TRAUMATIC ULCER
Disusun oleh:
Khodijah Syukriyah
160110130120
Pembimbing :
Erna Herawati, drg., M.Kes
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
ii
iii
BAB V SIMPULAN.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
lesi oral yang paling umum terjadi (Regezi, et al., 2008). Ulser traumatik
merupakan kondisi kelainan berupa ulser pada mukosa yang disebabkan oleh
trauma fisik, termal atau kimia secara langsung (Greenberg and Glick, 2008).
Ulser traumatik tidak terbatas pada usia dan jenis kelamin, karena semua
kelompok usia dan jenis kelamin dapat mengalami ulser traumatik (Eversole,
2011). Tampilan klinis bervariasi, namun yang paling sering adalah ulser tunggal
dan sakit dengan permukaan merah atau putih kekuningan dan tepi eritem dan
biasanya sembuh dalam 6-10 hari setelah penyebab trauma dihilangkan, ukuran
bergantung pada intensitas, durasi, dan tipe penyebab trauma dan juga
Ulser traumatik dapat disebabkan oleh iritasi gigi tiruan, makanan panas,
tidak sengaja menggigit pipi atau lidah, menyakiti diri sendiri, atau luka
iatrogenik yang terjadi di klinik dental (Eversole, 2011). Luka traumatik juga
dapat disebabkan oleh sikat gigi dan flossing yang berlebihan, tindik, luka bakar
listrik, penempatan bahan kimia secara sengaja dan tidak sengaja pada mukosa
oral, dan obat kumur beralkohol tinggi (Greenberg and Glick, 2008).
1
2
tahun yang datang ke RSGM Unpad. Pasien mengeluhkan sariawan pada bibir
bawah sebelah kiri setelah tidak sengaja tergigit saat makan 4 hari yang lalu yang
LAPORAN KASUS
Usia : 22 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Bandung
II.1.2 Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan sariawan di bibir bawah depan sejak 4 hari
yang lalu. Sakit bertambah ketika makan makanan pedas dan tidak terasa sakit
saat tidak melakukan aktivitas. Pasien tidak sengaja menggigit bibirnya saat
sedang makan 4 hari yang lalu. Tidak ada gejala lain yang menyertai. Pasien
belum pernah mengobati keluhan. Tidak ada riwayat penyakit yang sama di
3
4
Disangkal
Suhu : Afebris
Pernafasan : 12 kali/menit
Nadi : 74 kali/menit
Kelenjar Limfe
Bibir Inkompeten
Wajah Simetri/Asimetri
5
Lain-lain -
Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 35-37 dan 45-47
Mukosa labial : Terdapat ulser di regio gigi 33, jumlah 1, bentuk bulat,
jelas
Status Gigi :
UE UE
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UE cs cs cs cs cs UE
6
A B
Tidak dilakukan
Diagnosis :
7
Diagnosis :
1) Farmakologi
R/
2) Non Farmakologi
sikat gigi 2 kali sehari dan sikat lidah. Pasien diinstruksikan untuk makan
makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran serta dianjurkan untuk minum
air putih minimal 2 L sehari atau 8 gelas sehari. Rujukan ke bagian bedah mulut
II.2.1 Anamnesis
sudah tidak terasa sakit, namun masih tampak warna putih di bibir depan. Pasien
sudah menyikat gigi dan lidah 2 kali sehari dan melakukan instruksi yang
diberikan yaitu konsumsi buah-buahan dan sayuran serta minum air 8 gelas sehari.
8
Kelenjar Limfe
Stain : +/-
Mukosa labial : Terdapat ulser di regio gigi 33, jumlah 1, bentuk irreguler,
jelas
Tidak dilakukan
Non Farmakologis
dan lidah 2 kali sehari. Pasien diinstruksikan untuk makan makanan berserat dan
bervitamin seperti buah-buahan dan sayuran serta minum air putih minimal 8
gelas sehari.
