Anda di halaman 1dari 12

BLOK ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK

Makassar, 30 Agustus 2021

MAKALAH SISTEM IMUN DALAM RONGGA MULUT

Sri Bulan
J011181331

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Sistem imun dalam rongga mulut 4

2.2 Sistem imun non spesifik 5

2.3 Sistem imun spesifik 8

BAB III PENUTUP 11

DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus adalah makhluk hidup yang sangat kecil, tetapi berperan penting karena dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Tenaga kesehatan dalam lingkup kedokteran gigi
relevan untuk mempelajari virus ini karena virus dapat menjadi penyebab penyakit yang
langsung (misalnya Herpes simpleks virus) atau tidak langsung (misalnya manifestasi oral
penyakit HIV) di rongga mulut maupun di bagian tubuh lain. Selain hal tersebut, selama
perawatan gigi, kemungkinan dapat terjadi infeksi silang dari pasien pada tim kesehatan gigi,
dan penyakit yang dapat ditularkan antara lain penyakit yang disebabkan oleh virus. Bidang
ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai virus disebut Virologi. Selain virus,
penyakit-penyakit di rongga mulut maupun dibagian tubuh lainnya dapat juga disebabkan
oleh jamur dan bakteri. Bakteri dan jamur merupakan flora normal dalam mulut dan memiliki
potensi menjadi pathogen oportunistik jika berada dalam jumlah berlebihan. Rongga mulut
memiliki system pertahanan imun terhadap kuman pathogen yang melibatkan barier anatomi
dan fisiologi, seperti epitel, aliran air liur atau anatomi gigi, dan imunitas seluler misalnya
fagositosis oleh leukosit dan makrofag; serta imunitas humoral melalui antibodi di dalam air
liur dan celah gusi.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja komponen sistem imun dalam rongga mulut ?
2. Apa yang dimaksud sistem imun non spesifik ?
3. Apa yang dimaksud sistem imun spesifik ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen sistem imun dalam rongga mulut
2. Untuk mengetahui sistem imun non spesifik
3. Untuk mengetahui sistem imun spesifik

3
BAB II

ISI

2.1 Sistem Imunitas Rongga Mulut 1,2


Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme, oleh karena itu baanyak
faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap kuman pathogen. Menurunnya
fungsi faktor-faktor ini akan menimbulkan masalah karena adanya bakteri oportunistik yang
dapat menjadi pathogen dan menimbulkan berbagai kelainan. Faktor-faktor tersebut dapat
dikategorikan menjadi barier anatomi dan fisiologi sebagai berikut:
a. Membran mukosa
Barier protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas air liur pada
permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal, dan komponen seluler
serta humoral yang berasal dari pembuluh darah. Komposisi jaringan lunak mulut
merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa yang karena bentuknya, berguna sebagai
barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya
yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya
yang mengakibatkan epitel mukosa mulut sangaat efisien sebagai barier.
b. Saliva
Air liur disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris, dan
beberapa kelenjar ludaah kecil pada permukaan mukosa. Aliran air liur sangat berperan
dalam membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme. Aliran liur akan mencuci
permukaan mukosa mulut sedangkan sirkulasi darah subepitel bertindak sebagai suplemen
paada batas jaringan lunak daan keras melalui cairan celah gusi.
Kelenjar saliva yang mengandung sel plasma dan limfosit, terdiri atas 6 kelenjar
saliva utama dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah mukosa mulut.
Kelenjar saliva ini memproduksi IgA yang akan disekresikan ke dalam rongga mulut
dalam bentuk sIgA.
c. Cairan celah gusi
Komponen selular dan humoral dari darah akan melewati epitel junctional yang
terletak pada celah gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Apakah aliran celah gusi ini
merupakan proses fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamasi, sampai saat ini

4
masih belum ada kesatuan pendapat. Pendapat yang banyak dianut saat ini adalah, pada
keadaan normal cairan celah gusi yang mengandung leukosit ini akan melewati epitel
junctional menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi
gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit cairan celah gusi ini juga mengandung
komponen komplemen selular dan humoral yang terlibat dalam respon imun.

Gambar 1. Komponen sistem imun dalam rongga mulut


Sumber : Feller L. Oral mucosal immunity. Oral Medicine Nov 2016;116(5): 576-583.

Sistem imun pada manusia terdiri dari sistem imun nonspesifik dan sistem imun
spesifik.
2.2 Sistem imun non spesifik
Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity)
dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah
terpapar pada zat tersebut, sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat
(acquired) yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar
sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu adalah dalam hal

5
spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik
yang tidak terdapat pada respon imun nonspesifik.

