Anda di halaman 1dari 27

Penyakit Infeksi Jamur Pada Rongga Mulut

MAKALAH

Disusun oleh:

Tifanny Yuliarti Pelawi

160421230009

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Willyanti Soewondo, drg., Sp. KGA (K)

drg. Naninda Berliana, Sp. KGA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv

BAB I ...................................................................................................................... 1

BAB II.................................................................................................................... .1

II.1 DEFINISI ................................................................................................ 3

II.2 EPIDEMIOLOGI ................................................................................... 4

II.3 ETIOLOGI .............................................................................................. 5

II.4 PATOFISIOLOGI ORAL CANDIDIASIS............................................. 5

II.4.1 Faktor Patogen................................................................................ 6

II.4.2 Faktor Host ..................................................................................... 7

II.4.3 Faktor lokal ..................................................................................... 7

II.5 KLASIFIKASI ORAL CANDIDIASIS .................................................. 8

II.5.1 Kandidiasis oral primer .................................................................. 8


II.5.2 Kandidiasis oral sekunder ............................................................. 15

II.6 RENCANA PERAWATAN ................................................................. 16

II.7 KANDIDIASIS ORAL PADA ANAK ................................................. 18

BAB III ................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ v


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lesi kandidiasis pada mukosa pipi ........................................................ 9

Gambar 2 Gambaran kandidiasis eritematosa ....................................................... 10

Gambar 3. Gambaran kandidiasis hiperplastik ..................................................... 11

Gambar 4. Gambaran denture stomatitis ............................................................... 12

Gambar 5. Gambaran median rhomboid glositis .................................................. 13

Gambar 6. Gambaran angular cheilitis .................................................................. 13

Gambar 7. Gambaran leukoplakia ......................................................................... 15


DAFTAR TABEL

Table 1. Predisposising faktor host untuk kandidiasis oral ..................................... 8

Table 2. Klasifikasi kandidiasis oral2 ...................................................................... 8

Table 3 Pengobatan oral trush pada anak .............................................................. 18


1

BAB I

PENDAHULUAN

Kandidiasis merupakan infeksi oral oportunistik yang umum terjadi. Kandidiasis

disebabkan oleh spesies jamur yang disebut Candida dan yang paling utama adalah

Candida Albicans. Kolonisasi jamur tersebut paling sering terjadi pada lidah, palatum, dan

mukosa bukal. Kandidiasis pada mulut adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

pertumbuhan berlebih jamur di dalam mulut. Insidensi terjadinya oral kandidiasis

bervariasi tergantung dari usia dan faktor predisposisi tertentu.

Candida albicans merupakan spesies yang paling sering ditemukan di rongga mulut

keadaan sehat atau terinfeksi. Namun, beberapa tahun ini beberapa penelitian juga

membuktikan bahwa adanya invasi dan insidensi kandidiasis yang dipengaruhi oleh C.

glabrata, C. tropicalis, dan C. krusei. Hal yang penting untuk dapat membedakan candida

yang tidak merugikan dan candida yang dapat menimbulkan infeksi. Candida yang tidak

merugikan dapat ditemukan sejumlah 80% pada individu yang sehat. Keadaan dimana

candida tersebut menjadi patogenik terjadi karena adanya faktor-faktor predisposisi yang

mempengaruhinya dan melemahkan pertahanan imun host. Pada ilmu kedokteran gigi

anak, sangat penting halnya untuk memperhatikan faktor-faktor predisposisi tersebut

karena kemungkinan pada anak-anak keadaan tersebut dapat mencerminkan adanya

kelainan sistemik.

