Anda di halaman 1dari 42

MANEJEMEN PERALATAN MEDIS

PADA FASILITAS KESEHATAN

OLEH :
ARDI GUNAWAN (171800013)

TEKNIK ELEKTROMEDIK
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Dan tidak lupa juga
kami mengucapkan terimasih banyak kepada Ibu dosen dan teman-teman sekelas yang
turut mendukung dalam terselesaikannya laporan ini dengan baik. laporan ini dibuat
sebagai salah satu nilai tugas dari mata kuliah Teknologi Eletromedic.

Selanjutnya demi kesempurnaan dari laporan ini saya mengharapkan saran serta
kritik yang membangun dari Ibu dosen serta teman-teman sekalian.
Terimakasih.

Denpasar, Januari 2020
                                                                                   

                                                                                                            Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN  3
1.1. Latar Belakang Masalah  3
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3.Tujuan  4
BAB II PEMBAHASAN  5
2.1. Pengertian pH Meter 5
2.2. Fungsi pH Meter 5
2.3. Prinsi Kerja pH Meter 6
2.4. Macam–Macam pH Meter 6
2.5. Jenis-Jenis pH Meter 7
2.6. Bagian-Bagian pH Meter 8
2.7. Pemeliharaan pH Meter 9
2.8. Larangan Pengguaan pH Meter 9
2.9. Cara Penggunaan pH Meter 10
2.10. Kalibrasi10
BAB III PENUTUP  11
3.1. Kesimpulan  11
DAFTAR PUSTAKA  12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan


pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Guna mencapai kondisi maupun fungsi peralatan kesehatan yang baik serta
dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya pengelolaan peralatan
kesehatan yang terpadu.
Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik diperlukan adanya kebijakan
pemerintah dalam pengelolaan peralatan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
Siklus peralatan kesehatan dibedakan sebelum masuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan (pre-market) dan setelah masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (post-
market). Pengelolaan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (post-
market), diawali sejak perencanaan (didahului dengan penilaian teknologi dan
evaluasi peralatan kesehatan yang ada), pengadaan, penerimaan, pengoperasian,
pemeliharaan dan penghapusan. Termasuk di dalamnya adalah ada proses
inventarisasi, dekontaminasi, surveilens dan vigilance serta recall. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 1.1. Semua pihak yang terkait dengan pengelolaan peralatan kesehatan
diharapkan dapat memahami dan melaksanakannya sesuai dengan bidang tugas
masingMmasing.
Gambar 1.1. Siklus peralatan kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berperan baik pada tahap


pre- market (antara lain izin produksi, izin edar, izin distribusi peralatan
kesehatan) maupun post-market berupa pengelolaan peralatan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia yang antara lain mempunyai tugas penyusunan
standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang peralatan
kesehatan menyusun “Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan DI Fasilitas
Pelayanan Kesehatan”.
Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan dalam pengelolaan
peralatan kesehatan sehingga dapat melaksanakan pelayanan kesehatan secara
efektif dan efisien yang sesuai dengan kebutuhan layanan kesehatan kepada
masyarakat serta memenuhi kaidah dan standar sebagai pedoman peralatan
kesehatan yang baik dan benar.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah pada laporan ini menjelaskan hal yang berhubungan dengan
manajemen peralatan kesehatan di rumah sakit.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah dapat mengetahui tentang manajemen
peralatan kesehatan rumah sakit, dimana teknisi dapat mengetahui prosedur-
prosedur pada alat kesehatan di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manejemen

Secara bahasa atau etimologi manejemen disadur dari bahasa perancis kuno yaitu
manejement yang artinya adalah seni melaksanakan dan mengatur. Beberapa pendapat
tentang manejemen:

Menurut Nickel (1997), proses yang dilakukan untuk mewujutkan tujuan organisasi
melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainya.

2.2 Peralatan Medis

Peralatan yang digunakan untuk keperluan diagnostik, terapi, rehabilitas, dan


penelitian medik, baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang diproduksi
untuk manusi dan digunakan untuk menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orag sakit, memulihkan kesehatan pada manusia dan untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Gambar 1.2. Siklus peralatan kesehatan

Gambar 1.3. Manejemen Peralatan Medis

2.3 Perencanaan Alat Dental X-Ray


Langkah perencanaan peralatan kesehatan terutama untuk alat Dental X-Ray untuk
RSUP Sanglah meliputi:
2.3.1 Perencanaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, jenis dan jumlah peralatan
kesehatan. Berdasarkan banyak kebutuhan serta dalam pengambilan gambar
berupa pendiagnosaan organ tubuh pada bagian mulut dalam suatu gambar,
termasuk gigi atas dan rahang bawah, struktur dan jaringan sekitarnya.Serta
banyak kekurangan dalam peralatan tersebut maka peralatan medic berupa
Dental X-Ray ini perlu diadakan demi menunjang pelayanan kesehatan.
2.3.2 Perencanaan melibatkan pengguna alat / user untuk penyusunan
professional spesifikasi. Penyusunan technical spec melibatkan unsur
teknis, dimana ketentuan teknis meliputi :
a. Spesifikasi Dental X-Ray
1. Model : Endos ACP
2. Tegangan : 230 V~ ± 10 %
3. Frekuensi : 50 Hz
4. Daya : 920 VA
5. Kelas : Kelas I tipe B
6. Line Resistance : maksimal 0.8Ω
7. Main Fuse : 6AF
8. Waktu maksimal exposure : 3.2 s
9. Keakurasian waktu exposure : ± 10 % atau ± 20 ms
10. KV : 70 kVp
11. Keakurasian KV : ± 6%
12. Arus tabung : 8 mA
13. Keakurasian arus tabung : ± 13%
b. Inventaris Alat Dental X-ray
1. Nama : Dental X-ray
2. Merk : Villa
3. Type : Endos ACP
4. No.seri : 220787
5. Ruangan : Radiologi
6. Produk : Itali

Dengan memiliki 2 tuas tangkai tube agar pergerakan dapat leluasa Kekuatan 30
– 100 KV, minimal 100 mA Kelengkapan proteksi radiasi : minimal 2 apron,
tebal 0.25 mm Pb Beroda, dengan atau tanpa battery.
Berdasarkan perencanaan alat Dental X-ray perlu di perhatikan persyarat berupa :
a. Pengakuan (approval) dari FDA / CE / TUV
b. Catu daya listrik, 220 volt 50/60 Hz
c. Standart spesifikasi peralatan (masing-masing peralatan memiliki
standart yang berbeda)
d. Kelengkapan aksesoris
e. Peralatan memenuhi standart keselamatan
f. Lama pemeliharaan (biasanya sesuai kontrak)
g. Penyediaan suku cadang minimal 5 tahun
h. Masa garansi / jaminan purna jual minimal 1 tahun
i. Legalitas izin edar peralatan kesehatan
j. Training bagi tenaga operator dan teknisi

