disusun oleh:
Jessica Anastasia
160112180095
Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Hendra Dian Adhita, Sp.KG (K)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................2
BAB I LAPORAN KASUS..................................................................3
1.1 Status Kunjungan I.................................................................................3
1.1.1 Identitas Pasien.......................................................................................................3
1.1.2 Pemeriksaan Subjektif............................................................................................3
1.1.3 Pemeriksaan Objektif..............................................................................................4
1.1.4 Diagnosis.................................................................................................................6
1.1.5 Rencana Perawatan.................................................................................................6
1.1.6 Prosedur Perawatan.................................................................................................6
1.2 Kunjungan II.........................................................................................17
1.2.1 Pemeriksaan Subjektif..........................................................................................18
1.2.2 Pemeriksaan Subjektif..........................................................................................18
1.2.3 Diagnosa................................................................................................................18
1.2.4 Rencana Perawatan...............................................................................................18
1.2.5 Prosedur Perawatan...............................................................................................18
LAPORAN KASUS
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Pasien perempuan berusia 21th datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
dengan keluhan gigi depan rahang atas patah sehingga terasa mengganggu ketika
makan. Pasien mengatakan bahwa pada awalnya gigi tersebut berlubang dan patah
sekitar 4 hari yang lalu sehingga sulit untuk makan. Tidak ada rasa sakit pada
dokter gigi 1 bulan yang lalu untuk mencabut gigi. Pasien ingin giginya ditambal.
I.1.3 Pemeriksaan Objektif
Suhu : afebris
Kelenjar Limfe :
Lunak/Kenyal/Kera
Kelenjar Teraba Sakit
s
Kana
- Kenyal -
Submandibula n
Kiri - Kenyal -
Kana
- Kenyal -
Submental n
Kiri - Kenyal -
Kana
- Kenyal -
Servikal n
Kiri - Kenyal -
Konjungtiva : Non-anemis
Sklera : Non-Ikterik
Palatum : normal
Frenulum : normal
Tonsil : T1-T1
Odontogram
PE PE
PE PE
Status Lokalis
I.1.4 Diagnosis
3) Saliva ejector
4) Polybib
5) High speed handpiece
(4) Etsa
(5) Bonding
(6) Microbrush
(7) Komposit
2. Persiapan pasien
polybib
3. Informed consent
perawatannya
4. Isolasi rongga mulut pasien dengan cotton roll dan saliva ejector untuk
kontrol saliva
pada struktur gigi yang sehat. Pada gigi yang akan direstorasi dengan
7. Penambalan
1) Penambalan komposit
dentin
3) Lalu membersihkan etsa menggunakan water syringe dan
keringkan
fine/superfine
Suhu : afebris
Kelenjar Limfe :
Kelenjar Teraba Lunak/Kenyal/Keras Sakit
Kanan - Kenyal -
Submandibula
Kiri - Kenyal -
Kanan - Kenyal -
Submental
Kiri - Kenyal -
Kanan - Kenyal -
Servikal
Kiri - Kenyal -
Mata : Pupil Isokhor; Konjungtiva Non-anemis ; Sklera Non-
Ikterik
Palatum : normal
Frenulum : normal
Tonsil : T1-T1
Odontogram
PE PE
PE PE
Status Lokalis
I.1.8 Diagnosis
3) Saliva ejector
4) Polybib
1) Glass lab
3) Light cure
4) Etsa
5) Bonding
6) Microbrush
7) Komposit
2. Persiapan pasien
polybib
3. Informed consent
1) Menjelaskan mengenai dan penyakit pasien serta perawatannya
4. Isolasi rongga mulut pasien dengan cotton roll dan saliva ejector untuk
kontrol saliva
pada struktur gigi yang sehat. Pada gigi yang akan direstorasi dengan
7. Penambalan Komposit
dentin
keringkan
fine/superfine
I.2 Kunjungan II
Nama : Nn. RJ
Usia : 21 tahun
NRM : 2019-007023
Pasien datang Kembali ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut untuk melanjutkan
Status Lokalis
I.2.3 Diagnosa
3) Salive ejector
4) Polybib
2. Persiapan pasien
