Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

ANKYLOGLOSSIA

Ayu Abharina P1, Franky Oscar2


1
Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Kristen Maranatha, Bandung 40164, Indonesia
2
Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Kristen Maranatha, Bandung 40164, Indonesia

ABSTRACT

The tongue is one of the important organs in the body that has many functions. The
tongue can have anomalies in the form of genetic developmental abnormalities and
environmental. Ankyloglossia is defined as a developmental anomaly of the tongue
characterized by an abnormally short, thick lingual frenulum resulting in limitation of tongue
movement or in simple terms, tongue tie. It causes abnormal speech, malocclusion and
inability to swallow the food which could entail difficulty in normal life activity of an
individual
This case reflection discusses the case of ankyloglossia or tongue tie in a 5 year old male
child who came to the dental health department of Sartika Asih Hospital in Bandung.
Keywords: Ankyloglossia, lingual frenulum, frenotomy, frenectomy

ABSTRAK

Lidah merupakan salah satu organ penting pada tubuh yang memiliki banyak fungsi.
Lidah dapat mengalami anomali berupa kelainan perkembangan genetik dan eviromental.
Ankyloglossia didefinisikan sebagai anomali berupa kelainan perkembangan lidah ditandai
dengan frenulum lingual yang pendek, tebal abnormal sehingga membatasi pergerakan lidah,
disebut juga tongue tie. Dapat menyebabkan kesulitan bicara, maloklusi dan
ketidakmampuan untuk menelan makanan yang mempengaruhi aktivitas normal seorang
individu.
Refleksi kasus ini membahas kasus ankyloglossia atau tongue tie pada pasien anak laki –
laki berusia 5 tahun yang dapat ke Poli Gigi Rumah Sakit Sartika Asih Bandung
Kata kunci : Ankyloglossia, frenulum lingual, frenotomi, frenektomi

1
2

PENDAHULUAN

Lidah merupakan salah satu organ penting pada tubuh manusia yang memiliki

banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan, menghisap, menelan,

persepsi rasa, bicara, respirasi, dan perkembangan rahang. Lidah dapat mengalami

anomali berupa kelainan perkembangan genetik dan environmental. Ankyloglossia

didefinisikan sebagai anomali perkembangan lidah ditandai dengan frenulum lingual

yang pendek, tebal abnormal sehingga membatasi pergerakan lidah, disebut juga

dengan tongue tie.1

Tongue tie terjadi pada 0,02 - 4,48% anak, lebih sering mengenai anak laki - laki

dari pada perempuan. Tongue tie dapat menyebabkan beragam kelainan fungsional

termasuk kesulitan bicara, maloklusi dan ketidakmampuan untuk menelan makanan

yang mempengaruhi aktivitas normal seorang individu.1 Refleksi kasus ini membahas

kasus ankyloglossia atau tongue tie pada pasien anak laki-laki berusia 5 tahun yang

datang ke Poli Gigi Rumah Sakit Sartika Asih Bandung.

I. DESKRIPSI PASIEN

Data Umum

Nama : Fayyadh Aflah R. Wahyu

Jenis Kelamin : Laki – laki


3

Tanggal Lahir / Usia : 27 Agustus 2013 / 5 tahun 11 bulan 25 hari

Alamat : Komp BMI Blok A1 No 15

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Keluhan utama

Seorang pasien anak laki –laki, berusia 5 tahun bersama kedua orangtuanya,

datang ke Poli Gigi Rumah sakit Sartika Asih Bandung dengan keluhan lidahya

tampak pendek, tidak bisa dijulurkan keluar sejak lahir.