2.3.3 Perencanaan alat kesehatan juga meliputi perencanaan anggaran


pemeliharaan selama usia teknis.
Selain spesifkasi diatas, alat Dental X-ray ini juga perlu diperhatikan
dalam anggaran pemeliharaan serta spare part agar dalam pembeliaan alat
Dental X-ray ini dapat berjalan sesuai dengan usia teknis yang dianjurkan dari
pabrik. Sehingga alat yang diadakan dapat terpakai sesuai usia teknis dan tidak
terjadi kendala berupa kejadian yang tidak diharapkan
2.3.4 Dalam penyusunan perencanaan alat harus memperhatikan Sarana dan
Prasarana yang tersedia di RS. Dalam hal ini penyiapan pra
instalasi, antara lain ketersediaan ruangan/bangunan untuk alat
kesehatan yang sesuai dengan standart persyaratan masing-masing alat,
kapasitas dan istalasi listrik harus memenuhi standart PUIL 200 dan
sesuai dengan konsumsi daya listrik pada alat kesehatan.
Dalam perencanaan alat berupa Dental X-ray, tentu dari pihak rumah
sakit telah menyedikan serana berupa ruangan radiologi dan praserana berupa
stop kontak 220 VAC serta prasarana lainnya untuk mencegah bahaya dari
radiasi sinar-x ini, yakni dengan mebuat shielding/penahan anti radiasi yang
terbuat dari pb sehingga efek radiasinya tidak menggangu user atau
masyarakat yang ada di sekitar ruangan tersebut.
2.3.5 Mencari informasi harga dan biaya penyiapan sarana dan prasarana
yang dapat diperoleh dari RS lain yang telah lebih dahulu menggunakan alat
yang serupa, atau bisa juga dari supplier yang menjadi agen tunggal merk
tertentu di Indonesia, dan bisa pula melalui internet
Sebelum menyediakan serana dan prasarana yang ada, tentu dari pihak
konsumen perlu mencari berbagai informasi terkait pada alat Dental X-ray
dengan berbagai spesifikasi yang telah diketahuai atau mencari mencari alat
yang terbaru dengan berbagai kelebihan yang ada sesuai kriteria-kriteria yang
telah direncanakan sehingga alat tersebut dapat diperoleh sesuai prencanaan.
Mengenai informasi ini juga dapat dilihat biaya pada alat yang beredar di pasar
sekarang.
Ketika semuanya telah sesuai dengan kriteria prencanaan maka alat
Dental X-ray ini perlu di datangkan dengan menyediakan ruangan Radiologi
serta perlengkapan lain berupa shielding.

2.4 Pengadaan Alat Dental X-Ray


a. Pengadaan alat medik Dental X-Ray di RSUP Sanglah mempunyai alur
dimana MM (Maintenance Manager) dapat membuka permintaan barang
dalam bentuk Bon Permintaan Pembelian Barang (BPPB) yang dibuat
berdasarkan 2 alur besar; pengadaan untuk sprare part dan alat medik yang
digunakan untuk perbaikan dan kerusakan dan pengadaan alat medik yang
bersifat penambahan aset alat medik atau pengadaan baru yang diajukan oleh
unit atau Departemen dengan dilengkapi kajian kebutuhan penambahan alat
baru. MM dapat memberikan inputan mengenai pengadaan berdasarkan
inventarisasi alat medik dan spesifikasi teknik. Pengadaan yang dibuat
memiliki beberapa isian yang harus dilengkapi sebagai dasar pengajuan
permintaan diantaranya:
1. No.BPPB
2. Tgl pengajuan
3. Nama barang yang diajukan
4. Jumlah barang yang dimmta
5. Minimalstock
6. Sisastock
7. Keterangan bisa berupa alasan permintaan BPPB yang diajukan akan di
evaluasi dan disetujui oleh level Senior Manager GA, Chief Operating
Officer dan Chief Medical Officer, internal control dan diterima oleh
petugas pengadaan untuk proses pembeliannya.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Ketersediaan suku cadang.
2. Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai).
3. Kebutuhan pra instalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus, perpipaan dan
komponen pengaman/keselamatan).
4. Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan).
5. Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)

c. Penyiapan Spesifikasi

Dalam Mempersiapkan Spesifikasi perlu dilakukan perbandingan dengan alat


yang beredar di dunia pasaran, dimana melalui perbandingan spesifikasi dari
lembaga riset independ baik nasional maupun internasional, misalnya HPCS
(Health Product Comparison System) yang dikeluarkan oleh ECRI (emergency
care research institute).

Perbandingan spesifikasi ini dapat membantu dalam penyusunan Spesifikasi


sehingga spesifikasi yang dihasilkan tidak mengarah tapi setidaknya sesuai
dengan yang diharapkan.

1. Langkah – langkah penyusunan spesifikasi pada alat Dental X-Ray


a.Lakukan pengumpulan data spesifikasi peralatan medis terutama alat Dental
X-Ray yang beredar di Indonesia.
b. Sebagai perbandingan dapat dibantu dengan referensi dari misalnya HPCS
(Health Product Comparison System) yang dikeluarkan oleh ECRI
(emergency care research institute).
c. Susun parameter spesifikasi alat Dental X-Ray yang dibutuhkan
d. Masukan nilai masing-masing parameter untuk setiap jenis alat kesehatan
yang ditawarkan sesuai kebutuhan pengguna contohnya Dental X-Ray.
e. Nilai parameter dapat dibuat tetap atau dengan nilai tertentu jika memiliki
dasar yang kuat (justifikasi klinis) terhadap pemilihan parameter tersebut.
f. Hasil akhir spesifikasi yang dibutuhkan.

2.Contoh Spesifikasi Alat Dental X-ray yang disusun/didapat sebagai patokan


untuk mendatangkan alat Dental X-Ray berdasarkan informasi dan
perbandingan dari lembaga nasional maupun internasional
Spesifikasi
Model : Endos ACP
Tegangan : 230 V~ ± 10 %
Frekuensi : 50 Hz
Daya : 920 VA
Kelas : Kelas I tipe B
Line Resistance : maksimal 0.8Ω
Main Fuse : 6AF
Waktu maksimal exposure : 3.2 s
Keakurasian waktu exposure : ± 10 % atau ± 20 ms
KV : 70 kVp
Keakurasian KV : ± 6%
Arus tabung : 8 mA
Keakurasian arus tabung : ± 13%
dengan memiliki 2 tuas tangkai tube agar pergerakan dapat leluasa Kekuatan 30
– 100 KV, minimal 100 mA Kelengkapan proteksi radiasi : minimal 2 apron,
tebal 0.25 mm Pb Beroda, dengan atau tanpa battery.
d. Penyusunan HPS

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE) adalah harga barang
dan/atau jasa yang dikalkulasi secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggung jawabkan meliputi:

1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa dilokasi barang/jasa


diproduksi/diserahkan/ dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya
Pengadaan Barang/Jasa
2. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan
Pusat Statistik (BPS)
3. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi
terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan
4. daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor tunggal
5. biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya
6. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah
Bank Indonesia
7. hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan
dengan instansi lain maupun pihak lain
8. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan olehkonsultan
perencana (engineer’s estimate)
9. norma indeksk dan/atau informasi lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Sebagai contoh berdasarkan harga pasaaran 1 Unit alat Dental X-Ray seharga
Rp. 300.000.000, dan sesuai perbandingan dari beberapa informasi terkait
spesifikasi, kelengkapan serta harga yang beredar dan biaya yang sesuai
penyusunan HPS yang ada, maka alat Dental X-Ray dengan spesifikasi Di atas
dapat saja didatangkan dari beberapa pertimbangan dan Perencanaan
sebelumnya.

