
sebagai anomali terisolasi, sebagai bagian dari urutan cacat primer, atau
sebagai anomali kongenital ganda (MCA). Dalam MCA, anomali sumbing
bisa menjadi bagian dari sindrom monogenik diketahui, bagian dari kelainan
kromosom, bagian dari asosiasi, atau bagian dari kompleks MCA etiologi
tidak diketahui (Paiva, 2014).
Ada tiga jenis kelainan cleft (Redett, 2009):
Cleft lip tanpa disertai cleft palate
Cleft palate tanpa disertai cleft lip
Cleft lip disertai dengan cleft palate
Beberapa jenis bibir sumbing menurut derajatnya :
a. Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
c. Bilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang


hingga ke hidung.

Bibir sumbing bisa terjadi unilateral (di sisi kiri atau kanan) atau sebagai
anomali bilateral. Garis celah selalu dimulai pada bagian lateral bibir atas dan
berlanjut melalui philtrum ke alveolus antara gigi insisivus lateral dan gigi
taring, mengikuti garis sutura incisiva sampai foramen incisivum. Celah
anterior untuk foramen tajam (yaitu, bibir dan alveolus) juga didefinisikan
sebagai sumbing langit-langit primer. Bibir sumbing mungkin terjadi dengan
berbagai tingkat keparahan, dari lekukan yang terletak di sisi kiri atau kanan
bibir ke bentuk yang paling parah, bibir sumbing bilateral dan alveolus yang
memisahkan philtrum dari bibir atas dan premaxilla dari sisa lengkungan
maksila. Ketika bibir sumbing terus dari foramen incisivum lebih lanjut
melalui sutura palatina di tengah langit-langit mulut, bibir sumbing dan
langit-langit (baik unilateral atau bilateral) muncul (Stanko, 2014).

Gambar 1. Bibir Sumbing

10

Beragam keparahan dapat diamati. Garis sumbing dapat terganggu oleh


jaringan lunak (kulit atau mukosa), jaringan keras (tulang), atau keduanya,
sesuai dengan diagnosis dari celah yang tidak lengkap. Hal ini terjadi di bibir
sumbing dan langit-langit unilateral dan bilateral (Tavakolinejad, 2014)

Gambar 2. Cleft Lip and Palate

Sumbing langit-langit, penyebab dan embryologi berbeda dari bibir


sumbing dengan atau tanpa langit-langit sumbing.

11

Gambar 3. Contoh sumbing

Gambar 4. Sumbing submukosa langit-langit

Beberapa subtipe langit-langit dapat didiagnosis berdasarkan beratnya.


Uvula adalah tempat di mana bentuk minimal celah langit-langit mulut
diamati. Sebuah bentuk yang lebih parah adalah suatu celah submukosa
langit-langit. Celah langit-langit lengkap merupakan celah langit-langit keras
(palatum durum), submukosa langit-langit, dan sumbing uvula. Celah
posterior untuk foramen yang dalam didefinisikan sebagai suatu celah langitlangit sekunder (Wang, 2015).
Dalam proporsi yang signifikan dari pasien, celah langit-langit keras
(palatum durum) ditutupi oleh mukosa dan berlanjut melalui langit-langit
lunak, langit-langit membentuk yang disebut sumbing submukosa. Sebuah CP
submukosa dapat terjadi di langit-langit keras saja dan terbuka terus celah
langit-langit lunak, atau mungkin terjadi sebagai celah submukosa dari langitlangit lunak dengan atau tanpa lekukan ke langit-langit keras. Hati-hati
12

