Laporan Diskusi Perawatan GTSL
Laporan Diskusi Perawatan GTSL
Disusun oleh :
Nama : Amanda Angger ADW
NIM : J520185042
Periode :8
PENDAHULUAN
2. Klasifikasi GTS
Metode klasifikasi yang secara universal digunakan adalah klasifikasi
Kennedy yang diperkenalkan pada tahun 1923 oleh Dr. Edward Kennedy.
Applegate (1959) menyatakan bahwa klasifikasi menurut Kennedy adalah
klasifikasi yang dapat diterima secara universal dan memiliki tujuan yang jelas,
ringkas logis dalam pembuatan desain serta memungkinkan dengan cepat melihat
bagian rahang yang tidak bergigi sehingga dengan mudah diaplikasikan pada
berbagai keadaan tidak bergigi. Klasifikasi dibuat dengan tujuan untuk
memudahkan pengelompokkan daerah tidak bergigi sehingga memungkinkan
dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin mengenai keadaan tersebut.
Kegunaan lain dari klasifikasi ini dapat memudahkan dalam memahami prinsip-
prinsip dasar pembuatan GTS.
Banyak klasifikasi yang telah dibuat dan digunakan, antara lain Kennedy,
Cummer, Miller, Applegate dan lain-lain. Namun klasifikasi ini sulit diterapkan
untuk tiap keadaan, tanpa syarat-syarat tertentu. Untuk memudahkan aplikasinya
atau penerapannya Applegate memandang perlu mengadakan perubahan-
perubahan tertentu untuk lebih mendekatkan prosedur klinis dengan pembuatan
disain dan klasifikasi yang dipakai, maka dikenal klasifikasi Applegate-
Kennedy. Applegate-Kennedy membagi rahang yang sudah kehilangan giginya
menjadi 6 kelas dengan rincian sebagai berikut :
1. Kelas I : Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).
2. Kelas II : Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi hanya berada pada salah satu sisi rahang saja
(unilateral).
3. Kelas III : Daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada
di bagian posterior maupun anteriornya (unilateral).
4. Kelas IV: Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah rahang (bilateral).
5. Kelas V : Daerah tak bergigi paradental yang panjang unilateral dan
melibatkan gigi kaninus, gigi anterior tdak dapat dipakai sebagai
penahan.
6. Kelas VI : Daerah tak bergigi paradental yang pendek melibatkan satu
atau dua gigi dengan gigi asli tetangga dapat dipakai sebagai penahan.
b. Konektor Minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan
konektor utama dengan bagian lain. Biasanya terletak pada daerah
embrasure gigi dan harus berbentuk melancip ke arah gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal/beban oklusi ke
gigi pengangan, menghubungkan bagian-bagian gigi tiruan sebagian, serta
menyalurkan efek penahan.
c. Penahan
Penahan (retainer) merupakan bagian GTS yang berfungsi memberi
retensi dan mampu menahan protesa tetap pada tempatnya. Penahan dibagi
menjadi dua macam yaitu direct retainer dan indirect retainer. Direct
retainer merupakan cangkolan GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer dapat berupa
klamer/cengkram dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan
gigi pegangan. Indirect retainer berguna untuk menahan terlepasnya gigi
tiruan secara tidak langsung.
d. Elemen gigi tiruan
Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian GTS yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-kadang
merupakan tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan protesa baik
mengenai ukuran, bentuk maupun warna. Seleksi ukuran dan bentuk sering
pula menjadi sulit karena ruangan yang tersedia sudah tak sesuai lagi, karena
migrasi atau rotasi gigi tetangganya. Elemen gigi tiruan juga harus
memulihkan fungsi menggigit dan mengunyah dan tidak boleh mengganggu
bicara serta baik secara estetis.
5. Dukungan GTS
Pada saat membuat desain gigi tiruan dapat pula ditentukan macam-
macam dukungan yang digunakan oleh gigi tiruan. Ada 3 macam dukungan gigi
tiruan :
a. GTS dukungan gigi
Dukungan yang diperoleh dari gigi dengan pertimbangan gigi
pendukungnya masih kuat, sehat dan baik, sadel tidak panjang dan jumlah
sadel tidak banyak. Sampai saat ini gigi tiruan sebagian lepasan dukungan
gigi asli masih dianggap terbaik dengan alasan gaya perpindahan kurang
bekerja pada dukungan gigi karena terdapat penahan langsung pada kedua
ujung daerah tidak bergigi, tidak terjadi pergerakan protesa ke arah jaringan
lunak sehingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan dibawah basis,
fungsi utama gigi asli memang untuk menahan beban pengunyahan dan
gaya oklusal akan disalurkan ke tulang alveolar melalui akar gigi,
ligamentum periodontal berfungsi sebagai peredam kejut serta reseptor
refleks yang terdapat pada membran periodontal, otot dan sendi rahang
berfungsi mengatur pergerakan mandibula sehingga bila ada gaya oklusal
yang melebihi gaya fisiologik maka gigitan akan berhenti secara refleks.
b. GTS dukungan jaringan
Gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan jaringan mukosa.