Gambar 2. Diagram sistem pertahanan imun yang terlibat dalam rongga mulut.
Sumber : Bergmeier L.A. Immunology of the Oral Mucosa. In: Bergmeier L. (eds) Oral
Mucosa in Health and Disease. Springer, Cham. 2018

Komponen - komponen yang berperan dalam sistem imun nonspesifik dalam rongga
mulut adalah:
1. Komponen seluler
a. Sel-sel fagosit
 Sel monosit : sel yang berasal dan matang di sum-sum tulang dimana setelah
matang akan bermigrasi ke sirkulasi darah dan berfungsi sebagai fagosit.
 Sel makrofag : diferensiasi dari sel monosit yang berada dalam sirkulasi.
Fagositosis
Fungsi netrofil dan makrofag yang terpenting adalah fagositosis, yang berarti
pencernaan intraseluler terhadap agen yang mengganggu. Sistem imun tubuh
membentuk antibody untuk melawan agen infeksius seperti bakteri. Antibody
kemudian melekat pada membrane bakteri dan dengan demikian membuat bakteri
menjadi rentan khususnya terhadap fagositosis. Untuk melakukan hal ini, molekul

6
antibody juga bergabung dengan produk C3 dari kaskade komplemen. Molekul C3 ini
kemudian melekatkan diri pada reseptor di atas membrane sel fagosit, dengan
demikian memicu fagositosis. Proses seleksi dan fagositosis ini disebut opsonisasi.
Segera setelah partikel asing difagositosis, lisosom dan granula sitoplasmik lainnya
segera datang untuk bersentuhan dengan gelembung fagositik dan membrannya
bergabung dengan membrane gelembung, selanjutnya mengeluarkan banyak enzim
pencernaan dan bahan bakterisidal ke dalam gelembung. Jadi, gelembung fagositik
sekarang menjadi gelembung pencerna, dan segera dimulailah proses pencernaan
partikel yang sudah difagositosis.
b. Sel N.K (Natural killer)
Sel ini baru jelas peranannya dalam system pertahanan, terutama menghadapi
perubahan komponen tubuh sendiri, sebagai akibat dari perlakuan virus ataupun zat-
zat kimia tertentu. Sel ini tidak memiliki permukaan sel T ataupun sel B. dapat
mengenal benda asing tanpa memerlukan pengenalan spesifik terlebih dahulu (tidak
mempunyai memori). Tidak memiliki sifat fagosit tetapi mempunyai reseptor IgG
sehingga membunuh sel targetnya dengan mekanisme intim kontak ekstraseluler. Sel
ini menempati garis pertahanan yang terdapat dalam system pertahanan seperti halnya
natural antibody dari system kekebalan humoral. Terutama dalam upayanya
mengendalikan kecenderungan sel menjadi ganas. Sel NK tidak membunuh bakteri
maupun benda asing lainnya dengan fagositosis. Sel NK memiliki vesikel yang berisi
perforin, dimana zat ini akan menempel pada dinding sel bakteri dan membuat lubang
pada sel bakteri yang menyebabkan air, garam maupun zat lain yang berada di luar
tubuh bakteri masuk ke dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan lisis.
2. Komponen biokimia
a. Enzim lisozomal : merupakan enzim mukolitik yang mampu memecahkan ikatan
glikopeptide dinding bakteri gram positif, sehingga lisis. Termasuk kolagenase,
elastase, hyaluronidase. Mesikupun enzim-enzim ini diproduksi oleh sel-sel neutrofil,
sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar ludah.
b. Laktoferin dan laktoperoksidase: yang mempunyai aktifitas antibakteri dan antivirus.
c. Musin: yang menghambat perlekatan virus pada sel epitel.
3. Komponen Humoral
a. Interferon
Glikoprotein yg diproduksi makrofag yang diaktifkan secara nonspesifik - imunitas
terhadap virus. Dapat menghambat multiplikasi virus yang sama/ berbeda ditempat

7
infeksi. Tidak memiliki efek antivirus langsung tetapi dapat memicu sel host
membentuk enzim-enzim penghambat virus. Menginduksi sel lain utk mengeluarkan
enzim merusak mRNA sehingga menghambat sintesis protein dan menghambat
replikasi virus.
b. Komplemen
Molekul larut dari sistem imun nonspesifik yg tidak aktif tetapi dapat diaktifkan oleh
berbagai antigen, bakteri, kompleks imun. Aktivasi komplemen merupakan usaha
tubuh untuk menghancurkan antigen asing (proteksi) tetapi sering menimbulkan
kerusakan jaringan. Hasil aktivasi komplemen adalah berbagai mediator dan enzim
untuk reaksi selanjutnya. Salah satu sistim enzim serum yang berperan dalam
inflamasi, opsonisasi partikel antigen, kerusakan (lisis) membran patogen.

2.3 Sistem Imun Spesifik


Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan oleh kekebalan
tubuh nonspesifik dan merupakan system pertahanan tubuh yang ketiga. Ciri-cirinya: Bersifat
selektif terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem reaksi ini tidak memiliki
reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing, Memiliki kemampuan untuk mengingat
infeksi sebelumnya, Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi),
Perlambatan, waktu antara eksposur dan respon maksimal.
Komponen humoral dimediasi oleh antibodi yang dihasilkan sel B limfosit. Antibodi yang
dihasilkan dapat berikatan dengan molekul antigen untuk selanjutnya mengeliminasinya.
Imunoglobulin (Ig) ada 5 kelas:
 Ig M berperan sbg reseptor permukaan sel B & disekresi pada tahap awal respons sel
plasma
 Ig G adalah Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons terhadap antigen
yang sama Ig M & IgG berperan jika terjadi invasi bakteri & virus serta aktivasi
komplemen
 Ig E melindungi tubuh dari infeksi parasit & merupakan mediator pada reaksi alergi;
melepaskan histamin dari basofil & sel mast
 Ig A ditemukan pada sekresi sistem perncernaan, pernapasan, & perkemihan (cth:
airmata & ASI)
 Ig D terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada sel B