Kandidiasis oral dapat merupakan gambaran adanya penurunan mekanisme

pertahanan lokal dan sistemik, antara lain penurunan jumlah sekresi saliva, penurunan

imunitas seluler dan humoral, penyakit mukosa lokal atau penggunaan antibiotik spektrum

luas dan agen imunosupresif, yang juga merupakan beberapa faktor predisposisi yang

memicu timbulnya penyakit ini Sebagian besar kandidiasis oral disebabkan oleh C.albicans
2
(CA), meskipun dapat juga disebabkan oleh oleh non-candida albicans Candida (NCAC)

yang mempunyai jenis manifestasi klinis yang sama, yaitu erythyema candidiasis,

pseudomembranous candidiasis, media rhomboid glossitis, angular cheilitis dan candidal

leukoplakia. Perbedaaan hanya pada sifat invasif masing-masing spesies dan respon

terhadap obat-obat antifungi.2

Infeksi jamur dapat menyebabkan patologi mukosa pada anak-anak danremaja.

Manifestasi klinis pada oral mukosa dapat beraneka ragam. Pseudomembranous

candidiasis (thrush) merupakan infeksi jamur paling sering terjadi pada bayi dan anak-

anak.(3)
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Kandidiasis oral adalah suatu penyakit pada mukosa rongga mulut yang

disebabkan oleh Candida yang merupakan jamur yang paling sering menginfeksi

tubuh manusia.2

Candida albicans merupakan flora normal rongga mulut, saluran

pencernaan dan vagina, jamur ini dapat berubah menjadi patogen jika terjadi

perubahaan dalam diri pejamu. Perubahan yang terjadi pada pejamu tersebut dapat

bersifat lokal maupun sistemik. Lesi kandidiasis ini dapat berkembang di setiap

rongga mulut, tetapi lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal, lipatan mukosa

bukal, orofaring dan lidah.4

Candida albicans merupakan salah satu komponen dari mikroflora normal

dan sekitar 30% sampai 50% manusia memiliki organisme ini. Terdapat banyak

tipe candida pada rongga mulut, seperti c. albicans, c.glabrat, c.gullermondii,

c.krusei, c.parapsilosis, c.pseudotropicalis, c.stellatoidea, c.tropicalis.1

Klasifikasi dari oral kandidiasis dibagi menjadi primer dan sekunder. Oral

kandidiasis primer (group 1) terdiri dari infeksi akut yaitu pseudomembranous dan

eritematous, infeksi kronis yaitu erythematous, pseudomembranous, hyperplastic,

nodular, plaque-like. Lalu ada candida-associated lessions yaitu angular cheilitis,

denture stomatitis, median rhomboid glossitis. Yang terakhir adalah lesi primer

keratin yang terinfeksi oleh candida yaitu leukoplakia,lichen planus, dan lupus

erythematous.1
4

II.2 Epidemiologi

Secara epidemiologi kejadian oral candidiasis banyak terjadi pada usia

produktif. Pada penelitian ini usia terbanyak padakelompok 35-44 tahun sebesar

42,5%. Menurut Egushi dan kawan-kawankejadian oral candidiasis lebih banyak

terjadi pada kelompok usia 35 tahun dibanding usia yang lebih muda, hal ini

disebabkan karena sel limfosit T banyak diproduksi di timus terutama pada usia

remaja yang kemudian mulai mengalami involusi pada usia dewasa. Pada penelitian

ini subjek penelitian banyak terdapat pada kelompok pria sebesar 66,7%. Sesuai

dengan penelitian lain diluar negeri menurut Capoluongo dan kawan-kawan,Maria

Bravo dan kawan-kawan,danWabale dan kawan-kawan,76% subjek penelitian

mayoritas adalah pria. Menurut Shiboski dan kawan-kawan yang melakukan

penelitian kohort prospektif di Amerika Serikat pada awal tahun 1990, kejadian oral

candidiasis pada pria sedikit lebih tinggi dari wanita. Pekerjaan yang paling banyak

ditemui pada penelitian ini adalah supir, ibu rumah tangga dan swasta masing

masing sebesar 25,9%.5

Dalam beberapa dekade terakhir prevalensi kandidiasis oral meningkat.

Sekitar 54% orang yang menggunakan gigi tiruan lepasan menderita kandidiasis

oral. Thrush terjadi pada 1%-37% bayi sehat. Secara keseluruhan 15%-60% pasien

kanker dan lebih dari 90% pasien AIDS dapat menderita kandidiasis oral (Lyu dkk.,

2016). Dilaporkan oleh Nur’aeny dkk (2017) bahwa di RS. Dr. Hasan Sadikin.

