Disusun oleh:
160112170091
Pembimbing:
drg. Nafisa
1
JUDUL : TRAUMATIC ULCER-LAPORAN STUDI KASUS MINOR
ILMU PENYAKIT MULUT
Menyetujui,
Pembimbing
drg.Nafisa
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..................................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................10
3.1 Traumatic Ulcer...........................................................................................10
3.1.1 Definisi.................................................................................................................10
3.1.2 Etiologi.................................................................................................................10
3.1.3 Tampilan Klinis.....................................................................................................12
3.1.4 Histopatologi.........................................................................................................13
3.1.5 Diagnosis, Diagnosis Banding dan Perawatan......................................................14
3.2 Reccurent Apthous Stomatitis (RAS)...........................................................14
3.3 Karsinoma Sel-Skuamosa.............................................................................17
3.4 Triamcinolone Acetonide 0,1% in Orabase.................................................18
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................20
BAB V SIMPULAN.............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
i
BAB I
PENDAHULUAN
Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis yang tertutup oleh bekuan fibrin,
traumatik dianggap sebagai ulserasi oral yang paling umum meskipun kejadian
yang pasti tidak diketahui (Houston, 2017). Ulser traumatik dapat disebabkan oleh
bahan kimia, panas, listrik, atau kekuatan mekanis (Langlais & Miller, 2003).
tampak sebagai ulser soliter yang nyeri, disertai permukaan berwarna putih
dengan keluhan terdapat sariawan sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Sariawan
terjadi akibat pasien dilakukan swab mukosa di bagian pipi. Melalui anamnesa,
pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, didapatkan diagnosa traumatic ulcer.
Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga kesehatan mulutnya, diberi resep salep
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.2 Anamnesis
Pasien wanita berusia 21 tahun datang dengan keluhan sakit pada bagian
pipi kiri belakang bawah mulut seperti sariawan setelah tersodok sikat gigi dua
hari yang lalu. Sariawan terasa semakin sakit apabila terkena panas atau makan
makanan yang keras. Sakit akan mereda saat dalam keadaan istirahat. Pasien tidak
melakukan apapun pada sariawan. Pasien terakhir ke drg satu bulan lalu untuk
alergi, dan kebiasaan buruk oral disangkal. Pasien tidak rutin mengalami hal
serupa, tidak sedang menstruasi, tingkat stress rendah, konsumsi buah baik,
konsumsi sayur kurang baik, konsumsi air putih <2l sehari. Pasien sikat gigi dua
kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur. Pasien ingin diobati.
2
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik
Disangkal
Disangkal
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Kelenjar Limfe
TMJ TAK
Bibir TAK
Hidung TAK
3
Telinga TAK
Lain-lain -
kenyal
Mukosa bukal : lesi ulser ±3 mm, jumlah satu, dasar putih, kedalaman ±1
Frenulum : TAK
Lidah : TAK
Tonsil : T1 – T1
Uvula : 1, normal
Status Gigi :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
4
2.1.8 Gambar Kasus
Tidak dilakukan
1) Farmakologi
R/
R/
5
Chlorhexidine 0,2%
2) Non Farmakologi
melakukan sikat gigi 2 kali sehari sehabis sarapan dan sebelum tidur, dan sikat
dan sayuran serta dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 L sehari atau 8
gelas sehari.
2.2.1 Anamnesis
sudah tidak terasa sakit dan sudah tidak terlihat. Pasien menyikat gigi dan lidah
dua kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur, melakukan instruksi yang
diberikan yaitu konsumsi buah-buahan dan sayuran, minum 8 gelas sehari, dan
2.2.2
Kelenjar Limfe
6
Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-
TMJ TAK
Bibir TAK
Hidung TAK
Telinga TAK
Lain-lain -
kenyal
7
Frenulum : TAK
Lidah : TAK
Tonsil : T1 – T1
Uvula : 1, normal
Status Gigi :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 2.2 Ulser pada pipi kiri belakang bawah yang sudah sembuh
(Yosia,2017)
Tidak dilakukan
8
2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan
gigi dan lidah 2 kali sehari sehabis sarapan dan sebelum tidur. Pasien
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis yang tertutup oleh bekuan fibrin,
traumatik adalah lesi oral yang sering terjadi dan dapat disebabkan oleh gigi yang
fraktur atau tajam, restorasi yang kurang baik, instrumen kedokteran gigi, gigitan,
iritasi gigi tiruan, benda asing yang tajam, dan lain-lain (Laskaris, 2006).
