Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

INSIDEN KECELAKAAN PADA ALAT MEDIS

Di susun oleh
Nama : Yoniman Nipu
NIM : 171800012

TEKNOLOGI REKAYASA ELEKTROMEDIK


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas limpahan Rahmat dan karunia-Nya lah sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Peralatan Laboratorium Klinik ini sesuai waktunya.
Saya mencoba berusaha menyusun makalah ini dengan sedemikian rupa dengan
harapan dapat membantu pembaca dalam memahami mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) mengenai Inseden kecelakaan pada alat medis.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih ada kekurangan ,
sehingga saya sangat berharap dengan saran dan kritik dari pembaca, terutama dosen mata
kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) agar dapat meningkatkan mutu dalam
penyajian berikutnya.

Bali, Desember 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN …................................................................................ 4


1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah …….................................................................................... 7
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 7
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 7

BAB II PEMBAHASAN ……............................................................................... 9


2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja ……....................................................... 9
2.2. Teori kecelakaan kerja….…................................................................. 9
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja…..... 11
2.4. Klarifikasi kecelakaan kerja ..…..........................................................12
2.5. Kerugian oleh kecelakaan kerja…........................................................13
2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja …….................................................... 14

BAB III PENUTUP …..........................................................................................15


3.1. Kesimpulan ……….............................................................................15
3.2. Saran ……...........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ………..............................................................................16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

mendukung penggunaan peralatan atau mesin dan bahan-bahan kimia dalam

proses produksi untuk mengahasilkan produk atau jasa yang bagus agar dapat

bersaing di pasaran. Namun, disisi lain kemajuan dan perkembangan tersebut

memicu berbagai masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti

bertambahnya sumber bahaya, meningkatnya potensi bahaya, penyakit akibat

kerja di tempat kerja (Notoatmodjo, 2007).

Aspek K3 pada perusahaan di Indonesia belum menjadi prioritas, khususnya

perusahaan swasta. Hal ini disebabkan karena perusahaan swasta

meminimalkan tenaga kerja dan pengeluaran dengan meraih keuntungan yang

sebesar-besarnya serta kurang pedulinya pengusaha akan pentingnya aspek

K3. Sehingga, masih banyak peristiwa kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja yang terjadi. Padahal dengan adanya peristiwa kecelakaan yang terjadi

di suatu perusahaan akan mengurangi profit perusahaan itu sendiri karena

harus membayar biaya perawatan korban kecelakaan kerja, membayar

kerugian bahkan mengganti alat atau mesin yang rusak akibat kecelakaan

tersebut (Nasution, 2011). Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan

kerja atau penyakit akibat kerja, pemerintah menghimbau setap perusahaan

harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) ataupun OHSAS:18001 (Occupational Health and Safety Series).

Pelaksanaan K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman,

nyaman, dan sehat. Sehingga peristiwa kecelakaan kerja dan akibat penyakit

kerja dapat dicegah serta produktivitas kerja meningkat (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja yang mencakup ketentuan syarat-syarat keselamatan

kerja untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja terhadap semua

orang yang berada di lingkungan kerja.

Peristiwa kecelakaan kerja dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa ada

dugaan sebelumnya serta dapat menimpa kapan saja dan siapa saja yang

berada di suatu tempat kerja baik tenaga kerja, pengusaha bahkan tamu.

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan kerugian,

kerusakan dan mengganggu proses kerja (Tarwaka, 2008).

Hal tersebut didukung dengan program pemerintah yang menyatakan

bahwa diharapkan seluruh perusahaan di Indonesia pada tahun 2015 dapat

menerapkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja dapat ditekan seminimal mungkin (Iskandar,

2012). Namun, kenyataannya sampai saat ini perusahaan di Indonesia yang

berkomitmen untuk melaksanakan Sistem SMK3 sebanyak 45 %, sedangkan

sebanyak 55% belum berkomitmen untuk melaksanakan SMK3 (Nasution,

2011).

Setiap alat atau mesin, bahan dan lingkungan kerja yang berkaitan

dengan proses produksi untuk menghasilkan suatu produk dan jasa selalu

mengandung potensi bahaya tertentu. Selain itu, potensi bahaya juga dapat
berasal dari berbagai kegiatan dan aktivitas dalam pelaksanaan operasi mesin

bahkan dari luar proses produksi. Potensi bahaya tersebut dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja apabila tidak

mendapat perhatian secara khusus untuk mencegah dan mengurangi risiko

kecelakaan kerja (Herawan, 2012).

Disamping itu, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di

negara berkembang empat kali lebih tinggi dibandingkan negara industri yaitu

US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Nasional Bruto (PNB).

