BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Oral candidiasis
Oral candidiasis merupakan salah satu infeksi jamur umum pada mukosa
rongga mulut. Pada sebagian besar kasus, lesinya disebabkan oleh yeast Candida
albicans (Burket et al, 2008). Namun, pada beberapa dekade terakhir insiden
infeksi karena Candida albicans telah menurun dan digantikan oleh non-Candida
albicans seperti Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida glabrata, dan
Candida krusei (Wabale et al, 2008). Sejumlah faktor-faktor predisposisi
mempunyai kemampuan untuk mengubah Candida dari flora komensal normal
(tahap saprofit) menjadi organisme patogen (tahap parasit). Untuk menginvasi
lapisan mukosa, mikroorganisme harus melekat pada permukaan epitel, oleh
karena itu strain Candida dengan potensi perlekatan yang lebih baik yang lebih
patogenik daripada yang mempunyai perlekatan yang lemah. Penetrasi yeast ke
SKRIPSI
sel epitel diperantarai oleh produksi lipase dan agar yeast dapat bertahan di epitel,
mereka harus mengatasi deskuamasi konstan permukaan sel epitel (Burket et al,
2008).
2.1.2 Faktor predisposisi oral candidiasis
Faktor predisposisi terjadinya oral candidiasis yaitu (Burket et al, 2008).
a. Faktor lokal
1. Pemakaian denture
2. Merokok
3. Kualitas dan kantitas saliva
4. Ketidakseimbangan flora normal rongga mulut
5. Hiperkeratosis
6. Topikal steroid
b. Faktor umum
1. Immunosuppressive disease
2. Kondisi kesehatan yang buruk
3. Obat immunosuppressive
4. Kemoterapi
5. Penyakit endokrin
2.1.3 Tipe oral candidiasis
Oral candidiasis dibagi menjadi dua yaitu infeksi primer dan sekunder.
Infeksi primer ini terbatas pada daerah rongga mulut dan daerah perioral,
sementara infeksi sekunder diikuti dengan manifestasi mukokutan sistemik
(Burket et al, 2008).
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
2.1.4.1 HIV/AIDS
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Limfosit T-CD4 mengatur reaksi sistem
kekebalan tubuh manusia yang mengawali, mengarahkan untuk pengenalan serta
pemusnahan terhadap berbagai mikroorganisme termasuk virus. Pada infeksi HIV
justru limfosit T ini yang diintervensi dan mengalami infeksi serta dirusak oleh
HIV sehingga jumlahnya cenderung terus menurun (normal 600-1200/mm3).
Sejalan dengan laju penurunan jumlah limfosit T, respons dari limfosit T yang
tersisa juga berkurang terhadap stimulasi antigen. Dampaknya terjadi perubahan
rasio T4/T8 akibat menurunnya jumlah T4. Terjadi penurunan respons terhadap
tes kulit dengan antigen biasa menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme yang
pada kondisi normal dilindungi oleh sistem kekebalan yang diperantarai sel
(Nasronudin, 2007).
Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi 4 tahap.
Pertama merupakan tahap infeksi akut, pada tahap ini muncul gejala tetapi tidak
spesifik. Tahap ini muncul 6 minggu pertama setelah terpapar HIV dapat berupa
demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan, dan pembesaran kelenjar
getah bening. Kedua merupakan tahap asimtomatis, pada tahap ini gejala dan
keluhan menghilang. Tahap ini berlangsung 6 minggu hingga beberapa bulan
bahkan tahun setelah infeksi. Ketiga merupakan tahap simtomatis, pada tahap ini
SKRIPSI
gejala dan keluhan lebih spesifik dengan gradasi sedang sampai berat. Keempat
merupakan tahap yang lebih lanjut atau tahap AIDS (Nasronudin, 2007).
HIV/AIDS potensial mendesak status imun penderita ke arah
immunocompromised sehingga infeksi jamur dapat tumbuh kembang dengan
subur. Penyebab tersering infeksi jamur oportunistik adalah candidiasis.
Manifestasi oral candidiasis biasanya terjadi ketika penderita HIV telah
memasuki stadium klinis III (Nasronudin, 2007).
2.1.4.2 Oral candidiasis pada penderita HIV/AIDS
AIDS yang disebabkan oleh HIV (HIV-I dan HIV-II) merupakan salah
satu faktor yang berkontribusi meningkatkan jumlah pasien dengan infeksi jamur
(Kothavade et al, 2010). 90% individu yang terinfeksi HIV mengalami oral
candidiasis dan ini merupakan infeksi jamur yang paling umum diantara penderita
ini. Oral candidiasis dianggap merupakan tanda tidak langsung terjadinya
penurunan pada cell-mediated immunity dan indikator prognostik berkembangnya
AIDS. (Meurman et al, 2007). Progresif cell-mediated immunodefisiensi dengan
penurunan jumlah CD4+ limfosit sama dengan atau kurang dari 200 sel/mm 3
merupakan faktor resiko untuk kolonisasi Candida spesies dan berkembangnya
candidiasis (Yang et al, 2006).