II.3.1 Anamnesis
tidak merasa sakit pada sariawannya dan sariawan sudah tidak tampak lagi. Pasien
sudah menjaga kebersihan mulutnya dengan sikat gigi dan lidah 2 kali sehari serta
melakukan instruksi berupa makan buah-buahan dan sayuran serta minum air
Kelenjar Limfe
Stain : +/-
Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 35-37 dan 45-47
Tidak dilakukan
Non Farmakologis
dan lidah 2 kali sehari. Pasien diinstruksikan untuk makan makanan berserat dan
bervitamin seperti buah-buahan dan sayuran serta minum air putih minimal 8
gelas sehari.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1.1 Definisi
Ulser merupakan lesi berbatas jelas dengan defek epitel yang ditutupi oleh
(Greenberg and Glick, 2008). Ulser merupakan lesi jaringan lunak oral yang
paling umum ditemukan (Regezi, et al., 2008). Apabila ulser berkembang sebagai
hasil dari luka jaringan akibat trauma, disebut juga sebagai ulser traumatik
III.1.2 Etiologi
Ulser dapat disebabkan oleh trauma langsung secara fisik, mekanik, termal,
dan kimia pada mukosa atau melibatkan vaskuler sehingga jaringan rusak dan
terbentuk ulser (Greenberg and Glick, 2008). Ulser traumatik paling banyak
disebabkan oleh trauma mekanik dan hubungan sebab akibat biasanya terlihat
jelas. Penyebab ulser traumatik yaitu karena tidak sengaja tergigit saat
mengunyah, akibat pemakaian ortodontik dan prostetik, gigi rusak yang tajam,
(Purkait, 2011). Kebanyakan ulser terjadi akibat trauma yang tidak sengaja pada
lesi yang muncul pada mukosa di antara pertemuan gigi, pada situasi tidak biasa
lesi bisa terjadi akibat pasien sendiri akibat kebiasaan yang abnormal pada pasien
13
14
dengan masalah psikis, ulser juga terjadi secara iatrogenik contohnya akibat
Penyebab kimia karena asam dan basa seperti saat konsumsi aspirin, terdapat
luka bakar di lokasi penempatan obat tersebut (Regezi, et al., 2008). Ulser akibat
trauma termal yang paling umum terjadi adalah ketika tidak sengaja makan atau
minum yang masih pamas sehingga menyebabkan luka bakar (Greenberg and
Glick, 2008). Ulserasi oral juga terlihat selama terapi radiasi pada kanker kepala
Temuan oral berupa ulser akut dan nekrosis mukosa dengan riwayat
penyebab yang jelas. Perluasan ulser tergantung pada agen yang terlibat dan
lokasi tergantung pada aktivitas yang dilakukan (Greenberg and Glick, 2008).
Ulser akut yang ditemukan memiliki gejala inflamasi akut, tingkat nyeri yang
bervariasi, kemerahan dan bengkak. Ulser ditutupi oleh eksudat kuning-putih dan
Ulser dapat ditemukan pada lidah, vestibulum, alveolar ridge, palatum. lesi
biasanya tunggal, nyeri dan berdurasi singkat. Ulser biasanya diselubungi dengan
exudat kuning dan fibrinopurulen. Kebanyakan ulser dapat dideteksi dari riwayat
pasien. Ulser yang terjadi terus menerus dalam waktu yang lama dapat
Gambar 3.1 Ulser akibat sayap gigi tiruan (Regezi, et al., 2008)
III.2.1 Histopatologi
Ulser akut menunjukkan permukaan epitel yang hilang digantikan oleh fibrin
yang mengandung neutrofil. Dasar ulser mengandung kapiler yang dilatasi dan
memiliki jaringan dasar granulasi dengan luka masuk ke dalam jaringan. Sel
inflamasi campuran infiltrasi. Regenerasi epitel bisa saja tidak terjadi akibat
sejumlah besar makrofag yang infiltrasi, tipe granuloma ini bukanlah yang umum
untuk menegakkan diagnosis yang tepat, ulser harus dimonitor sehingga terbebas
dari infeksi oportunistik seperti HSV dan candida (Greenberg and Glick, 2008).
Hubungan penyebab dan efek pada ulser akut biasanya dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan dan anamnesis (Regezi, et al., 2008). Penyebab ulser kronis tidak
dapat terlihat jelas seperti ulser akut, karena itu penting untuk menegakkan
16
diagnosis banding seperti sifilis, tuberculosis, dan infeksi jamur (Regezi, et al.,
RAS merupakan tipe ulserasi non traumatik pada mukosa oral. Penyebab
(Regezi, et al., 2008). RAS merupakan ulser yang ditemukan pada mukosa oral
karakteristik klinis menjadi: ulser minor, ulser mayor, dan ulser herpetiform.
