33
Tantangan khusus pada ilmu bedah anak adalah Diagnosis dini jelas memuaskan pada keadaan ini
mengenali dan koreksi spektrum keadaan anatomi dan dan bertambah banyaknya sonografi rbu untuk me-
fisiologi unik yang timbul pada pasien yang tumbuh mantau kehamilan telah memberikan metode baru
dengan cepat dan relatif tidak berbahaya. Karena ke- untuk mendeteksi kelainan padajanin dari minggu
rumitan akibat kecilnya ukuran dan ketidak-ntatangan ke-12 keharnilan dan seterusnya." Dalam beberapa
pasien ini, maka kewaspadaan merupakan kebutuhan kasus, kelambatan pengiriman neonatus yang sakit
utama supaya terapi berhasil. Disertai dengan ketabah- dapat dihilangkan seluruhnya bila diagnosis antepar-
an anak dan penatalaksanaan yang tepat, para ahli ke- tum memungkinkan ibu dibavra ke pusat perinatal re-
sehatan profesional yang terlibat akan merasa men- gional, dirnana dapat dipastikan adanya perawatan be-
dapat penghargaan khusus bila bisa melihat a nak terse- dah optimum untuk neonatus. Daftar keadaan yang da-
but tmbuh menjadi orang dewasa yang sehat dan pro- pat didiagnosis sebelum lahir dengan ultrasonografi
duktif. ibu, cepat bertambah mencakup atresia usus, gastroski-
sis, onlfalokel, teratoma sakrokoksigeus, kembar siam,
kista intraaMomen dan hernia diafragmatika.
Pada waktu lahir, bila ditemukan arteria umbilika-
lis tunggal bisa menunjukkan adanya anomali lain, se-
KEDARURATAN BEDAH NEONATAL
da ngkan identifi kasi kelainan spesifik menggambar-
kan penyerta yang mungkin ada, seperti seringnya
Pertimbangan ini merupakan contoh pada terapi atresia esofagus timbul bersamaan dengan anomali
bayi neonatus, dimana terdapat struktur yang mini, res- vertebra, anus, jantung, trakeoesofagus, ginjal dan eks-
pon fisiologis yang belum matang serta anomali pe- tremitas (sindrom VACTERL), atresia duodenum de-
nyerta yang sering berbahaya. Risiko ini lebih rumit ngan sindrom Down serta gastroskisis dengan stenosis
lagi denga n sering terdapatnya keda ru rata n bedah neo- atau atresia usus. Diagnosis ileus mekonium bisa juga
natus pada neonafus prematur (usia kehamilan kurang digambarkan oleh riwayat keluarga dimana saudara
dari 37 minggu), dimana terjadi peningkatan morbi- kandung anak tersebut menderita fibrosis kistik.
ditas dan mortalilas, bahkan tanpa malformasi konge-
hital atau keadaan komplikasi lain.
Sebagai akibatnya, kedaruratan bedah neonatal Pe rtimban gan Khusus pada P e natalaksanaan
yang rumit paling baik diterapi pada pusat regional
yang dilengkapi peralaian dan staf khusus untuk me- Perincian yang tampaknya sepele, yang hanya
nangani spektrum total keadaan yang tidak biasa, yang menganggap penting masalah yang berkomplikasi
bisa ditemukan pada bayi ini. Jelas, pertama-tama sa- pada anak dengan usia lebih tua, rhemerlukan per-
lah satu tugas doker puskesmas adalah menentukan hatian rutin pada perawatan neonatus pra- dan pas-
apakah perawatan yang adekuat dapat diberikan oleh cabedah. Batas kesalahan pada usia ini terbatas, dan
fasilitas dan penonil yang tersedia di puskesmas atau dokter ha rus mempertaha nkan kewaspada annya u ntu k
apakah usaha awal harus ditujukan ke anh resusitasi mendeteksi tanda samar yang bisa menandakan peru-
dan segera merujuk pasien ke pusat yang dikenal. bahan serius pada homeostasis. Dalam keadaan ini,
246
ILMU BEDAH ANAK 247
asidosis parah dan kolaps sirkulasi. Karena pening- posterior dan lateral harus segera dibuat danjuga harus
katan kerentanan ini dan karena cepatnya terjadi kom- memperlihatkan leher dan abdomen, karena keadaan
plikasi yang mengancam nyawa, maka antibiotika ber- yang menyebabkan gawat pernapasan pada usia ini bi-
speklrum luas biasanya diindikasikan, jika diperlukan sa dimulai di atas pintu masuk toraks maupun di bawah
tindakan bedah rumit pada neonatus. diafragma.
Sejumlah faktor anatomi dan fisiologi yang unik, Atresia koana merupakan anomali nasofaring ter-
membuat 4eonatus sangat rentan terhadap gawat per- lazim dan karena neonafus mutlak bernapas dengan
napasan."" Saat lahir, ventilasi awal mungkin memer- hidung, maka obstruksi bilateral bisa cepat menyeb:rb-
lukan peningkatan sepintas pada tekanan intrapul- kan asfiksia. Penatalaksanaan awal memerlukan pe-
monal setinggi 40 sampai 80 cmHzO untuk mengatasi masangan jalan napas oral dan terapi suportif sampai
viskositas cairan pada jalan pernapasan dan tegangan pola pernapasan mulut dapat dibentuk.
permukaan, maupun untuk meregangkan parenkim
paru. Proses inflasi ini bisa berlanjut tidak rata danjika
Mikrognatia
tekanan tinggi yang berlebihan dipertahankan secara
selektifpada alveoli yang diaerasi sebagai akibat ob-
Hipoplasia mandibula bisa menyertai sirtdroma
struksi menetap dan/atau atelektasis di tempat ma-
Treacher-Col/ins (disostosis mandibulofasial) atau
napun pada paru, maka bisa terjadi ruptura spontan,
sindroma Pierre-Robin Keadaan terakhir ini sering
pneumomediastinum dan pneumotora ks. Kemungkin-
disertai oleh palatum sumbing. Dalam kedua kasus,
an gangguan yang bermakna dari aliran udara melalui
obstrukSi jalan pernapasan akibat glosoptosis yangbila
jalan trakeobronkus yang kecil, sudah terbukti dan
parah, mungkin memerlukan pemasangan trakeos-
resiko diperbesar oleh ancaman selanjutnya pada dia-
tomi.
meter lumen. Pasien muda ini juga terutama terancam
mengalami penyimpangan diafragma pada mencapai
pertukaranudara, yangberbeda dari orang dewasa dan Tumor Kepala danLeher
anak yang lebih besar, yang lebih suka menggunakan
otot-otot dada dan dinding dada untuk bernapas. Seba- Berbagai tumor bisa menimbulkan obstruksi per-
gai akibatnya, distensi abdomen dan fungsi diafragma napasan pada neonatus akibat keterlibatan langsung
yang terganggu bisa menimbulkan gawat pernapasan dinding orofaring, laring dan trakea atau kompresi ja-
yangbermakna. lan napas servikalis. Higroma kistik, teratoma dan stru-
Akhirnya, neonatus sangat rentan terhadap peru- ma kongenital termasuk pada kelompok ini.
bahantekanan intrapleura. Pada orang dewasa, pening- Iligroma kistik. Irsi ini merupakan malformasi
katan unilateral pada tekanan intrapleura dinetralisir kongenital susunan limfe yang biasanya terlihat saat
oleh mediastinum yang stabil, tetapi pada neonatus lahir. Higroma kistikterutama timbul pada leher, tetapi
mediastinumnya relatif mobil dan dapat digeser de- bisa juga timbul pada aksila atau lipat paha serta pa-
ngan mudah oleh lesi intrapleura yang meluas atau da toraks. Walaupun higroma kistik biasanya uniloku-
peningkatan tegangan. Karena itu, keadaan s eperti ten- lar dan terletak posterior terhadap muskulus sterno-
sion pneumolorclcs menunjukkan ancaman khusus kleidomastoideus, tetapi pada beberapa kasus, lesi ini
bagi pasien ini karena mempunyai potensi menekan bisa timbul sebagai massa multilokular dengan konfi-
paru kontralateral dan ipsilateral. Flail mediastinum gurasi seperti jenggot akibat laring dan faring, lidah,
bisa juga memperhebat tidak adekuatnya fungsi dia- glandula parotid serta jaringan lunak wajah bawah dan
fragma, karena terjadi paralisis nervus prenikus unila- leher terlibat secara luas (Gambar 2). Untuk keberha-
teral dan dapat menghalangi pertukaran udara yang silan terapi, diperlukan reseksi bedah, sering benama
efektif. dengan trakeostomi dan gastrostomi untuk memudah-
ka n pemberia n maka na1.da n untuk memperla hankan
Evaluesr jalan napas yang paten.zr Karena proses ini jinak se-
cara histologi dan karena reseksi hasilnya terbukti
Evaluasi neonafus dengan gawat pernapasan harus memuaskan, maka setiap usaha harus ditujukan ke per-
mencakup pemasangan kateter ukuran Perancis No. 8 lindungan jaringan fungsional, yang mencakup saraf
atau No. 10 melalui lubang hidung, faring dan esofagus dan struktur vaskular, yang sering saling terjalin.
ke pada lambung, sehingga dapat menyingkirkan ada- Hemangioma. Hemangioma dapat terjadi pada ke-
nya atresia koana atau esofagus. Foto toraks antero- pala dan leher serta bisa menimbulkan obstruksi jalan
2fi BUKU NAR BEDNI
Al'.2'
t.' B. l,,t
s::
.l
( \
*r{ ,l/
,\ '-<-t,lr*- {
-l .'/
/ ) [lJ , t.
-,J-<
11,
Gambar 2. Higroma kistika masif pada neonatus yang kemudian
berhasil diterapi ilengan raeksi bertahap, setelah pmasangan
,/ i
kasus yang parah, bedah beku atau terapi laser mung- berlebihan, gawat pernapasan dan tercekik pada'saat
kin juga diperlukan untuk mereseksi parut subglotis. pemberian makan. Diagnosis dapat dikonfirmasi de-
Laringomalasia dan Trakeomalasia. fl eksibilita s ngan kateter Perancis No. 10 yang dimasukkan melalui
nornal yang berlebihan dari struktur tulang rawan pa- mulut dan esofagus ke lambung. Rontgenogram
da bayi kecil, bisa menimbulkan kolaps dan obstruksi dada yang dibuat dengan kateter terpasang, memper-
jalan napas pada berbagai tingkatan. Biasanya keadaan lihatkan tingkat yang tepat dari obstruksi esofagus
ini sembuh spontan sesuai dengan pertumbuhan dan proksimal. Sejumlah kecil media kontras yang dima-
pematangan; tetapi jarang, bagaimanapun juga tra- sukkan dengan cermat melalui kateter, akan dengan
keostomi bisa diperlukan untuk terapi sementara, bila jelas mengidentifikasi fistula yang jarang di antara
obstruksi parah. kantong esofagus proksimal dan trakea atas. Rontge-
nogram dada awal harus mencakup abdomen atas, ka-
Keaoaen or Dalev RoNcca Daoa rena terlihatnya udara pada lambung mengkonfirmasi
adanya fistula trakeoesofagus distal, sedangkan tidak
Atres ia E s ofagus da n F b tula Trakeoe sofagus adanya udara secara efektif menyingkirkan diagnosis
ini (Gambar 5). Penjelasan adanya fistula mempunyai
Diagnosis atresia esofagus biasanya disertai de- arti penting pada penatalaksanaan, karena pada atresia
ngan gawat pernapasan sebagai akibat melimpahnya lengkap tanpa fistula trakeoesofagus, biasanya memer-
sekresi dari kantong esofagus proksimal yang buntu lukan koreksi transtorasik dini. Pada waktu yang sama,
dengan lintasan pada trakhea yangberdekatan, serta gastrostomi pada pasien ini mernungkinkan pemberian
bisa terjadi bersamaan dengan fistula trakeoesofagus makanan segera. Pada pasien dengan fistula trakeo-
distal, akibat refluks isi lambung yang asam ke pada esofagus distal yang mempunyai risiko khusus karena
batang bronkopulmonalis. Ancaman obstruksi dan faktor komplikasi (sepeni prematuritas, anomali pe-
kontaminasi jalan napas ditingkatkan oleh tingginya nyerta, atau pneumonia), pemasangan gastrostomi se-
irsiden prematuritas dan oleh adanya anomali konge- gera, juga akan memudahkan dekompresi lambung
nital serius lainnya. Cacat kardiovaskuler bermakna dan akan mencegah refluks getah lambung ke pada ba-
sangat penting dan bila terjadi benama gangguan per- tang trakeobronkus. Secara bersamaan, sekresi pada
napasan, dapat sangat berbahaya. kantong esofagus buntu proksimal, dapat dibersihkan
Bentuk anomali ini yang tenering ditemukan, yang dengan pengisapan kontinyu dan gizi dipertahankan
timbul pada sekitar 87 penen pasien, terdiri dari kan- dengan pemberian makanan secara parenteral, sehing-
tong esofagus yang buntu pada bagian proksimal diser- ga memungkinkan terapi bedah definitif ditunda sam-
tai fistula trakegesofagus distal yang berhubungan de- pai keadaa n pasien bena r-benar stabil.