2.5 Instalasi Dental X-Ray

2.5.1 Instalasi Alat Dental X-Ray adalah tahap kegiatan pekerjaan pemasangan,
yang meliputi:
a. pembukaan peti/koli (unpacking)

b. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan

c. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada ceiling
d. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material praMinstalasi
yang telah dipersiapkan
e. Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi dan atau pengujian
keselamatan kerja
Instalasi peralaan harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar
instalasi dari pabrik pembuat/distributor.
2.5.2 Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu instalasi alat adalah
sebagai berikut:
a. Tidak menggangu kegiatan pelayanan di rumah sakit atau instansi
kesehatan lainnya.
b. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan ahli di bidang
radiologi.

c. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material


praMinstalasi yang diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh
pemasok/penyedia sehingga kembali ke keadaan semula.
d. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia harus
mengikutsertakan teknisi rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai upaya alih teknologi.
2.5.3 Instalasi Alat Dental X-Ray
a. Tegangan/catu daya dari stop kontak sebesar 220 VAC.
b. Stop kontak dilengkapi dengan pembumian (grounding) yang baik.
c. Dibutuhkan stabilisator.
d. Pra Intalasi Ruangan :
1. Denah ruangan
2. Penempatan stop kontak
3. Jalur kabel = dilantai , di dalam dinding, lobang plafon
4. Jendela operator : untuk melihat pasien
e. Di setiap instalasi radiologi harus dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran dan alarm sesuai dengan kebutuhan
1. Bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) dan
kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik),
atau beton dengan ketebalan 20 cm (duapuluh sentimeter) atau setara
dengan 2mm (dua milimeter) timah hitam (Pb).
2. Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam dengan
ketebalan tertentu sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan pesawat
Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun (satu milisievert
per tahun).
3. Ventilasi setinggi 2 (dua) meter dari lantai sebelah luar agar orang di luar
tidak terkena paparan radiasi.
4. Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang
menyala pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan
penyinaran (lampu peringatan tanda bahaya radiasi).
5. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih/overlapping

2.6 Penerimaan alat Dental X-Ray

Pada Penerimaan peralatan medis/komisioning berupa alat Dental X-Ray


dilalui dengan proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji fungsi dan uji coba
untuk memastikan bahwa peralatan Dental X Ray ini sesuai dengan spesifikasi dalam
kontrak, berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam rangka menjamin tersedianya
peralatan medis yang bermutu, aman dan laik pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis terutama pada
alat Dental X-Ray yang telah diinstalasi yakni, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan
bagi pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan medis dituangkan dalam berita
acara penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Telah selesai diinstalasi


b. Telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi
c. Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik
d. Telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai program

Selain ketentuan itu dari pihak penyedia juga masih bertanggung jawab terhadap
peralatan selama masa garansi.

Dalam Penerimaan alat Dental X-Ray ini terdapat Tim penerimaan alat yang
bertugas untuk memeriksa dan menerima alat. Di dalam penerimaan ini, alat Dental X-
Ray akan dilakukan:

1. pemeriksaan fisik dan kelengkapan untuk mengecek kesesuian sesuai dengen


spesifikasi dan ketentuan yang diajukan, dimana berupa :
a. Merk, tipe/model, jumlah
b. BagianMbagian alat
c. Aksesori yang dipesan
d. Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari :
1. Certificate of Origin
2. Test Certificate
3. Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram)
2. Uji Fungsi
Dalam Uji fungsi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan
yang diharapkan atau sesuai dengan standard keamanan dan standard dari
pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat (tombol, saklar, indikator,
putaran motor, pengereman, dll)
2. Kinerja output
3. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran dari alat
(missal: X ray, temperature, putaran, energy, sistem perekaman, dll).
Pada pengujian keluaran ini, supplier harus melakukan pengukuran,
dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan keluaran yang
dihasilkan setiap jenis alat.
4. Pengujian aspek keselamatan, meliputi :
a. Arus bocor
b. Impedansi kabel pembumian
c. Nilai tahanan hubungan pembumian
d. Radiasi bocor dan paparan radiasi
e. Kesetimbangan/balancing
f. Sistem pengamanan tertentu
3. Pelatihan operator dan tenaga teknik (elektromedis)

Kegiatan pelatihan sebaiknya dilakukan setelah uji fungsi dan sebelum


kegiatan uji coba dilakukan.

Pelatihan operator meliputi:

a. Prosedur penggunaan alat yang benar dan aman


b. Pengoperasian peralatan secara optimal
c. Pemeliharaan harian, penyimpanan alat dan penggantian bahan habis
pakai
d. Penyusunan standard operating procedur (SOP)

Pelatihan teknisi/elektromedis meliputi:

Cara pengoperasian peralatan Dental X-Ray

a. Penjelasan fungsi masing-masing bagian dari alat Dental X-Ray


b. Mempelajari schematic diagram Dental X-Ray
c. Trouble shooting/mendeteksi kerusakan
d. Pengukuran dan kalibrasi
e. Pemeliharaan preventif
f. Penggantian suku cadang
4. Uji Coba

Setelah semuanya dilakukan dengan baik berdasarkan fungsinya maka uji


coba pada alat Dental X-Ray dilakukan secara langsung pada pasien. Uji coba
ini dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk mebiasakan penggunaan
alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah
pemakaian.

5. Masa Pemeliharaan Peralatan

setelah penerimaan alat, tim penyedia barang berupa alat Dental X-Ray akan
selalu bertanggung jawab dalam pemeliharan berkala selama masa pemeliharaan
alat/Garansi.

