Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH LAPORAN KASUS MINOR ILMU PENYAKIT MULUT

TRAUMATIC ULCER

Disusun oleh:

ISHLAHIL AKMALIA

160112160037

Dosen pembimbing:

drg. Tenny Setiani Dewi S, Sp.PM., M.Kes.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2017
JUDUL : TRAUMATIC ULCER

NAMA : ISHLAHIL AKMALIA


NPM : 160112160037

Bandung, Februari 2017

Menyetujui :
Dosen pembimbing

drg. Tenny Setiani Dewi S, Sp.PM., M.Kes.


NIP. 195901241986012002
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................2
2.1 Kunjungan 1...................................................................................................2
2.2 Laporan Kontrol 1..........................................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
3.1 Definisi Traumatik Ulser.............................................................................10
3.2 Etiologi Traumatik Ulser.............................................................................10
3.3 Gambaran Klinis Traumatik Ulser...............................................................11
3.4 Patofisiologi Traumatik Ulser......................................................................12
3.5 Histologi.......................................................................................................14
3.6 Diagnosis......................................................................................................14
3.7 Diagnosa Banding........................................................................................14
3.8 Perawatan.....................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................20
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ulser dekat perlekatan lidah.......................................................... 6


Gambar 2.2 Keadaan ulser saat kontrol 7 hari................................................... 9
Gambar 3.1 Traumatik ulser akibat restorasi yang patah pada gigi molar satu
bawah (Lewis dan Jordan, 2004)
.......................................................................................................
12
Gambar 3.2 Ulser disebabkan oleh fenol (Laskaris, 2006)...............................12
Gambar 3.3 Reccurent Apthous Stomatitis Behcet’s syndrome di rongga
mulut (Laskaris, 2006)
.......................................................................................................
16
Gambar 3.4 Behcet’s syndrome di rongga mulut (Laskaris, 2006)...................18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Karakteristik tipe SAR (Porter,2000)........................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

Traumatic ulcer adalah lesi pada mulut yang banyak terjadi dan

merupakan lesi yang meluas sampai stratum basale yang disebabkan oleh iritasi

lokal seperti tergigit saat makan atau bicara, gigi yang patah atau tajam, tambalan

yang kurang baik, instrument alat-alat kedokteran gigi, iritasi gigi tiruan, dan

benda asing yang tajam. Orang awam sering menyebutnya sariawan. Ulser dapat

terjadi pada lidah, mukosa bukal, palatum, mukosa labial, dan gingiva pada

berbagai tingkatan usia dan jenis kelamin dan biasanya (Langlais & Miller, 2000;

Laskaris, 2006).

Traumatic ulcer memiliki permukaan yang halus dan dikelilingi daerah

yang eritem dimana daerah ini lebih terang dibandingkan jaringan sekitarnya.

Mayoritas sariawan terasa sakit dan mengganggu. Adapun terapi dari traumatic

ulcer ini diantaranya pemberian multivitamin, antiseptic local, obat antiinflamasi

topical, kortikosteroid topical, dan menghiangkan sumber trauma. Terapi ini

diberikan dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit, memperpendek durasi ulser,

dan mengembalikan fungsi normal mulut. (Langlais & Miller, 2000; Greenberg

and glick, 2003; Laskaris, 2006).

Pada makalah ini, dilaporkan kasus seorang pasien perempuan usia 50

tahun yang datang ke Instalasi Integrasi RSGM FKG Unpad pada bulan Januari

2017 dengan keluhan terdapat sariawan di bawah lidah. Dari hasil anamnesa dan

1
pemeriksaan klinis, lesi ini kemudian didiagnosa sebagai traumatic ulcer dan

diberi perawatan menggunakan kortikosteroid topikal.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Kunjungan 1

Tanggal Pemeriksaan : 19 Januari 2017


No. Medrek : 2017-000XX
Nama Lengkap : Ny. S. Z.
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Suci Residence Bandung