Dukungan dari mukosa dipilih dengan pertimbangan penyaluran gaya
oklusal ke mukosa atau jaringan pendukung, jaringan mukosa dibawah sadel
sehat dan cukup tebal, tulang alveolar dibawah sadel padat dan sehat, tidak
ada penyakit sistemik pasien yang berkaitan dengan resorpsi tulang yang
progresif, serta untuk sadel yang berujung bebas sebanyak mungkin daerah
sadel tertutup untuk mengurangi beban.
c. GTS dukungan kombinasi
Gigi tiruan yang mendapat dukungan dari gigi asli dan jaringan
mukosa. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk maksud tersebut antara lain
pengurangan gaya oklusal, penyaluran gaya oklusal pada gigi penyangga
dan mukosa melalui cetakan fungsional, penempatan sandaran menjauhi
basis dan perluasan basis distal.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Data Pasien
Identitas
Nama Pasien : Sri Sutarni
Tanggal Lahir : 22 September 1966
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Puspan 02/VII, Blulukan, Colomadu, Karang Anyar
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Alergi : Pasien mengaku tidak memiliki alergi obat
B. Pemeriksaan
Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
Motivasi
Pasien datang atas kemauan sendiri untuk dibuatkan gigi tiruan yang dapat
dilepas pasang oleh pasien sendiri.
Keluhan Utama (CC)
Pasien merasa tidak nyaman saat mengunyah karena gigi-gigi belakang
kanan dan kirinya telah hilang terutama saat makan-makanan keras. Pasien
mengaku kehilangan gigi karena mencabutkan sisa akarnya.
Riwayat Perjalanan Penyakit (PI)
Pasien pernah mencabutkan 4 gigi belakang bawah kanan dan kiri nya
sekitar 3 tahun yang lalu karena gigi tersebut tinggal akar, kemudian pasien
belum pernah membuatkan gigi tiruan untuk gigi yang telah hilang
tersebut. Pasien juga pernah mencabutkan gigi belakang atas kanan dan
kirinya ke koas FKG UMS dan tidak mengalami komplikasi.
Riwayat Kesehatan Umum (PMH)
- Pasien mengaku pernah di rawat di rumah sakit saat melahirkan
anaknya.
- Pasien memiliki riwayat tekanan darah rendah
- Pasien tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan dan cuaca
- Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat secara rutin
- Pasien tidak sedang dalam pengawasan dokter
Riwayat Kesehatan Gigi (PDH)
- Pasien juga pernah mencabutkan gigi belakang atas kanan dan kirinya
ke koas FKG UMS dan tidak mengalami komplikasi.
Riwayat Kesehatan Keluarga (FH)
Umum :
- Ayah : ayah pasien telah meninggal dan tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik.
- Ibu : ibu pasien telah meninggal dan tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik.
Gigi :
- Ayah : ayah pasien telah meninggal dan tidak memiliki keluhan gigi
berlubang
- Ibu : ibu pasien telah meninggal dan tidak memiliki keluhan gigi
berlubang.
Riwayat Kehidupan Pribadi / Sosial (SH)
- Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 2x sehari.
- Pasien mengaku suka mengkonsumsi teh, dan minum manis.
- Pasien tinggal di rumah sendiri dengan tingkat sosial ekonomi
menengah
- Pasien merupakan pegawai swasta di slah satu perusahaan percetakan
di solo dan merupakan lulusan SMK.
- Pasien mudah memahami penjelasan yang diberikan operator selama
pemeriksaan lengkap.
Pemeriksaan Objektif
1. Kesan Umum Kesehatan Penderita
Jasmani : Sehat
Mental : Sehat, kooperatif, komunikatif
2. Vital Sign
Tekanan Darah : 125/ 84 mmHg (Normal)
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 16 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Berat Badan : 68 kg
TinggiBadan : 167 cm
3. Pemeriksaan Ekstra Oral
GangguanFungsi Klicking
Catatan :
2&4 : Terdapat jejas gigitan setinggi oklusal pada daerah gigi
34-35, 44-45 yang hilang bila diusap.