ngan lambung." Jarang, fistula juga bisa menghubung- Unfuk meminimumkan ancaman kebocoran anas-
kan trakea atas dengan kantong esofagus proksimal. tomosis dan empiema yang merupakan akibatnya, ma-
Atresia esofagus lengkap tanpa disertai fistula, dilemu- ka pendekatan ekstrapleura sering digunakan pada saat
kan pada sekitar 8 persen pasien; .fistula trakeoesofa- memotong fistula trakeoesofagus dislal dan melaku-
gus bentuk H- atau N- saja tanpa disertai atresia esofa-
kan anastomosis esofagus. Pada pasien dengan kan-
gus, timbul pada 4persenpasien (Gambar4).
tong atas yang sangat pendek dan akibatnya tidak dite-
Adanya atresia esofagus diketahui saat lahir de- mukan segrnen esofagus yang panjang, maka miotomi
ngan adanya hidramnion ibu, sekresi orofaring yang melingkar dapat digunakan untuk memperpanjang
p!
kantong atas tanpa mengancarn suplai darah. Pasien
dengan atresia lengkap tanpa fistula, secara khas diser-
?)7r kan pada sekitar usia 1 tahun. Pada usia ini, cacat eso-
fagus dihubungkan oleh interposisi segmen kolon atau
tabung lambung. Sementara itu dekompresi kantong
6olag6 Atresia
Atresia Fistula Atresia sotagG Atresia 6olagG proksimal dapat dicapai melalui esofagostomi servi-
dengantistuh esotags trakeesola- dengantistula denganlistula kalis dan pasien dapat dirawat dengan aman di rumah
trak*sotagG saia 8% gussaja4% trakecsolag6 trakeGofagc
distalST% proksiml <l % ganda <t % dengan pemberian makan melalui gastrostomi.
Kasus yang jarang dari fistula trakeoesofagus ko-
Gambar 4. Jenis atresia esofagus dan fistula trakaaofagus dangan
ngenital tipe H- atau N- saja tanpa disertai atresia eso-
frekuensi relatif. (Dari Holdo,T.M., danAshcraft, K.W.: Surg. Clin.
North Am., 6 I : 105 1, 198 1.) fagus, bisa rnenyebabkan gejala segera kongesti jalan
252 BUKUNARBEDAIT
CincinVaskular
Cincin vaskular merupakan penyebab terlazim Gamlnr 6. Anomali cincin vaskular arlars aorta ganda yong me-
kompresi dan obstruksi jalan napas intratoraks pada Iingkari esofagus dan trakea, serta bisa menimbulkan gejala stridor
dan disfagia. (Dari Holder, 7.M., and Ashcraft, K.W. (Eds.): pe-
neonatus. Walaupun konfigurasi tepat bervariasi, tra- diatric Surgery. Philadelphia, W.B. Sauntlers Company, 1980, hal.
kea dan esofagus ditekan oleh arkus aorta embrionik 190.)
(Gambar 6). Gejala khasnya adalah stridor inspirasi
dan retraksi suprasternum. Anomali yang paling lazim
adalah afkus aorta ganda atau arkus aorta di sebelah
kongenital atau tension hidrotoraks yang ditimbulkan
kanan yang menyertai ligamentum atau duktus arterio-
oleh ekstravasasi cairan dari kateter hiperalimentasi
sus penisten. Diagnosis ini dikonfirmasi oleh bariurn
vena sentral bisa meniru keadaan ini.
esofa gogra m, yang memperlihatkan indentasi dind i ng
posterior esofagus.
H ern ia D i afro gma Kongenita I
MassaMediastinum
Rangkaian pergeseran mediastinum dan akibatnya
yaitu kompresi paru ipsilateral dan kontralateral, bisa
Massa mediastinum juga bisa menyebabkan ob- juga diinduksi oleh herniasi isi intra-abdomen melalui
struksi dan dibahas pada Bab 44.
ca co t d iafra gma poster ola teral kon genital B ocldal ek.
Karena merupakan malformasi kongenital yang ber-
M asalah Tegangan I ntraple ur a kembang pada uterus., maka bisa te$adi hipoplasia
paru. Hernia sirntomatik hampir selalu ditemukan di
Karena strukfur mediastinum relatif tidak stabil pa- kiri (5 : 1), sedangkan adanya hati juga cenderung
da awal kehidupan, maka proses intrapleura apapun membalasi luas hemiasi visera dan kompresi paru di
yang meluas tidak hanya mengancam paru ipsilateral,
tetapi juga melalui pergeseran mediastinurn - mene-
-
-Y
kan paru kontralateral dan menghalangi aliran balik ,", 4
d@.
vena kejantung. Dalam keadaan demikian, pengenal-
an segera dan terapi dini adalah penting.
%;
Bukti rontgenografi yangsering ditemukan dari de- '&''il
rajat ringan emfisema mediastinum dary'atau udara in-
trapleura pada neonatus, memperlihatkan tingginya in-
siden ruptura alveolus spontan sebagai akibat stres me-
kanik unik yang ditimbulkan selama proses penber-
sihan jalan napas dan peftukaran ventilasi. Kebocoran AB
bisa diperkuat dengan usaha resusitasi yang memerlu- Gambar 7. A, Tension Pneumotoraks pada neorwtrc, yang me-
kan peniupan mekanik, dengan akibat terjadinya ten- nimbulkan pergeserail mediastinum yang jelre, disertai kompresi
sion pneumotoraks yang menimbulkan gawat perna- kedua paru. B, Pemulihan segera anatomi normal setelah pema-
pasanparah (Gambar 7). Pemasangan segera pipa drai- sangan pipa lorakostomi. (Dari Haller, JA., Jr., tlan Talbert, J.L.:
Surgical emergancia in the Newborn. Philailelphia, Lea & Febiger,
nase torakoskopi benifat kuratif. Jarang, kilotoraks 1972, h41.51.)
2g BUKU NAR BEDAH
&", (Dari llaller, JA., Jr., dan Talbert, J.L.: Surgical Emer'
gancies in lhe Newborn. Philadelphia, Lea & Febiger, 1972,
hal.53.)
Viseraabdomen
berherniasi ke
dalam kavilas
pleurasinistra
Ganbar 9. Perbaikan cacat dia'
ftagma kongenital jenis Brchdalek
melalui pendekatan. abdomen de- Cacat diafragma
ngan cara relnstst vrsera ttird'
toraks ilan penutupan lubang
posterolateral pada diafragma.
(Dari Gross, R,E.: An Atlas of
C hildren's Surgery. Philadelphia,
W.B. SaundersCompany, 1970, hal.
61.)
M \+
\
Kaleler
..,'i.
,s, Cr'rulJ
ILMU BEDAH ANAK
K e da ru r at a n G a str oi nt e st i na li s N e onat al
Lesi yang Mengisi Ruang Dalam Paru
Oasrnuxsl Usus Neot{ereI.
lrsi pada paru yang meluas bisa menimbulkan
perubahan anatomi dan fisiologi yang identik dengan Tanda dan gejala dari obstruksi usus neonatal men-
yang menyertai peningkatan tegangan intrapleura. cakup hidramnion ibu, cairan lambung yang berle-
Walaupun pneumonia stafilokokus kadang-kadang bihan, nruntah yang mengandung empedu, distensi ab-
bisa menimbulkan pneumatokel besar, tetapi masalah domen serta obstipasi.
256 BI]KUNARBEDNT
@z
"'w.w Gambar 11. Gambaran
rontgen pada atresia usus.
A,Tanda klasik "balon gan-
da" yang dihrcilkan oleh
distensi gas duodenum dan
Iambung serta pato4nomo-
nik untuk alraia duode-
num. B, Atraia jejumm
digambarkan oleh balon
multipel yang berisi udara
pada lsus yang lerdisterci,
terbatas pada abdomen
atas. (Dari Haller, J.A., Jr.,
dan Talbert, J.L.: Surgical
Emergencies in the Nn-
born. Philadelphia, Lea &
F ebiger, 1972, hal. 87, 88.)
Perkembangan hidramnion ibu sering menunjuk- tinja yang mengental tidak nenyingkirkan adanya lesi
kan obstruksi traktus gastrointestinalis proksimalis ktus gastrointestina lis proksimal.
su mbata n pa da tra
pada janin, karena selama kehamilan cairan amnion se- Biasanya folo abdornen akan memberikan konfir-
cara kontinyu ditelan dan diabsorpsi dari usus. Nor- masi obstruksi usus, dan pada bebcrapa kasus bisa ter-
malnya cairan ini dipindahkan ke sirkulasi ibu melalui bukti patognomonik (misalnya obstruksi duodenum,
plasenta dan sebagian diekskresikan pada urin ibu. dimana terlihat "dua balon" akibat distensi duodenum
Dengan adanya obstruksi gastrontestinalis atas, maka dan lambung). Obstuksi usus tinggi ditunjukkan oleh
siklus ini terpufus dan cairan amnion tertimbun. Oleh distensi jejunum yang lerisi udara dan tidak adanya gas
karena itu ahli kandungan dan dokter spesialis anak pada usus distal (Gambar 11). Derajat yang tepat dari
harus waspada selama perjalanan kehamilan atau pada obstruksi usus rendah sulit ditentukan, karena pada
waktu kelahiran. Sonde lambung harus dipasang pada usia ini gambaran rontgenografi usus halus dan usus
keadaan ini, dan aspirasi lebih dari L5 sampai 20 ml besar yang terdistensi adalah sama. Pada ileus meko-
cairan, terutama bila diwarnai empedu, lebih mem- nium, foto abdomen bisa memperlihatkan gelembung
perkuat kemungkinan obstruksi usus. gas kecil yang bercampur dengan mekonium pada lu-
rnen usus dan memberikan gambaran granular sepcrti
Observasi muntah yang mengandung empedu juga "dasar botol". Adanya kalsifikasi intraperitoneum darV
sangat bermakna, karena neonatus sehat cukup scring atau skrotum mcnggambarkan perforasi antenatal de-
"meludahkan" sejumlah kecil makanan, tetapi jarang ngan akibat pcritonitis mekonium (Garnbar 12. Insu-
memuntahkan empedu. flasi udara ke dalam lambung melalui sonde lambung,
bisa membantu ntenentukan sccara radiografi bentuk
D is te ns i abdomen bisamuncul seba ga i gas ya ng d i- obstruksi "tinggi", tctapi pentberian media kontras lain
telan yang terkumpul pada usus yang tenumbat dan jarang dipcrlukan pada keadaan ini. Barium enema
akibatnya terjadi konfigurasi dinding abdomen yang bisa menrpcrlihatkan mikrocolon yang tak berguna
n'renonjol, yang bisa menggambarkan tingkat obstruksi pada obstruksi letak rendah, atau bisa mengkonfirmasi
(misalnya, penonjolan epigastrium yang timbul de- malrotasi usus dengall adanya sekum pada abdomen
ngan obstruksi lambung atau duodenum, senlentara atas. Pada kasus malrotasi usns yang diragukan, seri
distensi abdomen genenlisata yang biasanya terjadi rontgenografi gastrointestinalis atas, mengkonfirma-
setelah 12-24 jam sesudah lahir, bisa berarti obstruksi sikan pcrgescran ke bawah sambungan duodenoje-
lraktus gastrointestinalis distal). Kegagalan neonatus nunalis dan melctakkan jejunum pada sisi kanan ab-
cukup bulan yang jelas sehat untuk mengeluarkan me- donrcn. Pada ileus mekonium, pembe rian enema me-
koniu nr dalam 24 ja m ju ga mengga mba rka n bebera pa glumin diatrizoat (Gastrografin) di bawah pemantauan
bentuk obstruksi usus, walaupun pengeluaran sedikit fluoroskopi bisa bcrsifat diagnostik dan terapi.
