Anda di halaman 1dari 20

BLOK ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK

Makassar, 30 Agustus 2021

MAKALAH INFEKSI JAMUR DAN BAKTERI


DALAM RONGGA MULUT

Sri Bulan
J011181331

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Infeksi Jamur dalam Rongga Mulut 4

2.2 Infeksi Bakteri dalam Rongga Mulut 12

BAB III PENUTUP 19

DAFTAR PUSTAKA 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama perawatan gigi, kemungkinan dapat terjadi infeksi silang dari pasien pada tim
kesehatan gigi, dan penyakit yang dapat ditularkan antara lain penyakit yang disebabkan oleh
virus. Bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai virus disebut Virologi. Selain
virus, penyakit-penyakit di rongga mulut maupun dibagian tubuh lainnya dapat juga
disebabkan oleh jamur dan bakteri. Bakteri dan jamur merupakan flora normal dalam mulut
dan memiliki potensi menjadi pathogen oportunistik jika berada dalam jumlah berlebihan.
Rongga mulut memiliki system pertahanan imun terhadap kuman pathogen yang melibatkan
barier anatomi dan fisiologi, seperti epitel, aliran air liur atau anatomi gigi, dan imunitas
seluler misalnya fagositosis oleh leukosit dan makrofag; serta imunitas humoral melalui
antibodi di dalam air liur dan celah gusi.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja infeksi jamur dan bakteri dalam rongga mulut ?
2. Bagaimana mekanisme patogenisitas jamur dan bakteri pada sel host ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui infeksi jamur dan bakteri dalam rongga mulut
2. Untuk mengetahui mekanisme patogenisitas jamur dan bakteri pada sel host

3
BAB II
ISI

2.1 Infeksi Jamur Rongga Mulut1,2,3


1. Kandidiasis oral
Kandidiasis oral adalah salah satu infeksi fungal yang paling banyak mengenai
mukosa oral. Lesi ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans
adalah salah satu komponen dari mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang sebagai
karier organisme ini. Tedapat lima tipe spesies kandida yang terdapat di kavitas oral,
diantaranya adalah:
1. Candida albicans
2. Candida tropicalis
3. Candida krusei
4. Candida parapsilosis
5. Candida guilliermondi
Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang paling sering terdapat pada
kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi yang menyebabkan infeksi
opurtunistik pada manusia. Salah satu kemampuan yang dari Candida albicans adalah
kemampuan untuk tumbuh dalam dua cara, reproduksi dengan tunas, membentuk tunas
elipsoid, dan bentuk hifa, yang dapat meningkatkan misela baru atau bentuk seperti
jamur.

Gambar 1. C. albicans (a) pemeriksaan sputum dengan pewarnaan gram-positif


(b)bentuk budding yeast (c) pseudohyphae
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme

4
Sumber utama infeksi candida adalah flora normal tubuh pada pasien dengan sistem imun
yang menurun. Infeksi candida dapat terjadi apabila terdapat faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen.
Faktor endogen antara lain yakni :
1. Perubahan fisiologik : kehamilan (perubhan pH dalam vagina), obesitas, debilitas,
iatrogenic, endokrinopati (Diabetes melitus), penyakit kronik, pemberian antimikroba
yang intensif, terapi progesterone, terapi kortikosteroid
2. Umur : lansia dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologik
3. Imunodefisiensi

Faktor eksogen antara lain yakni :


1. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
2. Kebersihan kulit
3. Kontak dengan penderita

Adapun mekanisme infeksi jamur antara lain sebagai berikut :


1. Pintu masuk
Jamur jarang menyebabkan penyakit pada inang yang sehat dan imunokompeten.
Penyakit terjadi ketika jamur secara tidak sengaja menembus penghalang inang atau
ketika ada cacat imunologis atau kondisi melemahkan lainnya yang mendukung
masuknya dan pertumbuhan jamur.
2. Adaptasi dan Propagasi
Jamur sering mengembangkan baik mekanisme virulensi (misalnya, kapsul dan
kemampuan untuk tumbuh pada 37oC) dan bentuk morfologi (misalnya, ragi, hifa,
spherules, dan badan sklerotik) yang memfasilitasi multiplikasi mereka di dalam inang.
3. Penyebaran
Penyebaran jamur dalam tubuh menunjukkan defisiensi atau penembusan pertahanan
inang (misalnya, endokrinopati dan gangguan kekebalan).
4. Faktor Host
Individu yang sehat dan kompeten secara imunologis memiliki tingkat resistensi bawaan
yang tinggi terhadap jamur. Resistensi terhadap jamur terutama didasarkan pada
hambatan fisik kulit dan mukosa. Tingkat keparahan penyakit tergantung pada faktor-

5
faktor seperti inokulum, besarnya kerusakan jaringan, kemampuan jamur untuk
berkembang biak dalam jaringan, dan status kekebalan inang.
5. Faktor jamur
Enzim seperti keratinase, keberadaan kapsul di Cryptococcus neoformans, kemampuan
untuk tumbuh pada suhu 37°C, dimorfisme, dan faktor lain yang belum ditentukan
berkontribusi pada patogenesis jamur yang melibatkan interaksi kompleks dari banyak
faktor jamur dan inang.

