Disusun oleh:
160112170091
Pembimbing:
drg. Nafisa
Menyetujui,
Pembimbing
drg.Nafisa
BAB I
PENDAHULUAN
Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis yang tertutup oleh bekuan fibrin,
traumatik dianggap sebagai ulserasi oral yang paling umum meskipun kejadian
yang pasti tidak diketahui (Houston, 2017). Berdasarkan dua penelitian kohort di
Thailand dan Malaysia, dapat dilaporkan bahwa prevalensi ulser traumatik sebesar
13,2% dan 12,4% (Anura, 2014). Ulser traumatik dapat disebabkan oleh bahan
kimia, panas, listrik, atau kekuatan mekanis (Langlais & Miller, 2003). Walaupun
bentuk klinisnya dapat bermacam-macam, tetapi lesi ini biasanya tampak sebagai
ulser soliter yang nyeri, disertai permukaan berwarna putih kekuningan dan
dengan keluhan terdapat sariawan di pipi sebelah kiri sejak 6 hari yang lalu.
Sariawan terjadi akibat pasien dilakukan swab mukosa di bagian pipi. Melalui
anamnesa, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, didapatkan diagnosa traumatic
ulcer. Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga kesehatan mulutnya, diberi resep
LAPORAN KASUS
Tanggal pemeriksaan :
I.1.2 Anamnesis
Pasien wanita berusia 21 tahun dating dengan keluhan sakit pada bagian
bawah kanan belakang mulut seperti sariawan setelah tersodok sikat gigi. Riwayat
penyakit keluarga, penyakit sistemik, konsumsi obat, alergi, dan kebiasaan buruk
oral disangkal. Pasien tidak rutin mengalami hal serupa, tidak sedang menstruasi,
tingkat stress rendah, konsumsi buah baik, konsumsi sayur kurang baik, konsumsi
air putih <2l sehari. Pasien sikat gigi dua kali sehari setelah sarapan dan sebelum
Disangkal
I.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu
Disangkal
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Kelenjar Limfe
TMJ TAK
Bibir TAK
Hidung TAK
Telinga TAK
Lain-lain -
kenyal
Mukosa bukal : lesi ulser ±3 mm, jumlah satu, dasar putih, kedalaman ±1
Frenulum : TAK
Lidah : TAK
Tonsil : T1 – T1
Uvula : 1, normal
Status Gigi :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
I.1.8 Gambar Kasus
I.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
1) Farmakologi
R/
R/
Chlorhexidine 0,2%
2) Non Farmakologi
melakukan sikat gigi 2 kali sehari sehabis sarapan dan sebelum tidur, dan sikat
dan sayuran serta dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 L sehari atau 8
gelas sehari.
I.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut
Tanggal Pemeriksaan :
I.2.1 Anamnesis
sudah tidak terasa sakit dan sudah tidak terlihat. Pasien menyikat gigi dan lidah
dua kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur, melakukan instruksi yang
diberikan yaitu konsumsi buah-buahan dan sayuran, minum 8 gelas sehari, dan
I.2.2
Kelenjar Limfe
TMJ TAK
Bibir TAK
Hidung TAK
Telinga TAK
Lain-lain -
kenyal
Mukosa bukal : lesi ulser ±3 mm, jumlah satu, dasar putih, kedalaman ±1
Frenulum : TAK
Lidah : TAK
Tonsil : T1 – T1
Uvula : 1, normal
Status Gigi :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
I.2.4 Gambar Kasus
I.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
gigi dan lidah 2 kali sehari sehabis sarapan dan sebelum tidur. Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
Ulser Traumatik
3.1.1 Definisi
Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis yang tertutup oleh bekuan fibrin,
traumatik adalah lesi oral yang sering terjadi dan dapat disebabkan oleh gigi yang
fraktur atau tajam, restorasi yang kurang baik, instrumen kedokteran gigi, gigitan,
iritasi gigi tiruan, benda asing yang tajam, dan lain-lain (Laskaris, 2006).