Hazard Identification and Risk Asessment (HIRA) merupakan salah satu

metode yang digunakan untuk mengendalikan risiko kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja setelah diidentifikasi dan dilakukan penilaian risiko, maka

penerapan pengendalian risiko dilakukan untuk mengurangi risiko sampai

batas yang dapat diterima. Disamping itu, HIRA juga merupakan

Kecelakaan kerja tersebut sebagian besar terjadi di bagian produksi pada

proses drawing, karena menggunakan alat atau mesin yang berukuran besar

dan berpotensi bahaya yang tinggi seperti mesin Breaking Machine (B/M), Re

Breaking Machine (RE B/M), Pre Auto Leveliser (PRE-A/L), Auto Liveliser

(A/L), High Speed Gill (H/G), Bi Coiler (B/C), dan Rover (R/V). Hal ini dapat

dilihat bahwa kecelakaan yang terjadi di dalam proses drawing sebanyak 23

kasus, proses spinning 3 kasus dan finishing 6 kasus.

Bentuk dari kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja biasanya

adalah tangan terjepit dan terluka akibat terkena mesin, hal ini disebabkan

karena kelalaian tenaga kerja itu sendiri atau perilaku tidak aman. Sehingga,

agar kejadian kecelakaan kerja itu tidak terjadi kembali perlu adanya upaya
pencegahan kecelakaan kerja.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menerapkan metode

HIRA di bagaian produksi sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja,

sehingga diharapkan untuk kedepannya tidak ada lagi kasus kecelakaan kerja

yang terjadi di PT. Hanil Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan melihat banyaknya kasus

kecelakaan kerja yang terjadi di bagian produksi, maka peneliti ingin

mengetahui “bagaimana penerapan HIRA sebagai upaya pencegahan

kecelakaan kerja?”

1.3 Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dibagian produksi dengan

penerapan HIRA.

B. Tujuan Khusus

Penelitian ini dilakukan di bagian produksi bertujuan untuk:

i. Untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di bagian produksi.

ii. Untuk menilai risiko kecelakaan kerja yang terjadi di bagian produksi.

iii. Untuk memberikan alternatif pengendalian risiko kecelakaan kerja

dengan hierarchy of control sesuai dengan situasi dan kondisi

perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

A. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi tambahan tentang penerapan HIRA sebagai

upaya pencegahan kecelakaan kerja.

B. Bagi Peneliti Lain

Penilitian ini digunakan sebagai referensi dasar untuk melakukan

penelitian yang selanjutnya.

 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi tambahan bagi civitas

akademik Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas

Muhammadiyah Surakarta, khususnya mengenai penerapan HIRA

sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di bagian produksi

perusahaan tekstil.

 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang penerapan HIRA sebagai upaya

pencegahan kecelakaan kerja.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena


ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk
selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu
serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan
kecelakaan serupa tidak berulang kembali. Menurut Suma’mur. (2009),
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai
suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya
sehingga menghasilkan cedera yang riil.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).
Menurut OHSAS, (18001, 1999) (dalam Shariff, 2007), kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan
kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan


kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki,
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan
sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

2.2 Teori Kecelakaan Kerja

Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan
yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau
kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan
terjadinya kecelakaan kerja menurut H.W. Heinrich. (1980) yang dikenal
sebagai teori Domino Heinrich. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa
kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan, yaitu: (1)
kondisi kerja, (2) kelalaian manusia, (3) tindakan tidak aman, (4)
kecelakaan, dan (5) cedera. Kelima faktor ini tersusun seperti kartu domino
yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu
lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan
efek domino, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa
beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.

Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan


menghilangkan tindakan tidak aman yang merupakan poin ketiga dari lima
faktor penyebab kecelakaan yang menyumbang 98% terhadap penyebab
kecelakaan. Jika dianalogikan dengan kartu domino, maka jika kartu nomor
3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan
menyebabkan jatuhnya semua kartu. Dengan adanya jarak antara kartu
kedua dengan kartu keempat, maka ketika kartu kedua terjatuh tidak akan
sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya kecelakaan pada poin 4 dan
cedera pada poin 5 dapat dicegah.

Teori Frank E. Bird Petersen. (1985) mendefinisikan kecelakaan sebagai


suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa
serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya
kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur.
Teori ini memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori
manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan,
antara lain:

a. Manajemen kurang control


b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung
d. Kontak peristiwa
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi Suma’mur. (2009) disebabkan oleh dua


faktor, yaitu:

A. Faktor manusia
Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi
aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya
kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-
perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental.
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang
tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,
kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan
kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran
mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat,
kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% darikecelakaan kerja yang terjadi
disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri
(manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh,
mengantuk, lelah dan sebagainya.