Anamnesis

Ibu pasien menyadari saat anaknya berusia 1 tahun kurang mampu berbicara

seperti anak – anak lain. Pasien kesulitan mengucapkan beberapa penggalan kata

sehingga apa yang diucapkan sering terdengar tidak jelas seakan cadel hingga saat

ini. Terkadang juga pasien susah makan karena mengaku sulit dan mengeluh

lidahnya tidak bebas digerakkan. Tidak ada keluhan adanya gangguan tumbuh

kembang. Dari riwayat keluarga tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki

kelainan serupa.
4

Foto Intraotral

Gambar 1. Foto Intraoral

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Frenulum Lingualis

2. Definisi dan Insidensi Ankyloglossia

3. Etiologi Ankyloglossia

4. Klasifikasi Ankyloglossia

5. Frenotomi

6. Frenektomi

7. Komplikasi dan Prognosis


5

III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Frenulum Lingualis

Frenulum lingualis adalah lipatan membran mukosa yang menghubungkan lidah

ke dasar rongga mulut dan tulang mandibular. Frenulum lingualis terbentuk dari

jaringan ikat fibrosa yang padat dan serat superior dari otot genioglossus. Frenulum

lingualis bermigrasi menuju posisi sentral untuk menempati posisi definitif seiring

dengan pertumbuhan dan perkembangan tulang dan erupsi gigi. Ketika frenulum

lingualis tebal, kencang, atau perlekatan dari lidah terbatas dapat mengakibatkan

ankyloglossia.2,3

Gambar 2. Frenulum Lingualis


6

III.2 Definisi dan Insidensi Ankyloglossia

Lidah adalah salah satu organ yang ditutupi oleh lapisan pelindung dari epitel

skuamosa berlapis. Lidah memiliki peran yang penting dalam proses penelanan,

pengecapan dan bicara. Beberapa kondisi yang dijumpai pada lidah termasuk

kedalam istilah “anomali lidah”. Salah satu anomali lidah adalah ankyloglossia.

Ankyloglossia berasal dari bahaya Yunani yaitu angkylos “tidak lurus, glossia

“lidah”. Ankyloglossia didefinisikan sebagai anomali perkembangan lidah ditandai

dengan frenulum lingual yang pendek, tebal abnormal sehingga membatasi

pergerakan lidah, disebut juga dengan tongue tie.1

Wallace 1960 mendefinisikan tongue tie sebagai kondisi dimana ujung lidah tidak

dapat dijulurkan melewati gigi insisivus rahang bawah dikarenakan frenulum lingual

yang pendek. Insidensi tongue tie bervariasi dari 0.2 – 5 %. Tongue tie terjadi pada

0,02 - 4,48% anak, lebih sering mengenai anak laki - laki dari pada perempuan

dengan rasio sekitar 2.6 : 1.0.4

Ankyloglossia dapat mempengaruhi cara bicara (terutama sulit untuk mengucapkan

huruf atau konsonan suara t, d, l, j, ch, dg, th, s, r, z, zh), mastikasi, menyusui untuk

bayi, kebersihan mulut dan lingkungan sosial. Ankyloglossia yang sudah parah sering

menyebabkan diastema midline mandibular, kerusakan periodontal seperti resesi

gingiva disekitar gigi insisivus sentral rahang bawah atau diastema karena adanya

tegangan akibat tarikan jaringan dibelakang insisivus mandibula, fungsi lidah yang
7

abnormal pada saat menelan, kesulitan saat makan atau minum, kesulitan dalam

menjilat makanan seperti es krim, kesulitan menjulurkan lidah sehingga tidak dapat

membersihkan makanan yang berada di palatal atau sulkus labiobukal, dan dapat

mempengaruhi stabilisasi dan adaptasi dari gigi tiruan.3,4,5

Gambaran klinis ankyloglossia dapat terlihat pada beberapa sindrom seperti Smith

Lemliopitz syndrome, Orofacial digital syndrome, Beckwith Weidman syndrome,

Simpson Golabi Behmel syndrome dan X-linked cleft palate.6

III.3 Etiologi Ankyloglossia

Ankyloglossia adalah anomali minor. Ankyloglossia disebabkan apoptosis yang

tidak memadai selama diferensiasi prenatal lidah dari dasar mulut. Ankyloglossia

dapat terisolasi atau terjadi dengan defek midline lainnya. Sel yang berikatan pada

lidah dengan dasar mulut normalnya mundur dari anterior ke posterior, meninggalkan

sisa perlekatan kecil yang disebut frenulum lingualis. Frenulum lingualis adalah

perpanjangan mukosa oral ke lidah yang sedikit tervaskularisasi dan terinervasi pada

saat lahir. Jika frenulum lingualis terlalu kaku, pendek, tidak mampu bergerak

mundur dan maju di sepanjang lidah atau terletak terlalu dekat dengan batas gingiva