Bandung selama kurun waktu tahun 2010-2014 jumlah penderita kandidiasis oral

pasien rawat jalan dan pasien rawat inap dengan jenis kelamin pria sebesar 69,3%,

jenis kelamin wanita sebesar 30,7%, pasien berusia kurang dari 18 tahun sebesar

20,5%, pasien berusia 18 tahun sampai kurang dari 60 tahun sebesar 65,3%, dan

pasien berusia lebih dari 60 tahun sebesar 14,2%.6


5

II.3 Etiologi

Kandidiasis oral disebabkan oleh spesies kandida yang terdapat di kavitas

oral seperti, candida albicans, candida tropicalis, candida krusei, candida parapsilos,

dancandida guilliermondi. Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang

paling sering terdapat pada kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi yang

menyebabkan infeksi opurtunistik pada manusia. Salah satu kemampuan yang dari

Candida albicans adalah kemampuan untuk tumbuh dalam dua cara, reproduksi

dengan tunas, membentuk tunas elipsoid, dan bentuk hifa, yang dapat

meningkatkan misela baru atau bentuk seperti jamur. 1 jamur menyerang mukosa

hanya ketika ada perubahan dalam lingkungan mulut atau gangguan umum dari

sistem imunologi atau hormonal keseimbangan. Perubahan tersebut dapat

disebabkan oleh pemberian antibiotik dan obat imunosupresif.3

II.4 Patofisiologi Oral Candidiasis

Dalam keadaan lingukngan yang tidak seimbang dari oral cavity, jamur

candida terbawa oleh saliva dan attachment dari hifa candida yang lemah akan

hancur dengan adanya aliran saliva. Saliva pada individu yang sehat terdiri dari

berbagai macam antimicrobial termasuk laktoferin, lysozyme, peroxidase,

polypeptide dan anti candida yang menghambat pertumbuhan yang terlalu cepat

dari populasi candida. Oleh karena itu, kerusakan apapun dari kelenjar saliva dapat

mengakibatkan oral candidiasis.

Proses evolusi dapat diamati dalam siklus hidup jamur dimorfik Candida

dan khususnya pada C. albicans. Transformasi morfologi beralih dari jamur bersel

tunggal ke pseudo-hifa dan true hifa. Dalam kondisi lingkungan rongga mulut yang

seimbang, Candida spp. mengapung pada saliva dan jamur candida yang lemah

akan rusak oleh aliran air liur. Air liur pada orang sehat terdiri dari agen antimikroba
6
yang berbeda termasuk laktoferin, lisozim, peroksidase, polipeptida kaya histidin

dan antibodi anti-kandida yang menghambat pertumbuhan berlebih dari populasi

Candida. Oleh karena itu, setiap kerusakan kelenjar ludah dapat menyebabkan

kandidiasis oral. Penelitian menunjukkan bahwa status hidrofobik pada permukaan

sel jamur Candida dan perlekatan antara sel jamur dan reseptor jaringan mukosa

host diakui sebagai potensi patogen yang dapat menyebabkan adhesi, kolonisasi

dan pembentukan biofilm di rongga mulut.

C. albicans dan beberapa spesies lain termasuk C. dubliniensis dan C.

stellatoidea mampu menghasilkan hifa sejati dengan cara pembentukan tabung

kuman. Tapi C. albicans adalah satu-satunya spesies yang mampu bertahan hidup

pada suhu 45°C. Kemampuan true hifa pada jamur dimorfik Candida adalah faktor

patogen yang efektif. True hiva tahan terhadap fagositosis, dan merupakan bentuk

jamur invasif dan memiliki kekuatan adhesi yang signifikan. Selanjutnya, true hiva

