TUTORIAL 3
KANDIDIASIS ORAL
BLOK 15
KELAINAN MUKOSA MULUT
ORAL CANDIDIASIS
BLOK 18
TUTORIAL 2
BLOK 18
Hari/tanggal : Desember 2016
Skenario:
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSGM mengeluh adanya bercak
putih di dalam rongga mulutnya, terasa perih, sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
menggunakan gigi tiruan lepasan sejak 5 tahun yang lalu.
Pemeriksaan intra Oral: plak putih pada palatum, dapat diseka dengan tekanan
ringan dan meninggalkan daerah eritema. Oral hygiene buruk.
TUTORIAL 3
BLOK 18
PRODI KEDOKTERAN GIGI
Sasaran belajar
Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa mampu:
1. Menganalisis kasus (case overview) dengan merumuskan keluhan utama
pada anamnesis, tanda dan gejala klinis Kandidiasis Oral dengan kelainan
mukosa mulut lain, serta mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar terkait dengan
kasus yaitu mikrobiologi jamur Candida sp. (langsung spesifik saja, tks)
2. Mengidentifikasi lesi putih yang terjadi pada kasus
3. Menganalisis patofisiologi kasus
4. Merencanakan talaksana Kandidiasis Oral sesuai dengan konsep patofisiologi
penyakit serta kompetensi dokter gigi umum
5. Menentukan rujukan yang tepat terkait kasus Kandidiasis Oral
6. Mengaplikasikan konsep bioetika humaniora dan profesionalisme.
7. Menjelaskan epidemiologi kasus Kandidiasis Oral.
Skenario:
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSGM mengeluh adanya bercak putih
di dalam rongga mulutnya, terasa perih, sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
menggunakan gigi tiruan lepasan sejak 5 tahun yang lalu.
Pemeriksaan intra Oral: plak putih pada palatum, dapat diseka dengan tekanan
ringan dan meninggalkan daerah eritema. Oral buruk
Mikrobiologi
Candida albicans
Candida albicans merupakan salah satu jamur yang termasuk ke
dalam Genus Candida. Candida albicans umumnya hidup sebagai flora normal.
Candida mencapai 40%-60% dari seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut
(Silverman, 2001; Samaranayake, 2006). Organisme ini terdapat dalam konsentrasi
yang rendah di dalam mulut orang sehat, yaitu kurang dari 200 per mL saliva (Lynch
et al., 1994).
Candida yang dapat diisolasi dari rongga mulut manusia terdiri dari beberapa
spesies, yaitu C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, C. krusei, C. parapsilosis, C.
pseodotropicalis, C. Guilliermondii, dan C. dubliniensis (Greenberg and Glick, 2003).
Dari beberapa spesies tersebut C. albicans merupakan jamur yang paling sering
ditemukan pada tubuh manusia dan paling patogen. Jumlahnya mencapai 95% dari
keseluruhan spesies Candida (Gayford and Haskel, 1990).
Candida albicans memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas
(budding cell) yang disebut blastopora. Blastopora akan memanjang dan
saling bersambung membentuk hifa semu atau pseudohifa Jamur ini
mengalami perubahan bentuk jika terjadi perubahan pada lingkungannya. Dalam
keadaan patogen, C. albicans lebih banyak ditemukan dalam bentuk
pseudohifa atau miselium. Blastopora tidak menginvasi jaringan, tetapi
mengeluarkan enzim hemolitik yang dapat merusak jaringan. Bentuk blastopora
diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan lalu terbentuk hifa yang akan
memasuki lapisan epitel di bawahnya dan akhirnya menimbulkan lesi Kandidiasis
(Gayford and Haskel, 1990).
Gambar 2.2 Koloni Candida albicans pada SGA (Jawetz, et al., 1996)
Differentiating
Disease/Condition Differentiating Tests
Signs/Symptoms
May be asymptomatic.
May be a history of contact
with chemical agent, most
commonly from topical use of
Smear exam and periodic acid-
aspirin for toothache.
Chemical burns Schiff staining will be negative
White plaques cannot be
for yeast forms or hyphae.
scraped off.
After elimination of the
etiologic factor, lesions will
resolve in 7-14 days.
Lesions are usually
asymptomatic.
May be able to identify a
source of chronic irritation Definitive diagnosis is always
Reactive keratosis (e.g., a faulty dental through biopsy and histologic
restoration, an ill-fitting evaluation of the lesion.
denture, or parafunctional
habits such as bruxism or
chronic cheek biting).
Definitive diagnosis is through
biopsy and histologic
evaluation of the lesion.
Hairy leukoplakia Lesions are asymptomatic.
In situ hybridization technique
demonstrates the presence of
EBV in the tissue.
Plaque-type lichen Lesions are usually Definitive diagnosis is through
planus asymptomatic. biopsy and histologic
There may be other lichenoid evaluation of the lesion.
lesions in other areas of the Immunofluorescence staining
Faktor predisposisi:
Faktor lokal meliputi berkurangnya aliran saliva/gangguan fungsi kelenjar
saliva, trauma, hilangnya epitel, berkurangnya pH dan diet tinggi-karbohidrat,
penggunaan geligi tiruan, inhalasi steroid.
Faktor sistemik termasuk penuaan, merokok, diabetes mellitus, gangguan
endokrin, sindrom Cushing, imunosupresi, keganasan, defisiensi nutrisi, dan
penggunaan antibiotik broad-spektrum dan kortikosteroid jangka panjang.
7. Epidemiologi kasus
Candida albicans dapat ditemukan di mana-mana sebagai mikroorganisme
yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia
(rektum, rongga mulut dan vagina). Prevalensi infeksi Candida albicans pada
manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi
dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan
dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti
pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ dan
kemoterapi antimaligna.
Selain itu makin meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter dan
jarum infus sering dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam
jaringan. Edward (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 344.610
kasus infeksi nosokomial yang ditemukan, 27.200 kasus (7,9 %) disebabkan oleh
jamur dan 21.488 kasus (79%) disebabkan oleh spesies Candida. Peneliti lain (Odds
dkk. 1990) mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita AIDS, sekitar 44,8 % nya
adalah penderita kandidosis.
Banyak studi epidemiologi melaporkan bahwa terjadinya kasus-kasus
kandidosis tidak dipengaruhi oleh iklim dan geografis. Hal itu menunjukkan bahwa
Candida albicans sebagai penyebab kandidosis dapat ditemukan di berbagai negara.
Daftar Pustaka.
Adult Prevention and Treatment of Opportunistic Infections Guidelines Working
Group ; Guidelines for prevention and treatment of opportunistic infections in
HIV-infected adults and adolescents: Recommendations from CDC, the National
Institutes of Health, and the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases
Society of America. 2009;58 ;1-206.
Begman Stewart A., Fungal, Viral, and Protozoal Infections of the Maxillofacial
Region in: Topazian, Oral and Maxillofacial Infection. 4 th ed. London New York
Toronto: W.B.Saunders Company.p. 243-76.