maka fungsi lidah akan terbatas.7

Etiologi ankyloglossia disebabkan karena adanya kelainan bawaan atau kongenital

sehingga mengakibatkan pendeknya frenulum. Kelainan ini juga dapat disebabkan


8

karena pendeknya otot genioglosus yang membatasi gerak dari lidah. Adanya

malformasi kongenital pada rongga mulut, termasuk pada dasar mulut diduga menjadi

etiologi utama dari ankyloglossia. Malformasi ini menyebabkan terjadinya kesalahan

pada proses embriogenesis atau sebagai hasil dari kerusakan perkembangan embrio

intrauterin dan pertumbuhan janin. Ankyloglossia merupakan hasil dari kegagalan

mutasi pada gen yang mengkode transkripsi faktor TBX22. Malformasi kongenital ini

juga diwujudkan dengan kurangnya perkembangan membran oro-nasal, atau ruptur

parsial.8,9

III.4 Klasifikasi Ankyloglossia

Ankyloglossia menurut Kotklow dapat diklasifikasikan kedalam empat kelas

berdasarkan jarak insersi frenum lingual ke ujung lidah. 5 Jarak normal lidah bebas

sekitar >16mm.

Kelas I  Ankyloglossia ringan : 12 – 16mm

Kelas II  Ankyloglossia sedang : 8 – 11 mm

Kelas III  Ankyloglossia parah : 3 – 7 mm

Kelas IV  Ankyloglossia lengkap : < 3mm

Horton (1963) mengklasifikasi Ankyloglossia ke dalam 3 bagian, yaitu:10

1. Ankyloglossia Ringan

Pada ankyloglossia ringan, jaringan ikat/frenulum linguae lebih tebal


9

dibandingkan orang normal.

2. Ankyloglossia Moderat

Pada Ankyloglossia Moderat, jaringan frenulum dan otot genioglossus

tebal dan agak ke ujung lidah.

3. Ankyloglossia Sempurna

Pada Ankyloglossia Sempurna ini, jaringan ikat lebih tebal dan berada

pada

ujung lidah.

Menurut Dr. Aini, Ankyloglossia atau Tongue tie dapat dibagi menjadi 4 tipe:11

1. Tipe 1 : frenulum terikat sampai ujung lidah,

2. Tipe 2 : frenulum terikat 1-4 mm di belakang tipe 1,

3. Tipe 3 : frenulum terikat di tengah lidah dan biasanya kuat dan kurang

elastis,

4. Tipe 4 : frenulum terikat di pangkal lidah, namun tebal dan tidak elastis

sehingga mobilitas lidah sangat terbatas.


10

Gambar 3. Klasifikasi Ankyloglossia menurut Dr. Aini

III.5 Frenotomi

Frenotomi diindikasikan terutama hanya pada kasus dimana pasien menderita

ankyloglossia ringan. Frenotomi adalah memperbaiki perlekatan frenulum dengan

memotong atau menggunting frenulum tersebut. Dipergunakan topikal anestesi

kemudian lokal anestesi. Dengan gunting yang tajam frenulum lingualis digunting

pada perlekatannya antara lidah dan dasar mulut +1 cm panjangnya. Insisi ini dijahit

pada perlekatan yang baru. Kadang-kadang tidak perlu dijahit, cukup diberi tampon

steril pada luka insisi12

Frenotomi merupakan prosedur bedah yang aman, sederhana, serta efektif untuk

dilakukan pada usia 12 bulan hingga 3-4 tahun. Dapat meningkatkan kenyamanan,

efektivitas, dan kemudahan dalam menyusui. Anestesi topikal yang sering digunakan

adalah benzocaine yang diusapkan pada bagian frenulum dengan kapas. Perdarahan

dan traumatik yang dialami pada proses ini sangatlah minimal. Dapat diberikan

acetaminophen tetes sebanyak 10mg/kg BB dalam 24 jam apabila dibutuhkan.13


11

Gambar 4. Frenotomi pada Bayi14


(A) lidah berbentuk hati yang menonjol disebabkan oleh frenulum lingual pendek
(B) lidah diangkat kearah palatal dan gunting untuk memotong frenulum
(C) frenulum dipotong melalui jaringan putih seperti fasia sepanjang garis yang sejajar
dengan lidah

