Anda di halaman 1dari 5

1.

Jelaskan pemeriksaan kesehatan apa saja yang wajib dilakukan seorang


radiografer setiap tahunnya? (RD)
Pemeriksaan kesehatan wajib dilakukan setiap tahun pada seorang radiografer
(pekerja radiasi) untuk menjamin kesehatan, mengetahui perkembangan kesehatan
radiografer, menyesuaikan tempat bekerja dengan kondisi kesehatan, dan menentukan
pengobatan yang tepat apabila terjadi kecelakaan radiasi. Pemeriksaan ini bergantung pada
umur, kondisi kesehatan, sifat tugas, dan tingkat pajanan radiografer terhadap radiasi. Selain
itu, diperlukan juga penerapan sistem pengawasan dosis radiasi. Pengawasan dosis radiasi
berfungsi untuk mengevaluasi dosis radiasi yang diterima oleh radiografer.1
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010
tentang Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja Radiasi pada:
- Pasal 5
Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan umum; dan
b. Pemeriksaan kesehatan khusus.
- Pasal 7 Ayat 3
Pemeriksaan kesehatan umum selama bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan untuk tujuan memantau kondisi kesehatan pekerja radiasi apakah
pekerja tersebut berada dalam kondisi kesehatan yang sehat untuk tetap melaksanakan
tugasnya.
- Pasal 8
(1) Pemeriksaan kesehatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
meliputi:
a. Anamnesis;
b. Riwayat penyakit dan keluarga;
c. Pemeriksaan fisik; dan
d. Pemeriksaan laboratorium.
(2) Pemeriksaan kesehatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
diuraikan lebih lanjut sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini.
- Pasal 9
Pemeriksaan kesehatan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
dilaksanakan pada saat:

1
a. Pekerja radiasi mengalami atau diduga mengalami gejala sakit akibat radiasi; dan
b. Penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan paparan radiasi berlebih.
- Pasal 10
(1) Pemeriksaan kesehatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi:
a. Pemeriksaan darah lengkap;
b. Pemeriksaan sperma; dan/atau
c. Pemeriksaan aberasi kromosom.
(2) Pemeriksaan kesehatan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
diuraikan lebih lanjut sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini.
- Lampiran I
Pemeriksaan kesehatan umum:
A. Riwayat penyakit dan keluarga
Penyakit yang diderita keluarga, penyakit yang pernah diderita, keluhan
umum, tindakan bedah yang pernah dilakukan, penyakit mata (katarak), penyakit
telinga (gangguan pendengaran), penyakit jantung, penyakit sistem atau saluran
pernafasan, gangguan sistem pencernaan, kelainan metabolisme tubuh seperti
kencing manis, kelainan kelenjar seperti gondok, kelainan saluran kencing,
kelainan pada tulang dan sendi, kelainan pada darah seperti anemia, leukemia,
serangan kejang atau gangguan kesadaran, penyakit kulit, penyakit akibat alergi,
perokok berat atau tidak, apakah pernah mendapat pengobatan dengan terapi
radiasi, apakah pernah mengalami kecelakaan radiasi, dan siklus menstruasi
teratur atau tidak.

B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, berat badan, tinggi badan, tekanan darah, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, suhu badan, kulit, kontur sidik jari, kuku, sistem kelenjar
getah bening, mata, kacamata, tes buta warna, telinga, rongga mulut,
tenggorokan, gigi geligi, amandel atau tonsil, rongga hidung, kelenjar gondok,
sistem skelet (anggota gerak atas dan bawah, tulang belakang), payudara, thorax
(jantung dan paru-paru), abdomen (hati, limpa dan usus), sistem urogenital,
sistem syaraf (neurologi), dan kondisi psikologi.