beberapa etiologi, trauma menjadi penyebab yang banyak ditemukan. Lokasi yang
banyak ditemukan antara lain mukosa labial, mukosa bukal, palatum, dan lidah
3.1.2 Etiologi
Traumatik ulser dapat disebabkan oleh bahan kimia, panas, elektrik, atau
abrasi karena sering berkontak dengan gigi yang tajam atau patah, iatrogenik
(seperti terkena alat tajam saat pemeriksaan gigi) (Langlais & Miller, 2000;
Regezi et al, 2012). Bahan kimia dapat menyebabkan ulser rongga mulut karena
sifat asam bahan tersebut atau karena kemampuan bahan berperan sebagai iritan
atau alergen. Bahan medikamen yang mengandung fenol misalnya, dapat
menyebabkan ulser lokal iatrogenik. Ulser rongga mulut karena panas jarang
rongga mulut. Etiologi ulser dan mukositis berhubungan dengan banyak faktor
dan melibatkan lima fase biologis yaitu inisiasi, respon kerusakan awal, penguatan
berbicara, tidur, atau mengunyah, gigi yang patah, karies, malposisi, protesa yang
tidak tepat, dan trauma mekanis lainnya (seperti terkena alat makan, bahan kimia,
dan panas). Lokasi ulser yang banyak ditemui berdasarkan penyebabnya antar
ditemukan pada mukosa bukal, mukosa labial pada bibir atas maupun bibir
bawah, dan lateral lidah. Kadang dapat juga ditemukan pada mukobukal
2) Elektrik, lesi yang berhubungan dengan panas elektrik sering terdapat pada
3) Panas, lesi karena panas dari makanan panas sering terdapat pada posterior
4) Bahan kimia, lesi karena bahan kimia dapat terjadi pada seluruh bagian
mukosa rongga mulut. Bahan kimia yang dapat menimbulkan lesi seperti
Ulser akut pada membran mukosa mulut menunjukkan tanda dan gejala
klinis peradangan akut, termasuk tingkat nyeri yang bervariasi, kemerahan, dan
pembengkakan. Lesi ini biasanya tampak sebagai ulkus soliter yang nyeri, dilapisi
Lesi teraba lunak saat dilakukan palpasi , dan sembuh secara spontan atau setelah
10-14 hari, tapi kadang-kadan ulser ini mungkin bertahan lebih lama karena faktor
sistemik. Ulser kronis banyak menyebabkan sedikit rasa nyeri atau tanpa rasa
nyeri. Lesi ini ditutupi oleh membran kuning dan dikelilingi oleh peninggian
dengan lesi ini, disebabkan oleh pembentukan jaringan parut dan infiltrasi sel
inflamasi kronis. Penyembuhan pada lesi ini lama jika teriritasi, terutama lesi
lidah. Gambaran klinis menyerupai karsinoma dan lesi yang menular. Tempat
predileksi lesi ini adalah lidah, bibir dan mukosa pipi (Laskaris, 2006; Regezi et
3.1.4 Histopatologi
digantikan jaringan fibrin berisi neutrophil. Dasar ulser terdapat dilatasi kapiler
dan jaringan granulasi. Regenerasi epitelium dimulai dari bagian tepi ulser,
dengan proliferasi sel di atas jaringan granulasi dan di bawah bekuan fibrin
lebih dalam pada jaringan. Regenerasi epitel biasanya tidak terjadi karena trauma
yang berkelanjutan atau karena faktor jaringan lokal yang tidak menguntungkan.
Faktor tersebut berhubungan dengan adhesi yang tidak tepat dari ekspresi molekul
tetapi, jika lesi bertahan hingga lebih dari 10-12 hari, perlu dilakukan biopsi untuk
traumatik antara lain karsinoma sel-skuamosa dan lesi ganas lainnya, eosinophilic
pada mukosa rongga mulut yang ditandai dengan munculnya ulser yang berulang
dan tidak disertai dengan penyakit lain (Greenberg dan Glick, 2008). RAS sering
terjadi dengan prevalensi 10-30% pada populasi umum. Etiologinya tidak jelas.
Dari bukti yang terakhir ditemukan diketahui bahwa yang memegang peran utama
dalam pathogenesis lesi ini adalah respon imun cell-mediated. Beberapa faktor
predisposisi yang pernah dilaporkan antara lain trauma, alergi, genetik, gangguan
berbentuk bulat atau oval, ulser tidak didahului oleh vesikula (Laskaris, 2006;
ulcer. Tipe minor merupakan jenis yang paling banyak ditemui, gambaran
klinisnya berupa ulser bulat, kecil, dan nyeri, ukurannya kecil dengan diameter 3-
6 mm, dasar ulser putih kekuningan, dan dikelilingi tepi eritem (eritemathous
halo), lesi dapat single maupun multiple (dua hingga enam lesi), dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa meninggalkan jaringan parut dalam waktu 7-12 hari.
Tipe major memiliki diameter 1-2 cm, terasa nyeri yang dalam, dan dapat
jumlah lesi bervariasi (satu hingga lima). Tipe herpetiform memiliki ciri khas
berupa ulserasi kecil, dangkal, dan nyeri, dengan diameter 1-2 mm, jumlah lesi
banyak berkisar 10-100, lesi dapat bersatu membentuk ulser iregular yang lebih
besar, waktu penyembuhan 1-2 minggu tanpa pembentukan jaringan parut. Pada
aphthosis kompleks, RAS dan lesi genital terjadi berbarengan tanpa komponen
Daerah yang paling sering terkena adalah mukosa bergerak yang tidak
berkeratin, ditemukan pada lidah, mukosa vestibular, dasar mulut, palatum lunak
dan faucial pillars, tidak ditemukan kulit, vermilion, attached gingiva atau
palatum keras. Diagnosis ditentukan berdasarkan gambaran klinisnya. Perawatan
RAS menggunakan steroid topikal, dalam kasus yang berat terapi dengan injeksi
steroid atau steroid sistemik dalam dosis rendah (10-20 mg prednisone) selama 4
hingga 8 hari dapat meringankan gejala yang timbul (Laskaris, 2006; Regezi et al,
2016).