polybib
3. Isolasi rongga mulut pasien dengan cotton roll dan saliva ejector untuk
kontrol saliva
fine. Lakukan pemolesan serta pastikan tidak terdapat step antara tambalan
komposit gigi pada tepi gigi pada tepi restorasi dan tambalan harus mengkilat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Karies
masyarakat adalah gigi berlubang atau karies. Karies merupakan suatu penyakit
jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh
karbohidrat menjadi zat asam yang berakibat terjadinya penurunan pH saliva (Sari
II.2 Komposit
Komposit adalah bahan restorasi yang paling sering digunakan oleh dokter
gigi karena keunggulannya yaitu lebih estetik, lebih baik dalam mempertahankan
bahan bonding dapat berkaitan dengan struktur gigi dan memperkuat sisa struktur
Preparasi gigi adalah pengubahan mekanis dari gigi yang sudah rusak,
luka, atau sakit sehingga penempatan dari bahan restorasi dapat membangun
kembali bentuk gigi menjadi seperti sedia kala (dan berfungsi dengan baik)
umumnya, tujuan utama dari preparasi gigi yaitu untuk (1) menjaga struktur gigi
yang masih sehat sebanyak mungkin, (2) menghilangkan seluruh defek dan
membentuk preparasi gigi sehingga, dibawah tekanan dari mastikasi, baik gigi
maupun restorasi (atau keduanya) tidak akan mengalami fraktur dan restorasi
tersebut tidak akan berpindah tempat, dan (4) memungkinkan penempatan estetik
dari bahan restoratif jika diindikasikan. Tujuan dari operative dentistry adalah
untuk memaksimalkan konservasi dari setiap bagian mahkota gigi yang tersisa,
dikarenakan melemahnya gigi dari lesi karies pada struktur gigi (Ritter et al.,
2019).
Proses dari preparasi gigi secara konseptual dibagi menjadi fase awal dan
Tahap inisial terdiri dari, pembuatan outline form dan kedalaman inisial,
bentuk resistensi primer, bentuk retensi primer, serta convenience form (Heymann
et al., 2014). Fase inisial dari preparasi gigi pada dasarnnya melibatkan insisi
bedah superfisial (dengan instrumen rotari) kedalam dan melalui lesi karies
enamel menuju kedalaman dari DEJ, diikuti dengan pelebaran lateral dari dinding
preparasi, dalam kedalaman yang terbatas ini, dan agar memperlihatkan lesi karies
dentin atau defek secara lengkap. Ekstensi lateral diatur agar sehingga hanya
menghilangkan enamel dengan DEJ compromised (demineralisasi) (Ritter et al.,
2019).
Pada tahap akhir terdiri dari, penghilangkan seluruh dentin yang terinfeksi
atau material restorasi yang lama, proteksi pulpa, bentuk resistensi dan retensi
Tahap final difokuskan dalam (1) manajemen yang akurat pada lesi/defek
yang telah diisolasi, (2) Proteksi optimal dari struktur gigi yang tersisa, dan (3)
Preparasi yang diperlukan untuk mengoreksi lesi karies atau defek lain
insisal disebut preparasi Kelas IV. Preparasi kelas IV komposit mencakup (1)
membuat akses kedalam struktur defek (lesi karies, fraktur, defek non karies), (2)
dentin yang defek, restorasi lama yang defek, dan base material), dan (3) membuat
Desain dari preparasi ini adalah preparasi berbentuk box, kedalaman 0.75 mm di
akar dan 0.2 mm di dentin, margin cavosurface 90o dan menambahkan groove
yang luas dan mencakup permukaan insisal dari gigi anterior. Preparasi ini sama
dengan konvensional tetapi menambahkan bevel pada margin enamel. Retensi ada
kelas IV komposit didapatkan dari etching pada margin enamel dan dapat
membentuk sudut 45o terhadap permukaan eksternal gigi. Lebar dari bevel sekitar
0.25 – 2 mm bergantung pada jumlah struktur gigi yang hilang dan retensi yang
yang kecil atau sedang dan juga defek trauma. Tujuan preparasi gigi ini adalah
menghilang sesedikit mungkin struktur gigi dan tetap menyediakan bentuk retensi
dan resistensi yang baik. Pada kasus fraktur di sudut insisal biasanya
diindikasikan untuk sedikit atau tidak sama sekali ada preparasi inisial. Margin
cavosurface tetap di bevel tetapi tidak ada tambahan groove untuk retensi
Tahap awal, bagian proksimal dari gigi yang berada di sebelah gigi yang
akan dilakukan restorasi harus dilindungi menggunakan strip poliester agar tidak
terkena etsa. Gel etsa diaplikasikan di struktur gigi yang dipreparasi selama 30
detik pada enamel yang terpreparasi dan 15 detik pada dentin yang terlibat.
