MODUL ENDODONTIK
Oleh:
MAHFUZHI ELHARIS
J 530170038
E. Tanda-tanda klinis
Terdapat dua jenis fraktur pada mahkota gigi yaitu (American Assosiation of Endodontic,
2013):
1. Unclompicated fracture
Fraktur jenis ini tidak melibatkan pulpa dan terdiri dari infraksi yaitu retakan (crack)
yang tdak sempurna pada email, fraktur email (fraktur ellis klas I) dan fraktur telah
melibatkan dentin (fraktur ellis klas II) dan tidak melibatkan pulpa.
2. Complicated fractures
Frakktur jenis ini melibatkan email, dentin dan pulpa, termasuk juga fraktur akar
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
3) Telepon/HP : 083897542588
6) Pekerjaan : Mahasiswa
7) Agama : Islam
Golongan Darah :B
Alergi :-
Penyakit sistemik :-
B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang dengan keluhan gigi depan rahan atas patah karena kecelakaan
- Menurut keterangan pasien giginya patah karena kecelakaan 1 tahun yang lalu
- Menurut keterangan pasien gigi yang dikeluhkan pernah berdarah ketika jatuh tanpa
- Pasien tidak merasakan ngilu saat minum dingin dan tidak ada riwayat sakit spontan
- Pasien tidak dalam perawatan dokter dan tidak mengonsumsi obat rutin
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Fisik :
Vital Sign :
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 16 x/menit
Suhu : afebris
Berat Badan : 95 kg
Profil : Cembung
Bibir : Sedang
Mukosa Pipi : terdapat bekas gigitan setinggi oklusal gigi sepanjang M3 sampai
Orofaring : TAK
Lidah : Normal
Alveolus : Tinggi
Lain-lain :-
4. Pemeriksan Oral Hygiene Index
Debris
Kalkulus
DI = 14/6 = 2,3
CI = 17/6 = 2,8
OHI = DI + CI
= 5,1 (sedang)
Pada elemen 2,4 terdapat bekas gigitan setinggi oklusal sepanjang gigi M3 sampai M1 kiri
dan kanan.
D/ Cheek bitting
Elemen 14, 15, 23, terdapat perubahan warna kemerahan dengan konsistensi lunak,
unstipling.
D/ Gingivitis
6. Odontogram
8. Pemeriksaan Penunjang
Radiograpi periapikal
9. Diagnosis
TP/ - KIE
- Mahkota Jaket
- Kontrol
11. Prognosis
Ad Bonam (baik)
BAB III
A. Diagnosis
Trauma/ Fraktur gigi adalah hilangnya kontinuitas struktur gigi karena adanya gaya yang
kuat, garis fraktur dapat brupa horizontal, vertikal dan oblique. Ellis telah mengklasifikasikan
fraktur pada gigi sebagai berikut (American Assosiation of Endodontic, 2013):
Kelas I : fraktur mahkota melibatkan sedikit atau tidak sama sekali lapisan dentin
Kelas II : fraktur mahkota luas mengenai dentin, tidak menyebabkan pulpa terbuka
Kelas III : fraktur mahkota luas mengenai dentin, dan pulpa terbuka
Kelas IV : trauma menyebabkan gigi nonvital
Kelas V : gigi avulsi karena trauma
Kelas VI : fraktur akar dengan atau tanpa fraktur mahkota
Kelas VII: gigi berpindah tanpa ada fraktur akar maupun mahkota
Kelas VIII: Seluruh mahkota hancur dan perpindahan tempat
Kelas IX : trauma pada gigi decidui
Pada kasus ini pasien mengalami fraktur pada gigi depan kanan rahang atas (gigi 11)
karena kecelakaan 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan objektif menunjukan kehilangan
jaringan keras gigi yang telah melibatkan dentin sehingga di tegakan diagnosa adalah gigi 11
Fraktur ellis kelas II. Rencana perawatan yang diambil adalah perawatan saluran akar non vital
(PSA nonvital) sebab etiologi dari fraktur gigi 11 adalah trauma, dimana trauma dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dalam jangka waktu tertentu. PSA non vital adalah salah satu
tindakan medis dengan cara mengganti jaringan pulpa nekrotik dengan bahan pengisi saluran
akar untuk mencegah kerusakan gigi dan infeksi yang lebih lanjut (Mitchel, 2015)
Tahap perawatan saluran akar antara lain: preparasi saluran akar yang meliputi
pembersihan dan pembentukan(biomekanis), pengukuran panjang kerja, disinfeksi, dan
pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan
pengisian saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi
yang kurang bersih memungkinkan terjadinya kegagalan dalam perawatan slauran akar
(Widyastuti, 2017)
B. TAHAPAN PERAWATAN
Persiapan Alat
- Standar alat diagnostik
- Smooth Broach
- Barbed Broach
- K file
- H file
- Lentulo
- Glass plate
- Spatula semen
- Plastis Instrumen
- Handpiece
- Endo access bur
- Plugger
- Spreader
- Spuit injeksi
Persiapan Bahan
- Akuades steril
- Kalsium hidroksida CaOH dan iod gliserin
- NaOCl 3% (Bahan Irigasi)
- Endometason (Bahan Sealer)
- Paper Point (Bahan pengering saluran akar)
- Gutta Perca Point (Bahan Obturasi)
- Semen Seng fosfat (Bahan Base)
- Cavit (Bahan Tumpatan Sementara)
- Cotton Roll
- PH cain
-
Cara Kerja
- Preoperatif Radiograf
- Isolasi gigi : Pemasangan rubber dam atau cotton rol
- Anastesi infiltrasi pada gigi target
- Pembukaan atap pulpa dengan endo access bur
- Pencarian akses : Pencarian orifisium (Eksplorasi) dengan menggunakan Smooth
Broach
- Pulp Debridement dengan menggunakan Barbed Broach
- Pengukuran panjang kerja dengan Metode Observasi langsung
Ukur panjang gigi yang akan dirawat pada radiogram, misal X. Panjang kerja (PK)
perkiraan = x-1 mm. Masukkan file dengan panjang kerja X-1 mm tersebut dan
dilakukan pengambilan radiograf. Ketentuan :
a. Bila panjang alat tepat pada ujung apikal maka PK perkiraan dikurangi 1 mm.