6. Langkah-langkah Setelah Penerimaan Alat Dental X-Ray


1. Pencatatan peralatan medis
2. Pelabelan dan pendokumentasian
3. Perencanaan pemeliharaan Preventif
4. Pemeliharaan korektif
5. Cara penanganan peralatan medis

2.7 Pengoperasian Alat Dental X-Ray

Persyaratan pengoperasian mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan


pengoperasian peralatan yang terdiri dari :

1. Sumber daya manusia


2. Kelengkapan alat/aksesori
3. Bahan operasional
4. Sarana pendukung

Pengoperasian Peralatan medis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai


berikut :

a. Persiapan pengoperasian peralatan medis berupa: Pemeriksaan


kelengkapan peralatan, Pemeriksaan fasilitas penunjang, Penyiapan
bahan operasional.
b. pemanasan peralatan medis meliputi: Menghubungkan alat ke catu daya,
memeriksa kondisi baterai,Menghidupkan alat,Memeriksa peralatan dan
tombol-tombol,Mengatur posisi pengoperasian
c. Pelaksanaan pengoperasian peralatan medis perlu diperhatikan: Protap
pelayanan yang berlaku, Hubungan antara peralatan medis dan
pasien,Pengoperasian alat pada saat dilakukan tindakan,Pengawasan
terhadap fungsi dan supplier
d. Pengemasan /penyimpanan meliputi : Mematikan peralatan medis sesuai
prosedur, Melepaskan hubungan peralatan medis dari catu daya,
Membersihkan peralatan medis maupun aksesories yang habis dipakai,
Meletakan peralatan medis di tempatnya, Mencatat beban kerja peralatan
medis.

Prosedur Pengoperasian Dental X ray


1. Tempatkan alat pada ruang pemeriksaan / pemotretan.
2. Siapkan Bahan operasional ( Dental X ray film.)
3. Hubungkan alat dengan catu daya.
4. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON.
5. Lakukan pemanasan secukupnya.
6. Gunakan kelengkapan proteksi radiasi dan monitoring dosis radiasi.
7. Atur kondisi pemotretan ( KV, mAs dan jarak ).
8. Pilih film yang ingin di gunakan periapikal 3 x 4 cm / oclusal 6 x 9 cm
9. Jepitkan film ceristream dengan ukuran 3 x 4 mm (jenis periapikal) pada
fiksasi dan letakan pada objek yang ingin di expose
10. Instruksikan pasien untuk menggigit bagian fiksasi agar film tidak bergerak.
11. Lakukan pemotretan dengan menekan tombol exposure. (perhatikan kondisi
lingkungan sekitar)
12. Ambil film dan lakukan proses pencucian.
13. Pastikan hasil pemotretan dapat diproses lebih lanjut.
14. Kembalikan tombol keposisi minimum/ nol.
15. Matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi OFF.
16. Lepaskan hubungan alat dengan catu daya.
17. Bersihkan Alat. Pastikan alat Dental X-ray dalam kondisi baik dan siap
difungsikan pada pemotretan berikutnya.

2.8 Pemeliharaan Dental X-Ray


2.8.1 Inpeksi Dan Pemeliharaan Preventif (Ipm)

Pemeliharan Preventif pada setiap alat kesehatan pada umumnya biasanya


dilakukan berdasarkan SOP dari setiap aturan Rumah Sakit yang terjadwal seperti
pemeliharan mingguan, 3 bulanan, dan 6 bulanan dan 1 tahun.

Contoh Pemeliharaan Preventif pada alat alat Dental X-ray


a. Cek dan bersihkan seluruh bagian alat.
b. Cek sistem catu daya atau stop kontak.
c. Cek fungsi selektor, tombol, switch.
d. Cek goresan, kerusakan bentuk
e. Cek posisi kestabilan pesawat
f. Cek keselamatan lingkungan (benda-benda yang bisa membahayakan
pesawat tersebut)
g. Cek apakah ada bagian yang berkarat pada pesawat
h. X-ray tube assembly (apakah ada kebocoran oli)
i. Cek bagian roda pada dental x ray
j. Cek kondisi arm pada dental x ray
k. Cek kabel (apakah ada yang rusak atau terlilit)
l. Cek dan periksa fungsi timer.
m. Cek sistem pengaman.
n. Lakukan uji kinerja alat dan tes semua fungsi.
o. Lakukan pengukuran arus bocor.
2.8.2 Pemeliharaan Korektif Pada Alat Dental X-Ray
1. Pada proses perbaiakan alat X ray dapat dilakukan berasarkan 3 tingkatan
yaitu:
b. Tingkat Komponen
c. Tingkat Modul
d. Tingkat Sistem

Pada 3 tingkatan ini didasari dengan Troubleshooting untuk menemukan serta


memperbaiki agar alat pada Dental X-ray yang rusak dapat berfungsi dengan baik, atau
jika alatnya benar-benar rusak berat maka perlu diajuakan untuk dilakukan
afkir/penghapusan. Dalam melakukan 3 tingkatan perbaikan ini, diakhiri dengan proses
kalibrasi yang dapat menandakan bahwa alat dapat berfungsi dengan baik / laik pakai.

2. Troubleshooting/Perbaikan Alat Dental X-ray

No Masalah Penyebab Solusi


 Matikan dan hidupkan kembali
alat, lalu reset sistem dengan
Error pada penyimpanan
menekan tombol “Ready” dan
1 CHS (EEPROM + EPROM)
X-ray button bersamaan
atau test RAM
 Jika masih error, ganti dua timer
board
X-ray relay tidak Periksa kabel fleksibel antara dua
2 E01 aktif/rusak pada saat board apa terkoneksi dengan benar
pemanasan atau tidak
Tubehead aktif saat Matikan sistem secepatnya, karna
3 E02
pemanasan mungkin pancaran X-ray keluar
Tombol X-ray “Main” Cek tombol x-ray dan ganti bila
4 E03
rusak saat pemanasan rusak
5 E04 Remote X-ray tidak akif Cek Remote X-ray dan ganti bila
/rusak pada saat
rusak
pemanasan
Kedua tombol x-ray
Cek tombol X-ray dan ganti bila
6 E05 tidak aktif/rusak pada
rusak
saat pemanasan
Tombol “ready”  Cek apa kabel panelnya
7 E06 tertekan pada saat tersambung atau tidak
pemanasan  Ganti panel bila rusak
Tombol Digital Mode
8 E07 (DIX) tertekan pada saat Error yang sama seperti E06
pemanasan
Tombol “Increase”
9 E08 tertekan pada saat Error yang sama seperti E06
pemanasan
Tombol “decrease”
10 E09 tertekan pada saat Error yang sama seperti E06
pemanasan
Tombol “Patient Size”
11 E11 tertekan pada saat Error yang sama seperti E06
pemanasan
Tombol “ANATOMIC”
12 E12 tertekan pada saat Error yang sama seperti E06
pemanasan
 Cek apa kabel panelnya
X-ray relay tidak
tersambung atau tidak
13 E20 aktif/rusak pada saat
 Ganti panel bila rusak
exposure time