2
C. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin
Hemoglobin, jumlah leukosit, laju endapan darah, hitung jenis leukosit,
jumlah eritrosit, hematokrit, dan jumlah trombosit.
Kimia darah
Glukosa puasa, glukosa 2 jam PP, ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol
total, bilirubin total, SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase), dan
SGPT (serum glutamic piruvic transaminase).
Urin rutin

- Lampiran II
Pemeriksaan kesehatan khusus:
Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin, leukosit, hitung jenis sel (eosinofil, basofil, batang, segmen, limfosit,
monosit), eritrosit, hematokrit, trombosit, laju endap darah, MCV (mean cell volume),
MCH (mean cell hemoglobin), MCHC (mean cell hemoglobin concentration),
monosit absolut, limfosit absolut, dan granulosit absolut.
Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan aberasi kromosom2

Pratiwi AD, Indriyani, Yunawati I. Penerapan Proteksi Radiasi Di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit. HIGEIA 2021; 5(3): 412-3.
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja Radiasi. Jakarta, 2010: 6-
8, 19-21, 3.

2. Bagaimana peraturan yang berlaku jika ada tuntutan pekerja tersebut? (RD)
 Peraturan Presiden RI Nomor 138 Tahun 2014 tentang Tunjangan Bahaya Radiasi
bagi Pegawai Negeri yang Bekerja Sebagai Pekerja Radiasi di Bidang Kesehatan Pasal 1
Tunjangan bahaya radiasi bagi Pegawai Negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang
kesehatan, yang selanjutnya disebut tunjangan bahaya radiasi adalah tunjangan khusus yang
diberikan kepada Pegawai Negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku atas potensi risiko
bahaya radiasi yang dihadapi oleh pekerja radiasi bidang kesehatan yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugasnya.

3
 Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional Pasal 57 Ayat 3 huruf c
Fasilitas pesawat sinar-X sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
C. Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat sinar-X terbuat dari bata merah ketebalan 25
cm (duapuluh lima sentimeter) atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm 3 (dua koma dua
gram per sentimeter kubik) dengan ketebalan 20 cm (duapuluh sentimeter) atau setara dengan
2 mm (dua milimeter) timah hitam (Pb), dan pintu ruangan pesawat sinar-X harus dilapisi
dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu.
 Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion Bab 3 Pasal 3
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup,
pengusaha instalasi yang melaksanakan setiap kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang dapat
mengakibatkan penerimaan dosis radiasi harus memenuhi prinsip-prinsip keselamatan dan
kesehatan sebagai berikut:
a. setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus mempunyai manfaat lebih besar dibanding dengan
risiko yang ditimbulkan;
b. penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak melebihi nilai batas dosis
yang ditetapkan oleh Badan Pengawas;
c. kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang
dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi ditekan serendah-
rendahnya.
 Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020
tentang Keselamatan Radiasi pada Penggunaan Pesawat Sinar-X dalam Radiologi Diagnostik
dan Intervensional Pasal 26

Untuk memastikan Nilai Batas Dosis bagi pekerja dan masyarakat tidak terlampaui,
Pemegang Izin wajib melakukan Proteksi Radiasi terhadap Paparan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, yang meliputi:

a. pembagian daerah kerja;

b. penyusunan prosedur keselamatan pengoperasian pesawat sinar-X;

c. penetapan dan peninjauan ulang Pembatas Dosis;

d. pemantauan paparan radiasi di daerah kerja;

e. pemantauan dosis perorangan; dan

f. pertimbangan khusus Pekerja Radiasi wanita hamil atau diperkirakan hamil.

4
1. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden RI Nomor 138 Tahun 2014 tentang
Tunjangan Bahaya Radiasi bagi Pegawai Negeri yang Bekerja Sebagai Pekerja Radiasi di
Bidang Kesehatan. Jakarta, 2014: 2.

2. Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostik dan Intervensional. Jakarta, 2011: 33.

3. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2000 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion. Jakarta, 2000: 3.

4. Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Keselamatan Radiasi pada Penggunaan
Pesawat Sinar-X dalam Radiologi Diagnostik dan Intervensional. Jakarta, 2020: 19.

Anda mungkin juga menyukai