Anda di halaman 1dari 6

ORAL CANDIDIASIS

Oral candidiasis adalah suatu infeksi oportunistik pada mukosa oral yang
disebabkan oleh jamur dari jenis Candida albicans. Selain Candida albicans,
penyebab oral candidiasis juga dapat disebabkan oleh C. tropicalis, C. krusei, C.
parapsilosis, C. guilliermondi, C. tropicalis, C. pseudotropicalis, dan jenis lainnya.
Terdapat beberapa faktor predisposisi yang membantu terjadinya oral candidiasis
yaitu faktor predisposisi lokal dan faktor predisposisi sistemik. Faktor lokal penyebab
oral candidiasis adalah pemakaian gigi tiruan, merokok, pemakaian steroid inhalasi,
pemakaian steroid topikal, gangguan kualitas dan kuantitas saliva, serta
ketidakseimbangan mikroorganisme dalam rongga mulut. Faktor sistemik penyebab
oral candidiasis adalah penyakit imunosupresif, penyakit endokrin, pemakaian obat
imunosupresif, dan kemoterapi (Greenberg dkk., 2015; Hakim dan Ramadhian,
2015).
Patogenesis Candida dimulai saat kondisi lingkungan dalam rongga mulut
memungkinkan untuk menjadi patogen, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah
Candida. Sebelum terjadi proses kolonisasi, Candida terlebih dahulu harus
melekat/adhesi pada dinding sel epitel mukosa rongga mulut. Dinding sel Candida
terdiri atas polisakarida mannan, glucan dan chitin. Perlekatan Candida pada mukosa
dibantu oleh enzim Als1p, Als5p, Int1p dan Hwp1p. Glikoprotein tersebut berikatan
dengan matriks ekstraselular dinding sel inang seperti fibrinogen, laminin, dan
kolagen. Setelah Candida berhasil melekat, maka Candida akan melakukan
kolonisasi. Tahap selanjutnya adalah invasi Candida. Candida berpenetrasi ke dalam
epitel dengan merusak permukaan epitel. Hifa Candida memiliki enzim aspartyl
proteinase, enzim ini dapat melisiskan lapisan epitel rongga mulut sehingga epitel
rusak dan candida dapat menginvasi lapisan epitel lebih dalam. Selanjutnya Candida
akan melekat pada complement receptor 3 (CR3) pada permukaan endotel. Jika
infeksi Candida terus berlanjut menjadi lebih parah, maka melalui sistem pembuluh
darah Candida akan menyebar ke jantung, ginjal, dan sebagainya (Cawson, 2003;
Brooks dkk., 2007; Gow dkk., 2012).
Oral candidiasis dibagi secara klinis menjadi infeksi primer dan infeksi
sekunder. Infeksi primer terbatas pada rongga mulut dan sekitarnya, sedangkan
infeksi sekunder disertai dengan infeksi makokutan sistemik. Infeksi primer oral
candidiasis dibagi menjadi pseudomembranous candidiasis, erythematous
candidiasis, dan chronic plaque-type and nodular candidiasis.

Gambar 1. Pseudomembaranous candidiasis pada tonsil

1. Pseudomembaranous candidiasis
Pseudomembaranous candidiasis dikenal juga sebagai oral thrush, merupakan
infeksi dominan yang mempengaruhi pasien yang memakai antibiotik, steroid
inhalasi, memiliki penyakit yang menekan sistem kekebalan tubuh atau kemoterapi.
Infeksi ini tampak khas melekat pada mukosa bukal, lidah, dan palatum lunak, terdiri
dari organisme jamur dan debris. Lesi ditandai dengan bercak putih yang menutupi
membran mukosa dan mudah diseka serta meninggalkan dasar kemerahan pada
mukosa. Penderita dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mukosa. Diagnosis
ditentukan melalui pemeriksaan klinis, biakan jamur, atau pemeriksaan mikroskop
langsung dari kerokan jaringan. Hapusan sitologi yang diberi kalium hidroksida,
pewarna Gram atau acid-schiff periodic (PAS) dapat menunjukkan pertumbuhan
organisme dengan cabang-cabang pseudohifa (Greenberg dkk., 2015; Langlais, dkk.,
2016; Pedersen, 2016; Waal, 2016).