Anamnesa

Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan di dasar mulut dekat

bawah lidah sebelah kiri sejak 5 hari lalu. Pasien mengatakan mulanya sariawan

tersebut muncul setelah menyikat gigi terlalu keras, setelah itu keesokan harinya

pada dasar mulut sebelah kiri terasa sakit dan perih terutama saat makan dan

minum panas. Pasien sudah mencoba berkumur menggunaan obat kumur namun

sariawan masih ada. Pasien mengaku jarang mengalami sariawan sebelumnya,

hanya mengalami sariawan saat tergigit dan tidak pernah muncul tiba-tiba. Di

keluarga pasien tidak terdapat orang yang sering mengalami sariawan. Pasien

tidak sedang dalam pengobatan dan terakhir ke dokter gigi 7 hari lalu untuk

penambalan. Pasien ingin sariawannya disembuhkan.


4

Riwayat Penyakit Sistemik

Penyakit jantung YA / TIDAK

Hipertensi YA / TIDAK

Diabetes mellitus YA / TIDAK

Asma/Alergi YA / TIDAK

Penyakit hepar YA / TIDAK

Kelainan GIT YA / TIDAK

Penyakit ginjal YA / TIDAK

Kelainan darah YA / TIDAK

Hamil YA / TIDAK

Kontrasepsi YA / TIDAK

Lain-lain YA / TIDAK

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Disangkal

Kondisi Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran umum : Compos Mentis

Suhu : 36˚C (afebris)

Tensi : 100/70 mmHg

Pernafasan : 16 x/menit

Nadi : 70 x/menit
5

Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Submental : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Servikal : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Mata : Sklera non-ikterik, konjungtiva nonanemis, pupil isokhor

TMJ : Kliking kiri, deviasi kiri

Bibir : Tidak ada kelainan, tonus normal, relasi kompeten

Wajah : simetri/ asimetri, profil cembung, tipe normal

Sirkum oral : Tidak ada kelanan

Lain-lain : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan mulut : baik/sedang/buruk Plak +/-

Kalkulus +/- (43-33, 25,26) Stain +/-

Gingiva : Resesi hampir di semua regio

Mukosa bukal : Tidak ada kelainan

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan


6

Frenulum : Tidak ada kelainan, RA dan RB normal

Lidah : Tidak ada kelainan

Dasar mulut : Terdapat lesi ulser di belakang regio gigi 32, 33 dekat

perlekatan lidah, jumlah 1, bentuk oval, diameter 2mm,

dasar putih, tepi eritem, dasar cekung, kedalaman dangkal

Status gigi

UE UE
CM CM CM

UE

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi : TDL

Darah : TDL

Patologi Anatomi : TDL

Mikrobiologi : TDL

Diagnosis

D/ Traumatik ulser DD/ Stomatitis apthous rekuren


7

Rencana Perawatan

Farmakologis

Topikal : Pro resep

R/ Triamcinolone Acetonide 0,1% in orabase Tube no I

∫ lit oris, 2-3 dd

Nonfarmakologis

1. Penjelasan penyakit, cara mengaplikasikan obat dan pemicu gejala

2. Pro Oral higiene Instruction

3. Instruksi kepada pasien untuk makan banyak sayur dan makanan

seimbang, banyak minum, istirahat cukup

4. Pro kontrol 1 minggu

Gambar 2.1 Ulser dekat perlekatan lidah


8

2.2 Laporan Kontrol 1

Tanggal Pemeriksaan : 19 Januari 2017


No. Medrek : 2017-000XX
Nama Lengkap : Ny. S. Z.
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Suci Residence Bandung

Anamnesa

Pasien datang pada hari ke 7 untuk melakukan kontrol. Sebelumnya pasien

mengeluhkan adanya sariawan pada dasar mulut dekat bawah lidah sebelah kiri.

Pasien memakai obat yang dianjurkan (Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase)

2x sehari selama 2 hari serta memperbanyak asupan cairan. Sariawan menghilang

pada hari ke-2. Sekarang pasien tidak merasakan adanya keluhan lagi.

Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Submental : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

Servikal : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-

kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-


9

Mata : Sklera non-ikterik, konjungtiva nonanemis, pupil isokhor

TMJ : Tidak ada kelainan

Bibir : Tidak ada kelainan, tonus normal, relasi kompeten

Wajah : simetri/ asimetri, profil cembung, tipe normal

Sirkum oral : Tidak ada kelainan

Lain-lain : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan mulut : baik/sedang/buruk Plak +/-

Kalkulus +/- Stain +/-

Gingiva : Resesi hampir di semua regio

Mukosa bukal : Tidak ada kelainan

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Tidak ada kelainan, RA dan RB normal

Lidah : Tidak ada kelainan

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi : TDL

Darah : TDL

Patologi Anatomi : TDL


10

Mikrobiologi : TDL

Diagnosis

D/ Post Traumatik Ulser

Rencana Perawatan

1. Stop pemakaian Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase

2. Pro OHI (Cara sikat gigi dan pembersihan lidah)

3. KIE

Banyak makan makanan bergizi dan banyak minum air putih, serta istirahat

dan tidur yang cukup.

Gambar 2.2 Keadaan ulser saat kontrol 7 hari


11

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Traumatik Ulser

Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas

tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang (Greenberg, et al, 2003).

Traumatic ulcer adalah ulserasi rongga mulut yang biasanya disebabkan oleh

trauma akibat tergigit, protesa, alat ortodonti, tambalan overhang, makanan,

panas, zat kimia, sikat gigi, trauma akibat kelalaian dokter gigi, dan lain-lain.

Ulser ini terdapat terjadi di lidah, palatum, mukosa bukal, mukosa labial, dan juga

gingiva serta dapat terjadi pada berbagai jenis usia dan tidak bergantung pada

jenis kelamin apapun (Langlais & Miller, 2000; Laskaris, 2006). Secara

simtomatis, kebanyakan traumatik ulser terasa sakit. Ketidaknyamanan biasanya

terjadi pada 24 – 48 jam setelah terjadinya trauma (Sonis et al, 1984).

3.2 Etiologi Traumatik Ulser

Traumatik ulser dapat diakibatkan oleh trauma fisik atau kimia (Field dan

Longman, 2003). Trauma fisik bisa didapat dari trauma mekanis, thermal atau

elektrikal. Trauma mekanis dapat disebabkan oleh sikat gigi, kawat orthodontik,

gigi yang tajam, tambalan yang kurang sempurna, trauma dari alat-alat kedokteran

gigi (kelalaian dokter gigi), gigi tiruan yang kurang baik, kebiasaan buruk seperti

mengigit bibir atau menggigit pipi, dan iritasi dari makanan yang tajam dan keras.

Trauma termal disebabkan oleh makanan atau minuman yang terlalu panas. Dan
12

trauma elektrik yang dapat disebabkan oleh arus galvanis dari tambalan logam

(Langlais & Miller, 2000; Greenberg and glick, 2003; Laskaris, 2006).

Penyebab traumatik ulser juga bisa didapat dari trauma kimia. Iritasi

kimiawi pada mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi. Penyebab umum dari

ulserasi jenis ini adalah tablet aspirin atau krim sakit gigi yang diletakkan pada

gigi-gigi yang sakit atau di bawah protesa yang tidak nyaman (Lewis & Lamey ,

1998; Langlais & Miller, 2000).

3.3 Gambaran Klinis Traumatik Ulser

Gambaran klinis dari traumatik ulser mirip dengan gambaran pada ulser

aphtosa. Ulser biasanya berbentuk bulat, bagian tengah terdapat jaringan nekrotik

berwarna putih kekuningan dikelilingi oleh daerah erithem (Sonis et al, 1984).

