Anda di halaman 1dari 24

BAB 10 DAN 11

HAEMOPHILUS, BORDETELLA, AND LEGIONELLA

YERSINIA, FRANCISELLA, BRUCELLA, DAN PASTEURELLA

TUGAS MIKROBIOLOGI

tugas untuk memenuhi syarat remedial mata kuliah radiologi

YOSIA CHRISTI VESARA

160110130112

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2017
BAB 10. Haemophilus, Bordetella, and Legionella

Haemophilus influanzae, Bordetella pertussis dan Legionella pneumophila

merupakan gram batang negative yang dikelompollan bersama karena ketiga

bakteri ini ditemukan di traktus respiratorius. Ini membuat penamaan ketiga

bakteri ini masuk akal influanzae (flu yang berada di saluran pernapasan bagian

atas), pertussis (batuk), dan pneumophila (paru-paru).

Haemophilus influanzae

Nama Haemophilus influanzae menjabarkan beberapa hal;

Haemophilus berarti darah. Organisme ini membutuhkan medium yang

berisi darah untuk bertumbuh. Hematin yang ditemukan di dalam darah berguna

untuk system sitokrom bakteri. Darah juga berisi NAD yang berguna untuk

aktivitas metabolic bakteri.

Influenzae; bakteri ini seringkali menyerang bagian paru-paru dari

seseorang yang dilemahkan dengan infeksi virus influenza. Selama thaun 1890-

1918 pandemi influenza, peneliti mengkultur Haemophilus influanzae dari traktur

respirarotius bagian atas pada pasien yang menderita flu, ditemukanlah bahwa

Haemophilus influanzae merupakan agen etiologi penyebab flu.

Haemophilus influanzae merupakan parasite obligat manusia yang

bertransmisi dari rute rrespiratorius. Dua konsep penting membantu kita mengerti

bagaimana makhluk ini menyebabkan penyakit;

1. Kapsul polisakarida memberikan virulensi; ada enam tipe dari kapsul yang

dibuat yaitu; a,b,c,d,e, dan f. Dari keenam tipe ini, tipe b merupakan yang

1
paling sering berasosiasi dengan invasive penyakit Haemophilus

influanzae pada anak-anak, seoerti meningitis, epiglottis, dan arthritis

septic.

Kapsul B : Bad

Kapsul yang tidak dilindungi dengan serat Haemophilus influanzae dapat

berkoloni pada traktus respiratorius bagian atas dari anak-anak dan

dewasa. Bakteri ini tidak memiliki invasive virulen dari bakteri berkapsil

yang membuat bakteri ini hanya dapat menimbulkan infeksi local. Sering

kali bakteri ini menyebabkan otitits media pada anak seperti kelainan

respirtorius pada dewasa dengan penyakit paru-paru yang telah ada

sebelumnya, seperti bronchitis kronis pada perolol atau pada infeksi virus

influenza.

2. Antibody pada kapsul tidak terdapat pada bayi dan anak-anak berusia 6

bulan sampai 3 tahun. Ibu menghasilkan antibody terhadap kapsul b yang

dia miliki selama dia hidup. Ibu memberikan antibody ini kepada fetus

melalui ASI. Ini akan menghasilkan antibody pasif akan bertahan selama

enam bulan. Memakan waktu 3-5 tahun untuk seorang anak membentuk

antobodi untuk melawan koloni dari Haemophilus influanzae.

Haemophilus influanzae type B

1. Meningitis; ini merupakan infeksi paling serius yang disebabkan oleh

Haemophilus influanzae tipe b yang berkapsul. Berdasarkan pengenalan

vaksin pada anak-anak di Amerika Serikat tahun 1991, ini merupakan

alasan utama dari meningitis pada anak berusia 6 bulan – 3 tahun (lebih

2
dari 10.000 kasus per tahun). Berdasarkan inhalasi, organisme ini

menginvasi nodus limfatikus dan peredaran daran, lalu berpenetrasi

menjadi meninges. Semenjak bayi tidak biasanya menunjukkan kekakuan

leher, tidak ada tanda yang spesifik seperti demam, mual, dan perubahan

status mental yang menjadi meningkatjan risiko infeksi.