III.6 Frenektomi

Frenektomi adalah memperbaiki perlekatan frenulum dengan mengambil

frenulum tersebut. Tujuan Frenektomi adalah untuk kepentingan estetik, membantu

memelihara dan memperbaiki oral hygiene, menurunkan resiko kerusakan jaringan

periodontal, menghindari relaps (diastema sentral) paska perawatan orto. Indikasi

dilakukannya frenektomi adalah perlekatan frenulum yang tinggi, yang memperparah


12

inflamasi gingiva dan poket, diastema sentral, resesi gingiva dan gangguan pada

pemeliharaan oral hygiene, mengganggu adaptasi dan stabilisasi dari gigi tiruan.

Kontraindikasi untuk dilakukan frenektomi adalah pasien dengan riwayat penyakit

sistemik seperti diabetes melitus dan hemofilia serta faktor psikologis pasien yang

tidak baik.

Perawatan bedah frenektomi dilakukan dengan bantuan anestesi, anestesi umum

diperlukan bila perbaikan meliputi daerah yang luas atau jika diperlukan reposisi otot.

Pada anak-anak diberikan obat sedative seperti Versed (midazolam) atau choral

hydrate dan Vistarik (hydroxyzine), dikombinasi dengan nitrat oksida atau bahan

kimia lain yang sesuai, dilakukan sebelum tindakan pembedahan.12,15, 16

Teknik insisi dengan menggunakan hemostat

Topikal anestesi diaplikasikan pada daerah di bawah lidah, kemudian anestesi

lokal yang mengandung 1:100.000 epinefrin diinfiltrasikan ke dalam daerah frenulum

lingualis, dipergunakan submukus infiltrasi anestesi. Setelah dianestesi lokal, lidah

diretraksi ke atas posterior dengan menarik suture pada ujung lidah. Frenulum

kemudian dipegang kira-kira di tengah dari panjang vertikal dengan menggunakan

hemostat, lurus paralel dengan dasar mulut. Bagian jaringan yang dijepit dieksisi

menggunakan scalpel, pertama di atas hemostat kemudian di bawah hemostat.

Frenulum lingualis dipotong menyilang secara horizontal sampai perlekatan

permukaan bawah lidah ke dasar mulut dicapai. Diseksi tersebut akan menghasilkan
13

suatu luka di permukaan bawah lidah dan di dasar mulut, meluas ke papilla salivaris.

Kerusakan ditutup dengan dua atau 3 jahitan simpel interrupted dengan 3-0 catgut

resorbable. Pasien harus disarankan untuk tidak menggerakkan lidah berlebihan

selama masa penyembuhan.16

Gambar 5. Prosedur Frenektomi Menggunakan Hemostat

Teknik insisi tanpa menggunakan hemostat


14

Frenulum lingual dihilangkan dengan scalpel tanpa bantuan hemostat. Secara

lebih spesifik, setelah meretraksi lidah, frenulum diinsisi dengan insisi yang terpusat

pada area perlekatan lingual dan di sisi yang lain. Setelah frenulum dikurangi dan

lidah terlepas, lidah diretraksi ke atas dan belakang untuk memfasilitasi pemindahan

sandaran (adaptasi) frenulum. Setelah itu, tepi luka dijahit. Prosedur bedah harus

dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari injuri karena letak frenulum dekat

dengan vena lingual dan duktus glandula submandibula.16

Laser Frenectomy

Dalam beberapa tahun terakhir, bedah dengan menggunakan laser telah

menyediakan perawatan alternatif baru. Laser menawarkan perspektif baru karena

karakteristik yang berbeda dibanding dengan teknik konvensional. Keuntungan utama

bedah frenektomi dengan laser adalah tercapainya operasi yang tepat dan bersih tanpa

darah, dan waktu operasi yang lebih pendek. Laser CO2 menguapkan jaringan dan

menghilangkan perdarahan, karena prosedur ini memungkinkan hemostasis yang baik

dari pembuluh superfisial. Selain itu, penjahitan tidak diperlukan, karena luka

dibiarkan terbuka dan sembuh karena produksi jaringan granulasi dan reepitalisasi