pemeriksaan klinis dapat ditemukan foramen kelanjutan dari celah langitlangit lunak, yang merupakan celah dari tulang langit-langit di bawahnya
mukosa Celah langit-langit dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bentuk V, yang
paling sering di belahan terisolasi, atau bentuk U, dan di belahan sindromik
(Wang, 2015)
Celah langit-langit foramen posterior yang dalam didefinisikan sebagai
celah langit-langit sekunder. Sumbing bibir dan celah langit-langit mulut
anterior ke foramen yang dalam (unilateral atau bilateral) didefinisikan
sebagai celah langit-langit primer (dengan demikian, dalam bibir sumbing
bilateral, premaxilla dipisahkan dari segmen palatal lateral) (Tavakolinejad,
2014).
6. Diagnosis
CLP memberikan tanda klinis yang spesifik sehingga mudah untuk
didiagnosis. Bahkan beberapa dapat dideteksi pada waktu kehamilan
(Richard, 2007).
a. Diagnosis Prenatal
Deteksi prenatal dapat dilakukan dengan beragam teknik. Fetoskopi telah
digunakan untuk memberikan gambaran wajah fetus. Akan tetapi teknik ini
bersifat invasif dan dapat menimbulkan resiko menginduksi aborsi. Namun
demikian, teknik ini mungkin tepat digunakan untuk konfirmasi pada
beberapa cacat/kelainan pada kehamilan yang kemungkinan besar akan
diakhiri. Teknik lain seperti ultrasonografi intrauterine, magnetic resonance
imaging, deteksi kelainan enzim pada cairan amnion dan transvaginal
ultrasonografi keseluruhannya dapat mendeteksi dengan sukses CLP secara
antenatal. Tetapi, pemeriksaan-pemeriksaan yang tersebut di atas dibatasi
pada biaya, invasifitas dan persetujuan pasien. Ultrasound transabdominal
merupakan alat yang paling sering digunakan pada deteksi antenatal CLP,
yang memberikan keamanan dalam prosedur, ketersediaannya, dan
digunakan secara luas pada skrining anatomi antenatal (Balaji, 2008).
Deteksi dini memperkenankan kepada keluarga untuk menyiapkan diri
terlebih dahulu terhadap suatu kenyataan bahwa bayi mereka akan memiliki

13

suatu kelainan/cacat. Mereka dapat menemui anggota dari kelompok yang


memiliki CLP, belajar mengenai pemberian makanan khusus dan memahami
apa yang harus diharapkan ketika bayi lahir. Sebagai pembanding, ibu yang
menerima konseling pada 2 pekan awal kehidupan mungkin akan lebih
merasa bingung dan kewalahan. Deteksi dini juga memperkenankan kepada
ahli bedah untuk bertemu dengan keluarga sebelum kelahiran dalam
atmosfer yang rileks dan mendiskusikan pilihan perbaikan. Dengan waktu
konseling dan rencana yang tepat, dapat menjadi hal yang mungkin untuk
dapat melaksanakan perbaikan dari unilateral cleft lip pada minggu pertama
kehidupan (Tavakolinejad, 2014).
b. Diagnosa Postnatal
Biasanya, celah (cleft) pada bibir dan palatum segera didiagnosa pada saat
kelahiran. Celah dapat terlihat seperti sudut kecil pada bibir atau dapat
memanjang dari bibir hingga ke gusi atas dan palatum. Namun tidak jarang,
celah hanya terdapat pada otot palatum molle (soft palate (submucous cleft),
yang terletak pada bagian belakang mulut dan tertutupi oleh mouth's lining.
Karena letaknya yang tersembunyi, tipe celah ini tidak dapat didiagnosa
hingga beberapa waktu. Masalah-masalah yang ditemukan pada bayi
misalnya sulit menyusui, gangguan berbicara, infeksi telinga serta gangguan
gigi dan mulut dapat menambah tegaknya diagnosis (Tavakolinejad, 2014).
7. Tatalaksana
Untuk mendapatkan hasil rekonstruksi dari craniofacial yang sukses dan
dapat berfungsi dengan baik masih menjadi sebuah tantangan. Koreksi pada
alveolar cleft ditujukan untuk menutup fistula oronasalis dan menyediakan
dasar yang kuat untuk erupsi gigi melalui perbaikan arcus maxillaris yang
selanjutnya dibutuhkan penatalaksanaan orthodontic lebih lanjut (Toscani,
Baciliero, Gracco, dan Siciliani, 2012). Saat ini, autograft merupakan gold
standard

untul rekonstruksi alveolar cleft, namun prosedur tersebut

merupakan prosedur yang infasif dan dapat menyebabkan beberapa


komplikasi seperti nyeri, perdarahan, infeksi, fraktur, dan masalah jangka
panjang seperti meninggalkan bekas luka, nyeri kronik, parastesia, bahkan