Meskipun angka kelahiran dengan antibiotik kurang dari 5%, lebih

dari setengah anak yang terinfeksi akan secara permanen mengalami

defisir neurologic, seperti keterbelakangan mental, kejang-kejang,

terlambat dalam penggunaan Bahasa, atau tuli. Saat bakteri meningitis

diberikan antibiotik, bkteria yang terbunuh akan lisis dan mengeluarkan

antigen seluler seperti LPS lipid A (endotoksin), menghasilkan respon

imun yang berbahaya yang menghancurkan neuron bersamaan dengn

bakteri. Beberapa penelitian menuntukkan tatalaksana menggunakan

steroid 15-20 menit sebelum memberikan N antibiotics yang akan

mengurangi risiko dari deficit neurologi. Telah dijelaskan bahwa steroid

membatasi respon inflamasi pada antigen bakteri yang telah mati ketika

bakteri dibunuh.

2. Epiglotis Akut; Haemophilus influanzae tipe b juga dapat menyebabkan

pembengkakan dengan cepat di bagian epiglottis, menghantuckan traktus

respiratorius dan esophagus. Diawali dengan sakit tenggorolan dan

demam, anak-anak menghasilkan suara melengking yang parah dan tidak

dapat menelan. Saliva akan kelar dari mulut anak karena tidak dapat

melewati epiglottis yang bengkak. Epiglottis yang bengkak, merah dan

3
berbentuk seperti cherry merah di bagian bawah lidah. Bila dicurigai

mengalami infeksi ini, jangan memeriksa bagian laring apabila belum siap

untuk memasukkan pipa endotracheal karena dapat memanipulasi spasme

laring. Ini dapat merusak saluran pernapasan yang hanya dapat diperbaiki

dengan tracheotomy.

3. Septic arthritis; Haemophilus influanzae tipe B adalah penyebab utama

septic arthritis pada bayi. Hal yang paling sering terjadi ketika terinfeksi

adalah demam, nyeri, bengkak dan berkurangnya mobilitas sendi.

Pemeriksaan cairan synovial dengan pewarnaan gram mengungkapkan

pleomorphic dari gram batang negative.

4. Sepsis; anak berusia 6nbulan hingga 3 tahun menunjukkan demam,

lethargy, kehilangan nafsu makan, dan penyakit yang terlokalisasi (otitis

media, meningitis, atau epiglottis). Sepertinya bakteri masuk peredaran

darah melalui traktur respiratorius bagian atas. Sejak limpa merupaan

organ yang paling penting untuk melawan infeksi bakteri berkapsul, ini

tidak mengejutkan apabila anak-anak dengan limpa yang tidak ada atau

tidak berfungsi (dari bedah maupun penyakit sickle cell) merupakan anak-

anak dengan risiko tertinggi. Identifikasi dan tatalaksana dini akan

mencegah Haemophilus influanzae tipe b dari invasi ke meninges,

epiglottis, atau sendi.

Meningitis, epiglottis, dan sepsis bacterial meripakan keadaan fatal

bila tidak diberikan terapi antibiotic. Ampicilin merupakan obat yang

dipilih untuk meningkatkan resistensi terhadap bakteri. Resistensi

4
ampicillin dituarkan melalui plasmid dari serat ke serat dari Haemophilus

influanzae. Saat ini, generasi ketiga yaitu cephalosporin, seperti

cefotaxime atau ceftriaxone, merupakan obat yang dipilih untuk infeksi

serius. Ampicillin atau amoxicillin dapat digunakan untun infeksi yang

kurang serius, seperti otitis media.

Vaksin

(Hib vaksin kapsul)

Kunci untuk mengatur organisme ini adalah dengan menstimulasi sejak

generasi awal dari perlindungan antibody pada anak-anak. Bagaimanapun, sulit

untuk menstimulasi antibody pada usia sangat muda.