yang terjadi dari tepi luka bedah ke pusatnya.17


15

Gambar 6. Laser Frenectomy14

III.7 Komplikasi dan Prognosis

Tongue tie surgery merupakan prosedur bedah yang aman dan jarang sekali

menimbulkan komplikasi. Komplikasi ringan merupakan rasa nyeri pasca bedah yang

dapat diatasi dengan pemberian analgesik. Frenotomi pada neonatus mempunyai

prognosis terapi sangat baik dimana bayi tersebut akan menunjukkan kemampuan

menyusu maupun berbicara yang lebih baik pasca operasi.

Komplikasi :
16

 Pemotongan yang kurang was-was pada anak kecil dapat menyebabkan

hemoragi dan lidah dapat menjadi terlalu mobil sehingga tertelan dan

menyebabkan asfiksia.

 Infeksi juga sering terjadi pada basis lidah dengan terbentuknya ulser besar

dan penyebaran stomatitis)

 Nyeri

 Perdarahan

 Pembengkakan

 Febris/Demam

 Sakit kepala/Nyeri sinus

Prognosis :

Prognosis dari prosedur frenotomi sangat tergantung keparahan ankyloglossia

dan usia pasien, tetapi secara umum prognosis dari prosedur frenotomi yang tidak

mengalami komplikasi adalah cukup baik. Umumnya, jarang sekali terjadi komplikasi

dari prosedur frenotomi.

KESIMPULAN

Ankyloglossia merupakan kelainan pada perlekatan pada frenulum sehingga


pergerakan lidah menjadi terbatas. Ankyloglossia dapat menyebabkan kesulitan
mengunyah makanan dan kesulitan berbicara. Pada kasus yang berat, tindakan bedah
17

dapat dilakukan untuk memperbaiki perlekatan frenulum melalui prosedur frenotomi


atau frenektomi.
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Darshan HE, Pavithra PM. Tongue tie: From confusion to clarity-A review. Int
J DentClin 2011; 3(1):48-51.

2. Olivi G, Signore A, Olivi M. Lingual frenectomy functional evaluation and new


therapeutical approach. European journal of pediatric dentistry. 2012.

3. Melo et al, Ankyloglossia: case report.RSBO. 2010.

4. Messner AH, Lalakea ML,Ably J, Bair E. Ankyloglossia: incidence and


associated feeding difficulties. Arch oerolaryngol Head Neck Surg
2010;123:36-9

5. Kishore, A. Srivastava, V. Ankyloglossia or tongue tie-a case report. Journal of


Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). 2014.

6. Verdine. V, Khan R, Management of Ankyloglossia-case report. IOSR Journal


of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). 2013

7. Genna, CW., 2008, Supporting sucking skills in breastfeeding infants, Jones


and Bartlett Publishers, USA, p.181

8. Archer WH, 1975, Oral Surgery, Philadelphia: WB Saunders Company.

9. Mueller DT, Callanan VP, 2007, Congenital malformations of the oral cavity,
Otolaryngol Clin North Am., 40(1):141

10. Horton, Charles E., et al. 1963. “Tongue-Tie.” Medical Journal. American
Cleft Palata Association, Chicago.

11. Aini, Dr. 2008. “Tounge Tie (Lidah Pendek).” Kemang Medical
Care.http://www.kemangmedicalcare.com/kmc-tips/tips-anak/675-tounge-
tielidah-pendek.html.

12. Tjiptono TR, Harahap S, Arnus S, Osmani S. 1989. Ilmu Bedah Mulut edisi 5.
Medan: Cahaya Sukma. 198-200.
19

13. Coryllos, E., 2004, Congenital Tongue-tie and Its Impact on Breastfeeding,
http://www.aap.org/breastfeeding/files/pdf/bbm-8-27%20Newsletter.pdf,
19/12/11

14. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4072276/

15. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR, Contemporary oral and
maxillofacial surgery, Elsevier, India, 2003; 527-59

16. Fragiskos D. Oral surgery. Springer. 2007

17. P. Viraparaia, J.M White RMV. CO2 Laser: Evidance Based Applications in
Dentistry

Anda mungkin juga menyukai