beberapa etiologi, trauma menjadi penyebab yang banyak ditemukan. Lokasi yang
banyak ditemukan antara lain mukosa labial, mukosa bukal, palatum, dan lidah
3.1.2 Etiologi
Traumatik ulser dapat disebabkan oleh bahan kimia, panas, elektrik, atau
abrasi karena sering berkontak dengan gigi yang tajam atau patah, iatrogenik
(seperti terkena alat tajam saat pemeriksaan gigi) (Langlais & Miller, 2000;
Regezi et al, 2012). Bahan kimia dapat menyebabkan ulser rongga mulut karena
sifat asam bahan tersebut atau karena kemampuan bahan berperan sebagai iritan
10
atau alergen. Bahan medikamen yang mengandung fenol misalnya, dapat
menyebabkan ulser lokal iatrogenik. Ulser rongga mulut karena panas jarang
rongga mulut. Etiologi ulser dan mukositis berhubungan dengan banyak faktor
dan melibatkan lima fase biologis yaitu inisiasi, respon kerusakan awal, penguatan
berbicara, tidur, atau mengunyah, gigi yang patah, karies, malposisi, protesa yang
tidak tepat, dan trauma mekanis lainnya (seperti terkena alat makan, bahan kimia,
dan panas). Lokasi ulser yang banyak ditemui berdasarkan penyebabnya antar
ditemukan pada mukosa bukal, mukosa labial pada bibir atas maupun bibir
bawah, dan lateral lidah. Kadang dapat juga ditemukan pada mukobukal
2) Elektrik, lesi yang berhubungan dengan panas elektrik sering terdapat pada
3) Panas, lesi karena panas dari makanan panas sering terdapat pada posterior
4) Bahan kimia, lesi karena bahan kimia dapat terjadi pada seluruh bagian
mukosa rongga mulut. Bahan kimia yang dapat menimbulkan lesi seperti
11
3.1.3 Patofisiologi Traumatik Ulser
Perjalanan Traumatik Ulser dimulai dari masa prodromal selama 1-2 hari, berupa
panas atau nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula berwarna merah,
yang dalam waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan
epitelnya hilang sehingga terjadi lekukan da/ngkal. Ulkus akan ditutupi oleh eksudat
fibrin kekuningan yang dapat bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah warna
menjadi merah muda tanpa eksudat fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap
Patofisiologi dari ulser menurut Greenberg dan Glick (2003) dibagi menjadi 3
tahap, yaitu:
1. Tahap pre-ulserasi
Tahap ini terjadi pada 18-72 jam pertama dari perkembagan lesi. Pada fase
prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan
muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium dan edema
akan mulai berkembang. Tahap ini, diikuti dengan degenerasi sel epitel supra basal yang
disertai oleh mononukleus dengan sebagian besar limfosit masuk ke dalam lamina
propria, sehingga terbentuklah papula dengan tepi eritematous. Intensitas rasa nyeri akan
2. Tahap ulseratif
Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap
ini terdapat penambahan infiltrasi sel mononukleus pada jaringan (terutama epitel) dan
disertai dengan edema yang lebih luas serta adanya degenerasi dari epitelium yang
menyebabkan papula akan berulserasi, dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan
fibromembranous, protein, dan bekuan darah, yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang
semakin berkurang.
12
3. Tahap penyembuhan
Tahap ini terjadi pada hari ke 4 hingga ke 35. Ulser tersebut akan ditutupi oleh
Ulser akut pada membran mukosa mulut menunjukkan tanda dan gejala
klinis peradangan akut, termasuk tingkat nyeri yang bervariasi, kemerahan, dan
pembengkakan. Lesi ini biasanya tampak sebagai ulkus soliter yang nyeri, dilapisi
Lesi teraba lunak saat dilakukan palpasi , dan sembuh secara spontan atau setelah
10-14 hari, tapi kadang-kadan ulser ini mungkin bertahan lebih lama karena faktor
sistemik. Ulser kronis banyak menyebabkan sedikit rasa nyeri atau tanpa rasa
nyeri. Lesi ini ditutupi oleh membran kuning dan dikelilingi oleh peninggian
dengan lesi ini, disebabkan oleh pembentukan jaringan parut dan infiltrasi sel
inflamasi kronis. Penyembuhan pada lesi ini lama jika teriritasi, terutama lesi
lidah. Gambaran klinis menyerupai karsinoma dan lesi yang menular. Tempat
predileksi lesi ini adalah lidah, bibir dan mukosa pipi (Laskaris, 2006; Regezi et
13
Gambar 3.1.Traumatik ulser kronis (Regezi et al, 2012)
3.1.5 Histopatologi
digantikan jaringan fibrin berisi neutrophil. Dasar ulser terdapat dilatasi kapiler
dan jaringan granulasi. Regenerasi epitelium dimulai dari bagian tepi ulser,
dengan proliferasi sel di atas jaringan granulasi dan di bawah bekuan fibrin
lebih dalam pada jaringan. Regenerasi epitel biasanya tidak terjadi karena trauma
yang berkelanjutan atau karena faktor jaringan lokal yang tidak menguntungkan.