Vaksin pertama, berisi kapsul tipe b murni, yang efektif untuk

menstimulasi antobodi pada anak-anak berusia lebih dari 18 bulan. Vaksin yang

kedua berisi kapsul Haemophilus influanzae tipe b dan toxin diphtheria.

Penambahan toxin diphtheria mengaktifkan T-Limfosit dan antibody yang

melawan kapsul B. vaksin dengan Hib di Amerika Serikat pada usia 2,4,6, dan 15

bulan secara signifikan mengurangi insidensi infeksi Haemophilus influanzae.

Epiglottis Haemophilus influanzae saat ini jarang ditemukan di unit gawat darurat

di Amerika Serikat.

Usaha lain untuk mengimunisasi ibu saat usia kehamilan delapan bulan,

menghasilkan sekresi antobodi pada ASI (imunisasi pasif).

Haemophilus ducreyi

5
Spesies ini bertanggung jawab untuk penyakit menular sex chancroid.

Secara klinis, pasien akan memperlihatkan ulser genital yang sakit. Sakit

unilateral pada nodus limfatikus seringkali berkembang pada setengah orang yang

terinfeksi. Nodus limfatikus akan terbungkus dan akan pecah mengeluarkan pus.

Diagnosa diferensial termasuk diantaranya;

1. Syphilis (Treponema pallidum); ini sangat penting untuk melihat sifilis

berdasarkan penyebab dari ulser. Mengingat ulser sifilis tidak sakit

asosiasi adenopatinya bilateral, tidak sakit, dan tidak ada pus.

2. Herpes (Herpes simplex virus 1 dan 2); lesi herpetic diawali dengan

vesikel, ketika rusak dapat salah diagnose menjadi chancroid, terlebih

karena vesikel ini sakit. Herpes biasanya diikuti dengan tanda sistemik

seperti myalgias dan demam. Chancroid biasanya tidak diikuti dengan

tanda sistemik.

3. Lymphogranuloma venereum (Chlamydia trachomatis); LGV memiliki

tanda tidak sakit dan supuratif pada nodus limfatikus yang berkembang

lebih lamban dibandingkan chancroid. Ulser primer dari LGV akan hilang

sebelum nodus membesar, dimana chancroid terdapat berdampingan.

Tatalaksana chancroid dengan erythromycin atau trimethoprim/

sulfamethoxazole. Tatalaksana yang efektif dari ulser genital sangat krusial,

karena lesi terbuka akan merusak batas kulit, dan meningkatkan risiko dari

transmisi HIV.

Gardnerella vaginalis

6
(dibentuk Haemophilus vaginalis)

Organisme ini menyebabkan vaginitis bacterial dan hubungannya dengan

bakteri vaginal anaerob. Waniti dengan vaginitis akan merasa seperti terbakar dan

pruritis (gatal) di bagian labia, terbakar saat mengeluarkan kemih (dysuria), dan

banyak kemih, dan vagina mengeluarkan bau seperti ikan ini dapat dibedakan

dengan penyebab lain dari vaginitis (seperti candida atau trichomonas) dengan

pemeriksaan pada perubahan vaginal (dikumpulkan dari vagina selama

pemeriksaan speculum) dengan adanya sell clue. Sel ini adalah epitel vagina yang

berisi pleomorfik basil yang sangat kecil diantara sitoplasma.

Tatalaksana infeksi ini menggunakan metronidazole, yang melingkupi

Gardnerella sebail co-infesi bakteri anaerob. Sebagai catatan, spesies ini

dibedakan dengan Haemophilis karena tidak menunjukkan X-faktor atau V-faktor

untuk berkembang dalam kulturnya.

Bordetella pertussis

Bakteri ini dinamakan;

Bordetella karena bakteri ini ditemukan di awal 1900an oleh dua ilmuan

bernama Bordet dan Gengou. Nampaknya Bordet memiiliki akhir yang lebih baik

saat melakukan kesepakatan.

Pertussis berarti batuk yang bahaya. Bakteri ini merupakan penyebab

batuk rejan.