Gambar 2. Infeksi jamur Candida dan respon imun innate. Patogen pertama
menempel pada sel epitel dan kemudian melintasi epitelium (kiri). Respon imun
lokal dapat mencegah penyebaran infeksi (kanan)
Sumber: Oliver, J. C. et al. “Candida spp. and phagocytosis: multiple evasion
mechanisms.” Antonie van Leeuwenhoek (2019): 1-15.

Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis oral terbagi atas tiga pengelompokkan
yaitu3 :
1. Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembran Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush, pertama sekali
dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau
seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus
meninggalkan permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi,

6
lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada
mulut. Kandidiasis seperti ini sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah, seperti
HIV/AIDS, pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi.
Diagnosa dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan
mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.

Gambar 3. Kandidiasis pseudomembran akut pada lidah dan mukosa bukal


Sumber : Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13th Ed.
Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

b. Kandidiasis Atropik Akut


Kandidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral mengelupas dan tampak
sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik
spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan C. albicans. Antibiotik
yang dikonsumsi oleh pasien mengurangi populasi Lactobacillus dan memungkinkan C.
albicans tumbuh subur. Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan mengeluhkan sakit
seperti terbakar.

Gambar 4. Kandidiasis atropik akut


Sumber : Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13th Ed.
Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

7
2. Kronik dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Kandidiasis Atropik Kronik
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum maupun
mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan
sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi
tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi tiruan selagi tidur.

Gambar 5. Kandidiasis atropik kronik pada palatum pasien


Sumber : Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13th Ed.
Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintikbintik putih
yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai Kandida leukoplakia.
Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan
biopsi. Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.

8
Gambar 6. Kandidiasis hiperplastik kronik
Sumber : Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13th Ed.
Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

c. Median Rhomboid Glositis


Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah ke papila
sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah. Gejala
penyakit ini asimptomatis dengan daerah tidak berpapila (Grenbeerg et al., 2008).

Gambar 7. Median rhomboid glositis


Sumber : Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13th Ed.
Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

3. Angular Chelitis
Angular chelitis merupakan infeksi Candida albicans pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan
terasa sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita
defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.

Gambar 8. Angular Chelitis


Sumber : Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13th Ed.
Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

9
Diagnosis pada kandidiasis oral dapat ditegakan dengan mengenali tanda- tanda gejala
klinis yang berhubungan dengan kandidiasis oral ini serta dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang meliputi sitologi eksfoliatif, kultur dan juga pemeriksaan biopsi jaringan.6

Perawatan Kandidiasis Oral


1. Nistatin
Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang terdapat dalam bentuk
topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim dan suspensi oral. Tidak terdapat interaksi
obat dan efek samping yang signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti
kandidiasis.
2. Ampoterisin B
Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral 100 mg/ml dimana
diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. Ampoterisin B menginhibisi adhesi dari jamur
kandida pada sel epitel. Efek samping pada obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.
3. Klotrimazol
Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol. Klotrimazol
dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan tablet 10
mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level
enzim hati, mual dan muntah.
Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua yaitu ketokonazol, flukonazol, dan trakonazol.

2. Aspergillosis
Aspergillosis adalah mikosis oral kedua yang paling sering dan muncul sebagai akibat
dari infeksi oportunistik. Spesies yang paling sering diidentifikasi dari kasus aspergillosis
adalah Aspergillus fumigatus, diikuti oleh Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan
Aspergillus terreus. Aspergillosis mempengaruhi individu dalam keadaan imunosupresif dan
mereka yang menjalani transplantasi sumsum tulang pada keganasan hematologis.
Gambaran Klinis : Aspergillosis primer dapat diidentifikasi pada sinus paranasal,
laring, mata, telinga, atau rongga mulut. Aspergillosis oral biasanya ditandai dengan jaringan
nekrotik hitam atau kuning pada dasar ulkus di atas langit-langit mulut atau di lidah posterior.
Racun hifa aspergillosis membantu menembus dinding pembuluh darah dan menghasilkan
trombosis yang mengarah ke infark dan nekrosis. Organisme aspergillosis menunjukkan
pertumbuhan linier sentrifugal dan akhirnya berkembang menjadi massa berbentuk bola.

