Anda di halaman 1dari 7

1. Jelaskan nama kelainan rahang pada kasus di atas dan jelaskan patogenesisnya!

Berdasarkan skenario, dijelaskan bahwa seorang ibu datang ke klinik gigi


membawa anak laki-lakinya yang berusia 3 bulan dimana bibir anaknya sumbing,
terlihat kurang berat badan, dan sering tersedak saat disusui. Pemeriksaan intraoral
menunjukkan bahwa terdapat celah pada palatum dan bibir anak dimana celah bibir
berupa unilateral.
Kelainan rahang yang diderita anak tersebut adalah cleft palate dan cleft lip.
Cleft palate dan lip adalah suatu kelainan kongenital pada wajah dimana bibir dan
palatum tidak berkembang secara normal selama masa gestasi sehingga terbentuk
celah pada bibir dan palatum yang menyambung dan mencapai daerah rongga hidung
yang mengakibatkan adanya hubungan antara rongga hidung dan mulut. Terdapat
beberapa jenis cleft pada rongga mulut, seperti unilateral incomplete, unilateral
complete, dan bilateral complete. Unilateral incomplete ditandai oleh adanya celah
pada salah satu sisi bibir atas dengan masih terdapat otot orbikularis yang menyatu
pada bagian bawah hidung (dasar rongga hidung masih menyatu). Unilateral
complete terjadi ketika terdapat celah pada salah satu bibir atas dimana celah
memanjang dari bibir ke hidung dan celah dapat berlanjut ke salah satu sisi daerah
palatum. Bilateral complete ditandai dengan adanya celah pada sisi kiri dan kanan
bibir atas dimana celah menyambung ke rongga hidung dan celah dapat berlanjut ke
dua sisi daerah palatum.1,2
Kelainan cleft lip dan palate dapat disebabkan oleh zat teratogenik (zat yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin) dan faktor genetik yang
mempengaruhi pembentukan celah bibir dan palatum. Beberapa contoh zat
teratogenik, seperti obat kejang phenytoin, kandungan rokok dan asap rokok, alkohol,
dan asam retinoat. Selain itu, apabila di dalam keluarga ada yang pernah menderita
cleft palate dan lip, risiko menderita kelainan ini akan meningkat pada keturunan-
keturunan selanjutnya. Umumnya, penderita cleft lip dan palate mengalami gangguan
lainnya, seperti kekurangan asupan nutrisi dan gangguan dalam berbicara.
Kekurangan asupan nutrisi disebabkan celah pada bibir dan palatum mengakibatkan
bayi sulit menghisap makanan cair, seperti ASI, dan lebih mudah tersedak sehingga
bayi akan kekurangan gizi dan berat badan.1,2
Neural crest cell yang berasal dari lipatan saraf (neural folds) akan bermigrasi
melalui jaringan mesenkimal ke daerah kraniofasial yang sedang mengalami proses
perkembangan pada masa minggu ke-4 kehamilan. Sel ini akan membentuk prosesus