Faktor tersebut berhubungan dengan adhesi yang tidak tepat dari ekspresi molekul
14
Gambar 3.3 Ulser kronis yang menunjukkan jaringan fibrin menutupi dasar
tetapi, jika lesi bertahan hingga lebih dari 10-12 hari, perlu dilakukan biopsi untuk
traumatik antara lain karsinoma sel-skuamosa dan lesi ganas lainnya, eosinophilic
pada mukosa rongga mulut yang ditandai dengan munculnya ulser yang berulang
dan tidak disertai dengan penyakit lain (Greenberg dan Glick, 2008). RAS sering
15
terjadi dengan prevalensi 10-30% pada populasi umum. Etiologinya tidak jelas.
Dari bukti yang terakhir ditemukan diketahui bahwa yang memegang peran utama
dalam pathogenesis lesi ini adalah respon imun cell-mediated. Beberapa faktor
predisposisi yang pernah dilaporkan antara lain trauma, alergi, genetik, gangguan
berbentuk bulat atau oval, ulser tidak didahului oleh vesikula (Laskaris, 2006;
ulcer. Tipe minor merupakan jenis yang paling banyak ditemui, gambaran
klinisnya berupa ulser bulat, kecil, dan nyeri, ukurannya kecil dengan diameter 3-
6 mm, dasar ulser putih kekuningan, dan dikelilingi tepi eritem (eritemathous
halo), lesi dapat single maupun multiple (dua hingga enam lesi), dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa meninggalkan jaringan parut dalam waktu 7-12 hari.
Tipe major memiliki diameter 1-2 cm, terasa nyeri yang dalam, dan dapat
jumlah lesi bervariasi (satu hingga lima). Tipe herpetiform memiliki ciri khas
berupa ulserasi kecil, dangkal, dan nyeri, dengan diameter 1-2 mm, jumlah lesi
banyak berkisar 10-100, lesi dapat bersatu membentuk ulser iregular yang lebih
besar, waktu penyembuhan 1-2 minggu tanpa pembentukan jaringan parut. Pada
aphthosis kompleks, RAS dan lesi genital terjadi berbarengan tanpa komponen
Daerah yang paling sering terkena adalah mukosa bergerak yang tidak
berkeratin, ditemukan pada lidah, mukosa vestibular, dasar mulut, palatum lunak
16
dan faucial pillars, tidak ditemukan kulit, vermilion, attached gingiva atau
RAS menggunakan steroid topikal, dalam kasus yang berat terapi dengan injeksi
steroid atau steroid sistemik dalam dosis rendah (10-20 mg prednisone) selama 4
hingga 8 hari dapat meringankan gejala yang timbul (Laskaris, 2006; Regezi et al,
2016).
Gambar 3.4 Reccurent Apthous Stomatitis; (a) Minor Apthous Ulcer, (b) Major
penentuan diagnosisnya. Tampilan klinis lesi ini umumnya berupa massa atau
tumor eksofitik yang tidak beraturan. Gambaran klinis dapat berupa patch atau
massa putih atau merah. Lesi ini tidak terasa sakit dengan rolled margins dan
17
paling banyak ditemukan pada lateral lidah dan dasar mulut. Pada permukaan
tumor dapat terjadi ulserasi, bisa juga tidak, dan teraba ada indurasi saat dilakukan
palpasi. Laki-laki terkena dua kali lebih sering daripada wanita. Karsinoma sel-
sinar UV, onkogenik, human papillomavirus tipe 16 atau 18. Untuk mendapatkan
membaik jika ditemukan pada tahap awal, prognosis buruk jika telah terjadi
Gambar 3.5 Karsinoma Sel-Skuamosa pada dasar mulut (Regezi et al, 2016)
18
Perawatan ulser traumatik meliputi eliminasi faktor penyebab dan
dihilangkan, ulser traumatik akan sembuh antara 7 – 10 hari. Jika lebih dari itu
ulser belum sembuh, pasien sebaiknya dikonsulkan kepada dokter spesialis dan
dilakukan biopsi untuk melihat kemungkinan dari karsinoma oral (Langlais, et al.,
akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan pelepasan enzim lysosomal, dan
harus diterapkan pada malam hari untuk memaksimalkan kontak dengan ulser.
