Anda di halaman 1dari 6

Nama : Cahyati Fajariah

NIM : 014.06.0056
Dokter : dr. Kadek Dwi Pramana, SpPD
Essay : Kandidiasis Mulut

Kandidiasis Mulut
Definisi :
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik di rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari jamur Candida albicans. Candida albicans ini sebenarnya
merupakan flora normal rongga mulut, namun berbagai faktor seperti penurunan sistem
kekebalan tubuh maupun pengobatan kanker dengan kemoterapi, dapat menyebabkan flora
normal tersebut menjadi patogen.

Etiologi :
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah
dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana Kandida albikan
merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali
dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang
kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili
Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C. tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C.
kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan
jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab
infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang
dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang
memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka
panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien
HIV/AIDS.

Epidemiologi :
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Meningkatnya prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok
penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds
dkk ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS,
sekitar 44.8% adalah penderita kandidiasis.
Faktor resiko :
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah
apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh
secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Patogenitas jamur
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida adalah
adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi
merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari
ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida
terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga
sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.
b. Faktor Host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.
Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat
menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral
karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat
mencegah pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi
pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat
mengurangi sekresi saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko
timbulnya kandidiasis oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh
rahang atas menderita infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah, lingkungan
anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan
faktor lokal, kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia,
penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti
leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas
dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.
Klasifikasi dan gambaran klinik
Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan interaksi
organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas tiga,
yaitu :
1. Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush, pertama sekali
dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau
seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus
meninggalkan permukaan merah dan kasar. Umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan
palatum lunak. Kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Pada penderita
Kandidiasis seperti ini sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah, seperti
HIV/AIDS, pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi dapat
ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikroskopis secara
langsung dari kerokan jaringan.
b. Kandidiasis Atropik Akut
Kandidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral mengelupas dan tampak
sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik
spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan Kandida albikan.
Antibiotik yang dikonsumsi oleh pasien mengurangi populasi Lactobacillus dan
memungkinkan Kandida tumbuh subur. Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan
mengeluhkan sakit seperti terbakar.
c. Kandidiasis Hiperplastik Kronik
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintik-bintik putih
yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai Kandida leukoplakia.
Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan
biopsi. Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.
d. Median Rhomboid Glositis
Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah ke papila
sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah. Gejala
penyakit ini asimptomatis dengan daerah tidak berpapila.
e. Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan
terasa sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita
defisiensi vitamin B12 dan anemia defisiensi besi.

Pemeriksaan Fisik
a. Bercak merah, dengan maserasi di daerah sekitar mulut, di lipatan
(intertriginosa) disertai bercak merah yang terpisah di sekitarnya
(satelit).
b. Guam atau oral thrush yang diselaputi pseudomembran pada mukosa mulut.

Penatalaksanaaan :
Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun menyikat daerah bukal
dan lidah dengan sikat lembut. Pada pasien yang memakai gigi tiruan, gigi tiruan harus
direndam dalam larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif dibanding
dengan hanya menyikat gigi tiruan, karena permukaan gigi tiruan yang tidak rata dan porus
menyebabkan candida mudah melekat, dan jika hanya menyikat gigi tiruan tidak dapat
menghilangkannya.
Beberapa golongan antijamur  yang efektif untuk kasus-kasus pada rongga mulut, sering
digunakan antara lain :

1. Amfotericine B, dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini


yaitu dengan cara merusak membrane sel jamur. Efek samping terhadap ginjal
seringkali menimbulkan nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml) dapat digunakan
sebanyak 4x/hari.
2. Nystatin, dihasilkan oleh Streptomyces noursei, mekanisme kerja obat ini dengan cara
merusak membrane sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas membrane sel. Sediaan
berupa suspense oral 100.000 U/5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk
kasus denture stomatitis.
3. Miconazole, Clotrimazole, mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim
cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan
sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidaknormalan membrane sel. Sediaan
dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4x/hari setengah sendok makan, ditaruh
diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan.
4. Clotrimazole, mekanismenya kerja sama dengan miconazole, bentuk sediaannya
berupa troche 10mg, sehari 3-4x.
5. Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum. Mekanisme kerjanya dengan
cara menghambat cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan
permeabilits membrane sel, obat ini dimetabolisme di hepar. Efek sampingnya berupa
mual/ muntah, sakit kepala, parastesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg
dosis 1x/hari dikonsumsi pada waktu makan.
6. Itrakonazole, efektif untuk pengobatan kandidiasis penderita immunocompromised.
Sediaan dalam bentuk tablet, dosis 200mg/hari selama 3 hari.  Bentuk suspense (100-
200 mg) / hari, selama 2 minggu. Efek samping obat berupa gatal-gatal, pusing, sakit
kepala, sakit dibagian perut (abdomen), dan hypokalemi.
7. Flukonazole, dapat digunakan pada seluruh penderita kandidiasis termasuk pada
penderita immunosipresiv. Efek samping mual, sakit dibagian perut, sakit kepala,
eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan cara mempengaruhi cytochrome P450
sel jamur, sehingga terjadi perubahan membrane sel. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh
makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50mg, 100mg, 150mg, dan 200mg single dose
dan intra vena.
Prognosis :
Prognosis dari oral kandidiasis adalah baik ketika faktor-faktor predisposisi yang
berhubungan dengan infeksi ini tereliminasi. Ketika faktor-faktor predisposisi meningkat
pada pasien kandidiasis primer maka meningkatkan pula resiko yang lebih buruk pada
kandidiasis. Pada kebanyakan kasus kandidiasis oral adalah penyebab dari infeksi superfisial
sekunder yang dapat dengan mudah diobati dengan terapi antifungal.

Referensi :
1. Lewis MAO, Lamey P-J. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut/Clinical Oral Medicine.
Alih bahasa. Wiriawan E. Widya Medica, Jakarta. 1994.
2. Gravina, HG, de Morán, EG, Zambrano, O, Chourio, ML, de Valero, SR, Robertis, S,
Mesa L. Oral Candidiasis in children and adolescents with cancer. Identification of
Candida.spp Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2007; 12: E419-23.
3. Cutler, JE. Putative virulence factors of Candida albicans. Annual Rev. Microbiol.
1991; 45:187–218.
4. Lehmann PF. Fungal structure and morphology. Medical Mycology . 1998;4:57–8.
5. Peterson DE. Oral candidiasis. Clin Geriatr Med. 1992; 8:513–27.
6. Garber GE. Treatment of oral candida mucositis infections. Drugs. 1994;47:734–40.

Anda mungkin juga menyukai