Anda di halaman 1dari 19

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Oral candidiasis

2.1.1 Pengertian umum

Gambar 2.1 Oral candidiasis (Williams & Lewis, 2011)

Oral candidiasis merupakan salah satu infeksi jamur umum pada mukosa
rongga mulut. Pada sebagian besar kasus, lesinya disebabkan oleh yeast Candida
albicans (Burket et al, 2008). Namun, pada beberapa dekade terakhir insiden
infeksi karena Candida albicans telah menurun dan digantikan oleh non-Candida
albicans seperti Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida glabrata, dan
Candida krusei (Wabale et al, 2008). Sejumlah faktor-faktor predisposisi
mempunyai kemampuan untuk mengubah Candida dari flora komensal normal
(tahap saprofit) menjadi organisme patogen (tahap parasit). Untuk menginvasi
lapisan mukosa, mikroorganisme harus melekat pada permukaan epitel, oleh
karena itu strain Candida dengan potensi perlekatan yang lebih baik yang lebih
patogenik daripada yang mempunyai perlekatan yang lemah. Penetrasi yeast ke

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sel epitel diperantarai oleh produksi lipase dan agar yeast dapat bertahan di epitel,
mereka harus mengatasi deskuamasi konstan permukaan sel epitel (Burket et al,
2008).
2.1.2 Faktor predisposisi oral candidiasis
Faktor predisposisi terjadinya oral candidiasis yaitu (Burket et al, 2008).
a. Faktor lokal
1. Pemakaian denture
2. Merokok
3. Kualitas dan kantitas saliva
4. Ketidakseimbangan flora normal rongga mulut
5. Hiperkeratosis
6. Topikal steroid
b. Faktor umum
1. Immunosuppressive disease
2. Kondisi kesehatan yang buruk
3. Obat immunosuppressive
4. Kemoterapi
5. Penyakit endokrin
2.1.3 Tipe oral candidiasis
Oral candidiasis dibagi menjadi dua yaitu infeksi primer dan sekunder.
Infeksi primer ini terbatas pada daerah rongga mulut dan daerah perioral,
sementara infeksi sekunder diikuti dengan manifestasi mukokutan sistemik
(Burket et al, 2008).

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1.3.1. Oral candidiasis primer


a. Pseudomembranous candidiasis
Acute pseudomembranous candidiasis umumnya terjadi pada pasien
dengan terapi antibiotik, obat immunosupressive atau penyakit yang
menekan sistem imun. Gambaran klinis berupa plak putih atau
kekuningan dengan batas difus, berbagai macam ukuran dan
distribusi, dapat dikerok sehingga meninggalkan permukaan yang
berdarah. Gambaran klinis acute dan chronic pseudomembranous
candidiasis tidak dapat dibedakan. Chronic pseudomembranous
candidiasis muncul sebagai akibat infeksi HIV karena pasien dengan
penyakit ini terinfeksi oleh pseudomembranous Candida dalam
periode yang lama (Burket et al, 2008).
b. Erythematous candidiasis
Permukaan yang eritematus bukan hanya menunjukkan atrofi tetapi
juga peningkatan vaskularisasi. Lesi ini mempunyai batasan yang
difus, yang dapat dibedakan dari eritroplakia yang memiliki batasan
yang lebih tajam. Dominasi infeksi ditemui pada palatum dan dorsum
lidah pasien yang menggunakan inhalasi steroid. Faktor predisposisi
lain yang menyebabkan yaitu merokok dan perawatan dengan
antibiotik spektrum luas. Bentuk akut dan kronik memiliki gambaran
klinik yang sama (Burket et al, 2008).