b. Bila jarak ujung alat dengan ujung apikal >1mm atau ternyata ujung alat
menembus apikal maka pengukuran PK diulangi.
- Preparasi saluran akar dengan menggunakan K file dilakukan dengan teknik Step
back (PK Estimasi = 21 mm)
IAF 25 Irigasi
30 Irigasi Rekapitulasi file 25 (PK 21 mm)
35 Irigasi Rekapitulasi file 30 (PK 21 mm)
MAF 40 Irigasi Rekapitulasi file 35 (PK 21 mm)
45 Irigasi Rekapitulasi file 40 (PK = 20mm)
50 Irigasi Rekapitulasi file 40 (PK = 19mm)
55 Irigasi Rekapitulasi file 40 (PK = 18mm)
- Finishing preparasi saluran akar dengan menggunakan H file
File 60 Irigasi Rekapitulasi file 40 (PK = 17mm)
File 70 Irigasi Rekapitulasi file 45 (PK = 16mm)
Irigasi
- Setiap pergantian file dilakukan irigasi menggunakan NaOCl 0,5-5,25%
- Sterilisasi saluran akar menggunakan CaOH dan iod gliserin
- Tumpat sementara dengan caviton
Kunjungan berikutnya (1 minggu berikutnya) :
- Pemeriksaan Subjektif : tidak ada keluhan sakit saat digunakan makan
- Pemeriksaan Objektif : perkusi (-) dan palpasi (-)
- Lakukan tes Perhidrol dengan paper point yang sudah dimasukkan ke saluran akar
dicelupkan ke cairan perhidrol.
Jika terdapat buih pada cairan perhidrol maka saluran akar belum steril dan harus
dilakukan dressing ulang.
- Pengisian saluran akar dengan gutta perca secara kondensasi lateral
- Pilih gutta perca point dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF, sebagai
MAC (Master Apical Cone) potong sesuai dengan panjang kerja menggunakan
gunting
- Saluran akar maupun gutta percha utama dioelsi dengan sealer (endometason dan
eugenol) hanya di bagian apikalnya
- Pengolesan saluran akar menggunakan lentulo ditandai 2/3 dari PK dengan rubber
stop yang diputar dengan putaran lambat (low speed contra angle) dengan gerakan
ditarik ke arah koronal
- Gutta perca utama dimasukkan ke dalam saluran akar, kemudian semaksimal
mungkin gutta perca utama ditekan kearah lateral dengan menggunakan spreader
dari ukuran terbesar
- Sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan gutta perca point tambahan duaa nomor
di bawah MAC sampai penuh
- Lakukan rontgen foto untuk mengetahui apakah pengisian saluran akar hermetis
atau tidak
- Kelebihan gutta perca dipotong sampai orifis menggunakan plugger yang dipanasi
- Kavitas ditumpat dengan tumpatan sementara yaitu semen seng fosfat dan cavit.
- Kontrol 1 minggu berikutnya
a. Melakukan pemeriksaan subjektif : untuk mengetahui ada tidaknya keluhan
setelah dilakukan obturasi (pengisian) saluran akar.
b. Melakukan pemeriksaan objektif
Perkusi ( - )
Palpasi ( - )
c. Melakukan foto rontgen untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada jaringan
periapikal dan mengetahui hermetis atau tidak pada saat obturasi.
- Lakukan restorasi permanen.
BAB IV
KRSIMPULAN
Diagnosis yang ditegakan pada kasus ini adalah gigi 11 fraktur ellis kelas II. Perawatan
yang akan dilakukan adalah PSA non vital dengan mempertimbangkan etiologi fraktur gigi
11 adalah trauma saat kecelakaan 1 tahun yang lalu agar tidak terjadi nekrosis pulpa dan
infeksi lanjut pada daerah periapikal dimasa yang akan datang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, A.C. and Widmer, R. P., 2003. Handbook of Pediatric Dentistry 2nd edition.
Philadelphia : Mosby.
Grossman, LI., Oliet S., and Rio, CED. 2015. Ilmu Endodontik Dalam Prakter: edisi
kesebelas. EGC: Jakarta
Mitchell L., Mitchell DA., 2015, Kedokteran Gigi Klinik, Ed.5, EGC, Jakrta.
Walton R.E and Torabinejad M. 2014. Principles and Practice of Endodontics, 5th Ed.
Philadelphia. W.B Saunders Company. Pp : 41-2
18