1
frontonasalis, prosesus maksilaris, dan prosesus mandibularis yang mengelilingi
rongga mulut. Perkembangan wajah diawali pada bagian tengah prosesus
frontonasalis. Kedua prosesus maksilaris akan berkembang ke anterior vesikel optik
dan primitive stomodeum. Stomodeum (mulut primordial) akan terbentuk pada
minggu keempat kehamilan. Sementara itu, kedua prosesus mandibularis berkembang
di bawah stomodeum.2,3
Penggabungan antara prosesus maksilaris dan prosesus frontonasal
membentuk premaksila yang nantinya menjadi tempat perkembangan gigi-gigi
insisivus. Struktur wajah mulai terbentuk pada minggu ke-5 hingga ke-6 kehamilan.
Prosesus frontonasal akan berkembang menjadi prosesus lateral dan medial nasal.
Pada akhir minggu ke-6, prosesus medial nasal akan bergabung dengan prosesus
maksilaris yang kemudian diikuti dengan pembentukan bibir atas dan palatum primer.
Pada proses ini, kedua prosesus maksilaris akan tumbuh ke arah prosesus nasal
sehingga terjadi penggabungan prosesus lateral nasal untuk membentuk daerah
nasolabial dan prosesus medial nasal untuk membentuk bibir. Gangguan proses
penggabungan prosesus medial dan lateral nasal dapat menyebabkan cleft lip (bibir
sumbing) unilateral (satu sisi) atau bilateral (dua sisi).2,3
Pertumbuhan dan perkembangan palatum sekunder terjadi pada minggu ke-6
kehamilan yang diawali dari perkembangan prosesus maksilaris yang mengalami
pertumbuhan secara vertikal di sekitar lidah yang sedang mengalami proses
pembentukan. Prosesus medial nasal akan bergabung ke midline untuk membentuk
prosesus palatina medial atau yang disebut palatum primer dimana akan diikuti proses
degenerasi jaringan mesenkim untuk menutupi daerah ini. Jaringan mesenkim ini
akan berdiferensiasi menjadi tulang dan otot yang nantinya akan menjadi palatum
keras (palatum durum) dan lunak (palatum molle). Bagian medial dari prosesus
maksilaris akan berputar dari posisi vertikal menjadi lateral pada masa minggu ke-7
kehamilan untuk membentuk prosesus palatina lateral. Prosesus palatina lateral akan
bergabung pada midline dari anterior ke posterior untuk membentuk palatum sekunder
dimana palatum sekunder akan bergabung dengan palatum primer dan septum nasalis.
Fusi palatal shelves ini dimulai pada minggu ke-8 hingga ke-12 kehamilan.
Kegagalan fusi midline ini akan menyebabkan cleft palate (sumbing langit-langit
mulut).2,3

2
1. Yulita N, Atifah Y. Pengaruh Ibu sebagai Penderita Diabetes Mellitus terhadap
Resiko Kelahiran Cleft Lip dan Palate. InProsiding Seminar Nasional Biologi 2022 (Vol. 1,
No. 2, pp. 961-2).
2. Dewi PS. Management of Cleft Lip and Palate (Literature Review). Interdental: Jurnal
Kedokteran Gigi 2019; 15(1): 25-6.
3. Phalke, N. and Goldman, J. (2021) "Cleft Palate", StatPearls Publishing, p. Available
at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563128/ (Accessed: 15 October 2022).

2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kelainan tersebut di


atas!

Berdasarkan skenario, pasien berusia 3 bulan menderita berat badan kurang


dan bibir sumbing. Setelah dilakukan pemeriksaan intraoral, ditemukan adanya celah
pada palatum dan bibir pasien (unilateral). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kelainan pada pasien adalah sebagai berikut.

 Faktor genetik
Kelainan celah pada bibir dan palatum merupakan suatu kelainan bawaan
sejak lahir akibat terjadinya gangguan proses pertumbuhan embrional sehingga tidak
terjadi fusi antara prosesus frontonasal bagian medial dan prosesus maksilaris pada
kedua sisi lateral kepala. Faktor genetik penyebab kelainan ini adalah mutasi gen dan
kelainan kromosom.
- Mutasi gen
Beberapa penelitian menemukan bahwa kelainan celah bibir dan palatum
disebabkan oleh adanya sindroma yang berhubungan dengan kelainan autosomal
dominan, resesif, dan X-Linked. Autosomal dominan adalah keadaan ketika orangtua
dengan kelainan tertentu menurunkan kelainan yang sama kepada anaknya.
Autosomal resesif merupakan keadaan ketika kedua orangtua normal sebagai
pembawa gen abnormal menurunkan gen tersebut kepada anaknya. X-Linked
merupakan keadaan dimana seorang wanita yang memiliki gen abnormal tidak
mengalami gejala-gejala suatu kelainan yang disebabkan gen abnormal tersebut. Akan
tetapi, pada pria, gen abnormal tersebut akan mengakibatkan terjadinya suatu
kelainan. Beberapa gen penyebab celah bibir dan palatum nonsindromik adalah
sebagai berikut.