Menurut Greenberg and Glick (2008) dan Laskaris (2006) gambaran

traumatik ulser sebagai berikut:

1. Biasanya muncul dengan lesi yang single

2. Sakit

3. Cenderung memiliki batas yang ireguler dengan margin eritema dan

dasar putih kekuningan

4. Biasanya sembuh spontan atau dengan menghilangkan penyebabnya

dalam waktu 6 sampai 10 hari

5. Lokasi terjadi umumnya pada lidah, bibir, dan juga mukosa bukal

Pada kasus trauma mekanis, bentuk lesi biasanya ireguler atau sesuai

dengan area sumber trauma. Sebab itu, ulserasi yang terlihat ireguler biasanya
13

merupakan hasil dari trauma. Ulser akibat iritasi kimia, memperlihatkan daerah

superfisial erosi yang lebih luas, juga disertai dengan eksudat fibrinous (Lewis

and Jordan, 2004).

Gambar 3.1 Traumatik ulser akibat restorasi yang patah pada gigi molar
satu bawah (Lewis dan Jordan, 2004)

Gambar 3.2 Ulser disebabkan oleh fenol (Laskaris, 2006)

3.4 Patofisiologi Traumatik Ulser

Perjalanan Traumatik Ulser dimulai dari masa prodromal selama 1-2 hari,

berupa panas atau nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula

berwarna merah, yang dalam waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi

jaringan nekrotik dengan epitelnya hilang sehingga terjadi lekukan da/ngkal.


14

Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin kekuningan yang dapat bertahan selama

10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat

fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap penyembuhan (Pindborg, 1994).

Patofisiologi dari ulser menurut Greenberg dan Glick (2003) dibagi

menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Tahap pre-ulserasi

Tahap ini terjadi pada 18-72 jam pertama dari perkembagan lesi. Pada fase

prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi

akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi

epitelium dan edema akan mulai berkembang. Tahap ini, diikuti dengan

degenerasi sel epitel supra basal yang disertai oleh mononukleus dengan sebagian

besar limfosit masuk ke dalam lamina propria, sehingga terbentuklah papula

dengan tepi eritematous. Intensitas rasa nyeri akan meningkat pada waktu tahap

pre-ulserasi ini.

2. Tahap ulseratif

Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu.

Pada tahap ini terdapat penambahan infiltrasi sel mononukleus pada jaringan

(terutama epitel) dan disertai dengan edema yang lebih luas serta adanya

degenerasi dari epitelium yang menyebabkan papula akan berulserasi, dan ulser

itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous, protein, dan bekuan darah,

yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang semakin berkurang.

3. Tahap penyembuhan
15

Tahap ini terjadi pada hari ke 4 hingga ke 35. Ulser tersebut akan ditutupi

oleh epitelium dan penyembuhan luka terjadi.

3.5 Histologi

Gambaran mikroskopik memperlihatkan area permukaan ulserasi yang

ditutupi oleh membran fibrinopurulen yang terdiri dari campuran antara sel

inflamasi akut dengan fibrin. Epitel skuamosa bertingkat dari permukaan yang

berdekatan mungkin mengalami hyperplasia dan menunjukkan area atipia

skuamosa yang reaktif. Dasar ulser terdiri dari proliferasi jaringan granulasi

dengan area edema dan terdapat infiltrasi sel inflamasi yang akut dan kronik

(Glen, 2009).

3.6 Diagnosis

Penegakan diagnosa untuk traumatik ulser dapat dilakukan melalui

anamnesa, pemeriksaan klinis, riwayat trauma, evaluasi gigi tiruan, dan evaluasi

alat ortodontik yang digunakan pasien (Sciubba et al, 2002). Lesi ulser dalam

rongga mulut dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab dan memiliki

tanda klinis yang sama. Jika lesi tersebut disebabkan karena trauma penyebabnya

harus dicari, diminimalkan, dan dihilangkan (Langlais and Miller, 2003).


16

3.7 Diagnosa Banding

Beberapa kelainan yang dapat dijadikan diagnosis banding untuk

traumatik ulser adalah Recurrent Apthous Stomatitis, Behcet’s Syndrome,

Recurrent HSV Infection.

1. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)

RAS merupakan keadaan dimana timbul lesi ulseratif pada rongga mulut

yang berulang (rekuren). Ulser berbentuk ovoid atau bulat. RAS biasanya

menyerang mukosa lunak mulut atau mukosa nonkeratin yang tidak melekat

langsung pada tulang. Daerah ini meliputi mukosa labial, lateral dan ventral lidah,

dasar mulut, palatum lunak, dan mukosa orofaringeal. Daerah yang jarang terkena

RAS adalah palatum keras dan gingiva cekat (Greenberg and Glick, 2003).

Penyebab pasti dari RAS masih belum diketahui, namun kemungkinan

bersifat multifaktor. RAS timbul karena pengaruh faktor-faktor predisposisi

seperti stres, trauma, alergi, gangguan endokrin, makanan yang bersifat asam, atau

makanan yang mengandung gluten. Pemeriksaan intra oral diperlukan untuk

mengetahui sumber trauma. Berdasarkan gambaran klinisnya SAR memiliki tiga

macam tipe, yaitu minor, mayor, dan herpetiform.

Tabel 3.1 Karakteristik tipe SAR (Porter,2000)


17

RAS minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning-kelabu,

dengan diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesikel yang terlihat pada

ulkus ini. Tepi eritem yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa.

Rasa terbakar merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari.

Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan

jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser

multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan (Langlais dan Miller, 2003).

RAS mayor berdiameter lebih dari 1 cm, bersifat merusak, ulser lebih

dalam, dan lebih sering timbul kembali. Umumnya terjadi pada wanita dewasa

muda yang mudah cemas. Seringnya multipel, meliputi palatum lunak, fausea

tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat.

Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan unilateral. Bagian

tengahnya nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh beberapa minggu atau bulan, dan

meninggalkan jaringan parut (Langlais dan Miller, 2003).

Secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran berupa erosi

kelabu yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar,

bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan

timbul berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritem dan mempunyai

gejala sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada

ujung anterior lidah, tepi-tepi lidah dan mukosa labial. Sembuh dalam waktu 14

hari (Langlais dan Miller, 2003).


18

Gambar 3.3 Reccurent Apthous Stomatitis; (a) Minor Apthous Ulcer, (b) Major
Apthous Ulcer, (c) Multiple Herpetiform Ulcer (Laskaris, 2006)

RAS dan ulser traumatik dapat disamakan dari etiologinya yaitu muncul

karena trauma. Hal yang membedakan antara RAS dan ulser traumatik adalah

adanya keterlibatan dari Human Leucocyte Antigen (HLA) dan karakteristik

rekuren yang terjadi pada RAS. Ulser traumatik dapat juga bersifat rekuren

apabila faktor etiologi lokal tidak dihilangkan. Bentuk lesi RAS bulat atau oval

dengan tepi reguler, sedangkan ulser traumatik irreguler. RAS juga biasanya

mengenai mukosa non keratin seperti bukal dan labial, sedangkan ulser traumatik

dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut, seperti palatum, gingiva, dan lidah

(Greenberg dan Glick, 2008).

2. Behcet’s Disease

Behcet’s Disease merupakan kelainan multisistem yang etiologinya belum

diketahui secara pasti, dan diduga berhubungan dengan imunogenetik. Behcet’s

Disease memiliki triad gejala klinis yaitu lesi rekuren pada rongga mulut, genital

dan mata. Penegakan diagnosa Behcet’s Disease yaitu jika pasien memiliki 2-3

kriteria mayor dan 2 kriteria minor. Kriteria mayornya adalah ulser oral yang

bersifat rekuren, ulser genital rekuren, lesi pada mata (konjungtivitis, iritis,

uveitis, retinal vaskulitis), lesi pada kulit (papula, pustula, eritema nodosum, ulser,
19

lesi nekrotik). Kriteria minornya adalah lesi pada gastrointestinal, lesi vaskular,

arthritis, keterlibatan SSP, lesi kardiovaskular, riwayat keluarga (Greenberg dan

Glick, 2003).