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

c. Chronic plaque-like dan nodular candidiasis


Chronic plaque-like menggantikan istilah lama, Candidal leukoplakia.
Gambaran klinis khas yaitu karakteristik plak putih yang tidak dapat
dibedakan dari oral leukoplakia (Burket et al, 2008).
d. Denture stomatitis
Tempat prevalensi paling sering denture stomatitis yaitu mukosa
palatal (Burket et al, 2008).
e. Angular cheilitis
Angular cheilitis merupakan fisur pada sudut mulut yang terinfeksi,
sering dikelilingi oleh eritema. Lesi ini sering akibat koinfeksi antara
Candida dan Staphylococcus aureus. Vitamin B12, defisiensi besi dan
kehilangan dimensi vertikal dikaitkan dengan penyakit ini (Burket et
al, 2008).
f. Median rhomboid glossitis
Karakteristik klinisnya yaitu lesi eritematus pada bagian tengah
posterior dorsum lidah. Perokok dan pemakai denture memiliki resiko
tinggi mengalami median rhomboid glossitis sama halnya dengan
pasien yang memakai inhalasi steroid (Burket et al, 2008).
2.1.3.2. Oral candidiasis sekunder
a. Chronic mucocutaneous candidiasis (CMC)
Oral candidiasis sekunder diikuti mukokutan sistemik yang juga
mengenai kulit, umumnya kuku, dan lapisan mukosa lainnya seperti
mukosa genital. Wajah dan kulit kepala dapat terlibat dan massa
granulomatosa dapat terlihat pada daerah tersebut. Sekitar 90% pasien

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

CMC juga terdapat oral candidiasis. Daerah rongga mulut yang


terlibat dapat meliputi lidah, dan lesi hiperplastik putih yang
berhubungan dengan fisur (Burket et al, 2008).
2.1.4

Oral candidiasis berkaitan dengan HIV/AIDS

2.1.4.1 HIV/AIDS
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Limfosit T-CD4 mengatur reaksi sistem
kekebalan tubuh manusia yang mengawali, mengarahkan untuk pengenalan serta
pemusnahan terhadap berbagai mikroorganisme termasuk virus. Pada infeksi HIV
justru limfosit T ini yang diintervensi dan mengalami infeksi serta dirusak oleh
HIV sehingga jumlahnya cenderung terus menurun (normal 600-1200/mm3).
Sejalan dengan laju penurunan jumlah limfosit T, respons dari limfosit T yang
tersisa juga berkurang terhadap stimulasi antigen. Dampaknya terjadi perubahan
rasio T4/T8 akibat menurunnya jumlah T4. Terjadi penurunan respons terhadap
tes kulit dengan antigen biasa menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme yang
pada kondisi normal dilindungi oleh sistem kekebalan yang diperantarai sel
(Nasronudin, 2007).
Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi 4 tahap.
Pertama merupakan tahap infeksi akut, pada tahap ini muncul gejala tetapi tidak
spesifik. Tahap ini muncul 6 minggu pertama setelah terpapar HIV dapat berupa
demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan, dan pembesaran kelenjar
getah bening. Kedua merupakan tahap asimtomatis, pada tahap ini gejala dan
keluhan menghilang. Tahap ini berlangsung 6 minggu hingga beberapa bulan
bahkan tahun setelah infeksi. Ketiga merupakan tahap simtomatis, pada tahap ini

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

gejala dan keluhan lebih spesifik dengan gradasi sedang sampai berat. Keempat
merupakan tahap yang lebih lanjut atau tahap AIDS (Nasronudin, 2007).
HIV/AIDS potensial mendesak status imun penderita ke arah
immunocompromised sehingga infeksi jamur dapat tumbuh kembang dengan
subur. Penyebab tersering infeksi jamur oportunistik adalah candidiasis.
Manifestasi oral candidiasis biasanya terjadi ketika penderita HIV telah
memasuki stadium klinis III (Nasronudin, 2007).
2.1.4.2 Oral candidiasis pada penderita HIV/AIDS
AIDS yang disebabkan oleh HIV (HIV-I dan HIV-II) merupakan salah
satu faktor yang berkontribusi meningkatkan jumlah pasien dengan infeksi jamur
(Kothavade et al, 2010). 90% individu yang terinfeksi HIV mengalami oral
candidiasis dan ini merupakan infeksi jamur yang paling umum diantara penderita
ini. Oral candidiasis dianggap merupakan tanda tidak langsung terjadinya
penurunan pada cell-mediated immunity dan indikator prognostik berkembangnya
AIDS. (Meurman et al, 2007). Progresif cell-mediated immunodefisiensi dengan
penurunan jumlah CD4+ limfosit sama dengan atau kurang dari 200 sel/mm 3
merupakan faktor resiko untuk kolonisasi Candida spesies dan berkembangnya
candidiasis (Yang et al, 2006).
Pasien HIV jarang mengalami candidemia sistemik karena mekanisme
pertahanan terhadap candidemia sistemik terutama oleh neutrofil dan makrofag,
disfungsinya bukan merupakan karakteristik utama infeksi HIV. Candidemia
biasanya terjadi dengan faktor risiko lainnya: neutropenia, bedah perut, antibiotik
spektrum luas, atau penggunaan kortikosteroid (Yanagisawa et al, 2007). Tipe
oral