3
 TBX22 (T-Box Transcription Factor 22)
Gen ini menjadi salah satu bagian T-Box yang mengandung faktor
transkripsi gen familial yang didapatkan dari evolusi metazoan. Gen ini sangat
berperan dalam perkembangan awal dan spesifikasi mesoderm. Mutasi pada
gen TBX22 berhubungan dengan penyebab sindrom kromosom X yang
mengakibatkan ankyloglossia dan terbentuknya celah palatum. Gen ini
seringkali berperan dalam penelitian yang membahas mengenai nonsense
mutation, frameshift, splice-site, atau missense pada pasien dengan CPX.
Mutasi TBX22 terjadi pada sekitar 4-8% pasien dengan celah palatum.

Kurniati M, Sosiawan A, Tirtaningsih NW. The Genetic Aspect of Non-


Syndromic Cleft Lip and Palate towards Candidate Genes in the Etiology: A
literature Review. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology. 2021
Mar 24;15(2): 3611.

 PVRL 1 (Poliovirus Receptor-Like 1)

Gen PVRL 1 menjadi reseptor permukaan sel bagi virus α-herpes


dimana frekuensi tinggi heterozigot didapatkan dari imunitas tubuh terhadap
infeksi virus HSV1 dan HSV2. Gen ini sangat berperan dalam organisasi
adherens junctions dan tight junctions pada sel epitel dan endotel. Pada proses
developmental, epitel palatum dan palatal shelves akan bergabung dimana gen
PVRL1 berperan dalam proses palatogenesis dan variasi genetik yang
berhubungan dengan CLP. Kelainan akibat mutasi gen ini, seperti CLEPD
(cleft lip/palate-ectodermaldysplasia syndrome) dan herpes. Pada penduduk
Venezuela, sifat heterozigot menjadi faktor risiko celah bibit dan palatum
nonsindromik akibat mutasi PVRL 1.

Khan MI, Prashanth CS, Srinath NM. Genetic Factors in Nonsyndromic


Orofacial Clefts. Global medical genetics 2020; 7(4):104.

 TGF-β (Transforming Growth Factor-β) dan TGFα (Transforming Growth


Factor α)

4
Gen TGF-β mampu menginduksi matriks ekstraseluler sehingga terjadi
gangguan elevasi dan fusi serta perlekatan lengkung palatal yang
mengakibatkan terbentuknya celah.

Gen TGFα menjadi gen pertama yang ditemukan dan diduga menjadi
penyebab kelainan celah bibir dan palatum. Protein gen TGFα akan berikatan
dengan reseptor EGF (Epidermal Growth Factors) di epitel palatum sebelum
dan selama proses penutupan palatum.

 P63 (Transformation Related Protein 63)

Mutasi pada salah satu bagian dari gen P63 dapat menyebabkan
perubahan fenotipe gen sehingga menghasilkan kelainan celah bibir dan
palatum. Mutasi mesenkim (point mutation) pada DNA binding domain
terlibat dalam menghasilkan Ectrodactyly-ectodermal dysplasia-clefting
syndrome (EEC) yang dikarakterisasi dengan kombinasi deformasi organ,
celah pada bibir atau palatum, dan displasia ektodermal. Sedangkan, mutasi C-
terminal P63, termasuk domain SAM (Sterile Alpha Motif) dan TID
(Transactivation Inhibitory Domain) mengakibatkan terbentuknya celah bibir
atau palatum akibat Ankyloblepharon-ectodermal defects-cleft lip/palate
(AEC).

Osterburg C, Osterburg S, Zhou H, Missero C, Dötsch V. Isoform-


specific roles of mutant p63 in human diseases. Cancers 2021; 13(3): 5-6.

 MSX1 (Msh Homeobox 1)

Gen ini merupakan penghasil kode faktor transkripsi dan menunjukkan


ekspresi terbatas pada perkembangan kompleks kraniofasial, termasuk
palatum. Gangguan fungsi pada gen ini akan mengakibatkan beberapa variasi
gangguan kraniofasial, seperti celah pada palatum sekunder, gangguan
perkembangan gigi pada bud stage, dan kelainan tulang fasial sebagian.