ILMU BEDAH ANAK
257
&,
Gambqr 12. Folo abdomat pad-a neonatus yang memperlihalkon kalsifikasi, menggambarkatt peritonilis mekonittm sebagai
etiologi obstruksi
usus penyerla. (DariHoldo, T.M., danAshcraft, K.W. (Eds.): Pediat ric Surgery. ni;ladelphia, ri.B. Saunders
Co.pa,ty,
to"g0, hal. 36g.)
ObstruksiDuodenum MalrotasiUsus
Obstruksi duodenum pada neonatus bisa ditimbul- Malrotasi usus bisa menirnbulkan obstruksi seba-
kan oleh atresia atau stenosis duodenum kongenital, gian sebagai akibat kornpresi ekstrinsik duodenum dis-
pankrcas anular atau pita peritoneum lateral (pita talis olch pita fibrosa yang melekatkan sekum mal-
hdd) yang menyertai malrotasi usus. Muntah cnlpedu posisi ke dinding peritoneum lateral dan hati. peng-
memberikan ciri khas masing-masing ntasalab ini, hilangan obstruksi bisa didapat dengan memotong pita
karena bahkan pada keadaan ampula Vateri mengalir ini, bersama dengan mobilisasi duodenum dan usus
distal terhadap obstruksi, duktus asesorius biasanya halus ke kanan, serta sekum dan usus besar ke kiri ab-
memungkinkan empedu mengalir ke dalam duodenum domen (tindakan Ladd). Apendektomi harus dilaku
proksimalis. Pankreas anular sering disertai dengan kan, karena diagnostik yang membingungkan bisa
prematuritas; atresia duodenum timbul bersama sin- muncul kernudian sebagai akibat perubahan bentuk
droma Down pada 25 sampai 30 persen pasien. Ano- anatomi.
mali lain (terutama jantung) juga sering ditemukan Secara embriologi, malrotasi usus mencerminkan
pada sindroma Down. kejadian yang timbul pada minggu kesepuluh keha-
BUKUNARBEDAH
258
milan, sewakfu midgutkembali ke kavitas abdominalis maka diagnosis dan intervensi bedah harus segera dila-
dari posisi prolapsus di dalam tali pusat (Gambar 13). ktl<an. Kemungkinan v olvulus tnidgut harus selalu per-
Dalam perjalanan proses ini, sekum dan duodenum tama-tama dipikirkan pada neonatus manapun yang
melakukan rotasi melawan arah jarum jam mengelili- muntah empedu, karcna jika terapi terlambat diberi-
ngi arteri mesenterika superior, yang kemudian me- kan, akan terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki
nyebabkan perlekatan luas mesenteriurn pada usus dan sering mematikan.
hilus, yang biasanya memanjang ke bawah dan miring Pada saat operasi, volvulus dapat dihilangkan de-
dari ligamentum Treitz ke kuadran kanan bawah. Te- ngan memutar usus ke arah yang berlawanan dari arah
tapi jika proses ini terganggu, dan sekum tetap terletak janrm jam, setelah itu malrotasi usus yang mendasari
tinggi pada abdomen atas, maka keseluruhan midgut dikoreksi dengan tindakan I-add (Gambar 14). Usus
nanya iergantung pada pedikel vaskular yang sempit, nekrotik apapun harus direseksi. Tetapi jika luas, usus
yang mudah terpuntir, sehingga bisa menimbulkan yang tidak dapat dipertahankan lagi dapat ditunda
volvulus yang mengakibatkan iskemia usus. Bencana reseksinya selama 24 sampai 36 jam, saat eksplorasi
ini harus diduga pada neonatus yang memberikan gam- ulang untuk menentukan dengan jelas segmen gang-
baran klinis obstruksi duodenum, distensi abdomen, renosa.
massa abdomen yang dapat dipalpasi, serta tinja yang
berdanh. Pada keadaan ini, bisa cepat terjadi perito- Atresia (Jsus
nitis dan syok. Karena ancaman timbulnya infark usus,
Atresia usus merupakan penyebab kongenital ter-
sering dari obstnrksi usus neonatus, dengan ileum ter-
kena pada 50 persen pasien" yang diikuti oleh duo-
denum, jejunum dan kolon pada tingkat keterlibatan.
Atresia jejunum dan ileum telah dikonfirmasikan oleh
percobaan antcnatal pada anak anjing, yang meru-
pakan kelanjutan dari oklusi suplai darah mesenterium
janin, dengan akibat infark usus yang menimbulkan
spektrum deformitas, (bervariasi dari selaput lokal
setempat sampai cacat luas pada usus dan mesenterium
yang berdekatan). Koreksi bedah yang berhasil sering
dipenulit oleh tantangan dalam anastomosis segmen
proksimal yang tersunlb,?t dan jelas berdistensi ke lu-
men distal yang kecil.t't'Dalam keadaan tenebut, di-
mana peregangan dinding usus proksimal begitu besar
sehingga menghalangi peristalsis efektif, maka reseksi
segmen yang terkena atau dekompresi sernentara me-
Stadiumlll lalui enterostomi mungkin diperlukan. Kemudian akan
d ilakukan a nastomosis ujung-ke-ujung atau ujung-ke-
oblik pada kasus tenebut, dengan pengecilan usus
proksirnal kadang-kadang diperlukan untuk memu-
dahkan pembentukan penyatuan fungsional (Gambar
15). Karena kemungkinan disertai oleh stenosis distal,
yang mungkin tidak mudah terlihat pada inspeksi usus,
maka kepatenan usus harus dikonfirmasikan dulu se-
belurn melakukan anastomosis, dengan suntikan la-
rutan salin intraoperasi atau pemeriksaan kontras
Gambar T3.Enbriologi rotasi wus danfiksasi normal' rontgenografi prabeda h.'
Stailium I menggimba*an protrusio midgut ke ilalam basis
funikulrc umbiliktlis.
Stadir;rrt II manuniul&an peraikan duoilanum di dalam abd'omen,
yang diihtti oleh'rotasi tlan kemuilian lnnempatan sambungan Ileus Mekonium
'duottanum
j ej unalis ili kiri bawah pembuluh ilarah ma enterika'
Stailiumili morunjukkan lagkapnya rotui usus ilengan penarikan Ileus mekonium terjadi pada sekitar 10 persen neo-
midgut yang masih-aila dan kolon iti ilalam abilomen serta lintasan natus dengan fibrosis kistika. Sebagai akibat tidak ada-
ii oi" p" buluh ilarah mesenleikt superior ke lanan bawah'
""ki^
Fit<sasi sdcui nanlinya paila kaailran ktnan bawah, menstabilisasi
nya enzim pankreas, maka mekonium sulit dilarutkan
mesenterium usus sepanjang dasar yang lebar, yang meluas le dan tertimbun sebagai timbunan liat kental, yang me-
medial ata s li ga mentum Tr eit z. nyumbat ileum distalis dan sekum (Gambar 16)' Ke-
(Dari HoIiIer, TJII., and Asfuraft, K- W. (Eds.): Pedatric Surgery' luarnya tinja setelah lahir, tertunda dan massa meko-
Philailelphia,W3. Saunilers Company, 1980, hal- 347.)
]LMU BEDAH ANAK
Obslruksi
duodenum
\ Lipatan
.. periloneum
Pel€pasan puntiran I
massausus (biasanya
dengan memular rnela-
wan arahlarum jam)
\\ i
Kobnasenden
bergeser ke kiri pasien
Reposisi rrolvulus
lpenghihngan
obstruksi duo-
denum tolal
Pemolongan lipat-
an periloneum
Gamfur 11. Malrotrci rcus dagan obstruksi yang ditimbulkan oleh pita duodenum dan oleh volvults midgut. Volwlus dikoreksi ilagan
membuka puntiran massa usus dengan arah melawan jarum jam, ,"^"rrloro kompresi dan obstruksi duodenuidihilangkan dengan m"^oiong
pita peritoneum lateral. Operasi dilengkapi dengatt tintlakan Ladd, dimana duodinum d.an jejunum ditempatkan di
kanin abdomln serta sekui
dan kolon acenda di kiri abdomen, sehingga mencegah kekambuhan da ri obstruki duodarum atau volvius midgut. (Dari Gross, R.E.: AnAtlas
of C hildren's Surgery. Philadelphia,W.B. Saund.ers Company, 1970, hat. 19.)
BUKUNARBEDAH
2ffi
i i.
Kemuilian dilaktkan anastomosis kc luman
2,.n;r ilistal yang kecil ilengan cara ujung-kz'oblilg
yang manggunakan j ahitan satu lapis ter4ltus.
-ilengan
benang halus, ttinversi. (Dai
il Hokler, 7.M., and Ashcraft. K.W. (Eds.):
Pediatric Surgery. Philadelphia. Wts.
S aurulers C ompatry, 1980, ha l. 342.)
trk
ts
ie
Jahitan satu lapis terptiG
\3 terinveGi pada amstoreis
nium seperti karet dengan bentuk yang tidak teratur Bila diketahui adanya obstruksi anatomi yang menyer-
sering dapat dipalpasi pada usus yang terobstruksi' tai atau bila enema meglumin diatrizoat tidak berguna'
Keadian inijuga bisa disertai atresia dan stenosis ltsus, maka eksplorasi bcdah merupakan indikasi. Evakuasi
sebagai akibat volvulus antenatal atau perforasi usus intraopcnsi bagi mekonium dan gambaran anastomo-
yang terdistensi. sis usus primer sering harus dilakukan, tetapi pada
- beberapa kasus, pendekatan bertahap yang melibatkan
biagnosis ileus mekoniurn dibantu dengan terlihat-
nyt guitbt.tn 'dasar gelas' yang khas pada rontge- pembentuka n enterostomi pera lihan sementara dengan
nogtint abdomen. Pada keadaan ini, encura kontras pembenihan usus b€rikutnya dan anastomosis lambat,
mengkonfirmasi mikrokolon distal yang tidak diguna- iebih disukai. Pemberian enziln pankreas diperlukan
kan,-<lengan obstruksi sekum dan ileum termina lis oleh pada pasien ini, setelah pemberian kembali makanan
mekonirtm yang mengental. Jika pemeriksaan dilaku- yang biasa.
kan denga n meglu mi n diatrizoat di bawa h pema nta ua n Hasil selanjutnya pada ileus mekonium terutama
fluoroskopi, mika mungkin tidak hanya untuk diag- tergantung pada keparahan fibrosis kistika yang men-
nostik, tetapi bisa juga untuk memobilisasi mekonium dasari dan penyakit paru yang menyertai, walaupun
yang mengental dan menginduksi keluarnya meko- kemungkinan kelangsungan hidup jangka lama terbuk-
niutn. tlnOtt tn ini bisa diulangi pada beberapa ke- ti bcrniakna akhir-akhir ini, karena kemajuan pada
sempatan sampai evakuasi lengkap mekonium dicapai' penatalaksanaan keadaan ini.