Gambar 2. Acute atrophic candidiasis pada mukosa palatal

2. Erythematous candidiasis
Terdapat beberapa bentuk erythematous candidiasis, yaitu acute atrophic
candidiasis dan chronic atrophic candidiasis. Lesi pada acute atrophic candidiasis
tampak kemerahan. Pada oral candidiasis jenis ini tidak hanya menunjukkan atrofi,
tetapi permukaan yang atrofi juga mengalami peningkatan vaskularisasi. Lesi ini
menunjukkan kemerahan pada membran mukosa dengan batas yang difus disertai
gejala seperti terbakar dan sensasi menyengat. Infeksi ini biasanya ditemukan pada
mukosa bukal, bibir, orofaring, palatum, dan dorsum lidah pasien yang menjalani
terapi steroid inhalasi, steroid topikal serta pengguna antibiotik spektrum luas seperti
tetrasiklin. Diagnosis dibuktikan dengan terlihatnya kumpulan organisme atau bentuk
hifa pada hapusan sitologis yang diberi pewarna (Greenberg, 2015; Langlais dkk.,
2016; Pedersen, 2016).
Gambar 3. Chronic atrophic candidiasis pada mukosa palatal
3. Chronic atrophic candidiasis
Chronic atrophic candidiasis dikenal juga dengan istilah denture stomatitis.
Chronic atrophic candidiasis biasanya terletak di mukosa palatal, karena penggunaan
protesa yang tidak beradaptasi dengan baik dan kurang menjaga kebersihan gigi
tiruan. Terdiri dari 3 tipe: Tipe I yaitu eritematosa kecil karena trauma oleh gigi
tiruan, tipe II mempengaruhi bagian yang lebih besar yaitu gigi tiruan yang menutupi
mukosa, dan tipe III yaitu mukosa granular di bagian tengah palatum (Greenberg
dkk., 2015).

Gambar 4. Chronic plaque-type pada sudut bibir

4. Chronic plaque-type and nodular candidiasis


Chronic plaque-type and nodular candidiasis merupakan jenis oral candidiasis
yang ditandai dengan bintik-bintik putih yang tidak dapat dikerok. Ditemukan
terutama di palatum, mukosa bukal, sudut mulut, dan permukaan dorsum lidah. Lesi
ini mirip dengan leukoplakia. Iritasi kronis, kebersihan mulut yang buruk, dan
xerostomia adalah faktor predisposisinya. Diagnosa ditegakkan melalui biopsi. Pada
gambaran mikroskopis, organisme harus diidentifikasi melalui pewarnaan
hematosiklin dan eosin rutin, atau lebih tepat lagi dengan pewarnaan PAS (Greenberg
dkk., 2015; Langlais dkk., 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse, S. A., dan Carroll, K. C. 2007. Microbiology 24th
ed. New York: Mc Graw Hill
Cawson R. E. 2003. Essentials of Oral Pathology 7th ed. London: Churchill
Livingstone Elsevier
Gow, N. A. R., Van de Veerdonk, F. L., Brown, A. J. P., dan Netea, M. G. Candida
albicans: Morphogenesis and Host Defence: Discriminating Invasion from
Colonization. Nature reviews; Microbiology. 2012. 10(2): 112–22
Greenberg, M. S., Glick, M., dan Ship, J. A. 2015. Burket’s Oral Medicine, 12th ed.
USA: People’s Medical Publishing House.

Hakim, L., dan Ramadhian, M. R. Kandidiasis Oral. Medical Journal of Lampung


University. 2015. 4(9)
Langlais, R. P., Miller, C. S., dan Nield-Gehrig, J. S. 2016. Atlas Berwarna Lesi
Mulut yang Sering Ditemukan. Jakarta: EGC
Waal, I. V. D., Atlas of Oral Diseases. Amsterdam: Springer; 2016: 23-4

Anda mungkin juga menyukai