Ulser minor memiliki diameter ulser kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa
folat, dan vitamin B12, faktor lain yang menyebabkan RAS adalah kecemasan,
stres psikis, menstruasi, infeksi saluran pernapasan atas, dan alergi makanan
Rasa hangat terbakan pada mukosa dirasakan 2-48 jam sebelum ulser
muncul, pada saat tersebut terbentuk eritem terloaklisir. Dalam hitungan jam,
17
papula putih muncul, ulserasi, dna membesar dalam 48-72 jam berikutnya. Lesi
berbentuk bulat, simetris, dan dangkal. Lesi dapat muncul multipel , mukosa yang
sering terlibat adalah buccal dan labial. RAS ringan biasanya sembuh dalam 10-14
hari. Pasien dengan ulser mayor biasanya sembuh dalam hitungan minggu-bulan.
Pada kasus parah dapat menyebabkan kesulitan berbicara dan makan sehingga
pasien perlu untuk dirawat inap dan diberi IV. Lesi bertahan berbulan-bulan.
seperti sodium bikarbonat untuk menjaga mulut tetap bersih. Pasien yang lebih
20-40 mg sehari dalam 1 minggu. Topikal steroid juga dapat digunakan (Regezi,
et al., 2008).
A B
III.2.2.2 Sifilis
empat tahapan klinis, yaitu: primer, sekunder, tersier, dan tahap akhir atau
Sifilis primer terjadi lesi ulserasi dengan eksudat serosa pada lokasi
masuknya bakteri. Lesi tersebut tidak sakit, dan terdapat edema disekitar lesi.
Tanda sifilis sekunder bervariasi, yaitu: lesi kulit pada 75%, ulser mukosa 33%,
limfadenopati 50%, dan gejala sistemik seperti influenza (demam, sakit kepala,
malaise). Lesi dapat ditemukan pada wajah, tangan, kaki, dan organ genital
tampak titik makula atau papula. Manifestasi oral tahap ini ditandai dengan
lapisan putih keabuan pada lidah, palatum lunak, tonsil, dan pipi. Ulser memiliki
karakteristik seperti ‘jalur siput’. Lesi ini infeksius (Greenberg and Glick, 2008).
Selama tahap sekunder, hampir seluruh organ menjadi infeksi seperti CNS, mata,
ginjal, dan tulang. Terjadi gejala sistemik seperti limfadenopati, berat badan turun,
dan demam. Sifilis sekunder smebuh dalam 6 minggu (Gladwin and Trattler,
2004).
Sifilis tersier terjadi pada 2-3 tahun setelah infeksi pertama kali terjadi.
Ciri-ciri sifilis tersier adalah gumma lokalis, single dan multipel, dengan ukuran
yang bervariasi pada kulit, membran mukosa dan tulang. Lesi ini tidak infeksius.
Organ yang terlibat dalam sifilis teriser adalah kerdiovaskuler dan saraf.
19
Manifestasi oral pada tahap in iberupa gumma, yang awalnya kecil, pucat, dan
seringkali menyebar sampai ke nasal. Gumma tidak sakit dan tidak infeksius.
Sifilis kuarter terjadi 1-2 dekade setelah sifilis primer berupa sifilis kardiovaskuler
kecuali nilai serologi yang positif, dan dapat ditemukan kardiovaskuler dan
neurosifilis. Sifilis kongenital terjadi pada fetus yang terinfeksi dari ibu yang
terkena sifilis pada tahap primer dan sekunder. Infeksi setelah dua tahun
III.2.2.3 Gonorrhoae
terbakar dan gatal pada mulut dan dalam 48 jam berubah menjadi sakit akut.
sakit dan seluruh membran oral berwarna merah dan odem. Saat berbicara,
menelan, dan pergerakan mulut terasa sakit (Greenberg and Glick, 2008).
20
III.2.3 Perawatan
selain itu harus memastikan bahwa penyebab trauma dihilangkan sehingga tidak
terjadi luka kembali (Greenberg and Glick, 2008; Regezi, et al., 2008).
lesi yang tidak sembuh dalam kurun waktu 2 minggu dengan etiologi yang tidak
ditemukan harus dievaluasi lebih lanjut (Purkait, 2011; DeLong and Burkhart,
2013).
dari triamcinolone adalah inflamasi dan alergi. Efek samping pada oral dan
base minyak mineral. Digunakan 2-3 kali sehari (Craig and Stitzel, 2004; Yagiela,
et al., 2011).
BAB IV
PEMBAHASAN
sariawan pada bibi bawah sebelah kiri sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan
bahwa bibir bawahnya secara tidak sengaja tergigi saat sedang makan 4 hari yang
lalu. Sariawan terasa sakit terutama saat sedang makan makanan yang pedas.