,{\
S indrom "M ec onium Plu g " petunjuk penting untuk membedakan megakolon ko-
ngenital dari megakolon akuisita yang bisa terjadi ke-
Sindrom nmeconium plug" berarti obstruksi loka- mudian, sering pada waktu latihan buang air. Penyakit
lisata kolon distalis oleh massa liat dari mekonium Hirschsprung bisa juga bermanifestasi sebagai kon-
yang mengental tanpa fibrosis kistik. Pada kebanyakan stipasi dan diare yang bergantian atau bahkan diare
kasus, pemeriksaan dengan jari tangan pada rektum saja, disertai kegagalan pertumbuhan. Catatan khusus,
dan/atau enema barium akan menginduksi keluarnya bayi yang menderita penyakit Hinchsprung, men-
silinder mekonium yang menyumbat secara spontan punyai kemungki nan menderita enterokol itis fu I mi nan
disertai dengan hilangnya gejala lengkap. Tetapi pe- yang biasanya didahului oleh diare eksplosif, disertai
nyakit Hirschsprung harus dicurigai sebagai etiologi kehilangan cairan, elektrolit dan protein yang masif,
yang mungkin mendasari pada semua bayi yang men- yang secara cepat dan progresif menjadi sepsis dan
derita sindrom nmeconium plugn. syok. Enterokolitis merupakan komplikasi parah pe-
nyakit Hinchsprung dengan angka mortalitas tinggi.
Penyakit H irsc hsprung (Megakolon Kongenita l) Diagnosis penyakit Hirschsprung diberikan oleh
enema barium, yang dilakukan tanpa persiapan usus
Penyakit Hinchsprung khas timbul pada bayi laki-
dan memperlihatkan dilatasi serta hipertrofi kolon
laki sebagai akibat tidak adanya ganglia parasimpatis
proksimal yang mempunyai inervasi saraf normal,
yang berkembang sebagai respon terhadap obstruksi
mienterikus kongenital pada rektum dan kolon, dima-
fungsional distal (Gambar l7). Rontgenogram selan-
na defisiensi ini hampir selalu dimulai pada anus dan
jutnya setelah 24 jam, sangat bermanfaat dalam meng-
meluas ke proksimal pada dinding usus dengan jarak
yang bervariasi. Jarang, tetapi proses ini bisa melibat-
konfirmasi keterlambatan pengosongan normal dan
dalam menentukan tingkat obstruksi yang tepat. Tetapi
kan seluruh kolon dan bahkan usus halus. Obstruksi
diagnosis rontgenografi bisa tidak dapat diandalkan
fungsional yang ditimbulkan oleh persarafan abnormal
pada neonhtus, karena dilatasi dan hipertrofi yang ber-
usus distal biasanya bermanifestasi sebagai konstipasi
makna belum be rkembang pada usus proksimal.
kronis sejak lahir. Keluarnya tinja mekonium pertama
tertunda sampai 24 jam dan obstruksi yang menetap Diagnosis definitif penyakit Hinchsprung diberi-
mungkin memerlukan kolostomi gawat darurat. Mu- kan oleh biopsi seluruh tebal dinding rektum, yang
lainya gejala khas ini pada awal masa bayi, merupakan mengkonfinrrasi tidak adanya sel ganglion pada plek-
sus mienterikus. Modifikasi berharga dari teknik ini,
yang menawarkan metode penyaring yang aman dan
dapat diandalkan, mencakup fragmen mukosa dan sub-
nrukosa yang didapat dengan biopsi hisap dan pengu-
jian histologis menggambarkan ada atau tidaknya sel
ganglion pada pleksus submukosus.
Pada bayi kecil dengan obstruksi usus dary'atau
enterokolitis fulminan, maka kolostomi peralihan ha-
rus segera dilakukan. Setelah pasien mempunyai hrat
badan 10 kg, naka koreksi definitif dapat dilakukan,
menggunakan satu dari tiga tindakan pull-through
standar (Swenson, Duhamel atau Soave) untuk men-
ciptakan anastomosis antara usus proksimal yang per-
sarafannya normal dan anus. Walaupun perincian tek-
nik spesifik dari operasi ini berbeda, tetapi pada ahli
bedah yang berpengalarnan, hasil masing-masing tek-
nik terbukti baik dan prognosis jangka lama bagi pa-
sicn yang telah nreryjalani koreksi bedah yang berhasil
akan memuaskan.'" Tetapi pengenalan dini dan inter-
vensi segera jelas penting pada keadaan ini, jika ingin
menghindari komplikasi retardasi pertumbuhan dan
enterokolitis yang mematikan. Sebagai akibatnya,
kemungkinan penyakit Hirschsprung harus selalu
Gambar 17. Penyakit Hirschsprung. Pada operasi, usus aganglionik dipertimbangkan pada bayi yang memberikan gam-
yang relatif kolaps berbeda dengan kolon proksimal yang
baran konstiposi menahun, diare menetap, konstipasi
persarafamya normal, yang jelas berdilatasi dan hipertrof sebagai
respon lerhadap obstruksi fungsional distal. (Dari Holder,7.M., dan
don diare bergantian sertalatau kegagalan pertum-
Ashcraft, K.W. (Eds.): Pediatric Surgery. Philadelphia, W.B. buhan.
Sa unders C ompany. 1 980, ha I. 389.)
262 BUKU NAR BEDAH
maka koreksi definitif dapat ditunda sampai usia 3-6 yang bisa diperlihatkan secara rontgenografi oleh kal-
bulan. Bila kolostomi sementara diperlukan untuk pe- sifikasi intraabdomen atau skrotum jika tumpahan pe-
natalaksanaan awal kantong rektum letak tinggi, maka ritoneum mendahului penutupan prosesus vaginalis
prosedur pull-through definitif bisa ditunda sampai (lihat Gambar 12). Dalam beberapa kasus, kebocoran
berat badan pasien mendekati 10 kg. Secara klasik yang nenetap akan menyebabkan pembentukan kisra
pendekatan abdominosakroperineum di guna kan untuk mekonium yang besar, yang bisa timbul pada neonatus
memudahkan identifikasi dan pemotongan fistula serta sebagai massa abdomen dan yang bisa disertai dengan
untuk memastikan penggunaan optimum dan perlin- obstruksi usus.
dungan muskulus levator ani dan komponen ambin Perforasi pa sca persalinan biasanya ditunjukkan
puborektalisnya. Tetapi menetapnya insiden yang olch pneumoperitoneum dan bisa mengikuti cedera
tinggi dari inkontinensia feses dan prolapsus nrukosa iatrogenik atau perforasi segmen usus yang iskemik,
anus pasca bedah telah membawa Pena dan deVries meradang atau terobstruksi. Keadaan ini menyebabkan
untuk menganjurkan pendekatan sagitalis posterior kontaminasi peritoneum oleh isi usus dan harus dibe-
dengan pemotongan muskulus levator ani dan sfingter dakan dari pneumoperitoneum spontan yang kadang-
eksternus pada garis tengah unfuk memudahkan mo- kadang timbul pada neonatus yang menggunakan ven-
bilisasi kantong rektum,proksimal dan pemotongan tilasi mekanik, dan pada pasien dengan udara diekstra-
fistula penyerta apapun." Setelah transposisi kantong vasasikan ke jaringan mediastinum dan intraperi-
ke perineum, maka struktur pelvis direkorutruksi de- toneum, kemudian bisa masuk ke kavum peritonealis.
ngan tepat. Hasil awal dengan tindakan ini telah ter- Kemungkinan sumber trauma iatrogenik mencakup
bukti membesarkan hati, walaupun diperlukan penga- perforasi kolon oleh termometer yang bisa secara cero-
wasan lebih lanjut untuk menentukan tingkat kebcr- boh dimasukkan di luar batas kanalis rektalis yang
hasilan yang tepat dalam mencapai kontinensia feses pendek pada neonatus, dan oleh penetrasi traktus
jangka lama. gastrointestinalis proksimalis, paling sering duode-
num, karena kateter untuk memasukkan makanan.
Penronesr Usus Neountnl
Karena isi usus fetus steril dan tetap demikian sela- P e rfora si L am bu n g Sp on ta n
ma beberapa hari pertama kehidupan, maka perforasi
selama masa ini hanya menimbulkan bentuk reaktif Perfora si la n'rbu ng spontan menunjukkan keada an
peritonitis. Tetapi jika kemudian timbul kebocoran, tidak lazim, yang khas muncul pada minggu pertama
maka terjadi pola peritonitis bakterialis yang biasa. kchidupan pada bayi, setelah masa awal distres ringan,
Perforasi antepartum bisa timbul selama pcrkcm- kemudian membaik sampai tirnbul distensi abdomen
bangan fetus setelah obstruksi atau iskemia usus intra- masif setelah dimulainya pemberian makan (Gambar
uterus dan menyebabkan peritonitis mekonium steil, 19). Tension pneumoperitoneum bisa menimbulkan
F
foto abdomen tegok dan
dekubitus lateral (B), yang
memperlihatkan penam-
pilan"kantong pelana"
yang ditimbulkan oleh tim-
bunan udara bebas, ante-
rior dan lateral terhadap
visera abdomen. (Dari
Haller, JA., Jr., and
Talbert, J.L: Surgical
Emergencies in the New-
born. Philadelphia, Lea &
Febiger, 1972, hal. 108.)
ffi
2il BUKUNARBEDAH
gangguan kardiorespirasi parah dan memerlukan de- dimulainya pemberian makanan formula. Bayi akan
kompresi segera. Pada eksplorasi, biasanya robekan menderita letargi, muntah mengandung empedu, dis-
dapat ditemui sepanjang kurvatura gastrika mayor; te- tensi abdomen dan tinja berdarah. Walaupun diagnosis
tapi etiologinya masih tetap belum jelas pada keba- bisa dicurigai atas dasar penyajian klinis yang khas, te-
nyakan kasus. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh tapi konfirmasi tergantung pada pembuktian rontge-
sonde lambung atau akibat tekanan yang tinggi pada nografi adanya pneumatosis intestinslis ataru gas intra-
lambung setelah resusitasi, ha rus dipertimba ngka n. hepatik (Gambar 20). Ileum terminalis dan kolon asen-
den terutama terkena dan pemeriksaan histologi pada
kasus ini menunjukkan perdarahan intramural dan nek-
Ent er okolitis Nelcr ot ikans N e onatal
rosis disertai gas subseK,sa dan submukosa.