D/ Murcicatio Buccarum
D/ Torus Palatinus
6. Hasil Pemeriksaan Kebersihan Rongga Mulut
Debris Calculus
Bukal
Kanan Ant Kiri Total Bukal
Kanan Ant Kiri Total
Palatal/ Palatal/
Lingual Lingual
Atas 2 0 0 2
Atas 0 0 0 0
0 0 0 0
0 1 0 1
Bawa 0 0 0 0
Bawah 0 1 0 1
h 2 3 2 7
0 1 0 1
Total 2 0 0 2
Total 0 1 0 1
3 2 7
0 2 0 2
CI = 9 = 1,5
DI =3 = 0,5
6
6
OHI = 0,5 + 1,5
= 2 (Baik)
A. Diagnosis
GTSL dengan resin akrilik dibuat atas dasar pertimbangan karena hilangnya
beberapa gigi pada rahang bawah. Pada rahang bawah gigi yang hilang adalah gigi
36, 37, 46, dan 47 merupakan klasifikasi Kennedy Kelas III dan Applegate Kennedy
Kelas II modifikasi 1P.
GTSL pada rahang bawah menggunakan dukungan kombinasi, dukungan
yang digunakan dalam kasus ini adalah dukungan kombinasi karena gigi posterior
yang hilang dan gigi yang digunakan sebagai pegangan juga masih kuat. Hal ini
juga digunakan untuk menahan gaya-gaya yang diterima oleh gigi tiruan karena
menggantikan banyak gigi yang hilang pada bagian posterior dimana bagian
tersebut menerima beban pengunyahan yang besar.
Pada rahang bawah menggunakan C klamer di gigi 35 dan 45 serta 38 dan 48
yang berfungsi sebagai direct retainer yang meneruskan tekanan ke aksis gigi dan
menahan tekanan oklusal pada sadel. Juga berguna untuk mencegah pergerakan
protesa menjauhi linggir sisa. Ukuran gigi pengganti disesuaikan dengan bentuk
dan ruang yang tersedia, serta warna gigi sesuai dengan gigi aslinya, dan dipilih
warna sesuai dengan warna gigi pasien yang tersisa.
B. Tahapan Perawatan
1. Alat dan Bahan
Alat :
a. Pisau malam
b. Bowl dan spatula
c. Sendok cetak no 2
d. Penggaris
e. Lampu spritus
f. Glass plate
g. Tang potong
h. Tang Ortho
i. Macam-macam mata bur : bur polishing , bur finishing
j. Amplas
k. Mesin trimer
l. Mikro motor
m. Kuas kecil
n. Kuvet
o. Press kuvet
Bahan :
a. Gips stone
b. Gips plaster
c. Bahan cetak alginat
d. Malam merah
e. Spirtus
f. CMS
g. Acrylic Resin (powder dan liquid)
h. Anasir gigi
i. Shade guide
j. Pumice
k. Klamer kawat 0,7mm
2. Prosedur Kerja
Kunjungan I
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan obyektif.
2. Studi model dibuat dengan :
Alat : Sendok cetak no. 2
Bahan cetak : Hydrokoloid irreversibel
Metode mencetak : Mukostatik
3. Catatan gigitan (Bite Record) dibuat dengan menggunakan malam
4. Warna gigi dicocokan dengan menggunakan shade guide
5. Desain gigi tiruan dibuat dengan beberapa tahapan :
Tahap I : Kelas dari masing-masing daerah tak bergigi ditentukan
Rahang bawah : Gigi yang hilang : 36, 37, 46, 47
Klasifikasi : Kelas III Kennedy
Kelas II Applegate Kennedy modifikasi 1P
Indikasi Protesa : GTS dengan bahan resin akrilik
Tahap II : Macam dukungan ditentukan dari setiap sadel
Rahang bawah : menggunakan dukungan kombinasi (mukosa &
gigi)
Tahap III : Jenis penahan ditentukan
Rahang bawah : direct retainer menggunakan C klamer pada gigi 35,
45 dan 38, 48
Tahap IV : Konektor dipilih
Rahang bawah : basis resin akrilik dua sisi yang diperluas ke distal.
Desain gigi tiruan rahang bawah:
Kunjungan II
1. Mouth Preparation berupa scalling dan root planning serta
penambalan gigi bila diperlukan.
2. Model kerja dibuat dengan menggunakan
Alat : Sendok cetak perforated stock tray no.2 (RA&RB)
Bahan cetak : Alginat
Cara mencetak : Mukokompresi
Hasil cetakan diisi dengan stone gips.
3. Pembuatan base plate dari malam merah kemudian ditry in ke pasien
beserta pemasangan anasir dank lamer sebagai retainer GTSL.
4. Pembuatan bite rim dan melakukan analisis MMR, serta cek oklusi
serta ketegangan otot pengunyahan, dan dilakukan pemeriksaan
subjektif pada pasien, apakah sakit saat dilakukan tryin tadi.