mampu memproduksi danmengeluarkan enzim yang memfasilitasi pertumbuhan

hifa dengan penetrasi yang mudah melalui sel jaringan host. Jadi, dalam kondisi

kaya nutrisi, bentuk jamur Candida muncul sementara dalam kekurangan nutrisi

yang dapat diakses, hifa sejati adalah bentuk dominan dari genus Candida

Adapun faktor resiko yang mempengaruhi dari infeksi dari kandidiasis oral

yaitu,

II.4.1 Faktor Patogen

Jamur kandida mampu melakukan metabolisme glukosa dalam kondisi

aerobik maupun anaerobik. Selain itu jamur kandida mempunyai faktor-faktor yang

mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel epitel seperti mannose, reseptor C3d,

mannoprotein dan Saccharin. Sifat hidrofobik dari jamur dan juga kemampuan

adhesi dengan fibronektin host juga berperan penting terhadap inisial dari infeksi

ini. 1
7
II.4.2 Faktor Host

• Faktor lokal

Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat menjadi predisposisi dari

kandidiasis oral. Sekresi saliva menyebabkan lemahnya dan mengbersihkan

berbagai organisme dari mukosa. Pada saliva terdapat berbagai protein-protein

antimikrobial seperti laktoferin, sialoperoksidase, lisosim, dan antibodi antikandida

yang spesifik.

Penggunaan obat-obatan seperti obat inhalasi steroid menunjukan peningkatan

resiko dari infeksi kandidiasis oral. Hal ini disebabkan tersupresinya imunitas

selular dan fagositosis.1

Penggunaan gigi palsu merupakan faktor predisposisi infeksi kandidiasis oral.

Penggunaan ini menyebabkan terbentuknya lingkungan mikro yang memudahkan

berkembangnya jamur kandida dalam keadaan PH rendah, oksigen rendah, dan

lingkungan anaerobik. Penggunaan ini pula meningkatkan kemampuan adhesi dari

jamur ini.1

• Faktor sistemik

Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dapat mempengaruhi

flora lokal oral sehingga menciptakan lingkungan yang sesuai untukjamur kandida

berproliferasi. Penghentian obat-obatan ini akan mengurangi dari infeksi jamur

kandida. Obat-obatan lain seperti agen antineoplastik yang bersifat imunosupresi

juga mempengaruhi dari perkembangan jamur candida.1

Table 1. predisposising faktor host untuk kandidiasis oral8


8

II.5 Klasifikasi oral candidiasis

Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis oral terbagi atas lima bentuk:

kandidiasis pseudomembranosa, kandidiasis atropik, kandidiasis hiperplastik,

kandidiasis eritematosa atau keilitis angular.7 Klasifikasi dari oral kandidiasis

dibagi menjadi primer dan sekunder. Oral kandidiasis primer (group 1) terdiri dari

infeksi akut yaitu pseudomembranous dan eritematous, infeksi kronis yaitu

erythematous, pseudomembranous, hyperplastic, nodular, plaque-like. Lalu ada

candida-associated lessions yaitu angular cheilitis, denture stomatitis, median

rhomboid glossitis. Yang terakhir adalah lesi primer keratin yang terinfeksi oleh

candida yaitu leukoplakia,lichen planus, dan lupus erythematous.

Table 2. kasifikasi kandidiasis oral8

II.5.1 Kandidiasis oral primer

• Kandidiasis pseudomembranosa

Kandidiasis pseudomembranosa secara umum diketahui sebagai thrush,

(oral candidiasis). Bentuk penyakit ini adalah yang paling umum di individu

dengangangguan kekebalan tubuh seperti bayi, lansia, mereka yang mendapat

terapi antibiotic kortikosteroid atau spektrum luas jangka panjang, mereka

dengan penyakit dasar yang parah kondisi seperti diabetes mellitus yang tidak
9
terkontrol dengan baik, leukemia, dan infeksi HIV / AIDS. Hal ini ditandai

