Sri Bulan
J011181331
BAB I PENDAHULUAN 3
1.3 Tujuan 3
DAFTAR PUSTAKA 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui infeksi jamur dan bakteri dalam rongga mulut
2. Untuk mengetahui mekanisme patogenisitas jamur dan bakteri pada sel host
3
BAB II
ISI
4
Sumber utama infeksi candida adalah flora normal tubuh pada pasien dengan sistem imun
yang menurun. Infeksi candida dapat terjadi apabila terdapat faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen.
Faktor endogen antara lain yakni :
1. Perubahan fisiologik : kehamilan (perubhan pH dalam vagina), obesitas, debilitas,
iatrogenic, endokrinopati (Diabetes melitus), penyakit kronik, pemberian antimikroba
yang intensif, terapi progesterone, terapi kortikosteroid
2. Umur : lansia dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologik
3. Imunodefisiensi
5
faktor seperti inokulum, besarnya kerusakan jaringan, kemampuan jamur untuk
berkembang biak dalam jaringan, dan status kekebalan inang.
5. Faktor jamur
Enzim seperti keratinase, keberadaan kapsul di Cryptococcus neoformans, kemampuan
untuk tumbuh pada suhu 37°C, dimorfisme, dan faktor lain yang belum ditentukan
berkontribusi pada patogenesis jamur yang melibatkan interaksi kompleks dari banyak
faktor jamur dan inang.
Gambar 2. Infeksi jamur Candida dan respon imun innate. Patogen pertama
menempel pada sel epitel dan kemudian melintasi epitelium (kiri). Respon imun
lokal dapat mencegah penyebaran infeksi (kanan)
Sumber: Oliver, J. C. et al. “Candida spp. and phagocytosis: multiple evasion
mechanisms.” Antonie van Leeuwenhoek (2019): 1-15.
Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis oral terbagi atas tiga pengelompokkan
yaitu3 :
1. Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembran Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush, pertama sekali
dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau
seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus
meninggalkan permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi,
6
lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada
mulut. Kandidiasis seperti ini sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah, seperti
HIV/AIDS, pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi.
Diagnosa dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan
mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.
7
2. Kronik dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Kandidiasis Atropik Kronik
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum maupun
mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan
sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi
tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi tiruan selagi tidur.
8
Gambar 6. Kandidiasis hiperplastik kronik
Sumber : Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13th Ed.
Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82
3. Angular Chelitis
Angular chelitis merupakan infeksi Candida albicans pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan
terasa sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita
defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.
9
Diagnosis pada kandidiasis oral dapat ditegakan dengan mengenali tanda- tanda gejala
klinis yang berhubungan dengan kandidiasis oral ini serta dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang meliputi sitologi eksfoliatif, kultur dan juga pemeriksaan biopsi jaringan.6
2. Aspergillosis
Aspergillosis adalah mikosis oral kedua yang paling sering dan muncul sebagai akibat
dari infeksi oportunistik. Spesies yang paling sering diidentifikasi dari kasus aspergillosis
adalah Aspergillus fumigatus, diikuti oleh Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan
Aspergillus terreus. Aspergillosis mempengaruhi individu dalam keadaan imunosupresif dan
mereka yang menjalani transplantasi sumsum tulang pada keganasan hematologis.
Gambaran Klinis : Aspergillosis primer dapat diidentifikasi pada sinus paranasal,
laring, mata, telinga, atau rongga mulut. Aspergillosis oral biasanya ditandai dengan jaringan
nekrotik hitam atau kuning pada dasar ulkus di atas langit-langit mulut atau di lidah posterior.
Racun hifa aspergillosis membantu menembus dinding pembuluh darah dan menghasilkan
trombosis yang mengarah ke infark dan nekrosis. Organisme aspergillosis menunjukkan
pertumbuhan linier sentrifugal dan akhirnya berkembang menjadi massa berbentuk bola.