5. Model malam, klamer dan anasir yang telah dibuat dan disesuaikan
dengan oklusi pada pasien serta model juga dilakukan mounting
dengan menggunakan articulator.
6. Jika try in pada pasien dan artikulator telah sesuai, model dapat
diprosesing di laboratorium. Perlu juga dilakukan analisis model
menggunakan surveyor untuk menentukan ada tidaknya undercut
dan menentukan arah masuknya GTSL.
Kunjungan III
1. GTS resin akrilik diinsersikan kepada pasien
2. Dilakukan Pemeriksaan retensi, yang perlu diperhatikan adalah
a. Gigi tiruan tidak terlepas pada waktu dipasang.
b. Tepi plat protesa harus menempel pada cingulum gigi asli.
3. Stabilisasi, yang diperhatikan: protesa tidak terlepas pada saat
dilakukan gerakan fungsi rahang.
4. Instruksi pada pasien
a. Mengenai cara memasang dan melepas protesa.
b. Pasien harus beradaptasi dengan gigi tiruannya selama 2x24 jam
tidak dilepas, hanya dilepas pada waktu membersihkan dan
menggosok gigi.
c. Kebersihan protesa dan rongga mulut selalu dijaga.
d. Bila timbul rasa sakit setelah pemasangan, harap segera kontrol.
e. Kontrol setelah satu minggu pemakaian protesa.
f. Penjelasan kapan saja melepas protesa
Kunjungan IV
Kontrol :
1. Pemeriksaan subyektif
Pasien sudah merasa nyaman dengan gigi tiruannya, dan tidak
terdapat keluhan dari pasien.
2. Pemeriksaan obyektif
Jaringan mulut pasien terlihat baik
Keadaan GTSL baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun pada
bagian mukosa bawah.
Posisi cangkolan
Keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya terlihat baik
Oklusi, retensi dan stabilisasi GTSL terlihat baik
BAB V
PEMBAHASAN
GTS dengan resin akrilik dibuat atas dasar pertimbangan karena hilangnya
beberapa gigi pada rahang bawah. Pada rahang bawah gigi yang hilang adalah gigi
36,37, 46, 47 merupakan klasifikasi Kennedy Klas III dan klasifikasi Applegate
Kennedy Kelas II modifikasi 1P. Pembuatan gigi tiruan dilakukan bersamaan
dengan pembuatan gigi tiruan rahang atas, dikarenakan penyesuaian dengan gigi
antagonis harus dilakukan
GTS pada rahang bawah menggunakan dukungan yang digunakan dalam
kasus ini adalah dukungan kombinasi karena gigi posterior yang hilang dan gigi
yang digunakan sebagai pegangan juga masih kuat.
Pada kasus ini digunakan klamer C di gigi 35, 38, 45 dan 48 yang berfungsi
sebagai direct retainer yang meneruskan tekanan ke aksis gigi. Juga berguna untuk
mencegah pergerakan protesa menjauhi linggir sisa. Ukuran gigi pengganti
disesuaikan dengan bentuk dan ruang yang tersedia, serta warna gigi sesuai dengan
gigi aslinya, dan dipilih warna A2 sesuai dengan warna gigi pasien yang tersisa.
BAB IV
KESIMPULAN
1. GTS resin akrilik dipilih karena lebih mudah dibuat dan relatif lebih murah
dengan tetap memperhatikan faktor retensi, stabilisasi dan estetis yang baik
sehingga GTS resin akrilik akan nyaman digunakan.
2. GTS resin akrilik pada gigi 36, 37, 46, 47 telah berhasil dibuat dan dapat
digunakan dengan baik oleh pasien.
3. Pasien mengaku merasa nyaman saat menggunakan GTS tersebut saat makan,
bicara, dan aktivitas rongga mulut lainnya; pasien juga tidak merasa GTS
tersebut mengganggu fungsi mastikasi, fonetik, dan estetik.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate, C.O., 1959. Essentials of Removable Partial Denture Prosthesis, 2nd Ed.
W.B. Saunders Co. Philadelphia. P:9-28.
Bates, F.J., 1970. Partial Denture Construction. John and Sons L.T.D. Bristol. P:1-
4.
Gunadi, A.H., Margo, A., Burhan, K.L., Suryatenggara,F., dan Setiabudi, I., 1991.
Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Hipokrates. Jakarta.P:143-239.
Gunadi, A.H., Margo, A., Burhan, K.L., Suryatenggara, F., dan Setiabudi, I., 1994.
Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. Hipokrates. Jakarta.P:308-332.
Watt, M.D., Mc. Gregor., R.A., 1992, Penentuan Desain Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan 1st Ed, Hipokrates, Jakarta.