B. Faktor mekanik dan lingkungan


Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat
pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak.
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut
keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab
kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin
penggerak dab pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh,
pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan manual (tangan),
menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan
transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan
kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di
tempat datar. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja.
Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan
kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan
disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan
alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin.

Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu,


keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja.
Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat
kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

2.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam


Suma’mur, (1987), klasifikasi kecelakaan kerja sebagai berikut:

1. Berdasarkan jenis pekerjaan

 Terjatuh
 Tertimpa benda jatuh
 Tertumbuk atau terkena benda-benda
 Terjepit oleh benda
 Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak bahan berbahaya atau radiasi

2. Berdasarkan penyebab

 Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian


kayu, dan sebagainya.
 Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat
angkut darat, udara dan air
 Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik, bejana bertekanan, tangga, scaffolding dan
sebagainya.
 Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas,
zat-zat kimia, dan sebagainya.
 Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah
tanah).

3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan


 Patah tulang
 Dislokasi (keseleo)
 Regang otot
 Memar dan luka dalam yang lain
 Amputasi
 Luka di permukaan
 Gegar dan remuk
 Luka bakar
 Keracunan-keracunan mendadak
 Pengaruh radiasi

4. Berdasarkan letak kelainan atau luka di tubuh

 Kepala
 Leher
 Badan
 Anggota atas
 Anggota bawah
 Banyak tempat
 Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut

2.5 Kerugian oleh karena Kecelakaan

Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan sesama


pekerja ikut bersedih dan berduka cita. Kecelakaan seringkali disertai
terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian. Gangguan
terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan
juga keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja.
Tiap kecelakaan merupakan suatu kerugian yang antara lain tergambar dari
pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat
terjadinya kecelakaan seringkali sangat besar, padahal biaya tersebut bukan
semata- mata beban suatu perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan
negara secara keseluruhan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung
meliputi biaya atas P3K, pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upah
selama tidak mampu bekerja, kompensasi cacat, biaya atas kerusakan bahan,
perlengkapan, peralatan, mesin dan biaya tersembunyi meliputi segala
sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan
terjadi, seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya
menolong korban, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang
yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan
dengan orang baru yang belum biasa bekerja pada pekerjaan di tempat
terjadinya kecelakaan. Suma’mur. (2009).

2.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab


kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui
dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis
penyebab kecelakaan harus benar-benar diketahui dan diterapkan
sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu
peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting
artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin
menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases besarnya
risiko bahaya.

Pencegahan kecelakaan kerja Suma’mur. (2009) ditujukan kepada


lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor
manusia.

1. Lingkungan

Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi


udara, pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan
suhu udara ruang kerja

b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja


yang dapat menjamin keselamatan

c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan


penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan
tempat, dan ruangan

2. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik
terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin
atau perkakas yang bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar
atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif
tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan
ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang
terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi


bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung
tangan, yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan
kenyamanan dalam penggunaannya.

4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,


mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan
halhal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja,
menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta
menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya untuk mendapatkan
suasana bekerja yang aman, nyaman dan tujuan akhirnya adalah mencapai
produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu, K3 mutlak dilaksakan pada
setiap jenis bidang pekerjaan tanpa terkecuali. Terutama bagi tenaga
kesehatan, selain memiliki hak dan kewajian terdapat juga keputusan menteri
bagi tenaga kerja kesehatan. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat, tidak
sedikit angka kejadian penyakit tenaga kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.

3.2 Saran
Tugas ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk meningkatkan
kualitasnilai-nilai tenaga kesehatan.
1. tenaga kesehatan diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
pedoman dalam memberikannilai-nilai perawatm dengan melakukan hak
dan kewajiban perawat di berbagai wilayah Indonesia dengan budaya di
setiap daerah, serta memperhatikan keselamatan kerja pribadi, teman
sejawat dan lingkungan sesuai dengan perundang-undangan dan keputusan
menteri yang berlaku.
2. Lingkungan Kerja Diharapkan pimpinan tempat kerja harus melakukan
tindakan promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif guna mengurangi
angka kejadian pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Pemerintah atau Organisasi Profesi diharapkan dapat memberi masukan
kepada instansi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Persatuan
tenaga kesehatan Indonesia dalam melakukan nilai-nilai tenaga kesehatan
harus berbasis profesional. Dan memperhatikan upaya sertaperlindungan
kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kesehatan dan pemeriksaan
kesehatan secara berkala dengan fasilitas yang memadai
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id
http://lib.ui.ac.id
http://eprints.ums.ac.id

Anda mungkin juga menyukai