SKRIPSI

candidiasis

paling

umum

yang

berhubungan

dengan

HIV

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yaitu pseudomembranous candidiasis, erythematous candidiasis, angular


cheilitis, dan chronic hyperplastic candidiasis (Burket et al, 2008).
2.2

Candida tropicalis
Candida tropicalis adalah diploid ascomycete yeast yang merupakan salah

satu spesies Candida dan merupakan patogen oportunistik manusia yang


berkoloni pada daerah yang berbeda-beda termasuk rongga mulut terutama
dorsum lidah (Meurman et al, 2007), saluran pencernaan, kulit dan saluran
urogenital dan dapat juga ditemukan pada saluran pernapasan (Negri et al, 2012).
Ketika dikultur dalam media laboratorium standar, Candida tropicalis tumbuh
sebagai sel ovoid yeast. Namun, perubahan lingkungan ringan pada suhu dan pH
dapat mengakibatkan pergeseran morfologi pertumbuhan pseudohifa (Berman &
Sudbery, 2002). Pada rongga mulut sehat Candida tropicalis berupa yeast, akan
tetapi pada kondisi immunocompromised seperti HIV/AIDS, Candida tropicalis
dapat membentuk pseudohifa yang dapat meningkatkan virulensinya (Kothavade
et al, 2010).
2.2.1 Klasifikasi

Gambar 2.2 Candida tropicalis (Meurman et al, 2007)

SKRIPSI

Kingdom

: Fungi

Filum

: Ascomycota

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sub Filum

: Saccharomycotina

Kelas

: Saccharomycetes

Ordo

: Saccharomycetales

Famili

: Saccharomycetaceae

Genus

: Candida

Species

: Candida tropicalis

2.2.2 Morfologi dan identifikasi


Pada media Sabouraud dextrose agar koloni berwarna putih hingga krem,
halus, glabrous dan tampak yeast-like. Tidak terdapat kapsul. Pada media
Cornmeal dan Tween 80 Agar plate: long abundant, pseudohifa bergelombang,
bercabang dengan berbagai blastokonidia berbentuk bulat telur. Klamidokonidia
tidak diproduksi. Pada reaksi fermentasi memberikan hasil positif pada glukosa,
maltosa, galaktosa, trehalosa (Ellis, 2012). Pemeriksaan mikroskopis adalah tes
dasar untuk diagnosis infeksi jamur. Hematoksilin dan eosin, Periodic AcidSchiff
(PAS) dan pengecatan Gomori-Grocott methenamine silver adalah pengecatan
yang sering digunakan untuk diagnosis diferensial dari infeksi jamur di bagian
jaringan yang diambil dari biopsi atau spesimen otopsi (Kothavade et al, 2010)
2.2.3 Faktor virulensi Candida tropicalis
Candida tropicalis merupakan spesies non-Candida albicans yang
mempunyai virulen paling tinggi karena kemampuan perlekatan paling tinggi
pada sel-sel epitelial secara in vitro dan kemampuannya mensekresi proteinase
dalam level sedang (Meurman et al, 1997 cit Meurman et al, 2007). Beberapa
faktor virulensi berperan pada infeksi Candida tropicalis yang berpotensi tinggi
menjadi diseminasi dan kematian. Perlekatan pada permukaan host (sel epitel),