7
Senjata Eksotoksin

Bordetella pertussis merupakan makhluk militant berbahaya dengan

karakteristik gram negative. Bakteri ini memiliki empat senjata utama (faktor

virulensi). Faktor ini mengijinkan bakteri ini untuk menempel pada sel epithelial

bersilia di trakea dan bronki. Bakteri ini menghilangkan pertahanan host dan

menghancurkan sel bersilia yang menyebabkan batuk rejan.

1. Toksin Pertussis: seperti bakteri eksotoksin lain, toksin ini memiliki sub

unit B yang mengikat sel reseptor target, unlock sel terkait, mengijinkan

sub unit A masuk. Sub unit A (A untuk aksi) mengaktifkan sel membrane

G protein regulasi, dimana sub unit ini meemngaktifkan cyclase adenylate.

Ini menghasilkan keluar dan masuknya cAMP, yang mengaktifkan protein

kinase dan messenger interseluler lainnya. Peran yang tepat dari toksin ini

pada batuk rejan tidak benar-benar jelas, namun toksin ini memunculkan

beberapa tiga efek: a. sensitisasi histamine, b. peningkatan insulin sintesis,

c. promosi limfosit dan inhibisi fagositosis.

2. Extra cytoplasmic adenylate cyclase: saat menyerang bronchus,

Bordetella pertussis melempar adenylate cyclase. Bakteri ini ditelan oleh

neutrophil, limfosit, dan monosit. Internalized adenylate cyclase kemudian

mensintesis messenger cAMP, menghasilkan lemahnya kemotaksis dan

lemahnya gengerasi dari H2O3 dan superoksida. Ini dapat melemahkan

pertahanan sel host dan kemampuan untuk memfagositosis dan

membersihkan bakteri.

8
3. Filamentous hemagglutinin (FHA): Bordetella pertussis sebenarnya

tidak menginvasi tubuh. Bakteri ini menempel pada sel epithelial bersilia

bronchus dan melepaskan eksotokin yang berbahaya. FHA, merupakan

batang pili yang merupakan perluasan dari permukaannya, FHA terlibat

dalam pengikatan. Antibody menyerang FHA secara langnsung untuk

mencegah ikatan dan penyakit, dan oleh karena itu menjadi terlindungi.

4. Tracheal Cytotoxin: toksin ini menghancurkan sel epithelial bersilia,

menghasilkan melemahnya pembersihan dari bakteri, mucus, dan eksudat

inflmasi. Toksin ini kemungkinan bertanggung jawab akan terjadinya

batuk yang berbahaya.

Batuk Rejan

sejumlah kasus dari batuk rejan telah menurun secara signifikan sejak

ditemukannya program vaksin. Pada awal era prevaksinasi di Amerika Serikat,

terdapat sekitar 100-300 ribu kasus dalam satu tahun, dan saat ini hanya 1-4 ribu.

Melihat perkembangan dari vaksin, anak berusia 1-5 tahun meruppakan yang

paling sering terjangkit penyakit ini.

Kepentingan utama dari kasus saat ini muncul pada anak berumur dibawah

satu tahun yang tidak diimunisasi. Bayi yang berusia dibawah enam bulan

seharusnya dilindungi dengan antibody bawaan yang ada melalui plasenta selama

masa kehamilan. Bagaimanapun, vaksin hanya menyediakan antibody proteksi

selama 15 tahun kehidupan, jadi kebanyakan ibu tidak memiliki antibody untuk

diberikan pada bayi yang mereka lahirkan. Bagaimanapun, bayi yang tidak

9
diimunisasi di bwah satu tahin sangat rentan terhadap infeksi ini. Sejak vaksin

hanya dapat sekitar 15 tahun, orang dewasa muda merupakan kelompok dengan

risiko yang tinggi terhadap batuk rejan.

Batuk rejan merupakan penyakit menular dengan transmisi melalui secret

respitorius di tangan maupun bentuk aerosol. Dalam satu minggu periode inkubasi

terdapat tiga stase;

1. Stase Catarrhal: stase ini berlangsung selama 1-2 minggu dan serupa

dengan infeksi traktus respitorius bagian atas dengan demam pada level

rendah, pilek, bersin, dan batuk sedang. Pada periode ini penyakit ini

sangat menular.