Pasien HIV jarang mengalami candidemia sistemik karena mekanisme
pertahanan terhadap candidemia sistemik terutama oleh neutrofil dan makrofag,
disfungsinya bukan merupakan karakteristik utama infeksi HIV. Candidemia
biasanya terjadi dengan faktor risiko lainnya: neutropenia, bedah perut, antibiotik
spektrum luas, atau penggunaan kortikosteroid (Yanagisawa et al, 2007). Tipe
oral
SKRIPSI
candidiasis
paling
umum
yang
berhubungan
dengan
HIV
Candida tropicalis
Candida tropicalis adalah diploid ascomycete yeast yang merupakan salah
SKRIPSI
Kingdom
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Sub Filum
: Saccharomycotina
Kelas
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Famili
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Species
: Candida tropicalis
SKRIPSI
biofilm
membantu
organisme
mengadakan
infeksi
SKRIPSI
pseudohifa dan produksi enzim. Kemampuan yeast untuk berubah dari komensial
ke patogen dipengaruhi oleh kondisi host yang tergantung oleh beberapa faktor
virulensi termasuk menghasilkan enzim hidrolitik seperti phospholipase (PL) dan
secreted aspartyl proteinase (SAP). Produksi PL yang tinggi berkaitan dengan
peningkatan kemampuan perlekatan, tingkat mortalitas yang semakin tinggi pada
hewan coba, dan kerusakan membran sel host. SAP berkaitan dengan degradasi
komponen mukosa (kolagen, keratin, dan mucin) dan komponen imun (antibodi,
komplemen, dan sitokin) (Da Costa et al, 2009).
2.2.3 Infeksi yang disebabkan Candida tropicalis
Infeksi yang disebabkan Candida tropicalis bisa diperoleh secara endogen,
yaitu ketika individu memiliki kolonisasi mikroorganisme yang merupakan bagian
dari flora normal, tetapi pada kondisi yang berubah, yeast dapat translokasi dan
menyebar lewat saluran pencernaan ke daerah anatomik yang berbeda
menyebabkan infeksi. Infeksi eksogen bisa terjadi melalui kontak tangan petugas
kesehatan dengan pasien atau melalui kateter, protesa implan, serta larutan
parenteral, yang telah terkontaminasi sebelumnya (Negri et al, 2012).
Berdasarkan penelitian Angita (2011) di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada
Desember 2010 - Mei 2011, sebanyak 15% candidiasis orofaringeal pada pasien
HIV/AIDS disebabkan oleh Candida tropicalis. Candida tropicalis juga dapat
menyebabkan infeksi esofagus. Kasus lainnya berhubungan dengan penyakit
sistemik, dengan kata lain, kondisi kesehatan umum yang buruk mengakibatkan
candidemia dari spesies ini (Ollovier et al, 2008). Candida tropicalis merupakan
penyebab penting candidemia pada pasien immunocompromised (Punithavathy &
Menon, 2012). Infeksi yang disebabkan Candida tropicalis dilaporkan sebesar
SKRIPSI
4%-24% pasien dengan candidemia (Pfaller, 2007 cit Ollovier et al, 2008).
Candida tropicalis dapat menyebabkan neonatal fungemia, invasif candidiasis
pada pasien neutropenia, candidiasis pada saluran cerna dan purulen perikarditis
(Meurman et al, 2007).
2.3
2.3.1 Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Rhamnales
Famili
: Vitaceae
Genus
: Vitis
Spesies
: Vitis vinifera
SKRIPSI
buah
ini
berkembang
semakin
pesat
dengan
adanya
SKRIPSI
hingga 300 m dari permukaan air laut beriklim kering. Termasuk jenis ini
adalah Gros Colman, feoniculum vulgare mill, Probolinggo Biru dan Putih,
Situbondo Kuning, Alphonso Lavalle, anggur merah, dan Golden Champion
(Setiadi, 2002)
2.3.4 Anggur (Vitis vinifera) varietas Probolinggo Biru
Anggur Probolinggo Biru lebih dikenal dengan anggur hitam atau anggur
ungu sesuai dengan warna kulit buahnya. Anggur ini merupakan hasil
percampuran antara bibit anggur lokal dengan bibit anggur dari Australia,
Prancis, dan Armenia. Ciri-ciri dari anggur ini yaitu daunnya tipis dengan
pucuk berwarna hijau muda atau agak kemerahan, di setiap dua ketiak daun
yang berurutan terdapat sulur, kemudian diikuti dengan yang tidak memiliki
sulur. Sulur ini merupakan tempat tumbuhnya bunga. Bunganya sangat lebat
dan persariannya dilakukan sendiri. Dompolan buahnya besar dan satu
rangkaian terdapat 15-40 buah. Buah yang sudah masak berwarna biru, rasanya
manis dan segar bercampur sepat. Tanaman ini menyukai tanah yang gembur
sampai berkerikil dan dapat tumbuh optimal di daerah sampai 300 m di atas
permukaan laut (Setiadi, 2002).
2.3.5 Kandungan kimia biji anggur
Anggur (Vitis vinifera) merupakan buah yang memiliki kandungan
senyawa fenolik yang tertinggi (Baydar et al, 2011). Polifenol yang berasal dari
tanaman telah dilaporkan memiliki bermacam aktivitas biologis, termasuk
antioksidan, antikarsiogenik, antiinflamasi, dan antimikroba (Serra et al, 2008).
Sebanyak 60-70% polifenol anggur ditemukan pada biji anggur (Nassiri-Asl &
Hosseinzadeh, 2009). Biji anggur (Vitis vinifera) mengandung flavonoid, gallic
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
yang merupakan sterol utama membran sel jamur termasuk yeasts (Ghannoum &
Rice, 1999 cit Hong et al, 2011).
b.
Proanthocyanidins
Proanthocyanidins (condensed tannins) merupakan polimer flavan-3-ol
SKRIPSI
2.4
Antijamur
SKRIPSI
SKRIPSI
telah ditanami dengan jamur yang diperiksa. Setelah inkubasi garis tengah daerah
hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran kekuatan
hambatan obat terhadap kuman (Brooks et al, 2007).
SKRIPSI