10
3. Cryptococcosis
Cryptococcosis adalah infeksi jamur invasif lain yang mempengaruhi paru-paru sebagai
jaringan target utama dan yang dapat menyebabkan perkembangan meningitis pada tahap
selanjutnya. Cryptococcus neoformans adalah patogen yang bertanggung jawab untuk
kriptokokosis, yang menghadirkan tantangan terapeutik yang substansial. Infeksi
Cryptococcus biasanya ditemukan pada pasien dengan gangguan sistem imun dan/atau
imunokompeten.
Gambaran Klinis : Situs yang paling sering untuk kriptokokosis kulit adalah wajah,
leher, dan kulit kepala. Lesi oral sangat jarang tetapi terjadi pada kondisi oportunistik.
Presentasi oral dari cyrptococcosis termasuk ulserasi permukaan mukosa, nodul, atau
pembentukan granuloma.
4. Histoplasmosis
Histoplasmosis adalah infeksi jamur dalam yang mengenai jaringan paru atau daerah
mukokutan dan disebabkan oleh histoplasmosis capsulatum. Histoplasmosis capsulatum
adalah jamur dimorfik dengan bentuk ragi dan jamur
Gambaran Klinis : Bentuk mukokutan dari histoplasmosis dapat menyebabkan ulseratif,
lesi erosif pada lidah, langit-langit mulut, dan/atau mukosa bukal. Lesi oral sering
diidentifikasi pada kasus dengan histoplasmosis diseminata. Manifestasi oral juga diamati
pada histoplasmosis paru akut.
5. Blastomikosis
Blastomikosis adalah infeksi jamur endemik yang dilaporkan di lembah Sungai
Mississippi dan Ohio. Blastomyces dermatitidis adalah jamur dimorfik pembentuk spora
yang merupakan patogen yang bertanggung jawab untuk blastomikosis. Blastomycosis adalah
infeksi jamur dalam yang paling sering mempengaruhi paru, kulit, tulang, genitourinari, dan
jaringan sistem saraf pusat.
Gambaran Klinis : Blastomikosis diseminata mempengaruhi rongga mulut dan ditandai
dengan lesi ulserasi yang indurasi dan memiliki margin yang tinggi. Indurasi dan batas yang
tinggi mengacaukan lesi sebagai area karsinomatosa
6. Mukormikosis
11
Mucormikosis adalah infeksi jamur dalam yang terjadi sebagai bentuk akut dan agresif.
Mucormycosis disebabkan oleh jamur saprofit seperti Rhizopus, Mucor, Cunninghamella,
Rhizomucor, Saksenaea, Apophysomyces, atau Lichtheimia.
Gambaran Klinis : Enam bentuk klinis mucormycosis yang dikenal dengan baik adalah
paru, kulit, gastrointestinal, rhinocerebral, sistem saraf pusat, dan diseminata. Mucormycosis
oral biasanya terjadi pada sinus paranasal atau daerah hidung. Keterlibatan serius dari sinus
paranasal menyebabkan nekrosis palatal dan/atau ulserasi. 1,2,3
2.2 Infeksi Bakteri dalam Rongga Mulut3,4
Bakteri adalah sel prokariot yang berukuran sekitar 0,1 – 10,0 μm. Bakteri memiliki
bentuk yang beragam, seperti bulat (kokus), melengkung (kurva), spiral, dan batang (basil),
bentuk-bentuk ini menjadi dasar untuk klasifikasi bakteri. Secara umum, bakteri dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar dengan berdasarkan reaksi pulasan Gram yang mencerminkan
struktur dinding sel bakteri.
Bakteri Gram-positif memiliki dinding sel yang relatif tebal yang sebagian besar
mengandung peptidoglikan. Bakteri Gram-negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih
tipis dari Gram-positif dan satu membran luar tambahan mengandung lipopolisakarida.
Lipopolisakarida yang juga disebut endotoksin adalah ciri khas bakteri Gram-negatif.
12
Gambar 10. Struktur dinding sel bakteri gram positif dan gram negative.