X-ray relay tidak


Matikan timer jika ada kemungkinan
14 E21 aktif/rusak pada saat
pancaran X-ray
exposure time (50 msec)
15 E22 TRIAC yang  Cek apa kabel panelnya
mengontrol sinar X tersambung atau tidak
tidak aktif/rusak pada  Ganti panel bila rusak
saat exposure time (50
msec)
TRIAC yang  Tidak ada koneksi ke board. Cek
mengontrol sinar X kabel antara power dan logic
16 E23
tidak terbuka pada saat board
exposure time (50 msec)  Ganti kabel jika rusak
X-ray button tertekan
Cek tombol x-ray, dan ganti bila
17 E24 pada saat system
rusak
enabling
 Periksa kemungkinan kerusakan
kabel fleksibel menghubungkan
dua papan dan menggantinya
Kesalahan pada
18 E25 jika perlu.
hardware safety circuit
 Nyalakan alat kembali, jika
masih tidak bisa pesan E02 akan
tampil

2.9 Kalibrasi Alat Dental X-ray

Setelah dilakukan troubleshooting dan perbaikan maka akan dilakukan kalibrasi


untuk menyetarakan atau membandingkan alat dengan besaran sesungguhnya alat
tersebut aman dipakai dan tidak menimbulkan cedera pada pasien, user dan orang-
orang disekitarnya

2.9.1 Kalibrasi Dental X-Ray

Parameter pengukuran atau kalibrasi Dental X-ray :


a. Pengukuran faktor Eksposisi (kV, mA, mAs).
b. Dosis Radiasi (Dosis Paparan, Dosis Per Pulsa, Dosis Area)
c. Pembangkit sinar-x/ invasive (ketepatan kV, linearitas keluaran, Arus
Listrik)
d. Uji kesesuaian iluminasi lampu kolimator
e. Uji kesesuaian kelurusan berkas sinar-x dengan cahaya kolimator
f. Akurasi tegangan tabung
g. Reproduksibilitas tegangan tabung
h. Waktu ekspose dan keluaran radiasi
i. Kualitas berkas sinar-x (HVL)
j. Kebocoran Tabung Sinar-X
k. Kualitas Citra (Image) dan ukuran fokalspot
2.10 Recall dan Penghapusan Dental X-Ray

2.10.1 Recall Dental X-Ra

Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu
peralatan medis, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Jika alat dental x-ray sudah tidak bisa
diperbaiki karna alasan :

a. Perubahan dalam standar perawatan. Prosedur klinis yang baru dapat


menyebabkan peralatan menjadi kuno.
b. Faktor keamanan alat, yang dapat menambah resiko kecelakaan pasien, staf
atau pengunjung.
c. Masalah-masalah pemeliharaan, seperti perbaikan yang terlalu sering atau
biaya perbaikan mahal (melebihi 50% dari harga perolehan).
d. Usia pakai dari alat medik telah mencapai waktu masa pakainya (life time).
e. Alat tidak dapat diperbaiki lagi karena tidak tersedianya spare part baik di
pasar umum ataupun sampai di pabrik asal alat medik itu dibuat (telah
memasuki masa End of life dan End of Support)
f. Fasilitas cacat produksi.
g. Fasilitas tidak lulus uji fungsi/kalibrasi.
h. Fasilitas yang dikirim tidak sesuai spesifikasi.
i. Laporan dari lembaga internasional seperti FDA, atau lembaga berwenang
lain.
j. Adanya kebijakan atau permintaan dari supplier alat kesehatan alat
bersangkutan mengenai alat yang disupply akan ditarik (recall) ke pabrik
dengan alasan tertentu.
2.10.2 Penghapusan Dental X-Ray

Penghapusan peralatan medis agar pemanfaatan peralatan medis di rumah sakit

efektif dan efesien serta penatausahaan peralatan medis akuntabel serta membebaskan

Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab Administrasi dan fisik

barang yang berada dalam penguasaannya.

Peralatan medis dihapuskan apabila memenuhi antara lain :

1. Persyaratan teknis penghapusan :

a. Secara fisik alat kesehatan tidak dapat digunakan karena rusak, Dan

tidak Ekonomis bila diperbaiki.

b. Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi

c. Alat kesehatan telah melampaui batas usia teknis / kadaluarsa.

d. Alat kesehatan mengalami perubahan dalam spesifikasi karena

penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain-lain sejenisnya.

e. Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila alat

kesehatan dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaan alat

kesehatan lebih besar dari manfaat yang diperoleh.

f. Alat kesehatan hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan.

2.10.3 Jenis Alat Medis yang di Recall


a. Dental X-Ray
1. Merk : Villa
2. Type : Endos ACP
3. No.seri : 220787
4. Ruangan : Radiologi
5. Produk : Itali
b. Masalah Pada Alat Dental X-Ray
Usia pakai tabung sinar-x di Dental X-Ray telah mencapai waktu masa
pakainya (life time).
c. Tindakan RSUP Sanglah
Mengganti tabung sinar-x di Dental X-Ray dengan yang baru

Gambar 3.25 Dental X-ray Villa, Endos ACP


2.10.4 Berita Acara Proses Recall Dan Penghapuan Dental X-Ray

Telah terjadi kerusakan alat Dental X-Ray pada :


Hari / tanggal : Kamis , 19 Demeber 2019
ruangan : Radiologi di RSUP Sanglah
Penarikan : Peralatan medik yang rusak ringan
Nama alat : Dental X-Ray
Merek : Villa
Type : Endos ACP

No.seri : 220787

Produk : Itali
No. Inventaris : 2.04.03.11.0657
Kerusakan yang terjadi : Usia pakai tabung sinar-x di Dental X-Ray telah
mencapai waktu masa pakainya (life time).

Mengetahui, Denpasar , 20 Desember 2019

Ka. UGD RSUP Sanglah Yoniman Nipu S.Tr.t


2.10.5 Akibat Yang Dapat Terjadi Apabila Proses Recall Tidak Dilakukan

1. Dapat menggangu kinerja alat dalam mensupport pasien karena dengan

amper yang terlalu tinggi pada batteray akan membuat alat sering bekerja

dengan tidak normal.

2. Dapat membahayakan pasien dan petugas yang sedang menggunakan

alat ventilator.

3. Nilai kepercayan konsumen pada produk atau pabrik tersebut akan

berkurang, sehingga ketika ada alat yang ingin di beli komsumen akan

mencari merek, tipe dan asal negara yang berbeda dengan kualitas yang

lebih tinggi.