Kemudian bilas gel dan bersihkan, dentin harus tetap dalam keadaan lembab
membatasi bahan restorasi dan untuk membantu pembuatan dari kontur aksial
gigi, kecuali pada fraktur ujung insisal enamel yang sangat kecil. Mylar matriks
dapat digunakan untuk kebanyakan preparasi kelas IV, walaupun fleksibilitas dari
2019).
Matriks diperlukan untuk (1) membatasi kelebihan bahan restoratif dan (2)
membantu dalam pengembangan kontur axial gigi yang sesuai. Pada umumnya,
sehingga matrix band dapat dipasang, dan kemudian wedge segera dipasang
kembali. Wedge diperlukan pada margin gingiva untuk (1) menahan matriks pada
posisinya, (2) memberikan sedikit ruang antar gigi, dan (3) mencegah overhang
gingiva pada komposit. Wedge harus digunakan untuk memisahkan gigi dimana
ruang yang dibuat dapat mengkompensasi ketebalan dari matriks jika restorasi
yang dibuat harus memiliki kontak proksimal yang tepat (Ritter et al., 2019).
permukaan lingual dari restorasi terlebih dahulu, kemudian badan restorasi, dan
yang memadai dengan potensi yang lebih kecil dalam menghasilkan material
warna komposit dari dentin dan enamel dapat diterapkan sesuai dengan struktur
klinisi untuk melapisi komposit dengan sifat optikal yang berbeda ( lebih opak,
pewarnaan lebih gelap, atau keduanya, untuk meniru dentin; dan lebih translusen,
pewarnaan lebih terang, atau keduanya, untuk meniru enamel), yang mana dapat
operator menyinari bahan restorasi dari arah facial dan lingual (Ritter et al., 2019).
Gambar 2.2 Penggunaan Custom lingual Matrix (Ritter et al., 2019)
II.5.4 Finishing dan Polishing komposit
komposit kelas IV yaitu keterlibatan dari sudut insisal dan tepi insisal pada gigi
dan perluasan permukaan fasial pada restorasi kelas IV yang besar. Panjang dan
ketebalan dari tepi insisal harus diperhatikan dengan seksama, begitu pula dengan
langsung pada posisi akhir dan kontur pada permukaan lingual dan tepi insisal.
Penyesuaian dan perbaikan yang teliti akan mencegah muatan oklusal yang
berlebih dari restorasi dan mengurangi potensi dari kegagalan klinis prematur
poles digunakan untuk poles dan penyelesaian akhir (Heymann et al., 2014).
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini terdapat karies media pada mesioinsio gigi 21 dan karies
dengan keluhan gigi depan rahang atas berlubang lalu kemudian patah sehingga
terasa mengganggu ketika makan. Secara estetik, patahnya gigi bagian anterior
juga akan mengganggu ketika tersenyum atau berbicara dengan orang lain. Pada
kasus ini dilakukan penambalan kelas dengan menggunakan komposit shade A2.
strips dan wedge untuk pembentukan dinding proksimal gigi. Restorasi dilakukan
pada bagian palatal terlebih dahulu kemudian dilanjutkan hingga bagian labial
dengan cara layering. Setelah itu restorasi dihaluskan dengan menggunakan bur
fine dan superfine, restorasi kemudian dipoles menggunakan bur enhanz dengan
KESIMPULAN
Diagnosis gigi 21 pada kasus ini adalah pulpitis reversible. Hal ini
didasarkan pada anamnesis dan tes vitalitas yang dilakukan pada kunjungan
pertama, dengan hasil tes vitalitas positif, tes perkusi dan tes tekan negatif.
komposit dengan menggunakan mylar strip dan layering. Pasien datang seminggu
DAFTAR PUSTAKA
Heymann, H. O. et al. (2014) Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry - E-Book.
Elsevier Health Sciences. [online]. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=IMbsAwAAQBAJ.
Ritter, A. V. et al. (2019) Sturdevant’s ART and SCIENCE of OPERATIVE DENTISTRY
Seventh Edition. 7th edition. Missouri: Elsevier.
Sari, M. & Ghaisani, M. E. (2020) KNOWLEDGE, ATTITUDE, PRACTICE (KAP) DOKTER GIGI
PADA PEMILIHAN DAN PEMAKAIAN RESIN KOMPOSIT DI SURAKARTA DAN
SUKOHARJO. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi). 3 (1), 2579–7339.