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme
Membran mukosa dari mulut dan faring selalu steril ketika lahir, tapi dapat
terkontaminasi ketika melewati jalan lahir. Dalam waktu 4-12 jam setelah kelahiran,
streptococcus viridans menjadi flora normal yang paling menonjol dan tetap bertahan seumur
hidup. Ketika gigi mulai erupsi, spirochetes anaerobik, prevotella sp (terutama P
melaninogenica), fusobactetrium sp, rothia sp, capnocytophaga sp membentuk diri mereka.
Actinomyces sp normalnya berada didalam jaringan tonsil dan di gingiva orang dewasa dan
beberapa protozoa mungkin juga ada, candida juga terdapat didalam mulut. Infeksi mulut dan
saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh flora campuran oronasal, termasuk anaerob.
Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis, dan mastoiditis dapat disebabkan prevotella
melaninogenica, fusobacteria, dan peptostreptococci.
Kebanyakan mikroorganisme dimulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Gigi itu
sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikroorganisme. Ada dua mikroorganisme
yang ditemui berasosiasi dengan permukaan gigi, yaitu Streptococcus sanguins dan
Streptococcus mutans yang merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi.
13
Gambar 11. Kokus adalah bakteri berbentuk bulat. Ditemukan di
cluster berbentuk anggur seperti pada gambar adalah stafilokokus
(Pemindaian mikroskop electron (SEM)).
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme
Gambar 12. Bakteri berbentuk batang lurus dengan ujung membulat pada
gambar adalah bakteri coli (SEM).
14
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme
1. Streptococcus viridans
Streptococcus viridans adalah bakteri golongan streptococcus α-hemolitikus, terdapat
sejumlah spesies yang berbeda dalam kelompok ini, yaitu Streptococcus sanguins,
Streptococcus mutans, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius, Streptococcus bovis.
Streptococcus ini bersifat anaerob fakultatif. Streptococcus viridans mempunyai beberapa
faktor virulensi. Bakteri ini melekat ke email gigi dan gusi melalui berbagai karbohidrat, ini
merupakan hal yang penting dalam membentuk dan mempertahankan.
Streptococcus viridans dapat menyebabkan karies gigi, faktor yang berperan dalam
patogenesis terjadinya karies gigi bersifat kompleks. Streptococcus viridans terutama
Streptococcus mutans, diduga berperan dalam proses ini karena bersifat asidogenik atau
penghasil asam, asidurik, dan mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang asam, dan
menghasilkan suatu polisakarida lengket yang disebut dextran dan levan. S.viridans juga
berperan terhadap infeksi endokarditis (endokarditis bakteri), Streptococcus viridans adalah
penyebab umum terjadinya endokarditis bakterial (sekarang merupakan penyebab kedua
setelah stafilokokus), organisme ini dapat masuk kedalam aliran darah akibat tindakan
manipulasi gigi dan melekat ke katup jantung yang sebelumnya telah mengalami kerusakan
atau kelainan. Streptococcus viridans biasanya sensitif terhadap penisilin dan eritromisin.
15
Gambar 14. Streptococcus mutans
Sumber : Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical
microbiology. 10th Edition. Stuttgart: Thieme
2. Actinomyces israelii
Actinomyces israelii adalah bakteri basil Gram-positif yang berbentuk filamen
bercabang. Actinomyces israelii adalah spesies patogen yang tersering dijumpai dan
menyebabkan aktinomikosis. Organisme ini ditemuka sebagai flora komensial normal
dirongga mulut, kolon, dan vagina. Gambaran penyakit yang timbul berupa pembentuk
saluran sinus, infeksi berulang, atau infeksi kronis. Infeksi terjadi pada orang dengan
gangguan imunitas maupun orang normal, berupa :
Abses di daerah mulut-wajah yang sering didahului oleh trauma atau pencabutan gigi.
Infeksi abdominal, seperti abses, sering setelah apendisitis.
Infeksi uterus yang disebabkan oleh pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim.
Infeksi invasif pada pasien denga gangguan imunitas.
Infeksi dada.
Actinomyces israelii dapat diobati dengan menggunakan terapi penisilin hingga 12 bulan.
3. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-positif yang berbentuk bulat atau
coccus berdiameter 1 μm dan tersusun dalam kelompok yang tidak beraturan, tidak
membentuk spora dan tidak bergerak. Staphylococcus aureus merupakan bakteri komensal
yang relatif sering dijumpai pada manusia. Bakteri ini ditemukan pada hidung orang dewasa
16
sehat 30-50% , di tinja 20%, dan di kulit sekitar 5-10%. Staphylococcus aureus menyebar
melalui droplet dan skuama kulit yang mencemari baju, seprai, dan lainnya. Staphylococcus
aureus menginfeksi manusia terutama pada membran mukosa daerah nasal, saluran
pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan, sifat khas infeksi Staphylococcus aureus yang
bersifat patogen adalah penahanan lokal.
Staphylococcus aureus membentuk enterotoksin yang stabil pada suhu pemanasan.
Enterotoksin dapat menyebabkan gejala keracunan makanan seperti mual, diare, dan muntah-
muntah. Infeksi lokal Staphylococcus aureus muncul sebagai suatu infeksi folikel rambut,
atau abses. Biasanya reaksi peradangan berlangsung hebat, terlokalisasi, dan nyeri yang
mengalami penanahan sentral. Infeksi Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan oleh
kontaminasi langsung pada luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah ataupun infeksi
setelah trauma, fraktur terbuka, meningitis setelah fraktur tengkorak. Bila Staphylococcus
aureus menyebar dan terjadi bakterimia, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut
hematogen, meningitis, atau infeksi paru-paru.5,7
Mekanisme infeksi bakteri dimulai setelah bertemu dengan sel host, bakteri patogen dapat
memicu beberapa respon pertahanan host dan menggunakan berbagai mekanisme untuk
menghindari pertahanan host. Komponen bakteri yang berinteraksi dengan sel host termasuk:
Setelah melekat pada permukaan sel, patogen bakteri selanjutnya dapat menyerang
jaringan. Patogen dapat "menggali" lebih jauh ke dalam jaringan dengan mengekspresikan
dan mensekresi protease dan glikanase yang mencerna protein matriks ekstraseluler dan
polisakarida inang. Selain itu, patogen juga dapat menyerang jaringan dan mendapatkan
akses ke lingkungan intraseluler. Hal ini dapat difasilitasi oleh mekanisme fagositosis alami
17
makrofag dan neutrofil atau dengan penyerapan yang diinduksi di mana patogen memberi
sinyal pada sel host untuk menelan bakteri yang menempel. Strategi umum patogen untuk
menginduksi penyerapan adalah penggunaan sistem sekresi tipe III yang menyuntikkan sinyal
protein bakteri ke dalam sel host. Di dalam sel, patogen mungkin berada di dalam fagolisom
(fagosom yang telah menyatu dengan lisosom), fagosom yang belum menyatu dengan
lisosom, atau di dalam sitosol sel host.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme bakteri, jamur, serta
virus. Oleh karena itu, banyak faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap
patogen. Menurunnya fungsi faktor-faktor ini akan menimbulkan masalah karena adanya
bakteri oportunistik yang dapat menjadi patogen dan menimbulkan berbagai kelainan.
Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi barier anatomi dan fisiologi, seperti
epitel, aliran air liur atau anatomi gigi : pertahanan seluler misalnya fagositosis oleh
leukosit dan makrofag; dan imunitas humoral melalui antibody di dalam air liur dan
celah gusi.
Berbagai faktor ini, merupakan fungsi beberapa jaringan di dalam rongga mulut
seperti membrane mukosa, jaringan limfoid rongga mulut, kelenjar air liur, dan celah
gusi. Mukosa sangat berperan paada kesehatan di dalam rongga mulut kaarena pada
keadaan normal, integritasnya berfungsi untuk menahan penetrasi mikroorganisme.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Rajendra Santosh AB, Muddana K, Bakki SR. Fungal Infections of Oral Cavity:
2. Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical microbiology.
Infections: Diagnosis and Management. Dent Clin North Am. 2017 Apr;61(2):305-
20