2.11 Perencanaan Alat Elektrosurgical Unit (ESU)


Langkah perencanaan peralatan kesehatan terutama untuk alat ESU untuk RSUP
Sanglah meliputi:
2.11.1 Perencanaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, jenis dan jumlah peralatan
kesehatan. Berdasarkan banyaknya kebutuhan serta dalam penggunaan-nya
untuk melakukan tindakan pembedahan yang tidak banyak mengeluarkan
darah. Serta banyak kekurangan dalam peralatan tersebut maka peralatan
medik berupa ESU ini perlu diadakan demi menunjangnya pelayanan
kesehatan di RSUP Sangah.
2.11.2 Perencanaan melibatkan pengguna alat / user untuk penyusunan
professional spesifikasi. Penyusunan technical spec melibatkan unsur
teknis, dimana ketentuan teknis meliputi :
a. Spesifikasi Dental X-Ray
1. Nama Alat             : Electrosurgical Unit (ESU)
2. Merk                      : Covidien Valley Lab
3. No. Seri                 : FIF 68063 AX
4. Ruang                    : IBS OK 9
5. Type                      : Force FX
6. Lebar                     : 35,6 cm
7. Panjang                 : 45,7 cm
8. Tinggi                    : 11,1 cm
9. Berat                     : 8,2 Kg
10. Kelembaban          : 30 % - 75 %
11. Volt                       : 220 – 240V
12. Frekuensi               : 50/60Hz

Berdasarkan perencanaan alat Dental X-ray perlu di perhatikan persyarat berupa :


a. Pengakuan (approval) dari FDA / CE / TUV
b. Catu daya listrik, 220 volt 50/60 Hz
c. Standart spesifikasi peralatan (masing-masing peralatan memiliki standart
yang berbeda)
d. Kelengkapan aksesoris
e. Peralatan memenuhi standart keselamatan
f. Lama pemeliharaan (biasanya sesuai kontrak)
g. Penyediaan suku cadang minimal 5 tahun
h. Masa garansi / jaminan purna jual minimal 1 tahun
i. Legalitas izin edar peralatan kesehatan
j. Training bagi tenaga operator dan teknisi

2.11.3 Perencanaan alat kesehatan juga meliputi perencanaan anggaran


pemeliharaan selama usia teknis.
Selain spesifkasi diatas, alat ESU ini juga perlu diperhatikan dalam
anggaran pemeliharaan serta spare part agar dalam pembeliaan alat ESU ini
dapat berjalan sesuai dengan usia teknis yang dianjurkan dari pabrik. Sehingga
alat yang diadakan dapat terpakai sesuai usia teknis dan tidak terjadi kendala
berupa kejadian yang tidak diharapkan
2.11.4 Dalam penyusunan perencanaan alat harus memperhatikan Sarana dan
Prasarana yang tersedia di Rumah Sakit. Dalam hal ini penyiapan pra
instalasi, antara lain ketersediaan ruangan/bangunan untuk alat
kesehatan yang sesuai dengan standart persyaratan masing-masing alat,
kapasitas dan istalasi listrik harus memenuhi standart PUIL 200 dan
sesuai dengan konsumsi daya listrik pada alat kesehatan.
Dalam perencanaan alat berupa ESU, tentu dari pihak rumah sakit telah
menyedikan serana berupa ruangan dan praserana berupa stop kontak 220
VAC serta prasarana lainnya untuk mencegah bahaya yang bisa melukai user
atau pasien yang memakai alat tersebut.
2.11.5 Mencari informasi harga dan biaya penyiapan sarana dan prasarana
yang dapat diperoleh dari RS lain yang telah lebih dahulu menggunakan alat
yang serupa, atau bisa juga dari supplier yang menjadi agen tunggal merk
tertentu di Indonesia, dan bisa pula melalui internet
Sebelum menyediakan serana dan prasarana yang ada, tentu dari pihak
konsumen perlu mencari berbagai informasi terkait pada alat ESU dengan
berbagai spesifikasi yang telah diketahuai atau mencari mencari alat yang
terbaru dengan berbagai kelebihan yang ada sesuai kriteria-kriteria yang telah
direncanakan sehingga alat tersebut dapat diperoleh sesuai prencanaan.
Mengenai informasi ini juga dapat dilihat biaya pada alat yang beredar di pasar
sekarang.
Ketika semuanya telah sesuai dengan kriteria prencanaan maka alat
ESU ini perlu di datangkan dan menyediakan perlengkapan lainya.

2.12 Pengadaan Alat Dental X-Ray


a. Pengadaan alat medik ESU di RSUP Sanglah mempunyai alur dimana MM
(Maintenance Manager) dapat membuka permintaan barang dalam bentuk Bon
Permintaan Pembelian Barang (BPPB) yang dibuat berdasarkan 2 alur besar;
pengadaan untuk sprare part dan alat medik yang digunakan untuk perbaikan
dan kerusakan dan pengadaan alat medik yang bersifat penambahan aset alat
medik atau pengadaan baru yang diajukan oleh unit atau Departemen dengan
dilengkapi kajian kebutuhan penambahan alat baru. MM dapat memberikan
inputan mengenai pengadaan berdasarkan inventarisasi alat medik dan
spesifikasi teknik. Pengadaan yang dibuat memiliki beberapa isian yang harus
dilengkapi sebagai dasar pengajuan permintaan diantaranya:
1. No.BPPB
2. Tgl pengajuan
3. Nama barang yang diajukan
4. Jumlah barang yang dimmta
5. Minimalstock
6. Sisastock
7. Keterangan bisa berupa alasan permintaan BPPB yang diajukan akan di
evaluasi dan disetujui oleh level Senior Manager GA, Chief Operating
Officer dan Chief Medical Officer, internal control dan diterima oleh
petugas pengadaan untuk proses pembeliannya.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Ketersediaan suku cadang.
2. Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai).
3. Kebutuhan pra instalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus, perpipaan dan
komponen pengaman/keselamatan).
4. Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan).
5. Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)
c. Penyiapan Spesifikasi

Dalam Mempersiapkan Spesifikasi perlu dilakukan perbandingan dengan alat


yang beredar di dunia pasaran, dimana melalui perbandingan spesifikasi dari
lembaga riset independ baik nasional maupun internasional, misalnya HPCS
(Health Product Comparison System) yang dikeluarkan oleh ECRI (emergency
care research institute).
Perbandingan spesifikasi ini dapat membantu dalam penyusunan Spesifikasi
sehingga spesifikasi yang dihasilkan tidak mengarah tapi setidaknya sesuai
dengan yang diharapkan.

1. Langkah – langkah penyusunan spesifikasi pada alat ESU


a.Lakukan pengumpulan data spesifikasi peralatan medis terutama alat ESU
yang beredar di Indonesia.
b. Sebagai perbandingan dapat dibantu dengan referensi dari misalnya HPCS
(Health Product Comparison System) yang dikeluarkan oleh ECRI
(emergency care research institute).
c. Susun parameter spesifikasi alat ESU yang dibutuhkan
d. Masukan nilai masing-masing parameter untuk setiap jenis alat kesehatan
yang ditawarkan sesuai kebutuhan pengguna contohnya ESU.
e. Nilai parameter dapat dibuat tetap atau dengan nilai tertentu jika memiliki
dasar yang kuat (justifikasi klinis) terhadap pemilihan parameter tersebut.
f. Hasil akhir spesifikasi yang dibutuhkan.