Gambar 3.4 Reccurent Apthous Stomatitis; (a) Minor Apthous Ulcer, (b) Major
penentuan diagnosisnya. Tampilan klinis lesi ini umumnya berupa massa atau
tumor eksofitik yang tidak beraturan. Gambaran klinis dapat berupa patch atau
massa putih atau merah. Lesi ini tidak terasa sakit dengan rolled margins dan
paling banyak ditemukan pada lateral lidah dan dasar mulut. Pada permukaan
tumor dapat terjadi ulserasi, bisa juga tidak, dan teraba ada indurasi saat dilakukan
palpasi. Laki-laki terkena dua kali lebih sering daripada wanita. Karsinoma sel-
sinar UV, onkogenik, human papillomavirus tipe 16 atau 18. Untuk mendapatkan
membaik jika ditemukan pada tahap awal, prognosis buruk jika telah terjadi
Gambar 3.5 Karsinoma Sel-Skuamosa pada dasar mulut (Regezi et al, 2016)
ulser belum sembuh, pasien sebaiknya dikonsulkan kepada dokter spesialis dan
dilakukan biopsi untuk melihat kemungkinan dari karsinoma oral (Langlais, et al.,
akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan pelepasan enzim lysosomal, dan
harus diterapkan pada malam hari untuk memaksimalkan kontak dengan ulser.
Tergantung keparahannya, bisa diaplikasikan hingga tiga kali sehari. Tidak ada
digunakan saat kehamilan (Kategori C). Tidak ada interaksi obat karena
diaplikasikan secara local. Produk harus dioleskan dan tidak digosok. Efek
samping yang paling sering terjadi selama menjalani terapi steroid topikal adalah
dalam bentuk obat kumur chlorhexidine dan miconazole gel (Anne and Lesley,
2003)
BAB III
PEMBAHASAN
sariawan di bagian mulut bawah kanan belakang yang tidak sengaja tersodok dengan
sikat gigi. Pasien mengatakan bahwa sariawan ada sejak 2 hari yang lalu dan akan terasa
sakit ketika makan. Traumatik ulser dapat disebabkan oleh trauma mekanis, ulser
yang disebabkan trauma mekanis banyak ditemukan pada mukosa bukal, mukosa
labial pada bibir atas maupun bibir bawah, dan lateral lidah. Kadang dapat juga
Paisen mengeluhkan sariawannya terasa perih dan terasa lebih sakit saat
pasien makan. Hasil pemeriksaan klinis lesi pada mukosa bukal bagian kiri
belakang bawah di regio gigi 45, berbentuk oval, tepi irregular, berwarna putih,
diameter ±0,3 mm, dasar cekung, berjumlah satu, tepi dikelilingi eritem. Hal ini
sesuai dengan yang disebutkan oleh Laskaris (2006) bahwa lesi pada traumatic
ulser tampak sebagai ulkus soliter yang terasa nyeri, dilapisi eksudat fibrin putih-
tiga kali sehari setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Meskipun
traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat diobati dengan
2014).
bekas. Lakaris (2006), traumatik ulser akan sembuh dalam waktu 6-10 hari tanpa
SIMPULAN
pasien berupa ulser traumatik, karena trauma pada mukosa setelah dilakukan swab
mukosa. Gambaran klinis lesi pada mukosa bukal bagian kiri belakang bawah di
regio gigi 37, berbentuk oval, tepi irregular, berwarna putih, diameter ±0,5 mm,
dasar cekung, berjumlah satu, tepi dikelilingi eritem, terasa nyeri. Perawatan ulser
Anura, A. 2014. Traumatic oral mucosal lesions: a mini review and clinical
update. OHDM - Vol. 13 - No. 2 - June, 2014. School of Medicine and
Dentistry, James Cook University: Australia.
Greenberg, Martin S. dan Michael Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine
Diagnosis & Treatment 11thEd. London: BC Decker Inc.
Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at
http://emedicine.medscape.com
Jeske, Arthur H. 2014. Mosby’s Dental Drug Reference, 11th ed. USA: Elsevier
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 7thed. New York: Thieme
Langlais, R. P & Craig S. Miller. 2000. Color Atlas of Common Oral Disease
Pratiwi, A. E. 2008. Efek Campuran Kulit dan Daging Aloe Vera 6.25%, 12.5%,
dan 25% Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Ulserasi Mukosa
Mulut ( Penelitian pada Tikus Model). Jakarta: Universitas Indonesia.
Regezi, A. dan James J. Sciubba, Richard C. K. Jourdan. 2012. Oral Pathology:
Clinical Pathologic Correlations.6th Ed. Elsevier
____. 2016. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations.7th Ed. Elsevier
Scully, Crispian. 1999. Handbook of Oral Disease: Diagnosis and Management. A
consensus approach. New York: Thieme