- Kelainan kromosom

Celah bibir dan palatum menjadi salah satu gambaran klinis dari sindrom-
sindrom yang disebabkan oleh penyimpangan kromosom. Salah satu contoh

5
penyimpangan kromosom tersebut adalah sindrom D-Trisomi (trisomi 13 (patau),
trisomi 15, trisomi 18 (edward), dan trisomi 21 (sindrom down)). Sindrom yang
berhubungan dengan kelainan celah palatum, seperti sindrom Apert’s, Stickler’s, dan
Treacher Collins. Sindrom yang menyebabkan kelainan celah bibir dengan atau tanpa
celah palatum, yaitu sindrom Van der Woudes dan Waardenberg.

 Faktor nongenetik
 Usia ibu
Pertambahan usia ibu sewaktu hamil akan meningkatkan risiko kegagalan
pembelahan sempurna meiosis yang menyebabkan bayi memiliki gen mutasi trisomi.
Peningkatan risiko ini dapat terjadi sebagai akibat pertambahan umur sel ovum yang
dibuahi sehingga kemampuan membentuk embrio menjadi lebih rendah.

 Obat

Penggunaan asetosal atau aspirin (teratogenik) sebagai obat analgetik pada


masa kehamilan trimester pertama akan menyebabkan celah bibir. Beberapa obat
antihistamin yang dikonsumsi sebagai obat antiemetik selama kehamilan dapat
menyebabkan terbentuknya celah palatum. Obat-obat yang tidak boleh dikonsumsi
selama kehamilan, seperti rifampisin, fenasetin, sulfonamida, aminoglikosida,
indometasin, asam flufetamat, ibuprofen dan penisilamin, diazepam, dan
kortikosteroid.

 Nutrisi

Defisiensi nutrisi, terutama asam folat dan vitamin B6 pada masa kehamilan
dapat meningkatkan risiko kelainan celah bibir dan palatum. Berdasarkan penelitian,
ibu hamil yang mengonsumsi asam folat sejak kehamilan awal dapat mengurangi
risiko terjadinya celah pada bibir bayi sekitar 40%. Asam folat dapat ditemukan pada
hati, sayuran hijau, asparagus, brokoli, kacang kedelai, kacang-kacangan, dan jus
jeruk.

Putri FM. Penyuluhan mengenai penyebab kelainan celah bibir dan langit-langit.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2019 Apr 6;3(2):31-3.

 Penyakit infeksi

6
Penyakit sifilis, virus rubella, herpes simpleks, variola, HIV (Human
Immunodeficiency Virus), klamitis mikoplasma dapat menyebabkan kelainan celah
bibir dan palatum.

 Radiasi
Efek teratogenik sinar ion dapat mengakibatkan terbentuknya celah bibir dan
palatum. Apabila dosis penyinaran sinar ion tidak sampai mengakibatkan
kemandulan, akan terjadi efek genetik, yaitu efek yang berhubungan dengan alat
reproduksi sehingga dapat diturunkan pada generasi selanjutnya. Efek genetik tidak
mengenal ambang dosis dimana dosis sekecil apapun dapat menimbulkan mutasi gen
(makin tinggi dosis, makin tinggi kemungkinannya).

 Kebiasaan
Konsumsi alkohol pada masa kehamilan berhubungan dengan pola
abnormalitas pada keturunan selanjutnya, yaitu Fetal Alcohol Syndrome (FAS).
Alkohol yang dikonsumsi oleh ibu hamil mampu memberikan efek teratogenik pada
bayi, seperti retardasi mental, gangguan kardiovaskular, dan pembentukan celah pada
bibir dan palatum.
Merokok saat kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan embrionik dengan
menyebabkan hipoksia jaringan. Salah satu akibatnya adalah gangguan pertumbuhan
palatum (celah pada palatum).

Putri FM. Penyuluhan mengenai penyebab kelainan celah bibir dan langit-langit.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2019 Apr 6;3(2):31-3.

Primasari A. EMBRIOLOGI DAN TUMBUH KEMBANG RONGGA MULUT. Medan:


USU Press, 2022: 167-71.

Anda mungkin juga menyukai