Tergantung keparahannya, bisa diaplikasikan hingga tiga kali sehari. Tidak ada
digunakan saat kehamilan (Kategori C). Tidak ada interaksi obat karena
diaplikasikan secara local. Produk harus dioleskan dan tidak digosok. Efek
samping yang paling sering terjadi selama menjalani terapi steroid topikal adalah
dalam bentuk obat kumur chlorhexidine dan miconazole gel (Anne and Lesley,
2003)
19
BAB IV
PEMBAHASAN
di bagian pipi kiri belakang bawah yang tidak sengaja tersodok dengan sikat gigi hal ini
menjadi pertimbangan bahwa sariawan yang diderita pasien merupakan Traumatic Ulcer
yang disebabkan oleh trauma mekanis. Pasien mengatakan bahwa sariawan ada sejak 2
hari yang lalu dan akan terasa sakit ketika makan. Traumatik ulser dapat disebabkan
oleh trauma mekanis, ulser yang disebabkan trauma mekanis banyak ditemukan
pada mukosa bukal, mukosa labial pada bibir atas maupun bibir bawah, dan lateral
lidah. Kadang dapat juga ditemukan pada mukobukal fold, gingiva, dan palatum
(Houston, 2009).
Paisen mengeluhkan sariawannya terasa perih dan terasa lebih sakit saat
pasien makan. Hasil pemeriksaan klinis lesi pada mukosa bukal bagian kiri
belakang bawah di regio gigi 37, berbentuk oval, tepi irregular, berwarna putih,
diameter ±3 mm, dasar cekung, berjumlah satu, tepi dikelilingi eritem. Hal ini
sesuai dengan yang disebutkan oleh Laskaris (2006) bahwa lesi pada traumatic
ulser tampak sebagai ulkus soliter yang terasa nyeri, dilapisi eksudat fibrin putih-
tiga kali sehari setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Meskipun
traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat diobati dengan
20
0,1% in orabase berperan untuk menurunkan respon jaringan terhadap reaksi
2014).
bekas. Lakaris (2006), traumatik ulser akan sembuh dalam waktu 6-10 hari tanpa
21
BAB V
SIMPULAN
pasien berupa ulser traumatik, karena trauma pada mukosa setelah dilakukan swab
mukosa. Gambaran klinis lesi pada mukosa bukal bagian kiri belakang bawah di
regio gigi 37, berbentuk oval, tepi irregular, berwarna putih, diameter ±0,5 mm,
dasar cekung, berjumlah satu, tepi dikelilingi eritem, terasa nyeri. Perawatan ulser
22
DAFTAR PUSTAKA
Anura, A. 2014. Traumatic oral mucosal lesions: a mini review and clinical
update. OHDM - Vol. 13 - No. 2 - June, 2014. School of Medicine and
Dentistry, James Cook University: Australia.
Greenberg, Martin S. dan Michael Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine
Diagnosis & Treatment 11thEd. London: BC Decker Inc.
Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at
http://emedicine.medscape.com
Jeske, Arthur H. 2014. Mosby’s Dental Drug Reference, 11th ed. USA: Elsevier
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 7thed. New York: Thieme
Langlais, R. P & Craig S. Miller. 2000. Color Atlas of Common Oral Disease
Pratiwi, A. E. 2008. Efek Campuran Kulit dan Daging Aloe Vera 6.25%, 12.5%,
dan 25% Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Ulserasi Mukosa
Mulut ( Penelitian pada Tikus Model). Jakarta: Universitas Indonesia.
Regezi, A. dan James J. Sciubba, Richard C. K. Jourdan. 2012. Oral Pathology:
Clinical Pathologic Correlations.6th Ed. Elsevier
____. 2016. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations.7th Ed. Elsevier
Scully, Crispian. 1999. Handbook of Oral Disease: Diagnosis and Management. A
consensus approach. New York: Thieme
23