2. Stase Paroxysmal: pada tahap ini, demam sudah menurun dan pasien

yang terinfeksi menghasilkan karakteristik meledak dan tak produktif. Ada

15-25 serangan pada satu hari. Serangan terdiri dari 5-20 batuk yang

diikuti oleh jeda inspirasi di dekat glottis. Inspirasi ini terdengar seperti

rejan. Selama batuk paroxysme pasien dapat mengalami hypoemic dan

cyanotic (biru dari oksigen yang rendah), lidah mungkin saja menjulur,

mata menonjol, dan vena pada leher muncul ke permukaan. Mual

seringkali menjadi salah satu tanda. Stase ini dapat bertahan selama

sebulan atau lebih. Rasa sakit akan lebih terasa pada usia muda, engan

presentasi 75% pada bayi berusia irang dari enam bilan dan 40% bayi

berusia lebih dari enam bulan membutuhkan perawatan rumah sakit.

Bayi dan anak-ank yang diimunisasi secara parsial dan pada orang

dewasa sering kali tidak ada rejan pada saat batuk. Bayi dapat terjadi batuk

10
dan sell apnea (tidak dapat bernapas). Orang dewasa dapat terjadi batuk

yang persisten.

Pemeriksaan sel darah putih menunjukkan adanya peningkatan

jumlah limfosit dengan diikuti peningkatan neutrophil (lebih terlihat viral).

Peningkatan jumlah limfosit nampak sebagai manifestasi toksin pertussis.

3. Stase Convalscent: penyerangan menjadi lebih sering dalam waktu satu

bulan, dan pasien tidak akan menularkan penyakit.

Sejak organisme ini tidak bertumbuh pada media kapas, specimen untuk

kultur dikumpulkan melalui bagian posterior dari pharynx dengan apusan

kalsium alginate. Apusan ini memasukan nagian posterior dan pasien akan

diinstruksikan untuk batuk. Apusan ini lalu diletakkan pada media kultur

special dengan kentang, darah, dana gat gliserol yang disebut Bordet-Gengou.

Pada kebanyakan rumah sakit, identifikasi dari bakteri ini dapat dilakukan

dengan test serologi ELISA.

Tatalaksana yang menjadi utama merupakan terapi suportif. Pada bayi

yang dirawat di rumah sakit aka membutuhkan oxygen, penyedot secret

respiratorius, isolasi respiratori, dan observasi. Tatalaksana pada individu

yang terinfeksi dapat diberikan erythromycin pada stase preodormal arau

catarrhal untuk mencegah penyakit. Terapi lanjutan selama stase paroxysmal

tidak dapat di mengubah perjalanan penyakit, namun dapat menurunkan

jumlah bakteri. Orang yang berkontak dengan host juga harus diberikan

erythromycin.

11
Vaksin

Vaksin yang digunakan di Amerika Serikat berisi organisme yang dibunuh

dengan panas dan termasuk toksin pertussis, FHA, dan cyclase adenylate. Ini

dikombinasikan dengan formalin yang menonaktifkan tetanu dan toksoid

diphtheria ke bentuk DPT (Diphteria – Pertussis – Tetanus) vaksin, diberukan

pada usia 2,4,6, dan 15-18 bulan. Vaksin ini sangat efektif mengurangi kasus

batuk rejan. Pada bayi dapat menimbulkan efek samping seperti pembengkakan

local, dan sakit disertai demam, menangis terus-terusan, dan kadang adanya

limpness (hypotonicity) dan kejang.

Usaha untuk mengurangi egek samping vaksin baru telah dikembangkan

dengan komposisi hanya protein inaktivasi yang berisi proteisn seperti toksi

pertussis, FHA , dan lainnya (seperti antigen pertactin dan fimbrial). Dalam dua

penelitian, vakin ini ditemukn lebih aman dan lebih bekerja di Amerika Serikat.