Walaupun etiologi tetap kabur, tetapi hipotesis se-
Enterokolitis nekrotikars neonatal menunjukkan
gejala sisa dari kemajuan teknik canggih untuk menun- makin difokuskan atas tiga penyebab yang mungkin,
jang perawatan bayi prematur, dan sekarang merupa- yang secara terpisah atau dalam kombinasi: (1) iske-
kan bentuk kedaruratan gastrointestinalis neonatal mia usus, (2) kolonisasi bakteri abnormal oleh flora
yang paling lazim ditemukan." Walaupun insiden ke-
yang sangat patogen dan (3) pe4i.mbunan kelebihan
substrat protein pada lumen usus.t' Iskemia usus bisa
seluruhan mendekati 2 persen dari semua yang dirawat
pada unit perawatan intensif neonatal, tetapi frekuen- mengikuti vasospasme, trombosis vaskular atau pe-
sinya berbanding terbalik terhadap usia kehamilan, ngurangan curah jantung. Vasospasme mungkin me-
yaitu te{adi pada 12 persen bayi dengan berat badan nunjukkan respon fisiologi terhadap asfiksia, yang di-
rendah.
namai "refleks penyelaman", dimana aliran darah se-
ca ra selektif dialihka n ke otak dan jantung dengan me-
Secara khas masalah ini timbul di antara hari ketiga
ngorbankan organ lain, sedangkan trombosis bisa me-
dan kesepuluh pada bayi prematur yang stres setelah
ngikuti mikroemboli atau infus larutan hipertonik me-
lalui kateter pembuluh darah umbilikalis. Timbulnya
flora patogen telah dihubungkan dengan kelambatan
pada kolonisasi, ya ng dibantu dengan merawat bayi ini
pada lingkungan yang relatif steril (unit perawatan
intensif neonatal) dan tidak adanya faktor imunopro-
tektif pada formula komersial.
Terapi medis enterokolitis ini mencakup dekom-
presi nasogaster, pemeliharaan hidrasi adekuat dengan
ekspansi vaskular, dan didukung oleh ventilasi serta
pemberian antibiotika benpektrum luas secara paren-
teral. Pemantauan rcrntgenografi yang sering unfuk
pneumoperitoneum atau komplikasi serius lain harus
dilakukan setiap 6 jam selama fase akut. Walaupun in-
tervensi bedahjelas dibutuhkan bila ada perforasi usus,
seperti yang ditandai oleh garnbaran pneumoperito-
neum, indikasi lain intervebnsi bedah mencakup me-
netapnya massa abdomen yang dapat dipalpasi (bia-
sanya terletak pada kuadran kanan bawah), pembuk-
tian rontgenografi berulang adanya usus yang berdi-
latasi, eritema dinding abdomen, perdarahan gastroin-
testinalis yang parah serta/atau kegagalan respon ter-
hadap terapi medis seperti dimanifestasikan oleh trom-
bositopenia progresif, asidosis dan syok. Parasentesis
telah terbukti merupakan teknik yang bermanfaat, ter-
utama dengan adanya asites, untuk mengkonfirmasi
nekrosis usus dengan memberikan cairan peritoneum
bcrwarna coklat, dimana bakteri dapat dikenali oleh
pewarnaan Gram dan biakan.
Gamfur 20, Enlerokolitis nekrotikans yang dikonfirmasikan dangan Tantangan khusus bagi ahli bedah pada waktu
ailanya pneumatosis inlatinalis. (Panah menggambarkan garis- eksplorasi bagi penyakit ini adalah memberdakan usus
garis linear ilari gas inlramural dalam dinding reus.) (Dari Leape, yang mungkin dapat diselamatkan dari usus yang telah
LL, and Holder, T.lut.: Pediatric Surgery. Pada Sabiston, D.C., Jr. mengalami nekrosis transmural lengkap. Jika me-
(Ed.): Davis-Christophcr Tabookof Surgery, 12th ed. Philafulphia.
W.B. Saunders Company, 1981, hal. 1385.) mungkinkan, maka segmen gangren harus direseksi
ILMU BEDAH ANAK 265
TABEL 1. S indrom yang Lazim Menyertai Omfalokel' ke dalam nkantong ususn steril. Sonde orogaster harus
dimasukka n untuk mendekompresi traktus gastrointes-
Pentelogi Cutrell (Cecet drhm Lipeten Ernbrionik Sefelik) tinalis proksimal, dan dalam kasus dimana cacatnya
1. Omfalokel garis tengah atas sangat ketat memberikan ancaman bennakna bagi alir-
2. Hemia diafragma anterior an darah mesenterika di dalam usus yang dikandung-
3. Cacatstemum nya, maka cacat ini harus segera diperbesar dengan
4. Ektopia kordis
.5. Cacatdalamjantung
Sindroma Geris Tengrh Brwrh (Cecet drlem Lipeten Ern-
brionikKeudel) A
1. Ekstrofi vesika urinaria atau kloaka
2. Anus imperforata
3. Atresia kolon
4. Fisura vesikoi ntestinalis
5. Anomali vertebra sakralis
6. Meningomielokel
S indrom Beckwith-Weidemrnn
1. Gigantisme
2. Makroglosis
3. Omfalokel atau hemia umbilikalis
4. Hiperplasia sel pulau pankreas
SindromTrisomi
1. Trisomi 13-15
2. Trisomi 16-18
Disadur dari Grosfeld, J.L.: Surg. Clin. North Am. 61:1039, 1981.
menginsisi tepinya. Cairan intravena dan antibiotika ting, dan penatalaksanaan bedah yang tepat tergantung
berspektrum luas harus diberikan, serta asidosis meta- pada keadaan masing-masing individu.
bolikharus dikoreksi.
Reduksi intra-abdomen ''isera yang terpapar dan IklerusNeonatus
penutupan primer krlit atau bahkan fasia, biasanya
akan terbukti layak dalanr :4autroskisis, setelah usus di- Walaupun ikrerus sepintas relatif sering timbul da-
dekompresi dengan adekuat dan kavitas peritoneum lam beberapa minggu pertama kehidupan, namun me-
diperbesar dengan peregangan manual dinding abdo- netapnya atau mulainya ikterus nantinya bisa berarti
men. Bila ada atresia usus, maka diperlukan anasto- ada obstruksi saluran empedu yang dirimbulkan oleh
mosis primer atau lebih sering enterostomi peralihan atresia saluran empedu alau kista koledokus kongeni-
untuk sementara waktu. Jika penutupan primer gas- tql.Keadaanterakhir ini ditemukan paling sering pada
troskisis terbukti tak layak atau tampak menimbulkan bayi perempuan yang kecil, dimana terdapat massa
tekanan intra-abdomen dalam tingkat yang tak dapat abdomen kuadran kananatas yang dapat dipalpasi di-
ditoleransi, maka penutupan ber.tahap bisa dicapai de- sertai dengan hiperbilirubinemia. Kebanyakan sebab
ngan membentuk kantong prostesis ("silo" Silastik lain ikterus yang timbul pada bayi di bawah usia 2
atau ncerobong asapn), dimana di dalam prostesis ini minggu, dapat dikenali atas dasar anamnesis dan pe-
visera yang terpapar dapat dibungkus. Silo yang me- meriksaan laboratorium yang tepat, tetapi perbedaan
nonjol progresif memendek dalam 7 sampai L0 hari be- antara hepatitis neonatal dan atresia saluran empedu.
rikutnya sebagai peregangan spontan otot dinding ab- adalah sangat sulit. Perlunya untuk segera menegak-
domen dan dekompresi usus bertahap memungkinkan kan diagnosis atresia dicerminkan oleh fakta bahwa
visera yang dikandungnya ditempatkan kembali ke da- koreksi bedah yang dilakukan pada usia 8 minggu me-
lam kavitas peritonealis. Penutupan fasia darVatau ku- nyebabkan angka keberhasilan relatif tinggi, sedang-
lit kemudian dapat dicapai (Gambar 22).Karena mal- kan kelanrbatan terapi pgtelah 12minggt memberikan
fungsi usus yang lama sering terjadi, maka perbaikan prognosis yang suram.''" Sidik nuklida radioaktif pada
teknik bagi pemberian makan secara parenteral dan
ventilasi mekanik menunjang perbaikan dranratik be-
lakangan ini dalam angka mortalitas, yang telah menu-
run dari 80 persen pada tahun 1950-an dan 1960-an ke
hanya 10 penen saat ini.
Anomali serius lainnya yang menyertai darVatau
ornfalokel besar memberikan tantangan khusus dalam
keberhasilan penatalaksanaan masalah ini. Kecuali
bila telah terjadi ruptura antenatal kantong ini, maka
usus yang terletak di dalamnya dilindungi dari kontak
dengan cairan amnion, sehingga terhindar dari peru-
bahan khas yang terlihat pada gastroskisis. Teknik
yang digambarkan untuk koreksi gastroskisis biasanya
berhasil dalam rnencapai penutupan omfalokel, tetapi
penatalaksaan non-bedah juga telah dianjurkan bila
kantong utuh, dengan diameter lebih dari 8 cm atau
bila ada anomali penyerta yang mengancam nyawa,
yang menuntut koreksi segera. Pendekatan ini paling
sering digunakan tersering pada pusat-pusat medis di
Eropa. Kantong omfalokel diselubungi dengan zat
bakteriostatik untuk mencegah infeksi dan ditutup de-
ngan balutan steril sampai peflutupan dicapai dengan
perfumbuhan epitel ke dalam secara bertahap dari tepi Gambar 23, Tel<nik hepatoportoanteroslomi untuk atresia saluran
cacat ini. Kemudian hernia ventralis yang dihasilkan empedu. A, Traktus biliais rudimenler ekstrahepatik, lermasuk
dapat ditutup secara elektif. kandung empedu, diisolaii, dilafukan trarceksi pada bagian distal,
dan direfleksiknn ke arah atas. B, Verw porta ilan arteri hepatis yang
Berbeda dari perbaikan dramatik dalam kelang- terletak di bawahnya, dirdlel<siknn kc arah bawah, memperlihatktn
sungan hidup pasien gastroskisis yang telah terjadi le- selaput jaringan fibrosa berbentuk kipas pada d.asar tralaus biliarb
bih dari 2 dasawana yang lalu, mortalitas keseluruhan yang berobliterasi, yang kemudian ditransel<si (titik-titik) dan
bagi pasien omfalokel tetap relatif stabil sekitar 20 diperiksa secara histologi untuk mikroduklulrc. C, Bila telah
dikonfirmasikan adanya duklus biliaris rudimenter, bagian jejunum
sampai 30 penen, sebagian besar karena seringnya dj; yang diisolrci d,ianutomosis secaro cermat kc ujung fibrosa yang
seai anomili serius lain yang mengancam oyr*".16 ditranseksi, pada porta hcpatis. (Dai Grosfelil, f.L. (Ed.): Synpo-
Karcna ifu, evaluasi prabedah yang tepat adalah pen- sium onpediatic surgery. Surg. Clin. NorthAm.61:1084, 1981.)