14

gait abnormality. Mengingat semua komplikasi dan implikasi yang telah


disebutkan di atas maka diperlukan aternatif lain untuk menangani cleft
palate.
Strategi regenerasi jaringan menggunakan kombinasi biomaterial dan
biological molecule muncul sebagai pilihan terapi baru. Mesenchymal stem
cell (MSC) atau bisa disebut dengan sel-sel stroma multipoten adalah salah
satu rekayasa jaringan yang sangat menjanjikan untuk terapi seluler.
Mesenchymal stem cell dalam kombinasi dengan biomaterial membawa
potensi besar yang telah terbukti dalam studi pada hewan dan dalam kasus
pertama pada manusia (Yoshioka et al., 2012, Behnia, Khojasteh, Soleimani,
Tehranchi, & Atashi, 2012). Sel-sel ini dapat diperoleh dari beberapa sumber
termasuk sumsum tulang, jaringan adiposa, pulpa gigi, darah perifer atau
periosteum (Morad, Kheiri, dan Khojasteh, 2013).
Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai
kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang
spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh. Sel Punca mempunyai 2
sifat yang khas yaitu
1

Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel


Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik)
misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lainlain

Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau


meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang
persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
Penelitian yang dilakukan oleh Behnia et al., 2012 menunjukkan

pembentukan tulang baru setelah tiga bulan pada tiga pasien dengan alveolar
cleft defect sebesar 51.3%. Blok alogenik dicampur dengan MSC
menunjukkan pembentukan tulang baru sebesar 21% pada tulang mandibular
(Khojasteh, Dashiti, Dehghan, Behnia, Abbasnia, Morad, 2014). Penggunaan
bucal fat pad-derived stem cells (BFPSCs) dengan tulang illiaca bone block

15

grafting pada alveolar defect menunjukan peningkatan pembentukan tulang


dan penurunan resopsi tulang rahang dibanding dengan tanpa bucal fat
(Khojasteh dan Sadeghi, 2016).

BAB III
PENUTUP

Orofacial cleft merupakan kelainan kongenital yang dapat menimbulkan


gangguan pertumbuhan serta perkembangan seperti fungsi bicara, hubungan
oklusi gigi, gangguan pendengaran, gangguan prestasi akademik dan gangguan
psikologis. Oleh karena itu penatalaksanaan yang tepat sangat dibutuhkan. Gold
standard untuk memperbaiki cleft ini masih dirasa kurang efektif karena
menimbulkan berbagai komplikasi dan implikasi. Salah satu alternatif untuk
memperbaiki cleft ini adalah dengan menggunakan stem cell dengan harapan
mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini telah didukung oleh beberapa
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, dan beberapa penelitian pada anakanak yang masih berlangsung.

16

DAFTAR PUSTAKA
A. Khojasteh, S.G. Dashti, M.M. Dehghan, H. Behnia, P. Abbasnia, G. Morad
The osteoregenerative effects of platelet-derived growth factor BB
cotransplanted with mesenchymal stem cells, loaded on freeze-dried
mineral bone block: a pilot study in dog mandible J Biomed Mater
Res B Appl Biomater, 102 (2014), pp. 17711778
A. Khojasteh and N. Sadeghi Application of Bucal Fat Pad-Derived Stem
Cells in Combination with Autogenous Iliac Bone Graft in the
Treatment of Maxillomandibular Atrophy: A Preliminary Human
Study. International Journal of Oral and Maxillofacial Surgery (2016)
Balaji SM. 2008. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Missisipi:
Elsevier.