Legionella pneumophila

Legionella pneumophila merupakan bakteri batang gram negative aeron

uang terkenal sebagai penyebab pneumonia di American Legion Convention di

Philadelphia pada tahun 1976.

Orgnisme ini berada dimana-mana di alam dan di daerah air yang dibuat

manusia. Kontaminasi aerosol yang terhirup akan menyebabkan infeksi. Sumber

yang telah teridentifikasi selama outbreaks telah melibatkan system AC, cooling

towers, dan whirlpools. Penyebaran telah diasoisoai dengan pertumbuhan

12
organisme di shower heads dan produksi kabut di supermarket. Transmisi dari

individu ke individu masih belum ditemukan.

Sama seperti Mycobacterium tuberculosis, organisme ini merupakan

parasite interseluler fakultatif yang bertahan pada traktus respiratori bagian bawan

dan ditelan leh makrofag. Ini berarti sekalo telah difagositosis, bakteri ini akan

inhibisi fusi fagosom-lisosom, bertahan dan bereplikasi secara interseluler.

Legionella bertanggung jawab untuk penyakit dari infeksi asimptomatik

dan penyakit seperti flu yang disebut demam Pontiac sampai pneumonia parah

yang disebut Legionnaires’ disease;

1. Pontiac Fever; seperti influenza, penyakit ini melibatkan sakit kepala,

sakit otot, dan pening, diikuti dengan demam pada anak-anak. Demam

Pontiak ini seringkali sembuh dalam waktu kurang dari satu minggu.

Demam ini dinamai berdasarkan penyakit yang menyerang 95% pekerja

yang bekerja di Pontiac, Michigan, Country Health Department. Agen

kausatif diidentifikasi sebagai Legionella pneumophila yang dibawa

melalui system AC.

2. Legionnaires’ disease; pasien akan merasakan demam tinggi dan

pneumonia yang parah.

Legionella pneumophila merupakan salah satu yang paling sering

menyebabkan pneumonia dan diperkirakan diagnose yang tepat hanya

pada 3% kasus. Pasien harus disuspek pneumonia yang berusia lebih dari

50 tahun dameroll atau apabila sputum terdapat neutrophil dan sedikit

13
organisme saat diperiksa dengan pewarnaan gram (Legionella sangat kecil

dan suit ditemukan pada pewarnaan gram).

Tatalaksana menggunakan erythromycin karena memiliki beta-

lactamase dan persisten terhadap penisilin. Selanjutnya coba untuk

menentukan darimana asalnya Legionella. Apakah dari system AC?

Gambar 10.1 HAEMOPHILUS, BORDETELLA AND LEGIONELLA

14
15
BAB 11. Yersinia, Francisella, Brucella, Dan Pasteurella

Organisme telah termasuk dalam bab yang sama karena mereka memiliki banyak

karakteristik yang sama;

1. Mereka semua bakteri batang gram-negatif

2. Bakteri ini merupakan penyakit pada binatang

3. Bakteria ini sangat virulen dan dapat berpenetrasi di berbagai area tubuh

yang tersentuh. Dapat muncul di permukaan kulit saat digigit serangga,

digigit hewan, atau langsung berkontak dengan hewan. Bakteri ini juga

dapat muncul di paru-paru setelah inhalasi dari aerosol yang telah

terinfeksi.

4. Melalui bagian yang berkontak dengan bakteri difagositis oleh makrofag.

Bakteri ini dapat bertajan di dalam makrofag jadi, bakteri ini termasuk

organisme fakultatif interseluler. Mereka dapat bermigrasi ke bagian

nodus limfatikus, membuat infeksi disana, dan berpindah dari peredaran

darah dan organ lain, seperti hati, limpa, dan paru-paru.

Seperti organisme fakultatif intraseluler lainnya, imunitas sel

dimediasi, dan injeksi intradermal dari ekstrak bakteri akan menimbulkan

reaksi delayed type hypersensitivity DTH. Reaksi ini menimbulkan

pembengkakan kulit dan indurasi setelah 1-2 hari injeksi. Keadaan

bengkak mengindikasikan eksposur sebelumnya oleh bakteri dapat dilihat

dengan test diagnostic.