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pembentukan biofilm, sekresi enzim (protease dan phospholipases) dan aktivitas


hemolitik dianggap sebagai faktor-faktor yang penting dalam infeksi Candida
tropicalis (Negri et al, 2012).
Candida tropicalis memiliki kapasitas yang luar biasa untuk melekat pada
permukaan abiotik, sel dan jaringan manusia (Negri et al, 2012). Gen Agglutinin
Like Sequence (ALS) mengkode glikoprotein yang penting dalam perlekatan. Gen
ALS 2 dan 3 lebih umum pada Candida tropicalis daripada ALS 1 (Punithavathy
& Menon, 2012). ALS merupakan protein yang penting selama proses perlekatan,
memediasi perlekatan pada sel epitel yang berbeda, yang berfungsi sebagai
pelekat. Faktor lain seperti interaksi fisikokimia antara sel yeast dan permukaan
bahan, serta faktor lingkungan, dapat mempengaruhi perlekatan awal Candida
tropicalis. Perlekatan sel Candida pada permukaan abiotik dan sel-sel lainnya
merupakan hal yang vital untuk pembentukan biofilm (Negri et al, 2012).
Pembentukan

biofilm

membantu

organisme

mengadakan

infeksi

(Punithavathy & Menon, 2012). Pembentukan biofilm terinisiasi ketika yeast


melekat pada permukaan, sel mengikatkan diri satu dengan lainnya, dan mulai
untuk berproliferasi akhirnya mengarah pada pembentukan biofilm yang sangat
terstruktur, terdiri dari lapisan kompleks jalinan yeast, pseudohifa yang tertanam
dalam matriks ekstraseluler. Material ekstraseluler kompleks ini mungkin
berfungsi untuk pertahanan diri terhadap sel fagosit, untuk menjaga integritas
biofilm, dan membatasi difusi zat toksik ke dalam biofilm, seperti antijamur
(Negri et al, 2012).
Setelah melekat pada sel host, Candida tropicalis memerlukan faktor-faktor
lainnya untuk menyusup ke dalam jaringan terdalam contohnya pembentukan

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pseudohifa dan produksi enzim. Kemampuan yeast untuk berubah dari komensial
ke patogen dipengaruhi oleh kondisi host yang tergantung oleh beberapa faktor
virulensi termasuk menghasilkan enzim hidrolitik seperti phospholipase (PL) dan
secreted aspartyl proteinase (SAP). Produksi PL yang tinggi berkaitan dengan
peningkatan kemampuan perlekatan, tingkat mortalitas yang semakin tinggi pada
hewan coba, dan kerusakan membran sel host. SAP berkaitan dengan degradasi
komponen mukosa (kolagen, keratin, dan mucin) dan komponen imun (antibodi,
komplemen, dan sitokin) (Da Costa et al, 2009).
2.2.3 Infeksi yang disebabkan Candida tropicalis
Infeksi yang disebabkan Candida tropicalis bisa diperoleh secara endogen,
yaitu ketika individu memiliki kolonisasi mikroorganisme yang merupakan bagian
dari flora normal, tetapi pada kondisi yang berubah, yeast dapat translokasi dan
menyebar lewat saluran pencernaan ke daerah anatomik yang berbeda
menyebabkan infeksi. Infeksi eksogen bisa terjadi melalui kontak tangan petugas
kesehatan dengan pasien atau melalui kateter, protesa implan, serta larutan
parenteral, yang telah terkontaminasi sebelumnya (Negri et al, 2012).
Berdasarkan penelitian Angita (2011) di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada
Desember 2010 - Mei 2011, sebanyak 15% candidiasis orofaringeal pada pasien
HIV/AIDS disebabkan oleh Candida tropicalis. Candida tropicalis juga dapat
menyebabkan infeksi esofagus. Kasus lainnya berhubungan dengan penyakit
sistemik, dengan kata lain, kondisi kesehatan umum yang buruk mengakibatkan
candidemia dari spesies ini (Ollovier et al, 2008). Candida tropicalis merupakan
penyebab penting candidemia pada pasien immunocompromised (Punithavathy &
Menon, 2012). Infeksi yang disebabkan Candida tropicalis dilaporkan sebesar

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4%-24% pasien dengan candidemia (Pfaller, 2007 cit Ollovier et al, 2008).
Candida tropicalis dapat menyebabkan neonatal fungemia, invasif candidiasis
pada pasien neutropenia, candidiasis pada saluran cerna dan purulen perikarditis
(Meurman et al, 2007).
2.3

Tanaman anggur (Vitis vinifera)

2.3.1 Klasifikasi

Gambar 2.3 Buah anggur (Balitjesro, 2008)