10
3. Cryptococcosis
Cryptococcosis adalah infeksi jamur invasif lain yang mempengaruhi paru-paru sebagai
jaringan target utama dan yang dapat menyebabkan perkembangan meningitis pada tahap
selanjutnya. Cryptococcus neoformans adalah patogen yang bertanggung jawab untuk
kriptokokosis, yang menghadirkan tantangan terapeutik yang substansial. Infeksi
Cryptococcus biasanya ditemukan pada pasien dengan gangguan sistem imun dan/atau
imunokompeten.
Gambaran Klinis : Situs yang paling sering untuk kriptokokosis kulit adalah wajah,
leher, dan kulit kepala. Lesi oral sangat jarang tetapi terjadi pada kondisi oportunistik.
Presentasi oral dari cyrptococcosis termasuk ulserasi permukaan mukosa, nodul, atau
pembentukan granuloma.

4. Histoplasmosis
Histoplasmosis adalah infeksi jamur dalam yang mengenai jaringan paru atau daerah
mukokutan dan disebabkan oleh histoplasmosis capsulatum. Histoplasmosis capsulatum
adalah jamur dimorfik dengan bentuk ragi dan jamur
Gambaran Klinis : Bentuk mukokutan dari histoplasmosis dapat menyebabkan ulseratif,
lesi erosif pada lidah, langit-langit mulut, dan/atau mukosa bukal. Lesi oral sering
diidentifikasi pada kasus dengan histoplasmosis diseminata. Manifestasi oral juga diamati
pada histoplasmosis paru akut.

5. Blastomikosis
Blastomikosis adalah infeksi jamur endemik yang dilaporkan di lembah Sungai
Mississippi dan Ohio. Blastomyces dermatitidis adalah jamur dimorfik pembentuk spora
yang merupakan patogen yang bertanggung jawab untuk blastomikosis. Blastomycosis adalah
infeksi jamur dalam yang paling sering mempengaruhi paru, kulit, tulang, genitourinari, dan
jaringan sistem saraf pusat.
Gambaran Klinis : Blastomikosis diseminata mempengaruhi rongga mulut dan ditandai
dengan lesi ulserasi yang indurasi dan memiliki margin yang tinggi. Indurasi dan batas yang
tinggi mengacaukan lesi sebagai area karsinomatosa

6. Mukormikosis

11
Mucormikosis adalah infeksi jamur dalam yang terjadi sebagai bentuk akut dan agresif.
Mucormycosis disebabkan oleh jamur saprofit seperti Rhizopus, Mucor, Cunninghamella,
Rhizomucor, Saksenaea, Apophysomyces, atau Lichtheimia.
Gambaran Klinis : Enam bentuk klinis mucormycosis yang dikenal dengan baik adalah
paru, kulit, gastrointestinal, rhinocerebral, sistem saraf pusat, dan diseminata. Mucormycosis
oral biasanya terjadi pada sinus paranasal atau daerah hidung. Keterlibatan serius dari sinus
paranasal menyebabkan nekrosis palatal dan/atau ulserasi. 1,2,3
2.2 Infeksi Bakteri dalam Rongga Mulut3,4
Bakteri adalah sel prokariot yang berukuran sekitar 0,1 – 10,0 μm. Bakteri memiliki
bentuk yang beragam, seperti bulat (kokus), melengkung (kurva), spiral, dan batang (basil),
bentuk-bentuk ini menjadi dasar untuk klasifikasi bakteri. Secara umum, bakteri dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar dengan berdasarkan reaksi pulasan Gram yang mencerminkan
struktur dinding sel bakteri.

Gambar 9. Struktur bakteri.


Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme

Bakteri Gram-positif memiliki dinding sel yang relatif tebal yang sebagian besar
mengandung peptidoglikan. Bakteri Gram-negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih
tipis dari Gram-positif dan satu membran luar tambahan mengandung lipopolisakarida.
Lipopolisakarida yang juga disebut endotoksin adalah ciri khas bakteri Gram-negatif.