2. Contoh Spesifikasi Alat ESU yang disusun/didapat sebagai patokan untuk


mendatangkan alat ESU berdasarkan informasi dan perbandingan dari
lembaga nasional maupun internasional
Spesifikasi
1. Nama Alat             : Electrosurgical Unit (ESU)
2. Merk                      : Covidien Valley Lab
3. No. Seri                 : FIF 68063 AX
4. Ruang                    : IBS OK 9
5. Type                      : Force FX
6. Lebar                     : 35,6 cm
7. Panjang                 : 45,7 cm
8. Tinggi                    : 11,1 cm
9. Berat                     : 8,2 Kg
10. Kelembaban          : 30 % - 75 %
11. Volt                       : 220 – 240V
12. Frekuensi               : 50/60Hz
d. Penyusunan HPS

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE) adalah harga barang
dan/atau jasa yang dikalkulasi secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggung jawabkan meliputi:

1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa dilokasi barang/jasa


diproduksi/diserahkan/ dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya
Pengadaan Barang/Jasa
2. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Staistik (BPS)
3. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi
terait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan
4. daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal
5. biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya
6. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank
Indonesia
7. hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan
instansi lain maupun pihak lain
8. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan olehkonsultan perencana
(engineer’s estimate)
9. norma indeksk dan/atau informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai contoh berdasarkan harga pasaaran 1 Unit alat ESU seharga Rp.
85.000.000, dan sesuai perbandingan dari beberapa informasi terkait spesifikasi,
kelengkapan serta harga yang beredar dan biaya yang sesuai penyusunan HPS
yang ada, maka alat ESU dengan spesifikasi Di atas dapat saja didatangkan dari
beberapa pertimbangan dan Perencanaan sebelumnya.

2.13 Instalasi Dental X-Ray


2.13.1 Instalasi Alat ESU adalah tahap kegiatan pekerjaan pemasangan, yang
meliputi:
a. pembukaan peti/koli (unpacking)

b. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan

c. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada ceiling
d. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material praMinstalasi
yang telah dipersiapkan
e. Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi dan atau pengujian
keselamatan kerja
Instalasi peralaan harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar
instalasi dari pabrik pembuat/distributor.
2.13.2 Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu instalasi alat adalah
sebagai berikut:
a. Tidak menggangu kegiatan pelayanan di rumah sakit atau instansi
kesehatan lainnya.
b. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan ahli di bidang
radiologi.

c. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material


praMinstalasi yang diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh
pemasok/penyedia sehingga kembali ke keadaan semula.
d. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia harus
mengikutsertakan teknisi rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai upaya alih teknologi.
2.13.3 Instalasi Alat ESU
a. Tegangan/catu daya dari stop kontak sebesar 220 VAC.
b. Stop kontak dilengkapi dengan pembumian (grounding) yang baik.
c. Dibutuhkan stabilisator.
d. Pra Intalasi Ruangan :
1. Denah ruangan
2. Penempatan stop kontak
3. Jalur kabel : dilantai , di dalam dinding, lobang plafon
2.14 Penerimaan alat Dental X-Ray

Pada Penerimaan peralatan medis/komisioning berupa alat ESU dilalui dengan


proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji fungsi dan uji coba untuk
memastikan bahwa peralatan ESU ini sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak,
berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam rangka menjamin tersedianya
peralatan medis yang bermutu, aman dan laik pakai.

Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis terutama pada alat
ESU yang telah diinstalasi yakni, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan bagi
pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan medis dituangkan dalam berita acara
penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Telah selesai diinstalasi


b. Telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi
c. Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik
d. Telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai program

Selain ketentuan itu dari pihak penyedia juga masih bertanggung jawab terhadap
peralatan selama masa garansi.

Dalam Penerimaan alat ESU ini terdapat Tim penerimaan alat yang bertugas untuk
memeriksa dan menerima alat. Di dalam penerimaan ini, alat ESU akan dilakukan:

1. Pemeriksaan fisik dan kelengkapan untuk mengecek kesesuian sesuai dengen


spesifikasi dan ketentuan yang diajukan, dimana berupa :
a. Merk, tipe/model, jumlah
b. BagianMbagian alat
c. Aksesori yang dipesan
d. Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari :
1. Certificate of Origin
2. Test Certificate
3. Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram)
e. Uji Fungsi
Dalam Uji fungsi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan
yang diharapkan atau sesuai dengan standard keamanan dan standard dari
pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat (tombol, saklar, indikator,
putaran motor, pengereman, dll)
2. Kinerja output
3. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran dari alat
(missal: temperature, energy, dll).
Pada pengujian keluaran ini, supplier harus melakukan pengukuran,
dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan keluaran yang
dihasilkan setiap jenis alat.
4. Pengujian aspek keselamatan, meliputi :
a. Arus bocor
b. Impedansi kabel pembumian
c. Nilai tahanan hubungan pembumian
d. Sistem pengamanan tertentu
f. Pelatihan operator dan tenaga teknik (elektromedis)
Kegiatan pelatihan sebaiknya dilakukan setelah uji fungsi dan sebelum
kegiatan uji coba dilakukan.

Pelatihan operator meliputi:

a. Prosedur penggunaan alat yang benar dan aman


b. Pengoperasian peralatan secara optimal
c. Pemeliharaan harian, penyimpanan alat dan penggantian bahan habis
pakai
d. Penyusunan standard operating procedur (SOP)

Pelatihan teknisi/elektromedis meliputi:

Cara pengoperasian peralatan ESU


g. Penjelasan fungsi masing-masing bagian dari alat ESU
h. Mempelajari schematic diagram ESU
i. Trouble shooting/mendeteksi kerusakan
j. Pengukuran dan kalibrasi
k. Pemeliharaan preventif
l. Pemeliharaan korektif
m. Penggantian suku cadang
g. Uji Coba

Setelah semuanya dilakukan dengan baik berdasarkan fungsinya maka uji


coba pada alat ESU dilakukan secara langsung pada pasien atau pada alat
kalibrator. Uji coba ini dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk
mebiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau
berdasarkan jumlah pemakaian.

h. Masa Pemeliharaan Peralatan

setelah penerimaan alat, tim penyedia barang berupa alat ESU akan selalu
bertanggung jawab dalam pemeliharan berkala selama masa pemeliharaan
alat/Garansi.

i. Langkah-langkah Setelah Penerimaan Alat ESU


1. Pencatatan peralatan medis
2. Pelabelan dan pendokumentasian
3. Perencanaan pemeliharaan Preventif
4. Cara penanganan peralatan medis

2.15 Pengoperasian Alat ESU

Persyaratan pengoperasian mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan


pengoperasian peralatan yang terdiri dari :

1. Sumber daya manusia


2. Kelengkapan alat/aksesori
3. Bahan operasional
4. Sarana pendukung

Pengoperasian Peralatan medis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai


berikut :

a. Persiapan pengoperasian peralatan medis berupa: Pemeriksaan


kelengkapan peralatan, Pemeriksaan fasilitas penunjang, Penyiapan bahan
operasional.
b. pemanasan peralatan medis meliputi: Menghubungkan alat ke catu daya,
memeriksa kondisi baterai,Menghidupkan alat,Memeriksa peralatan dan
tombol-tombol,Mengatur posisi pengoperasian
c. Pelaksanaan pengoperasian peralatan medis perlu diperhatikan: Protap
pelayanan yang berlaku, Hubungan antara peralatan medis dan
pasien,Pengoperasian alat pada saat dilakukan tindakan,Pengawasan
terhadap fungsi dan supplier
d. Pengemasan /penyimpanan meliputi : Mematikan peralatan medis sesuai
prosedur, Melepaskan hubungan peralatan medis dari catu daya,
Membersihkan peralatan medis maupun aksesories yang habis dipakai,
Meletakan peralatan medis di tempatnya, Mencatat beban kerja peralatan
medis.