BUKUNARBEDAH
densan insiden puncak antara bulan kelima dan ke- informasi apa-apa, kecuali dapat diraba massa panjang
*.rribilrn kehidupan.g' 19 wrlrupun keadaan ini bisa pada abdomen kuadnn kanan atas atau epigastrium,
timbul pascabedah, yang hanya melibatkan usus halus tanpa bisa meraba sekum pada kuadran karun bawah
dalam 86 persen pasien demikian, alau bisa timbul (tanda Dance). Kemudian dalam perjalanannya, tanda
pada anak yang lebih besar, bila lesi seperti polip atau peritonitis dan syok bisa terjadi. Jarang, intususeptum
divertikulum Meckel bertindak seba gai titik pembawa, bisa tampil sebagai suatu massa, yang prolaps dari
biasanya tak ada sebab yang diketahui pada bayi. Pada anus atau dipalpasi dengan jari tangan pada pemerik-
anak di bawah usia 4 tahun, 95 persen intususepsi di- saan rekfum.
mulai pada alau dekat katup ileosekalis. Sebagai akibat Pada kasus yang tak berkomplikasi, reposisi enema
segmen usus proksimal masuk ke dalam usus distal, barium hidrostatik seperti digambarkan Ravitch, meru-
maka terjadi pembendungan vena, mula-mula menye- pakan metode yang diterima untul! Jnengkonfirmasi
babkan obstruksi usus dan menyebabkan tinja gelap, diagnosis dan untuk memulai terapi.^'Tetapi tindakan
berdarah, mukoid (currant jelly) serta kemudian ber- ini harus dilakukan hanya denganpartisipasi gabungan
lanjut menjadi iskemia, infark dan perforasi usus. Se- ahli radiologi dan ahli bedah, karena kegagalan repo-
cara klasik, mulainya intususepsi ditandai oleh sema- sisi hidrostatik atau perforasi usus tak sengaja memer-
kin seringnya senngan kolik abdomen dan kemudian lukan eksplorasi abdomensegera. Benama dengan tin-
timbul distensi abdomen, muntah, demant, letargi dan dakan rontgenografi, ahli bedah seharusnya melaku-
akhirnya rinja atrrent jelly yang khas. Selama fase kan dekompresi gastrointestinalis dan resusitasi cairan,
dini, pemeriksaan abdomen mungkin tidak mcnrbcri dan seharusnya mempersiapkan kamarbedah. Bila ada
lnlususepsidibebaskan
dengan iarilangan
.J----. .*,:..
Gambar 26, Prosedur operatif dari intususepsi. Redul<si dilalukan d.engan membebaskan intusttsepsi distal secara lembut untuk menghasilkan
ekstrusi prolsimal dari intususeptum. Traki patla usus proksimal dan dislal harus dicegah karena akan menggailSSu ttsus yang edematus.
Reilul<si manual jangan tlilakakatt bila ada prosa Ean7re,rcsa. (Dinodif.kasi dari Gross, R.E.: An Atlas of Children's Surgery. Philadelphia,
W..8. Saunders Company, 1970, p.29.)
BUKUNAR BEDAH
"U{-
dran kanan bawah dan reposisi dengan dekonrpresi re-
trograd dan membebaskan usus, yang dimulai di distal (
pada sisi pembawa massa invaginasi untuk mengin-
duksi ekstrusi proksimalnya (Gambar 26). Traksi tidak
boleh digunakan untuk memisahkan usus proksinlal
dan dislal karena kemungkinan usus bisa purus. Bila
t\ hq ff,
ffi
relatifjarang, ketidak-mampuan pasien dalam menga- watan kesehatan anak. Trauma fumpul paling sering
takan gejalanya, posisi anatomi sekum dan apendiks ditemukan dan penatalaksanaan bedah bagi cedera
tinggi yang tak diantisipasi, serla terbatasnya kemam- limpa (visera intra-abdomen yang paling sering ruptur)
puan omentum yang berkembang buruk untuk melo- berbeda dalam beberapa hal dengan penatalaksanaan
kalisasi proses peradangan intra-abdomen. Sebagai pada onng dewasa. Walaupun splenektomi umunnya
akibatnya, perforasi dan peritonitis generalisata sering diterima sebagai penanganan yang tepat untuk cedera
menjadi komplikasi, dan harus dicurigai oleh pemerik- limpa dalam pasien yang lebih tua, namun penyela-
sa, jika ingin melakukan diagnosis dan terapi dini. matan limpatelah terbukti layak dalam 90 persen anak.
Masalah ini akan dibahas dalam Bab 25. Perlindungan limpa juga terlihat sangat penting dalam
kelompok usia ini karena risiko bermakna sepsis pas-
casplenektomi, dengan 4danya ancaman infeksi berat
Hernia yang sering mematikan.' Karena alasan ini, maka pa-
sien dengan kecurigaan trauma limpa harus diawasi
Hernia umbilikalis jarang simtomatik pada bayi secara cermat, dengan harapan tidak perlu dilakukan
dan anak kecil, serta biasanya menutup spontan bila operasi.
mencapai usia 5 tahun; tetapi hernia inguinalis, fre-
kuensi inkanerasinya sangat tinggi pada usia ini. Stra-
PnNvrxsaeu Auex
ngulasi usus yang terperangkap jelas menunjukkan
ancaman dalam keadaan ini, tetapi komplikasi yang
Penyiksaan anak merupakan bentuk trauma unik,
lebih seriirg adalah kerusakan testis sebagai akibat in- yang sering melibatkan anak di bawah usia 3 tahun.
fark kongesti, jika reposisi ditunda. Oleh karena ilu, Dokter harus menrpertahankan indeks kecurigaan
bila tidak ada beberapa kontraindikasi medis, maka yang tinggi, karena kegagalan mengenal masalah ini
identifikasi hernia inguinalis pada bayi aiau anak kecil
sering nrenyebabkan traulna berulang, kepincangan fi-
berarti kebutuhan untuk perbaikan bedah segera. Da- sik dan emosional serius atau bahkan kematian." Tiap
lam sebagian besar kasus, hernia inkarserata dapat di- tahun lebih dari satu juta anak di Amerika Serikat di-
reposisi dengan kompresi manual, kemudian dilaku-
siksa secara serius oleh orang tuanya, penjaga atau in-
kan perbaikan bedah dalam beberapa hari berikutnya dividu lain, serta 2fi)0 sarnpai 5000 anak meninggal
sebagai tindakan terencana, setelah pasien dipersiap-
akibat trauma ini. Dokter dan profesional lain yang
kan secara optimum untuk operasi. Pemaparan kan- memberikan pelayanan anak diperlukan oleh hukum
tong hernia dalam kanalis inguinalis dengan ligasi negara bagian untuk melaporkan kecurigaan peristiwa
tinggi dan eksisi kantong ini, umumnya sudah cukup penyiksaan dan penyia-nyiaan anak, dan sebagai
untuk bayi, dan tidak diperluka n perbai ka n hernia yang
pelapor yang diberi mandat, memberikan kekebalan
resmi.
hukum.
Trauma tidak hanya bertanggungjawab bagi sepa- Keracunan merupa kan sumber utama trauma kece-
ruh kematian dalam masa kanak-kanak di Amerika lakaan pada anak. Trauma yang melibatkan penelanan
Serikat, tetapi sedikitnya satu dalam setiap lima anak kaustik memerlukan perhatian bedah segera, karena
yang dirawat di runlah sakit tiap tahun adalah karena kemungkinan menimbulkan kerusakan serius pada
trauma kecelakaan.* Bayi dan remaja belasan tahun, jalan pernapasan dan traktus gastrointestinalis atas."-
lebih cenderung mendapat cedera, dan anak lakilaki Sering melibatkan kaustik alkali (larutan alkali), koro-
mengalami kecelakaan lebih sering dibandingkan anak sif asam atau seperti asam, atau bahan pembersih ru-
perempuan. Sekitar dua pertiga dari semua kecelakaan mah tangga. Tetapi beberapa luka bakar esofageal
yang melibatkan anak prasekolah timbul di runtah, yang parah dapat juga akibat menelan tablet Clinitest,
sedangkan trauma mematikan biasanya berhubungan yang digunakan untuk memeriksa gula di dalam urina
dengan kendaraan bermotor, terbakar, jatuh dan kera- dan mengandung sejumlah natrium hidroksida anhi-
cunan. Proporsi besardari trauma kecelakaan ini dapat drosa dalam jumlah yang bermakna, atau akibat mene-
dihindari, dan diperkirakan bahwa insiden kematian lan batere alkali berbentuk cakram (kancing) kecil,
masa kanak-kanak akibat trauma dapat dikurangi seba- yang bisa terperangkap di dalam esofagus anak kecil
nyak29 persen tiap tahun melalui.pelakslnagp dua dan kemudian membocorkan isinya yang sangat ko-
belas strategi pencegahan yang tersedia saat ini.- rosif.
Terapi trauma serius yang berhasil pada bayi dan Unsur terpenting dalam penatalaksanaan luka ba-
anak kecil, sering rnemerlukan tingkat keterampilan kar korosif esofagus adalah pembuktian segera agen
dan pengalaman yang baik, yang bisa didapatkan pada etiologi danpenilaian tepat kedalaman dan luas cedera.
pusat medis dengan tim multidisiplin dari ahli pera- Induksi muntah dan bilas lambung merupakan kon-
274 BUKUNARBEDAH
tnindikasi karena bahaya kerusakan laring. Nyeri sub- sisanya. Tetapi walaupun ada statistik yang suram ini,
sternum serta punggung atau nyeri dan rigiditas abdo- penatalaksanaan multidisiplin, dimana pembedahan
men menggambarkan perforasi mediastinum atau peri- sering memainkan peran utama, telah memberikan
toneum; serak, stridor dan dispne menenfukan sifat perbaikan dramatik, dan kelangsungan hidup memuas-
trauma laring. kan dapat diharapkan dal.am lgrapi dari banyak kega-
Tak adanya bukti luka bakar yang terlihat pada oro- nasan masa kanak-kanak
faring tidak menyingkirkan kemungkinan trauma eso- Walaupun penting untuk mengetahui spektrum
fagus, serta penting agar esofagoskopi dilakukan da- neoplasma yang bisa ada dalam berbagai tempat ana-
lam12 sampai 24 jampertama untuk mengkonfirmasi tomi, namun diagnosis banding yang paling sering
Iuas dan keparahan luka bakar. Satu-satunya keke- melibatkan anak dengan massa abdomen yang dapat
cualian bagi hukum ini adalah pasien dengan perforasi dipalpasL Massa tersebut bisa menunjukkan tumor
esofagus atau lambung, atau adanya bukti ancaman kistik atau padat, dan sering muncul dari susunan geni-
obstruksi saluran pernapasan. Tujuan,dari endoskopi tourinarius. Urinalisis dan pemeriksaan kontras atau
hanya untuk rnengkonfirmasi ada atau takadanya luka ginjal, susunan ekskresi dan vesika urinaria dianggap
bakar kaustik, penting untuk tidak mencoba melewat- penting untuk mencapai diagnosis yang tepat. Akhir-
kan esofagoskop melebihi titik proksimal cedera. Kea- akhir ini, sonogram dan sidik tomografi komputerisasi
daan esofagus distal kemudian dapat dinilai dengan (CT) abdomen, frekue ns i penggunaannya meni ngkat.
sine-esofagogra m. Kadang-kadang pemeriksaan rontgenografi traktus
Bila telah terbukti adanya luka bakar kaustik pada gastrointestinalis da n angiogram juga diperlukan.
esofagus, maka pasien harus diberikan terapi 3 minggu
dengan steroid dan antibiotika dalam usaha mencegah Messe AsnoMEN yANc BeRAser. oanr GeNnountNnnrus
pembentuka n striktura mela lu i modi fi ka si fa rma kologi
pada penyembuhan luka. Pada akhir 3 minggu, dosis MassaGinjal
steroid harus diturunkan pelan-pelan dan akhirnya di-
hentikan, karena pemanjangan terapi melebihi waktu Massa ginjal pada usia ini sering tampil sebagai (1)
ini tampak hanya menunda pembentukan striktura dan kista jinak, (2) hidronefrosis, (3) trombosis vena re-
tidak mengubah hasil nantinya. nalis dan (4) tumorWilms.