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Rhamnales

Famili

: Vitaceae

Genus

: Vitis

Spesies

: Vitis vinifera

2.3.2 Ekologi dan penyebaran


Anggur merupakan tanaman buah berupa perdu merambat yang termasuk
ke dalam famili Vitaceae. Anggur merupakan salah satu tanaman yang hidup
pada daerah dataran rendah (Prihatman, 2000). Tidak seperti kebanyakan

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tanaman lainnya, tanaman anggur justru membutuhkan musim kemarau panjang


berkisar 4-7 bulan agar dapat tumbuh dengan baik dan intensitas cahaya
matahari yang cukup tinggi. Curah hujan yang diperlukan oleh tanaman ini
hanya 800 mm per tahun (Prihatman, 2000). Dewasa ini, terdapat tiga spesies
utama anggur yaitu anggur European (Vitis vinifera), anggur North American
(Vitis labrusca dan Vitis rotundifolia), dan French hybrids (Xia et al, 2010).
Tanaman ini sudah dibudidayakan sejak 4000 SM di Timur Tengah.
Akan tetapi, proses pengolahan buah anggur menjadi minuman anggur baru
ditemukan pada tahun 2500 SM oleh bangsa Mesir. Hanya beberapa waktu
berselang, proses pengolahan ini segera tersebar luas ke berbagai penjuru dunia,
mulai dari daerah di Laut Hitam, Spanyol, Jerman, Perancis, dan Austria.
Penyebaran

buah

ini

berkembang

semakin

pesat

dengan

adanya

perjalanan Colombus yang membawa buah ini mengitari dunia (Prihatman,


2000).
2.3.3 Tanaman anggur di Indonesia
Anggur merupakan tanaman asli Eropa dan Asia Tengah yang kini sudah
ditanam di berbagai belahan bumi, termasuk di Indonesia (Budiyanti, 2012).
Sentra produksi anggur terdapat di beberapa provinsi yaitu Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tengah (Balitjesro, 2008).
Anggur termasuk tanaman marga Vitis. Tidak semua jenis dari marga
Vitis dapat dimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan
Vitis labrusca. Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mepunyai ciri kulit buah
tipis, rasa manis dan segar, memiliki kemampuan tumbuh di dataran rendah

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hingga 300 m dari permukaan air laut beriklim kering. Termasuk jenis ini
adalah Gros Colman, feoniculum vulgare mill, Probolinggo Biru dan Putih,
Situbondo Kuning, Alphonso Lavalle, anggur merah, dan Golden Champion
(Setiadi, 2002)
2.3.4 Anggur (Vitis vinifera) varietas Probolinggo Biru
Anggur Probolinggo Biru lebih dikenal dengan anggur hitam atau anggur
ungu sesuai dengan warna kulit buahnya. Anggur ini merupakan hasil
percampuran antara bibit anggur lokal dengan bibit anggur dari Australia,
Prancis, dan Armenia. Ciri-ciri dari anggur ini yaitu daunnya tipis dengan
pucuk berwarna hijau muda atau agak kemerahan, di setiap dua ketiak daun
yang berurutan terdapat sulur, kemudian diikuti dengan yang tidak memiliki
sulur. Sulur ini merupakan tempat tumbuhnya bunga. Bunganya sangat lebat
dan persariannya dilakukan sendiri. Dompolan buahnya besar dan satu
rangkaian terdapat 15-40 buah. Buah yang sudah masak berwarna biru, rasanya
manis dan segar bercampur sepat. Tanaman ini menyukai tanah yang gembur
sampai berkerikil dan dapat tumbuh optimal di daerah sampai 300 m di atas
permukaan laut (Setiadi, 2002).
2.3.5 Kandungan kimia biji anggur
Anggur (Vitis vinifera) merupakan buah yang memiliki kandungan
senyawa fenolik yang tertinggi (Baydar et al, 2011). Polifenol yang berasal dari
tanaman telah dilaporkan memiliki bermacam aktivitas biologis, termasuk
antioksidan, antikarsiogenik, antiinflamasi, dan antimikroba (Serra et al, 2008).
Sebanyak 60-70% polifenol anggur ditemukan pada biji anggur (Nassiri-Asl &
Hosseinzadeh, 2009). Biji anggur (Vitis vinifera) mengandung flavonoid, gallic