8
Komponen seluler dimediasi oleh sel T limfosit. Intraseluler mikroba seperti virus dan
beberapa bakteri dapat bertahan hidup dalam sel pagosit/sel host sehingga tidak terdeteksi
oleh antibodi. Maka digunakan imunitas seluler yang dapat melisiskan sel yang terinfeksi
tersebut.

Imunitas spesifik dalam rongga mulut dikendalikan oleh sel-sel yang tersebar dalam
jaringan submukosa, gingival, kelenjar ludah, epitel, cairan saku gusi, tonsil dan kelenjar
getah bening ekstraoral.
1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa
Sel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar tepat dibawah epitel
mulut, didaerah palatum lunak, dasar mulut, permukaan ventral dari lidah dan kadang-kadang
di pipi dan di bibir. Secara histologik, massa jaringan ini seperti jaringan tonsil.
2. Jaringan Limfoid Gingival
Melalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik sel-sel terutama sel-sel limfosit yang
dalam situasi radang berubah menjadi sel-sel plasma. Rasio sel T dan B dalam cairan saku
gingival sehat akan meningkat menjadi 1:3 dibandingkan rasio dalam darah. Selain itu, dalam
proporsinya, sel-sel ini mampu membuat antibody yang spesifik. Bagaimanapun juga
kebanyakan sel-sel ini memproduksi zat-zat immunoglobulin non-reaktif. Makrofag hadir
dalam gingiva, disamping memproses antigen juga ikut membantu penghancuran plak gigi.
Reaksi timbal balik antara merusak dan melindungi berlangsung jelas dalam limfoid gingiva. 
3. Kelenjar Getah Bening Ekstraoral
Gambaran khas dari kelenjar ini ialah adanya sel-sel dendritik yang berperan dalam
pemrosesan dan pemaparan antigen. Demikian juga tonsil faringeal, lingual dan nasofaring
memiliki sel-sel dendritik dan menjadi tempat berlangsungnya sekresi antibody local. Sistem
imun yang ditunjukan, dapat berbeda sesuai dengan antigen dan presentasinya.
imunitasseluler menyebabkan pembesaran daerah parakortikal yang mengemban sel T.
sedangkan imunitas humoral melibatkan bagian korteks yang didominasi oleh sel B.
4. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah
Limfosit, makrofag dan sel-sel plasma ditemukan di dalam kelenjar baik yang besar
ataupun kecil, tersebar dalam kelompok-kelompok dibawah mukosa mulut. Kebanyakan sel
plasma memproduksi IgA dan beberapa diantaranya IgG dan IgM. Tampak bawah
kebanyakan IgA dalam saliva disintesis secara local oleh sel-sel plasma kelenjar yang
bersangkutan dalam bentuk dimerik.3,4

9
Gambar 3. Komponen – komponen yang terlibat dalam imunitas innate dan imunitas
adaptive.
Sumber : Wu, Ruiqing & Zhang. The mucosal immune system in the oral cavity—an
orchestra of T cell diversity. International journal of oral science
2016:6:10.1038/ijos.2014.48.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme bakteri, jamur, serta
virus. Oleh karena itu, banyak faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap
patogen. Menurunnya fungsi faktor-faktor ini akan menimbulkan masalah karena adanya
bakteri oportunistik yang dapat menjadi patogen dan menimbulkan berbagai kelainan.
Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi barier anatomi dan fisiologi, seperti
epitel, aliran air liur atau anatomi gigi : pertahanan seluler misalnya fagositosis oleh
leukosit dan makrofag; dan imunitas humoral melalui antibody di dalam air liur dan
celah gusi.
Berbagai faktor ini, merupakan fungsi beberapa jaringan di dalam rongga mulut
seperti membrane mukosa, jaringan limfoid rongga mulut, kelenjar air liur, dan celah
gusi. Mukosa sangat berperan paada kesehatan di dalam rongga mulut kaarena pada
keadaan normal, integritasnya berfungsi untuk menahan penetrasi mikroorganisme.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. L. Feller. Oral mucosal immunity. Oral Medicine November 2016;116(5): 576-583.

2. Bergmeier L.A. Immunology of the Oral Mucosa. In: Bergmeier L. (eds) Oral Mucosa

in Health and Disease. Springer, Cham. 2018. https://doi.org/10.1007/978-3-319-

56065-6_4

3. Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J, dan Zinkernage, R.M. Medical microbiology.

10th Edition. Stuttgart: Thieme. 2016. Pp. 362-4

4. Greenberg, M.S., M. Glick, dan J.A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 13 th

Ed. Canada: BC Decker Inc Hamilton. 2021. Pp. 79-82

12

Anda mungkin juga menyukai