Jika bukti pembentukan striktura timbul selama Kista Jin ak. Pe ny o kitpol ik is t ik infa nt il pada ginjal
perjalanan terapi steroid, maka paduan terapi tersebut muncul pada saat lahir dengan pembesaran ginjal bila-
dihentikan dan dilakukan businasi esofageal. Jika teral dan harnpir selalu rnenyebabkan kematian dini
striktur tetap refrakter terhadap businasi, maka harus aiau lahir mati. Irsi yang lebih menguntungkan, ginjal
dipertimbangkan sejumlah bentuk rekonstruksi eso- multikistik unilateral, bisa terlihat dalam neonatus,
fagus, paling scring melibatkan interposisi segmen sering disebabkan oleh atresia ureter. Diagnosis ini
kolon atau pipa lambung antiperistaltik terbalik, de- digambarkan oleh urinalisis normal, adanya massa
nga n dasa r di proksi ma I pada ku rva tura mayor gastrika panggul unilateral (yang bisa terletak ektopik), serta
dan rncndlpat pc^nyediaan darah dari artcri gastro- tak adanya fungsi ginjal yang terkena pada pielograf
cpiploitika sinislrav. Masing-urasing uretocle ini mem- intravena.
bcrikan fungsi jangka lama yaug memuaskan serta Hidronefros is. H idr onefrosk unilateral bisa ter-
nrcnrungkinkan perluurbuhan dan pcrkernbangan yang jadi akibat stenosis kongenital sambungan ureteropel-
normal. Konrplikasi lanjut luka bakar korosif pada vik atau kornpresi ekstrinsik oleh pembuluh darah
csolagus mcncakup pcrkembangan hernia hiatus se- abnonnal; hidronefrosis bilateral menggambarkan
bagai akibat pembentukan parut dan kontraksi eso- obstruksi urelhra atau serviks vesika urinaria.
fagus, scrta ribuan kali lipat dalarn frekuensi kanker
Trombosis Vena Renalis. Trornbosis vena renalis
esofagus sebagai akibat degenerasi ganas dalam ja-
akut dalam neonafus bisa menyertai diabetes maternal
riugan yang meirdapat cedera sebelumnya.
dan bisa rnuncul sebagai massa panggul disertai
hematuria dan trombositopenia.
Tumor Tumor Wilms. Tumor Wilms merupakan sekitar 6
persen dari semua neoplasma ganas dalam masa ka-
Makna relatif tumor sebagai sumber ntorbiditas nak-kanak dengan insiden ter.tinggi dalam2 tahun per-
dan mortalitas pada anak-anak ditekankan olch fakta tama kehidupan. Walaupun bilateralitas timbul (dalam
bahwa walaupun trauma kecelakaan merupakan sebab 5 perscn), namun penyajian biasanya merupakan
primer kenatian, namun sekarang kanker berada di massa panggul unilateral, sering sangat besar, yang
alas senua penyakit lain, dan bertanggung jawab bagi terdeteksi kebetulan oleh ibu atau dokter dalam rang-
1l persen mortalitas keseluruhan antara usia L sampai kaia4^ pemeriksaan bayi atau anak untuk keadaan
15 tahun. Hampir setengah kematian ini akibat leuke- lain.l8 baoa pasien lain, tumor bisa bermanifestasi se-
mia dan limfoma, sedangkan tumor padat merupakan bagai nyeri abdomen, demam, hematuria, hipertensi
ILMU BEDAH ANAK 27s
Gambar 29. Tumor Wlms pada ginjal knnan. Khas distorsi dan Massa abdomen bisa juga muncul sebagai akibat
berpindahnya sistem kalises oleh massa inlrarenal, seperti yang kelainan sistem genitourinarius distal. Karena ruang
iliperlihatkan pada pielografi intravem. (Dari Haller, Ju4., Jr., dan dalam pelvis terbatas pada usia ini, maka massa padat
Talbert, J.L.: Surgical emugencies in the Newborn. Philadelphia,
atau kistik yang ccpat meluas tergeser ke intraabdomen
La & Febiger, 1972, p. 1j3.)
276 BUKUNAR BEDAH
atau melibatkan strukturberdekatan, serta bisa menon- Pasien yang tumor primernya dapat dieksisi, de-
jol ke dalam perineum (Gambar 30). Vesika urinaris ngan atau tanpa sisa mikroskopik, mempunyai prog-
yang terdistensi dapat dikeli ruka n dengan tumor pelvis nosis jauh lebih baik dibandingkan pasien yang masih
dan dapat terjadi akibat obstruksi urethra atau saluran mempunyai tumor n akroskopik. Pascabedah, terapi
keluar apapun, seperti yang ditimbulkan oleh katup yang terdiri dari vinkristin, aktinomisin-D dan sik-
urethra kongenital. Pada wanita, himen imperforata lofosfamid (VAC) biasanya diberikan selama 2 tahun.
atau utresia vagina bisa bermanifestasi dalam masa Jika fokus mikroskopik tetap ada setelah operasi atau
neonatal atau setelah menarke, sebagai akibat sekresi jika kelenjar limfe terlibat, maka diindikasikan radio-
atau aliran menstruasi yang tertahan di dalam uterus terapi lokal. Pasien yang tumornya telah dieksisi se-
dan vagina yang terobstruksi, yang menimbulkan cara makroskopik mempunyai angka kelangpungan
hidr ome tr okolp o s atau hem at o m e t r o ko Ip os. hidup sekitar 75 penen. Penyebaran metastatik teru-
tama timbul pada kelenjar limfe regional dan paru.
Walaupun ekstirpasi bedah dan penentuan sta-
NeoplasmaOvarium
dium tetap penting dalam keberhasilan terapi, tetapi
belakangan ini perhatian dipusatkan pada perlindung-
Neoplasma ovarium merupakan 1,5 persen dari se- an fungsi. Sebagai contoh, penghindaran eksenterasio
mua tumor masa kanak-kanak dan sering timbul seba-
pelvis pada bayi dan anak dengan lesi ini terbukti se-
gai massa abdomen, sering sebagai kista sederlwna
makin layak dan bersama dengan paduan yang meng-
pada neonatus atav tetatoma kistik jinak pada anak gunakan kemoterapi dan radioterapi, maka penye-
perempuan yang lebih besar. Tetapi, dengan keke-
lamatan vesika urinaria dapat dicapai pada 50 persen
cualian neonatus, ada insiden kanker ovarium bermak-
pasien. Dengan penatalaksanaan yang tepat, pasien
na yang berbanding terbalik dengan usia pasien (yaitu
tumor vagina, paratestis dan orbita memberikan respon
82 persen fumor ovarium ganas pada anak perempuan yang sangat memuaskan (80 sampai 90 penen kelang-
di bawah usia 9 tahun). Keterlibatan bilateral juga se-
sungan hidup); dengan neoplasma dalam lokasi lain
ring timbul pada neoplasma ovarium jinak dan ganas. pada kepala dan leher mempunyai kelangsungan hidup
Kadang-kadang, tumor yang aktif secara endokrin, bi-
50 penen. Di antara semua tempat utama, rabdomio-
sa bermanifestasi sebagai pubertas prekok, perdarahan
sa rkoma ekstremitas da n tubuh paling sulit penafalak-
per vaginam atau maskulinisasi, dan analisis contoh
sanaarulya, mungkin karena 50 penen dari fumor ini
darah dan urin mengkonfirmasi aktivitas hormon. Pe-
adalahjenis alveolus.
ningkatan kadar gonadotropin korion manusia (HCG)
dalam plasma dan alfa fetoprotein (AFP) bisa juga
NeunoeLAsroMA
mengisyaratkan adanya tumor sel benih ganas, seperti
tumor sinus endodermis (tumor yolk sac), karsinoma
Neuroblastoma merupakan sekitar 7 sampai 8 per-
embrional dan koriokarsinoma. Ada 10 sampai 30 per-
sen dari semua neoplasma ganas dalam masa kanak-
sen insiden keganasan dalam neoplasma ovarium pada
kanak dan muncul dari adrenal atau ganglia paraver-
anak, serta penting diagnosis dan terapi segera.
tebral simpatis. Usia rcla-rata saat diagnosis adalah 2
ll2 tahun, dengan 40 persen lesi muncul dalam tahun
Rabdomiosarktma pertama kehidupan. Sebagian besar neuroblastoma
muncul pada abdomen; tempat lain mencakup medias-
Rabdomiosarkoma merupakan tumor embrionik tinum, pelvis dan leher dalam urutan frekuensi. Gam-
yang bisa muncul di seluruh tubuh, dari otot seran baran autopsi pada bayi yang lahir mati, menggam-
lintang atau jenis jaringan mesenkim, dan merupakan 4 barkan bahwa insiden neuroblastoma bisa berkali-kali
sampai 8 persen dari semua keganasan masa kanak- lebih tinggi dalam neonatus dibandingkan yang gam-
kanak. Timbulnya dua puncak terlihat pada tunror ve- baran klinisnya muncul kemudian.
sika urinaria, prirstat, vagina, kepala din leher, sering Secara histologi, neuroblastoma bervariasi dari
timbul dalam 4 tahun pertama kehidupan, sedangkan bentuk sangat ganas tak berdiferensiasi sampai lesi
yang melibatkan paratestis, uterus, ekstremitas dan yang lebih matang dan jarang diamati berkembang
badan biasanya muncul setelah usia 5 tahun, dan men- menjadi ganglioneuroma jinak. Karena berasal dari
capai insiden puncak pada sekitar 15 tahun. Bila asal- krista neuralis, tumor ini sering menghasilkan kateko-
nya vagina, maka neoplasma bisa menonjol sebagai lamin dan metabolitnya asam vanililmandelat
kelompok jaringan seperti anggur multilobulasi, sar- -
(VMA), asarn homovanilat (HVA) dapat ditemukan
koma botribides. Jenis histologi utama rabdomio- - untuk senyawa
di dalam urin. Penyaringan contoh urin
sarkoma adalah embrional dan alveolar, dengan keba- ini pada pasien yang dicurigai, membantu dalam
nyakan kematian terbatas pada kategori terakhir, wa- mengkonfi rmas i d ia gnosi is da n juga memberika n ja lan
laupun hanya mewakili 20 sampai 25 persen dari untuk memantau respon terapi dan mengidentifikasi
kelompok total. kekambuhan.
ILMU BEDNT ANAK 277
TABE L 2. Kl asi fi kasi Stadi um dari Neurobl astoma Probabilitas keberhasilan keseluruhan dalam me-
ngobati neuroblastoma berhubungan dengan tempat
I Tumor terbatas pada organ asal asal, stadium penyakit, usia pasien, dan derajat pema-
II Tumor menyebar ke luar orgqn.asal, tetapi tangan sel. Hasilnya sangat menguntungkan dalam
tidak menyeberang garis tengah (kelenjar neoplasma yang terlokalisir dan dapat dibuang dengan
limfe regional mungkin terkena) pembedahan, dengan angka kelangsungan hidup lebih
III Tumor menyebar menyeberangi garis tengah
IV Metastasis jauh (tulang, organ lain, jaringan
dari 90 persen. Tumor seperti itu sering ditemukan
lunak, kelompok kelenjar limfe jauh) dalam mediastinum, leher dan pelvis. Sayangnya lebih
IV.S Primer terlokalisir (Stadium I atau II) dengan dari setengah anak dengan neuroblastoma (55 sampai
penyakitjauh terbatas pada hati, kulit, atau 60 penen) menderita penyakit d.iseminata pada waktu
sumsum tulang (tidak ada bukti metastasis penyajian awal. Dalam kelompok ini maupun dalam
tulang) pasien tumor intraabdomen, yang telah menginvaSi
struktur yang berdekatan, mortalitas lebih dari 90 per-
sen. Usia pasien juga merupakan faktor prognostik
penting, karena prospek kelangsungan hidup adalah
baik pada pasien di bawah usia 1 tahun (74 penen),
agak kurang mengunlungkan pada pasien antara usia 1
dan 2 tahun (43 persen) dan buruk pada anak yang
Neuroblastoma merupakan tumor yang tidak ber-
lebih besar (14 penen). Waliupun radioterapi pen-
kapsul, yang menyebar dengan perluasan langsung ke
dalam jaringan di dekatnya dan bermetastasis melalui
saluran limfe dan aliran darah ke tulang, daerah retro-
orbita, hati dan jaringan subkutis. Berbeda dari tumor
Wilms, penyebaran metastatik ke parenkinr paru ja-
rang terjadi. Metastasis tulang bisa dikonfirmasi de-
ngan sidik tulang, rontgenogram rangka dan aspirasi
surnsum tulang. Bila ditemukan keterlibatan tulang
berarti prognosis buruk, sedangkan metastasis ke hati
dan kulit pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan
tumor primer terlokalisir (Stadium IV-S) (Tabel 2)
sering terbukti sembuh nantinya, sebagai akibat regresi
spontan atau sebagai respon terhadap terapi.