5. Tatalaksana yang paling sering merupakan aminoglycoside (gentamicin

atau streptomycin) dana tau doxycycline, yang harus diberikan pada

16
periode yang panjang sehingga dapat mencapai bakteri intraseluler yang

bersembunyi.

Yersina pestis

(Bubonic Plaque)

Bubonic plague melibatkan tikus. Tikus merupakan hama (Yersinia pestis)

yang membawa penyakit ini, sedangkan kutu merupakan vector yang membawa

Yersinia pestis pada manusia. Bubonic plague menghancurkan seperempat

populasi di Eropa pada abad ke-14. Lalu penyebaran berpindah dari China ke

India (penyakit ini membunuh 10juta orang) dan pada tahun 1900an di San

Francisco. Organisme ini tummbuh di tupai dan anjing padang rumput di barat

daya Amerika Serikat.

Faktor virulen FI, V, dan w memungkinkan organisme menolak kerusakan

setelah fagositis (oranisme interseluler fakultatif).

1. Fraction 1 (F1); antigen kapsuler memiliki alat tiphagocytic

2. Antigen V dan W; antigen ini masing-masing protein dan lipoprotein

merupakan genus Yersinia. Aksi mereka tidak dapat diketahui

Gambar 11.1 Menggambarkan tikus yang telah terinfeksi dan akan dalam
pengejaran Makrofag. Ketiga faktor faktor virulen ini berpengaruh dalan
resistensi Yersinia pestis' setelah fagositosis.

Gambar 11.2 Penularan infeksi dari Yersinia pestis'

Selama perio interepidemic bulbonic plague dapat berkontraksi selama

camping, berburu, atau hiking. Manusia menyentuh binatang mati yang

terinfeksi atau digigit oleh kutu.

Bakteri invasi ke kulit dan ditelan oleh makrofag. Bakteri berlanjut untuk

reproduksi secara intraseluler, dan dalam waktu seminggu berpindah ke nodus

limfatikus biasanya di nodus inguinal. Nodus membengkak seperti telur dan

menjadi panas,merah dan terasa sakit. Demam dan sakit kepala juga akan

terasa. Basil mengincasi peredaran darah, hari, paru-paru, dan organ lainnya.

Perdarahan di bawah kulit akan menyebabkan pewaranaan kehitaman, yang

akan menuntun orang untuk menyebut bulbonic plague sebagai Black Death.

Tanpa tatalaksana, kematian dapat terjadi dalam beberapa hari selama

18
epidemic, penyakit ini dilihat sebagai plague pneumonic dengan pneumonia

dan transmisi individu- individu dapat terjadi dengan aerosol.

Spesies lain dari Yersinia disebut Yersinia enterocolitica bakteri ini

menginfeksi kolon dan berhubungan dengan Escherichia colii

Francisella tularensis

(Tularemia)

Tularemia merupakan penyakit yang miri[ dengan bulbonic plague dan

selalu menjadi diagnosis diferensial dati bulbonic plague. Penyakit ini paling

sering menginfeksi dari infeksi tangan dengan kelinci dan dari gigitan kutu dan

lalat. Lebih dariratusan makhluk membawa bakteris termasuk kelinci, mamalia

lain, bahkan termasuk reptile dan ikan. Tularemia telah terdistribusi ke seluruh

Amerika Serikat.

Gambar 11.3 Kelinci yang sedang bermain di tulip dengan kutu dan lalat

pada telinganya
Seperti Yersinia pestis organisme ini sangat virulen dan dapat menginvasi

dari kontak pada daerah apapun, menghasilkan lebih dari satu penyakit. Penyakit

yang paling penting yang disebabkan Francisella tularensis adalah

ulceroglandular dan penyakit pneumonic.