17

Brito LA, Bassi CF, Masotti C, Malcher C, Rocha KM, Schlesinger D, Bueno
DF et al. 2012. IRF6 is a risk factor for nonsyndromic cleft lip in the
Brazilian population. Am J Med Genet A. 158A (9):2170-5
Charles B. 2010. Schwartzs: Principle of Surgery. Mc Graw Hill: New York.
D. Toscano, U. Baciliero, A. Gracco, G. Siciliani Long-term stability of
alveolar bone grafts in cleft palate patients American Journal of
Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 142 (September (3))
(2012), pp. 289299
Darnet Kaigler, Giorgio Pagni, Chan Ho Park, Thomas M, Lindsay A, Erica
Yi, Susan A, Ronnda L, Willian V. Stem cell therapy for craniofacial
bone regeneration: A randomized, controlled feasibility trial. Cell
Transplant. 2013 ; 22(5): 767777.
Dominika Gladysz, Kamil K. Hozyasz. Stem Cell Regenerative Theraphy in
Alveolar Cleft Reconstruction. Archives of Oral Biology (2015). Pp
1517-1532
Elizabeth dan Mary. Genetics of Cleft Lip and Cleft Palate. Am J Med Genet
C Semin Med Genet. 2013 November ; 163(4): 246258.
Felipe AF, Abazari A, Hammersmith KM, Rapuano CJ, Nagra PK, Peiro BM.
2012. Corneal changes in ectrodactyly-ectodermal dysplasia-cleft lip
and palate syndrome: case series and literature review. Int
Ophthalmol. 32(5):475-80.
G. Morad, L. Kheiri, A. Khojasteh Dental pulp stem cells for in vivo bone
regeneration: a systematic review of literature Arch Oral Biol, 58
(2013), pp. 18181827
H. Behnia, A. Khojasteh, M. Soleimani, A. Tehranchi, A. Atashi Repair of
alveolar cleft defect with mesenchymal stem cells and platelet derived
growth factors: a preliminary report Journal of Craniomaxillofacial
Surgery, 40 (January (1)) (2012), pp. 27
Hernan A, Nadim Elneser, Saulo Pineda, Alfonso Ayala-Gomes, Jaime
Castro-Nunes. The use of stem cells in cleft lip surgery. Journal of
Head and Neck Physicians and Surgeons. 2014. 2 (1) : 10-17.

18

Katlyn and Charles. Team-Oriented Care for Orofacial Clefts: A Review of


the Literature. The Cleft Palate-Craniofacial Journal 50(1) pp. 1318
January 2013.
Kobayashi GS, Alvizi L, Sunaga DY, Francis-West P, Kuta A, Almada BV,
Ferreira SG et al. 2013. Susceptibility to DNA damage as a molecular
mechanism for non-syndromic cleft lip and palate. PLoS One.
8(6):e65677.
M. Yoshioka, K. Tanimoto, Y. Tanne, K. Sumi, T. Awada, N. Oki, et al. Bone
regeneration in artificial jaw cleft by use of carbonated hydroxyapatite
particles and mesenchymal stem cells derived from iliac bone
International Journal of Dentistry, 2012 (2012), p. 352510
Mahdi A, Michael Chen, Angela Vong. 2013. Cleft lip a comprehensive
review. Frontiers in Pediatrics
Shaye D, Liu CC, Tollefson TT. Cleft Lip and Palate: An Evidence-Based
Review. Facial Plast Surg Clin North Am. 2015 Aug. 23 (3):357-72.
Sima T, Alireza E, Hami A, Daryoush H. A Glance at Methods for Cleft
Palate Repair. Iran Red Crescent Med J. 2014 September; 16(9):
e15393
Tamari M, Nishino Y, Yamamoto N, et al: Acceleration of wound healing with
stem cell-derived growth factors. Oral Craniofac Tissue Eng 1:181,
2011
Watkins S, Robert M, Ronald S, Arthur S. Classification, epidemiology, and
genetics of orofacial clefts. Clin Plastic Surg 41 (2014) 149163
Paiva TS, Andre M, Paiva WS, dan Mattos BSC. 2014. Aesthetic evaluation
of the nasolabial region in children with unilateral cleft lip and palate
comparing expert versus nonexperience health professionals. BioMed
Research International. 2014: 1-5.
Richard AH, Court C, Barry G. 2007. Cleft Lip and Palate. Grabb and Smith's
Plastic Surgery, Sixth Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins,
Redett, R.J. 2009. A Guide ti Understanding Cleft Lip and Palate. Childrens
Craniofacial Association. Dallas.

19

Stanko P, Mracna J, Stebel A, Usakova V, Smrekova M, Vojtassak J. 2013.


Mesenchymal stem cells - a promising perspective in the orofacial
cleft surgery. Bratisl Lek Listy. 114(2):50-2.
Tavakolinejad S, Bidskan AE, Ashraf H, Hamidi D, Alamdari. 2014. A glance
at methods for cleft palate repair. Iran Red Crescent Med J. 16(9):
e15393
Wang H, Qiu T, Shi J, Liang J, Wang Y, Quan L, Zhang Y et al. 2015. Gene
expression profiling analysis contributes to understanding the
association between non-syndromic cleft lip and palate, and cancer.
Molecular Medicine Reports. 13: 2110-2116.

20

Anda mungkin juga menyukai