12
Gambar 10. Struktur dinding sel bakteri gram positif dan gram negative.
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme

Membran mukosa dari mulut dan faring selalu steril ketika lahir, tapi dapat
terkontaminasi ketika melewati jalan lahir. Dalam waktu 4-12 jam setelah kelahiran,
streptococcus viridans menjadi flora normal yang paling menonjol dan tetap bertahan seumur
hidup. Ketika gigi mulai erupsi, spirochetes anaerobik, prevotella sp (terutama P
melaninogenica), fusobactetrium sp, rothia sp, capnocytophaga sp membentuk diri mereka.
Actinomyces sp normalnya berada didalam jaringan tonsil dan di gingiva orang dewasa dan
beberapa protozoa mungkin juga ada, candida juga terdapat didalam mulut. Infeksi mulut dan
saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh flora campuran oronasal, termasuk anaerob.
Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis, dan mastoiditis dapat disebabkan prevotella
melaninogenica, fusobacteria, dan peptostreptococci.
Kebanyakan mikroorganisme dimulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Gigi itu
sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikroorganisme. Ada dua mikroorganisme
yang ditemui berasosiasi dengan permukaan gigi, yaitu Streptococcus sanguins dan
Streptococcus mutans yang merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi.

Tabel 2. Mikroorganisme predominan yang dijumpai di rongga mulut

13
Gambar 11. Kokus adalah bakteri berbentuk bulat. Ditemukan di
cluster berbentuk anggur seperti pada gambar adalah stafilokokus
(Pemindaian mikroskop electron (SEM)).
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme

Gambar 12. Bakteri berbentuk batang lurus dengan ujung membulat pada
gambar adalah bakteri coli (SEM).

14
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme

Gambar 13. Spirilla, pada gambar adalah borrelia


(light microscopy (LM), Giemsa stain).
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme

1. Streptococcus viridans
Streptococcus viridans adalah bakteri golongan streptococcus α-hemolitikus, terdapat
sejumlah spesies yang berbeda dalam kelompok ini, yaitu Streptococcus sanguins,
Streptococcus mutans, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius, Streptococcus bovis.
Streptococcus ini bersifat anaerob fakultatif. Streptococcus viridans mempunyai beberapa
faktor virulensi. Bakteri ini melekat ke email gigi dan gusi melalui berbagai karbohidrat, ini
merupakan hal yang penting dalam membentuk dan mempertahankan.
Streptococcus viridans dapat menyebabkan karies gigi, faktor yang berperan dalam
patogenesis terjadinya karies gigi bersifat kompleks. Streptococcus viridans terutama
Streptococcus mutans, diduga berperan dalam proses ini karena bersifat asidogenik atau
penghasil asam, asidurik, dan mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang asam, dan
menghasilkan suatu polisakarida lengket yang disebut dextran dan levan. S.viridans juga
berperan terhadap infeksi endokarditis (endokarditis bakteri), Streptococcus viridans adalah
penyebab umum terjadinya endokarditis bakterial (sekarang merupakan penyebab kedua
setelah stafilokokus), organisme ini dapat masuk kedalam aliran darah akibat tindakan
manipulasi gigi dan melekat ke katup jantung yang sebelumnya telah mengalami kerusakan
atau kelainan. Streptococcus viridans biasanya sensitif terhadap penisilin dan eritromisin.

15
Gambar 14. Streptococcus mutans
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme

2. Actinomyces israelii
Actinomyces israelii adalah bakteri basil Gram-positif yang berbentuk filamen
bercabang. Actinomyces israelii adalah spesies patogen yang tersering dijumpai dan
menyebabkan aktinomikosis. Organisme ini ditemuka sebagai flora komensial normal
dirongga mulut, kolon, dan vagina. Gambaran penyakit yang timbul berupa pembentuk
saluran sinus, infeksi berulang, atau infeksi kronis. Infeksi terjadi pada orang dengan
gangguan imunitas maupun orang normal, berupa :
 Abses di daerah mulut-wajah yang sering didahului oleh trauma atau pencabutan gigi.
 Infeksi abdominal, seperti abses, sering setelah apendisitis.
 Infeksi uterus yang disebabkan oleh pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim.
 Infeksi invasif pada pasien denga gangguan imunitas.
 Infeksi dada.
Actinomyces israelii dapat diobati dengan menggunakan terapi penisilin hingga 12 bulan.

3. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-positif yang berbentuk bulat atau
coccus berdiameter 1 μm dan tersusun dalam kelompok yang tidak beraturan, tidak
membentuk spora dan tidak bergerak. Staphylococcus aureus merupakan bakteri komensal
yang relatif sering dijumpai pada manusia. Bakteri ini ditemukan pada hidung orang dewasa