Ulser traumatik disebabkan oleh trauma pada mukosa oral dapat berupa
trauma fisik, termal, dan kimia. Trauma fisik dapat berupa pipi atau lidah yang
tergigit, gigi tiruan, iatrogenik, dan melukai diri sendiri dengan sengaja. Trauma
termal dapat berupa luka akibat listrik, makan dan minuman panas. Trauma kimia
berupa bahan kimia yang sengaja atau tidak sengaja terkena mukosa oral, obat
Pasien tidak sengaja menggigit bibirnya pada saat makan 4 hari yang lalu.
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama. Berdasarkan
anamnesis dan tinjauan pustaka, diduga luka gigit pada bibir secara tidak sengaja
Ulser traumatik memiliki tanda klinis ulser tunggal dan sakit dengan
permukaan merah atau putih kekuningan dan tepi eritem dengan ukuran yang
Regezi, et al., 2008). Gambaran klinis pada pasien menunjukkan adanya lesi ulser
21
22
tunggal pada bibir bawah kiri regio kaninus berbentuk bulat, berukuran diameter 4
mm, berwarna putih dengan tepi berwarna merah dan dasar cekung.
(RAS), Sifilis, dan Gonorrhoae. Jika dibandingkan dengan RAS, ulser traumatik
memiliki tanda klinis yang mirip. Ulser traumatik biasanya tunggal dan
penyebabnya. Ulser traumatik memiliki penyebab yang jelas dan dapat ditanyakan
kepada pasien karena berhubungan dengan trauma yang dialami pasien, seperti
tergigit atau gigi tiruan yang tajam sedangkan pada RAS penyebabnya sulit
Ulser traumatik berbeda dengan sifilis jika dilihat dari tanda klinis dan
etiologinya. Lesi pada sifilis primer berupa chancre dan tidak terasa sakit, sifilis
sekunder berupa papula yang dapat ditemukan pada mukosa oral dan kulit
sedangkan ulser traumatik biasanya terlokalisir pada lokasi trauma dan terasa
sakit. Etiologi ulser traumatik dapat didapat dengan tanya jawab pada pasien,
sedangkan pada kasus sifilis pasien seringkali tidak mengetahui penyebabnya dan
Lesi Gonorrhoae memiliki tanda klinis vesikel, ulserasi dan kemerahan serta
odem pada seluruh rongga mulut, sedangkan ulser traumatik biasanya lesi tunggal
dan tidak disertai kemerahan dan odem pada rongga mulut. Lesi gonorrhoae
disebabkan karena adanya aktivitas seksual yang tidak biasa, sedangkan ulser
Perawatan yang diberikan pada pasien yaitu berupa farmakologis, dan non-
acetonide 0,1% untuk mengurangi rasa sakit dan inflamasi karena triamcinolone
dua kali sehari. Perawatan non farmakologis yang diberikan adalah edukasi untuk
menjaga kebersihan mulutnya dengan cara sikat gigi dua kali sehari dan menyikat
lidah, pasien juga diinstruksikan untuk banyak minum air putih minimal 8 gelas
Pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit pada kontrol pertama, namun
pemeriksaan intraoral menunjukkan masih terdapat lesi pada bibir bawah sebelah
kiri regio kaninus berwarna putih, berbentuk memanjang, ukuran yang lebih kecil
dibandingkan kunjungan pertama dengan tepi yang ireguler. Hal ini diduga karena
pasien tidak mengaplikasikan obat secara teratur, dan pasien mengaku sulit untuk
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran karena tinggal sendiri dan tidak
sempat membeli buah dan sayuran. Pasien diminta untuk melanjutkan instruksi
perbanyak konsumsi sayur dan buah serta minum air putih minimal 8 gelas sehari.
Kontrol kedua menunjukkan sudah tidak tampak adanya lesi di bibir bawah
bagian kiri regi kaninus, namun tampak adanya sedikit kemerahan yang samar
bekas ulser.
BAB V
SIMPULAN
pasien merupakan ulser traumatik akibat tergigit saat sedang makan. Gambaran
klinis lesi di bibir bawah kiri berbentuk bulat dengan diameter ±4 mm, berwarna
putih, tepi eritem, dan terasa nyeri terutama saat makan makanan pedas.
triamcinolone acetonide 0,1% yang digunakan dua kali sehari, dan perawatan non
farmakologis yaitu menjaga kebersihan mulut, konsumsi buah dan sayuran, dan
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26