Ulser pada rongga mulut merupakan lesi yang sering dijumpai pada sindrom

ini. Satu atau sekelompok ulkus mirip apthous bisa terdapat pada area manapun di

rongga mulut, namun yang khas adalah pada mukosa bibir atau pipi. Ulsernya

berbantuk oval, rata, dangkal dan ukuran bervariasi (Langlais, 2000).

Gambar 3.4 Behcet’s syndrome di rongga mulut (Laskaris;2006)

3. Recurrent HSV Infection

Pada infeksi virus herpes simplex timbul gejala prodormal seperti demam,

sakit kepala, malaise, mual dan muntah. Satu sampai dua hari setelah timbulnya

gejala prodormal, muncul lesi awal gingivostomatitis yaitu vesikel kecil pada

mukosa oral, dengan karakteristik dinding tipis dengan inflamasi dibawahnya.

Vesikel mudah pecah meninggalkan daerah ulser. Lesi dapat mucul pada semua

daerah di rongga mulut. Selain itu dijumpai gingivitis marginalis akut generalisata

(Greenberg and Glicks, 2003).


20

3.8 Perawatan

Terapi trumatik ulser berupa terapi kausatif dengan menghilangkan faktor

etiologi atau penyebab (trauma) dan tergantung pada ukuran, lamanya, dan lokasi

lesi.. Terapi simptomatik pasien dengan traumatik ulser yaitu dengan pemberian

obat kumur antiseptik seperti povidon iodine 1 % , chlorhexidine gluconat 0,2 %.

Pemberian antibiotik seperti penicilin diberikan untuk mencegah infeksi sekunder,

khususnya jika lesi dalam dan parah, namun hal ini jarang dilakukan (Glen, 2009).

Terapi suportif dapat berupa dengan mengkonsumsi makanan lunak. Jika

lesi benar-benar trauma, maka ulser akan sembuh dalam waktu 7-10 hari.

Pendapat lain mengatakan bahwa setelah pengaruh traumatik hilang, ulser akan

sembuh dalam waktu 2 minggu. Setiap ulser yang menetap melebihi waktu ini,

maka harus dibiopsi untuk menentukan apakah ulser tersebut merupakan

karsinoma (Lewis & Lamey , 1998; Langlais & Miller, 2000).

Selain itu pasien dengan keluhan traumatik ulser dapat diterapi dengan:

1. Anestesi local seperti: · benzydamine HCl 0,15 %, dikumur sebanyak 15

ml selama 60 detik dan dilakukan 2 x sehari, maksimal pemakaian selama

7 hari (Kosterman, 2006, MIMS,2009),· viscous lidocain 2 % dan

dipenhydramine yang dikumur 1 sendok makan,digunakan sebelum makan

atau pada saat sakit (Cunningham, 2002; Langlais, 2000).

2. Steroid topical seperti triamcinolone acetonide 0,1 % yang dioleskan tipis

pada ulser dan dipakai 2 x sehari, sesudah makan dan sebelum tidur

(Laskaris, 2006; MIMS, 2009).


21

Jika traumatik ulser bersifat kronis dan sangat sakit, penderita bisa diberikan

prednisone 15 – 20 mg dalam jangka waktu 4 – 6 hari (Laskaris, 2005). Ketika

sumber iritasi atau faktor penyebab sudah dihilangkan, traumatik ulser akan

sembuh antara 10 – 14 hari. Jika lebih dari itu ulserasi belum sembuh, pasien

sebaiknya dikonsulkan kepada dokter spesialis dan dilakukan biopsi untuk melihat

kemungkinan dari karsinoma oral (Sonis et al, 1984; Laskaris, 2006).


BAB IV

PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN

Pada kunjungan pertama pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan

di dasar mulut dekat bawah lidah sebelah kiri sejak 5 hari lalu. Pasien mengatakan

mulanya sariawan tersebut muncul setelah menyikat gigi terlalu keras. Pasien

sudah mencoba berkumur menggunaan obat kumur namun sariawan masih ada.