Prosedur Pengoperasian ESU


1. Lepaskan penutup debu.
2. Periksa kondisi eksternal alat.
3. Hubungkan alat dengan terminal pembumian.
4. Hubungkan alat dengan catu daya.
5. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON.
6. Lakukan pemanasan secukupnya minimal: 5 – 15 menit.
7. Cek fungsi-fungsi selector pemilihan cutting, coagulating, dan bipolar
8. Periksa sistem alarm.
9. Pasang elektrode (loop elektrode, ball electrode, atau bipolar
electrode) sesuai keperluan pelayanan.
10. Atur selektor pemilihan (cutting, coagilating atau bipolar) sesuai
keperluan.
11. Atur intensitas output sesuai keperluan.
12. Lakukan tindakan pembedahan.
13. Setelah selesai digunakan, matikan alat dengan menekan tombol
ON/OFF ke posisi OFF dan pastikan output selector keposisi
minimum / nol.
14. Lepaskan kabel elektroda (active dan neutral) serta foot switch dari
alat.
15. Lepaskan hubungan alat dengan catu daya.
16. Bersihkan alat. Pastikan alat dalam kondisi baik dan siap difungsikan
pada pemakaian berikutnya.
17. Pasang penutup debu.

2.16 Pemeliharaan ESU


2.16.1 Inpeksi Dan Pemeliharaan Preventif (Ipm)

Pemeliharan Preventif pada setiap alat kesehatan pada umumnya biasanya


dilakukan berdasarkan SOP dari setiap aturan Rumah Sakit yang terjadwal seperti
pemeliharan mingguan, 3 bulanan, dan 6 bulanan dan 1 tahun.

Contoh Pemeliharaan Preventif pada alat alat ESU


a. Cek dan bersihkan seluruh bagian alat.
b. Cek sistem catu daya atau stop kontak.
c. Cek fungsi selektor, tombol, switch.
d. Cek goresan, kerusakan bentuk
e. Cek keselamatan lingkungan (benda-benda yang bisa membahayakan alat
tersebut)
f. Cek apakah ada bagian yang berkarat pada alat
g. Cek kabel (apakah ada yang rusak atau terlilit)
h. Cek dan periksa fungsi timer.
i. Cek sistem pengaman.
j. Lakukan uji kinerja alat dan tes semua fungsi.
k. Lakukan pengukuran arus bocor.

2.16.2 Pemeliharaan Korektif Pada Alat ESU


1. Pada proses perbaiakan alat ESU dapat dilakukan berasarkan 3 tingkatan
yaitu:
a. Tingkat Komponen
b. Tingkat Modul
c. Tingkat Sistem

Pada 3 tingkatan ini didasari dengan Troubleshooting untuk menemukan serta


memperbaiki agar alat pada ESU yang rusak dapat berfungsi dengan baik, atau jika
alatnya benar-benar rusak berat maka perlu diajuakan untuk dilakukan
afkir/penghapusan. Dalam melakukan 3 tingkatan perbaikan ini, diakhiri dengan proses
kalibrasi yang dapat menandakan bahwa alat dapat berfungsi dengan baik / laik pakai.

2. Troubleshooting/Perbaikan Alat Dental X-ray


Tabel 2.16 Troubleshooting ESU
Kerusakan Analisa Tindakan
Pastikan jika kabel
power terhubung dari
stop kontak dan adaptor. Periksa
Unit tidak bekerja ketika tombol Pastikan kabel terhubung keluaran kabel
power sudah pada posisi ON ke unit power
Ada tegangan HF pada sensor Kesalahan Periksa
tegangan HF dalam generator HF Generator HF
Tegangan keluaran HF terlalu Kesalahan Periksa
tinggi dalam generator HF Generator HF
Periksa
Modus unit power supply kembali
pasokan tegangan tidak beralih Kesalahan dalam beralih sambungan
selama aktivasi modus power supply power supply

Periksa
Kebocoran arus LF adalah >50 Periksa posisi pasien peralatan yang
mA dan mengalir ke unit melalui ,apakah ada kontak terhubung ke
elektroda netral dengan infus berdiri , pasien, apakah
atau sejenisnya ada yang rusak
Batas waktu monitor
fitur keamanan
umumnya hanya akan Hanya aktifkan
Batas waktu kontinu maksimum meningkat dengan unit yang
terlampaui indikasi yang ketat diperlukan
dengan menggunakan
program pengujian di set
up

2.17 Kalibrasi Alat ESU

Setelah dilakukan troubleshooting dan perbaikan maka akan dilakukan kalibrasi


untuk menyetarakan atau membandingkan alat dengan besaran sesungguhnya
supaya alat tersebut aman dipakai dan tidak menimbulkan cedera pada pasien, user
dan orang-orang disekitarnya

2.17.1 Kalibrasi ESU

Parameter pengukuran atau kalibrasi ESU :


l. Kualitas Citra (Image) dan ukuran fokalspot
Hal hal yang dilakukan dalam kalibrasi :

1. Data Alat

2. Daftar Alat yang digunakan

3. Kondisi Ruang

4. Pemeriksaan Kondisi dan fungsi komponen alat :

a. Badan dan Permukaan.


b. Kabel dan konector
c. Saklar dan Indikator
d. Tombol Saklar
e. Elektroda Aktif
f. Elektroda Pasif
g. Foot swith
h. Finger Tip Switch
i. Alarm

5. Pengukuran keselamatan listrik


6. Pengukuran Kinerja :

a. Energy Coating
b. Energy Coagulation

7.Telaah Teknis

a. KondisiRuangan
b. Kondisi fisik dan Komponen alat
c. Keselamatanlistrik

d.

Kinerja

DAFTAR PUSTAKA

http://www.binfar.kemkes.go.id/bmsimages/1373268234.pdf

http://licho-rp.blogspot.com/2013/08/x-ray-mobile.html

https://www.academia.edu/32193391/DENTAL_X-RAY

https://hwp-electromedic14.blogspot.com/2017/12/alat-bedah-electrosurgery-unit.html

Anda mungkin juga menyukai