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

acid, stilbene derivatif resveratrol (Nassiri-Asl & Hosseinzadeh, 2009) dan


tanin (McRae & Kennedy, 2011).
2.3.5.1 Senyawa flavonoid

Gambar 2.4 Struktur kimia flavonoid (Amstrong, 2003)

Flavonoid merupakan metabolit sekunder dari tumbuhan dan


umumnya terletak di vakuola sel epidermis daun sebagai glikosida yang larut
air (Harborne & Williams, 2000). Flavonoid merupakan senyawa fenolik 3-ring
yang terdiri dari cincin ganda dilekatkan oleh ikatan tunggal pada sebuah cincin
ketiga (Amstrong, 2003). Senyawa ini memiliki aktivitas biologis dan
farmakologis yang luass (Cushnie & Lamb, 2005), termasuk aktivitas anti
jamur (Harborne & Williams, 2000).
Kandungan flavonoid pada biji anggur sebesar 4-5 % termasuk
kaempferol-3-O-glucosides, quercetin-3-Oglucosides, quercetin, and myricetin.
Adapun derivate utama dari flavonoid adalah katekin, epikatekin, epicatechin3-O-gallate, procyanidins dimers (B1-B5), procyanidin C1 dan procyanidin
B5-3'-gallate (Nassiri-Asl & Hosseinzadeh, 2009).
Flavonoid mempunyai aktivitas antimikroba. Flavonoid diketahui
menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma,
dan menghambat metabolisme energi pada mikroorganisme (Cushnie & Lamb,

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2005). Penelitian menunjukkan aktivitas antijamur flavonoid terhadap


Aspergillus niger (Hendra et al, 2011).
2.3.5.2 Senyawa tanin
Tanin adalah salah satu dari banyak jenis senyawa sekunder ditemukan
pada tumbuhan. Karakteristk tannin yaitu oligomer senyawa dengan struktur
unit berganda dengan kelompok fenolat bebas, berat molekul berkisar antara
500 sampai> 20.000, larut dalam air, dengan pengecualian beberapa struktur
berat molekul tinggi, kemampuan untuk mengikat protein dan membentuk larut
atau larut tanin-protein kompleks. Tanin biasanya dibagi menjadi dua
kelompok: Hydrolyzable tannins (HT) dan proanthocyanidins (PA) (sering
disebut Condensed Tannins) (Cannas, 2009).
a.

Senyawa gallic acid


Gallic acid merupakan derivatif dari kelompok Hydrolyzable tannins

(HT), merupakan asam organik, juga dikenal sebagai 3,4,5-trihydroxybenzoic


acid. Gallic acid memiliki sifat antijamur dan antivirus. Gallic acid berperan
sebagai antioksidan dan membantu memproteksi sel melawan kerusakan
oksidatif. Gallic acid ditemukan pada hampir semua tumbuhan. Tumbuhan yang
diketahui memiliki kandungan tinggi gallic acid termasuk gallnuts, anggur, tea,
hops dan oak bark (Res-Jventa, 2012).
Gallic acid memiliki aktivitas antijamur yang bagus melawan M. grisea
dan Erysiphe graminis (Ahn et al, 2005). Aktivitas antijamur yaitu dengan
mengganggu struktur membran sel dan menghambat proses pertunasan normal
oleh karena destruksi integritas sel (Kim et al, 2009). Meskipun begitu,
mekanisme aksinya dapat disebabkan adanya hambatan biosintesis ergosterol,

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang merupakan sterol utama membran sel jamur termasuk yeasts (Ghannoum &
Rice, 1999 cit Hong et al, 2011).
b.