Pada pemeriksaan klinis terdapat lesi ulser di belakang regio gigi 32, 33

dekat perlekatan lidah, jumlah 1, bentuk oval, diameter 2mm, dasar putih, tepi

eritem, dasar cekung, kedalaman dangkal. Pada pasien ini ditegakkan diagnosa

traumatik ulser. Traumatik ulser mempunyai gambaran khas berupa ulser tunggal

dengan batas yang tidak teratur, tampak sedikit cekung, pada bagian tengah ulser

biasanya berwarna kuning-kelabu, dengan batas yang tegas, dan disekeliling lesi

terdapat daerah eritematous (Laskaris, 2006; Langlais & Miller, 2000).

Pasien diresepkan triamcinolone acetonide 0,1 % in orabase, digunakan

tiga kali sehari setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Meskipun

traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat diobati dengan

pemberian kortikosteroid topikal (Regezi et al, 2012). Triamcinolone acetonide

0,1% in orabase berperan untuk menurunkan respon jaringan terhadap reaksi

inflamasi, mampu menghambat akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan

pelepasan enzim lysosomal, dan pelepasan mediator inflamasi, sehingga

mengurangi atau mencegah reaksi jaringan terhadap proses inflamasi (Jeske,

2014).
23

Pasien datang pada hari ke 7 untuk melakukan kontrol. Sariawan tersebut

telah sembuh dan tidak ada keluhan lagi. Ulser pasien sembuh dalam pada hari

kedua setelah peresepan. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan rencana

perawatan. Pada pasien ini diinstruksikan untuk tetap tetap menjaga oral hygiene-

nya untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya.


BAB V

KESIMPULAN

BAB V KESIMPULAN

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan intra oral, dapat disimpulkan

diagnosis untuk pasien ini adalah traumatic ulcer. Etiologi dari traumatic ulcer

pada pasien ini adalah karena trauma mekanis saat menyikat gigi. Perawatan yang

diberikan pada pasien ini dengan memberikan Oral Hygiene Instruction kepada

pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, peresepan

triamcinolone acetonide 0,1% in orabase dan diminta datang kembali untuk

kontrol. Perawatan dengan triamcinolone acetonide 0,1% in orabase cukup

efektif, ulser dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas 2 hari setelahnya. Pada saat

kontrol, ulser telah sembuh dan keluhan pasien seperti perih saat makan panas,

pedas, atau saat berbicara sudah tidak dirasakan lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, SJ and FB Quinn. 2002. Ulcerative Lesions Of The Oral Cavity.


Available at http://www.dentalgain.org/index.html

Field, A and L. Longman. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th ed. Oxford
University Press

Greenberg, M. S.; M. Glick.; J. A. Ship. 2010. Burket’s Oral Medicine. 11th


edition. Hamilton: BC Decker Inc.

Houston, Glen. 2009. Traumatic Ulcers. Available at http://www.eMedicine.com

Jeske, Arthur H. 2014. Mosby’s Dental Drug Reference, 11th ed. USA: Elsevier

Langlais, R P. and C.S. Miller. 2003. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut
Yang Lazim. Alih Bahasa oleh Budi Susetyo. Jakarta : Hipokrates

Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Desease.2nd edition. German: Druckhaus


Gotz. 138-139 pp.

Lewis, M. A. O. dan Lamey, P. J. 1998. Tinjarruan Klinis Penyakit Mulut. Widya


Medika : Jakarta

____________ and M.C.K Jordan. 2004. A Colour Handbook of Oral Medicine.


London:Manson.

Porter,s.r. Annehegarty, Fotini Kaliakatsou, Tima.Hodgson, dan Crispianscully.


Recurrent Aphthous Stomatitis. 2000. Elsevier. America, New York.

Pindborg,J.J. 1994. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Alih Bahasa oleh K.


Wangsaraharja. Jakarta : Bina Aksara.
26

Sciubba, et al. 2002. PDQ Oral Disease, Diagnosis and Treatment. London: BC
Decker Inc.

Sonis ; Fazio ; Fang . 1984 . Principle and Practice of Oral Medicine 2nd edition .
USA.

Anda mungkin juga menyukai