16
sehat 30-50% , di tinja 20%, dan di kulit sekitar 5-10%. Staphylococcus aureus menyebar
melalui droplet dan skuama kulit yang mencemari baju, seprai, dan lainnya. Staphylococcus
aureus menginfeksi manusia terutama pada membran mukosa daerah nasal, saluran
pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan, sifat khas infeksi Staphylococcus aureus yang
bersifat patogen adalah penahanan lokal.
Staphylococcus aureus membentuk enterotoksin yang stabil pada suhu pemanasan.
Enterotoksin dapat menyebabkan gejala keracunan makanan seperti mual, diare, dan muntah-
muntah. Infeksi lokal Staphylococcus aureus muncul sebagai suatu infeksi folikel rambut,
atau abses. Biasanya reaksi peradangan berlangsung hebat, terlokalisasi, dan nyeri yang
mengalami penanahan sentral. Infeksi Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan oleh
kontaminasi langsung pada luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah ataupun infeksi
setelah trauma, fraktur terbuka, meningitis setelah fraktur tengkorak. Bila Staphylococcus
aureus menyebar dan terjadi bakterimia, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut
hematogen, meningitis, atau infeksi paru-paru.5,7

Mekanisme infeksi bakteri dimulai setelah bertemu dengan sel host, bakteri patogen dapat
memicu beberapa respon pertahanan host dan menggunakan berbagai mekanisme untuk
menghindari pertahanan host. Komponen bakteri yang berinteraksi dengan sel host termasuk:

a. kapsul yang bertindak untuk "menggagalkan" fagositosis dan melindungi patogen


tertelan oleh makrofag dan neutrofil,
b. lipopolisakarida (LPS) dan komponen dinding sel yang dapat menyebabkan syok septik,
c. toksin yang dapat merusak sel host dan membantu invasi, dan
d. adhesin yang memfasilitasi pengikatan patogen ke permukaan sel host. Sejauh mana
berbagai mekanisme patogenesis infeksi ini berperan tergantung pada spesies atau strain
bakteri, tempat masuknya patogen, status imun host dan faktor lain yang serupa.

Setelah melekat pada permukaan sel, patogen bakteri selanjutnya dapat menyerang
jaringan. Patogen dapat "menggali" lebih jauh ke dalam jaringan dengan mengekspresikan
dan mensekresi protease dan glikanase yang mencerna protein matriks ekstraseluler dan
polisakarida inang. Selain itu, patogen juga dapat menyerang jaringan dan mendapatkan
akses ke lingkungan intraseluler. Hal ini dapat difasilitasi oleh mekanisme fagositosis alami

17
makrofag dan neutrofil atau dengan penyerapan yang diinduksi di mana patogen memberi
sinyal pada sel host untuk menelan bakteri yang menempel. Strategi umum patogen untuk
menginduksi penyerapan adalah penggunaan sistem sekresi tipe III yang menyuntikkan sinyal
protein bakteri ke dalam sel host. Di dalam sel, patogen mungkin berada di dalam fagolisom
(fagosom yang telah menyatu dengan lisosom), fagosom yang belum menyatu dengan
lisosom, atau di dalam sitosol sel host.

Gambar 15. Mekanisme patogenisitas bakteri.


Sumber : J W Wilson. Mechanisms of bacterial pathogenicity. Postgrad Med J
2020;78:216–224

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme bakteri, jamur, serta
virus. Oleh karena itu, banyak faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap
patogen. Menurunnya fungsi faktor-faktor ini akan menimbulkan masalah karena adanya
bakteri oportunistik yang dapat menjadi patogen dan menimbulkan berbagai kelainan.
Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi barier anatomi dan fisiologi, seperti
epitel, aliran air liur atau anatomi gigi : pertahanan seluler misalnya fagositosis oleh
leukosit dan makrofag; dan imunitas humoral melalui antibody di dalam air liur dan
celah gusi.
Berbagai faktor ini, merupakan fungsi beberapa jaringan di dalam rongga mulut
seperti membrane mukosa, jaringan limfoid rongga mulut, kelenjar air liur, dan celah
gusi. Mukosa sangat berperan paada kesehatan di dalam rongga mulut kaarena pada
keadaan normal, integritasnya berfungsi untuk menahan penetrasi mikroorganisme.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Rajendra Santosh AB, Muddana K, Bakki SR. Fungal Infections of Oral Cavity:

Diagnosis, Management, and Association with COVID-19. SN Compr Clin Med.

2021 Mar 27:1-12. doi: 10.1007/s42399-021-00873-9. Epub ahead of print. PMID:

33817556; PMCID: PMC8003891.

2. Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical microbiology.

10th Edition. Stuttgart: Thieme. 2016. Pp. 362-4

3. Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13 th

Ed. Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

4. Reynolds-Campbell G, Nicholson A, Thoms-Rodriguez CA. Oral Bacterial

Infections: Diagnosis and Management. Dent Clin North Am. 2017 Apr;61(2):305-

318. doi: 10.1016/j.cden.2016.12.003.

20

Anda mungkin juga menyukai