Proanthocyanidins
Proanthocyanidins (condensed tannins) merupakan polimer flavan-3-ol

atau flavan-3,4-diol terkait ikatan karbon-karbon yang tidak rentan terhadap


pembelahan oleh hidrolisis. Proanthocyanidins yang lebih sering disebut
condensed tannins karena struktur kimianya. Condensed tannins disintesis dari
prekursor dari asam asetat dan asam shikimic. Istilah proanthocyanidins, berasal
dari reaksi asam katalisis oksidasi yang menghasilkan anthocyanidins merah
setelah pemanasan proanthocyanidins dalam larutan asam alkohol (Cannas,
2009).
2.3.5.3 Senyawa resveratrol
Resveratrol merupakan fenolik antioksidan yang ditemukan pada anggur,
telah diketahui memiliki berbagai aktivitas biologis pada tubuh manusia (Jung et
al, 2005). Resveratrol (3,5,4'-trihydroxy-trans-stilbene) merupakan stilbenoid,
sebuah tipe fenol natural, dan fitoaleksin yang diproduksi secara natural oleh
beberapa tumbuhan ketika terserang oleh patogen seperti bakteri atau jamur.
Resveratrol ditemukan paling banyak pada kulit anggur dan memiliki aktivitas
antijamur dan antioksidan yang luas (Urena et al, 2003). Penelitian tentang
resveratrol menunjukkan poten aktivitas antijamur pada Candida albicans pada
konsentrasi 10-20L (Xia et al, 2010). Senyawa ini bekerja menghambat
lipoxygenase (Fan & Mattheis, 2001).

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.4

Antijamur

2.4.1 Aktivitas antijamur


Antijamur mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan fungistatik.
Mekanisme antijamur dapat dikelompokkan menjadi :
1). Gangguan pada membran sel
Gangguan ini dapat terjadi karena adanya ergosterol di dalam membran sel
jamur. Ergosterol merupakan komponen sterol yang sangat penting, yang mudah
diserang oleh antibiotik turunan polien. Komplek polien ergosterol yang terjadi
dapat menyebabkan kebocoran dari membran sel dan akhirnya lisis. Contoh
senyawa dengan mekanisme gangguan pada membran sel adalah amfoterisin B,
nistatin (Brooks et al, 2007).
2). Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur
Azol-azol menganggu sintesis ergosterol. Obat ini memblokir dimetilasi-14-yang tergantung pada sitokrom P450 dari lanosterol, yang merupakan prekursor
ergosterol dalam jamur dan kolesterol dalam tubuh mamalia (Brooks et al, 2007).
Hal ini dapat menghambat biosintesis ergosterol dalam sel jamur. Contoh senyawa
dengan mekanisme penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur adalah
ketokonazol, flukonazol, itrakonazol (Brooks et al, 2007).
3) Penghambatan sintesis protein jamur
Mekanisme ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan
pirimidin. Efek antijamur terjadi karena senyawa turunan pirimidin masuk ke
dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan
bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil.
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

oleh metabolit 5-flurourasil. Contoh senyawa dengan mekanisme penghambatan


sintesis protein jamur adalah flusitosin (Brooks et al, 2007).
4) Penghambatan perkembangan jamur
Efek antijamur ini terjadi karena adanya senyawa antibiotik Griseofulvin yang
mampu berinteraksi mikrotubulus dan mengganggu fungsi gelondong mitotik
menyebabkan inhibisi pertumbuhan (Brooks et al, 2007).
2.4.2 Uji aktivitas antijamur
Aktivitas antimikroba secara in vitro dapat digunakan untuk menentukan
potensi suatu zat antimikroba dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan badan
atau jaringan, dan kepekaan suatu mikroba terhadap konsentrasikonsentrasi obat
yang dikenal (Brooks et al, 2007). Pengukuran aktivitas antimikroba dapat
dilakukan dengan 2 metode, yaitu :
a. Metode dilusi cair atau padat
Pada prinsipnya sejumlah obat antimikroba diencerkan hingga diperoleh
beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair masingmasing konsentrasi obat ditambah
suspensi jamur dalam media, sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat
dicampur dengan media agar kemudian ditanami kuman dan diinkubasikan.
Setelah masa inkubasi selesai diperiksa sampai konsentrasi beberapa obat dapat
menghambat pertumbuhan atau mematikan jamur. Dengan cara ini dapat
ditentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Fungisidal
Concentration (MFC) (Brooks et al, 2007).
b. Metode difusi
Suatu cakram kertas saring atau cawan berliang renik atau silinder tidak beralas
yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada media padat yang

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

telah ditanami dengan jamur yang diperiksa. Setelah inkubasi garis tengah daerah
hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran kekuatan
hambatan obat terhadap kuman (Brooks et al, 2007).

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ... ALIFFIA NURLITA AMBONADI

Anda mungkin juga menyukai