1. Ulceroglandular tularemia: diakibatkan dari gigitan kutu atau lalat, atau

kontak dengan kelinci liar, lubang yang berbatas akan tampak di kulit

dengan dasar hitam. Demam dan gejala sistemik lain akan muncul, nodus

limfatikus akan bengkak, merah, terasa sakit (terkadang mengeluarkan

pus). Bakteri ini dapat menyebar ke peredaran darah dan organ lain. Ingat

bahwa gejalanya akan sama seperti bulbonic plague, namun ulser pada

kulit biasanya tidak ditemukan di plague dan tingkat mortalitas tidak

setinggi bulbonic plague, mencapai 5% untuk ulceroglandular tularemia.

2. Pneumonic tularemia: penyebaran aerosol dan pengeluaran isi dari

kelinci yang terinfeksi dapaat menyebar dari kulit (ulceroglandular

tularemia) ke paru-paru dan menginfeksi (pneumonia).

Francisella tularensis dapat juga menginvasi daerah lain seperti

mata (oculoglandular tularemia) dan traktus gastrointestinal (typhoid

tularemia).

Dikarenakan bakteri ini sangat virulen (hanya 10 organisme yang

dapat menyebabkan penyakit), kebanyakan lab tidak akan mengkultur ini

dari darah atau pus. Untuk alasan yang sama tidak dianjurkan unruk

mendrainase nodus limfatikus yang terinfeksi. Diagnosa dilakukan dengan

20
test pada kulit mirip dengan PPD untuk tuberculosis, dan perhitungannya

dari titrasi antibody terhadap Francisella tularensis.

Brucella

(Brucellosis)

Seluruh penamaan spesies Brucella dinamaka berdasarkan binatang yang

diinfeksi;

- Brucella melitenus (kambing)

- Brucella abortus (aborsi pada sapi)

- Brucella suis (babi)

- Brucella canis (anjing)

Gambar 11.4 Seringkali yang terkena Brucellosis merupakan

pekerja ternak

Manusia memperoleh Brucella dari kontak langsung dengan daging

binatang yang terinfeksi atau dari produksi susu. Insidensi kasus ini di dunia lebih

besar daripada tularemia ataupun bulbonic plague. Di Amerika Serukat,


bagaimanapun tidak begitu sering terjadi karena ternak telah diimunisasi dan

susunya di pasteurisasi.

Seperti bakteri lain dalam bab ini, Brucella masuk ke dalam kulit,

konjungtiva, paru-paru, atau traktus gastrointestinal. Bagaimanapun tidak ada

bulboes dan ulser primer yang muncul. Penertrasi mengikuri penyebaran limfatik,

dab darah, atau perkembangan intraseluler di makrofag, dan darah atau invasi

organ. Gejalanya sistemik seperti demam, berkeringat, kehilangan nafsu makan,

sakit punggung, sakit kepala, dan terkadang limfadenopati. Demam biasanya

timbul saat malam hari dan turun ketika pagi. Peningkatan temperature selama

siang, bukan malam hari merujuk ke nama lain, demam undulant. Gejala ini dapat

terjadi dalam beberapa bulan hingga tahunan, namun untungnya penyakit ini

sangat jarang terjadi.

Pasteurella multicoda

Organisme ini merupakan bakteri gram negative zoonotic. Namun bukan

organisme fakultatif intraseluler. Bakteri ini berkoloni di mulut kucing bersamaan

dengan koloni Streptococcus viridans di nasofaring manusia. Ini menyebabkan

penyakit di mamalia lain dan burung.

Gambar 11.5 Kucing yang sedang mengejar burung

22
Bakteri ini menyebabkan infeksi paling mematikan dari gigitan anjing dan

kucing. Ketika pasien dating dengan bekas gigitan kucing atau anjing, sangat

penting untuk tidak menutup luka dengan jahitan. Luka yang tertutup akan

membuat lingkungan yang baik untuk Pasteurella multicoda tumbuh, dan

menghasilkan ineksi local pada sendi dan tulang. Tatalaksana infeksi ini

menggunakan penicillin dan doxycycline.

Gambar 11.6 ZOONOTIC GRAM-NEGATIVE RODS

Anda mungkin juga menyukai