Walaupun penemuan awal yang paling umum ada-
lah massa yang dapat dipalpasi, pasien-pasien ini se-
ring memberikan gejala demam, diare, anoreksia, pe-
nurunan berat badan dan nyeri tulang, dengan yang
terakhir rcencerrni nka n kete rlibatan metastatik. Ga m-
baran fisik abnormal mencakup limfadenopati, no-
dulus subkutan, hepatomegali, proptosis, sindrom Hor-
ner dan paraplegia.
Seba gai akibat seringnya penyaj ia n i ntra abdomen,
maka diagnosis banding melibatkan tumor Wilms dari
ginjal. Neuroblastoma dibedakan dari kecenderungan-
nya menginfiltrasi struktur garis tengah; oleh konsis-
tensinya yang nodular halus kenyal; oleh identifikasi
kalsifikasi pada rontgenogram; oleh penyebaran yang
khas ke tulang dan hati; dan oleh deteksi VMA dan
HVA di dalam urin. Pergeseran ginjal ekstrinsik yang
dibuktikan dengan rontgenografi, biasanya lateral dan
inferior, juga berbeda dengan perubahan bentuk kaliks Gambar 31, Neuroblastoma. Mielogram dan arteriogrampada bayi
yang manunjukkan massa panggul katun dan paraplegia. Ginjal
intrinsik yang secara klasik terlihat pada tumor Wilms
kanan terdorong ke lateral oleh tumor, yang berlokasi tepat inferior
(Gambar 31). Kadang-kadang, neuroblastoma bisa di bawah arteri renalis. Mielogram (tanda panah) mengkonfir-
meluas melalui foramen intervertebralis di sekatnya ke masikan ekslensi inlrupina dari tumor dumbbell,yang maryob*uksi
dalam ruangan intrateka, yang menimbulkan kompresi ruang subaraknoid. Setelah pengobatan, pasien matdapatkan
medulla spinalis dan paraplegia. Untunglah, respon kembali fungsi motorik normal dari tungkainya dan tiilak ilitemukan
bukti adan-va kekambuhan tumor selama lebih dari 15 tahun. (Dari
ttmor dumbbel/ ini terhadap terapi cukup baik dan Haller, JA., Jr., dan Talbert, J.L.: Surgicbl Emergencies in thc
fu ngs i ekstremita s yang terkena seri ng pu I ih ke mba I i. Noborn Philadelphia, Lea & Febiger, 1972, p. 133.)
278 BUKUNAR BEDAII
dukung dan kemoterapi multiobat telah digunakan bila Teratoma sakrokoksigeus merupakan bentuk neo-
eksisi lengkap tak mungkin dilakukan, namun efek plasma ini yang paling sering ditemukan, dan terutama
jangka lama agen ini belum ditetapkan dengan jclas tampil sebagai massa prasakrum atau pelvis, atau lebih
dan hasilnya tidak sedramatis seperti sejumlah neo- sering menonjol dari bokong dan daerah koksigeus
plasma masa kanak-kanak lain. (Ga mba r 32). Da la m beberapa kasus, besarnya ukuran
tumor ini bisa menghalangi persalinan fetus, dan de-
Tenetoue teksi prakelahiran dengan sonognfi adalah berman-
faat. Walaupun mempunyai gambaran yang aneh, na-
' Teratoma merupakan neoplasma kongenital yang mun eksisi lengkap teratoma sakrokoksigeus bahkan
dibcntuk dari turunan ketiga lapisan benih ekto- yang sangat besar, hampir selalu dapat dicapai dalam
derm, mesoderrn dan endoderm - derajat
dengan kesinambungan dengan koksigektomi. Hasil kosmetik
- dan kemung-
bervariasi dalam diferensiasi histologi memuaskan dapat diharapkan dengan merapatan kem-
kinan keganasan. Tumor ini biasanya berlokasi dekat bali jaringan pelvis dan menutup cacat ini dengan flap
garis tengah dan bisa ditcmukan dalam daenh sakro- kulit. Bila telah terjadi perluasan pelvis dari tumor ini,
koksigeus dan retroperitoneum, gonad dan medias- maka pendekatan kombinasi abdominosakrum mung-
tinum anterior, thiroidea dan nasofaring. Teratoma kin diperlukan. Bentuk jarang yang sering familial dari
intraabdomen biasanya timbul sebagai neoplasnta ga- tcratoma prcsakrum bisa juga disertai dengan stenosis
ris tcngah atas berkapsul, dimana unsur tulang atau atau atresia anorektum yang memerlukan koreksi be-
gigi bisa terlihat secara rontgenografi. dah benamaan.
Sebagian besar teratoma sakrokoksigeus adalah ji-
nak, tetapi mempunyai potensi yang tinggi untuk ber-
degenerasi ganas. Setelah bulan kedua kehidupan, ba-
nyak tumor mcngandung komponen ganas dengan
mortalitas 55 penen dalam pasien yang berusia lebih
dari 2 tahun pada waktu terapi. Oleh karena itu, iden-
tilikasi awal dan intervensi bedah segera penting dila-
kukan dan biasanya dapat dicapai dalam beberapa hari
pcrtama kehidupan, sewaklu insiden keganasan jarang
dilcmukan, tanpa mcrusak struktur genitourinarius
atau rektum di dckatnya.
Tu uon H r,pnroBrLr.ARrs
&
Gambar 33. Kista koletlokts kongenital. A, Bayi permpuan berrcia 3 bulan dengan ildqus dan massa abdomen baar yang bisa dipalpasi. B,
Penyeliilikan preoperatif magkonfirmasi massa yang merupakan kista koledokus besar yang mengandung lebih dari 500 ml cairan, dan
kemudian loreksi bedah berhrcil dagan baik, (Dari Haller, J.A., dan Talbert, J.L.: Surgical Emergucia in rhe Nuborn. Philadelphia, La &
Febiger, 1972, p. 141.)
Gamhar 34. Hepatoblastoma. A, Bayi berusia 3 bulan dengan massa abdomen kuadran katan atas yang besar, dimatw (B) pada arterigram,
menggambarkan tumor pailat yang muncul pada lobus kanan hati. C, Neopluma telah direseki dengan lagkap bersama dengan lobus l<anan
dansegmen metlial ilari lobus kiri hati, dantelah dikonfirmui secara histologi merupakan hepatoblastoma. (DariHaller,JA., danTalbert,il.:
SurgicalEmergencia in theNewborn. Philadelphirt, Lea & Febiger, 1972, p.140.)
280 BUKUNAR BEDAH
3. Fonkalsrud,8.W., Ament, M.E., and Berquist, W.: Surgi- vation and a review of the literature. Pediatrics, 74:1086,
cal management of the gastroesophageol reflux 1984.
syndrome in childhood. Surgery,9T :42, 1985. 14. l*ape, L.L., and Holder, T.M.: Pediatric surgery. In
4. Gallagher, S.S., Finison, K., Guyer,8., at al: The incidenoe Sabiston, D.C., Jr. (Ed.): Davis-Christopher Textbook of
of injuries among 87,00O Massachusetts children and surgery, 12th ed. Philadelphia, W.B. Saunders Company,
adolescents: Results of the 1980-81 statewide childhood 1981,p.1351.
injury prevention program surveillance system. Am. J. 15. Liver transpl antation. Consensrs conferenoe. J.A.M.A.,
Publ ic Health, 7 4:1340, 1984. 25O2961,1983.
5. Grosfeld, J.L. (Ed.): Symposium on pediatric surgery. 16. Mabogunje, O.A., and Mahour, G.H.: Omphalocele and
Surg. Clin. North Am., 61:995, 1981. gastro3chisis:_ Trends in survival across two decades.
6. Gross, R.E.: An Atlas of Children's Surgery. Philadelphia, Am. J. Surg., 148:679,1984.
W.B. Saunders Company, 1970. 17. Moaiam, F., Talbert, J;L., and Rodgers, B,M.: Foreign
7. Haller, J.A., Jr., and Talbert, J.L.: Surgical emergencies in ' bodies in the pediatric tracheobronchial tree. Clin.
the Newborn. Phi I adelphia, tr a & F ebi ger, 197 2. P eAi atr., 22: I 48, 1983.
8. Hays,D.M.,and Kimura,K: Billiary atresia: Newconcepts 18. Randolph, J. (Ed.): Progress in the treatment of malignant
of management..In Ravitch, M.M., Steichen, F.M., Aus- tumors of childhood. World J. Surg.,4:1, 1,980.
ten, W.G., et al (Eds.): Current Problem In Surgery, vol. 19. Ravitch, M.M., Welch, K.J., Benson, C.D., et al. (Eds.):
XWII. Chicago, Year Book Medical Publishers, Inc., Pediatric surgery, 3rd ed. Chicago, Year Book Medicrl
1981. Publ ishers, Inc ., 1979 .
9. Holder, T.M., and Ashcraft, K.W. (Eds.): Pediatric 20. Rivara, F.P.: Traunratic deaths of children in the ljiiited
Surgery. Philadelphia, W.B. Saunders C-ompany, 1980. States: Cunently available prevention strategies.
10. Iwatsuki, S., Shaw, 8.W., and Starzl, T.E.: Liver Pediatrics, ?5:456, 1985.
transplantation for biliary atresia. World J. Surg., 8:51,, 21. Rodgers, B.M., Rooks, J.J., amd Talbert, J.L.: Pediatric
1984. tracheostomy: lrng-term evaluation. J. Pediatr. Surg.,
L1. Kempe, C.H., Silverman, F.N., Steele, 8.F., et al: The 14:258,1979.
batteredchild syndrome. J.A.M.A., l8l:17, L962; 22. Shaw, A. (Ed.): Frontiers in pediatric surgery. Pediatr.
reprinted ?51:3288,1984, with commentatory by tteins, Ann. 11:877, 1982.
M. 23. Talberl, J.L.: Corrosive strictures of the esophagus. In
1.2. Kliegman, R.M., and Fanaroff, A.A.: Necrotizing Sabiston, D. C., Jr. (Ed.): Davis Christopher Textbook of
enterocolitis. N. Engl. J. Med., 310:1093, 1984. surgery,1981, p.834.
13. Kosloske, A.M.: Pathogenesis and prevention of necritiz- 24.Talberl,J.L., Seashore, J.H., and Ravitch, M.M.: Evalua-
ing enterooolitis: A hypothesis based on personal obser- tion of a modified Duhamel operation for correction of
Hirschprung's disease. Ann. Surg., I79:67 l, 197 4.