dengan menyerupai plak berwarna krem keputihan di lidah, langit-langit dan

mukosa bukal. Lesi bisa dihapus dari permukaan, meninggalkan mukosa

eritematosa yang bisa mengeluarkan sedikit darah. Plak terdiri dari bahan

nekrotik, sel epitel deskuamasi, fibrin, sel jamur dan hifa, sisa makanan, dan

bakteri.8

Ketika gejala-gejala ringan pada jenis kandidiasis ini pasien akan

mengeluhkan adanya sensasi seperti tersengat ringan atau kegagalan dalam

pengecapan

Gambar 1. lesi kandidiasis pada mukosa pipi8

Differential diagnosis: white coated tongue, thermal and chemical burns, lichenoid

reactions, leukoplakia, secondary syphilis and diphtheria.

• Kandidiasis eritematosa

Banyak penyebab yang mendasari kandidiasis eritematosa. Lesi secara klinis lesi

timbul eritema. Lesi sering timbul pada lidah dah palatum. Berlainan dengan bentuk

kandidiasis pseudomembran, penderita kandidiasis eritematosa tidak ditemui

adanya plak-plak putih. Tampilan klinis yang terlihat pada kandidiasis ini yaitu

daerah yang eritema atau kemerahan dengan adanya sedikit perdarahan di daerah

sekitar dasar lesi. Hal ini sering dikaitkan terjadinya keluhan mulut kering pada
10
pasien. Lesi ini dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut, tetapi daerah yang

paling sering terkena adalah lidah, mukosa bukal, dan palatum. Kandidiasis

eritematosa dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu:

Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint hiperemia.

Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang umum eritema lebih tersebar meliputi

sebagian atau seluruh mukosa yang tertutup gigi tiruan,

Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papila hiperplasia) umumnya meliputi bagian

tengah palatum durum dan alveolar ridge.

Gambar 2 gambaran kandidiasis eritematos8

Differential diagnose : mucositis, denture stomatitis, erythema migrans,

thermalburns, erythroplakia, and anemia

• Kandidiasis hiperplastik

Kandidiasis hiperplastik dikenal juga dengan leukoplakia kandida.

Kandidiasis hiperplastik ditandai dengan adanya plak putih yang tidak dapat

dibersihkan. Lesi harus disembuhkan dengan terapi antifungal secara rutin.

Mengenali jenis lesi tersebut sangat penting karena kondisi tersebut sering

berhubungan berbagai variasi derajat displasia dan keganasan.


11

Gambar 3. Gambaran kandidiasis hiperplastik9

Differential diagnosis : leukoplakia, lichen planus, angular cheilitis and squamous

cell carcinoma.

• Denture stomatitis

Denture stomatitis disebabkan inflamasi kronis dari permukaan mukosa gigi

tiruan. Lesi berupa eritema pada area yang berkontak dengan gigi tiruan. Kondisi

ini biasanya asimptomatik. Namun, pasien bisa mengeluhkan ‘slight soreness atau

rasa terbakar. Denture stomatitis biasanya berhubungan dengan angular cheilitis

dan median rhomboid glossitis.8

Menurut Salerno dkk, 2011 , denture stomatitis dibagi tiga tipe secara klinis, yaitu:

Tipe I Localized pinpoint hyperaemia

Tipe II Erythematous lesion involving denture covered mucosa.

Tipe III Papillary type involving central part of hard palate and alveolar.

Telah diketahui bahwa mungkin terdapat beberapa faktor etiologic yang

menyebabkan denture stomatitis. Mikroba merupakan salah satunya, respon alergi

terhadap resin dan trauma fisik karena ukuran atau bentuk denture yang tidak baik

merupakan faktor- faktor etiologinya dan dapat bekerja secara bersamaan

mempengaruhi timbulnya denture stomatitis.


12

Gambar 4. Gambaran denture stomatitis8

Differensial Diagnosis : stomatitis vennenata,lichen planus

• Median rhomboid glossitis

Median rhomboid glositis memiliki karakteristik berupa eritema, area atrofi

papila filiform berbentuk elips atau rhomboid yang berlokasi pada midline

dorsum lidah sebelah anterior dari papila sirkumvalata. Meskipun median

rhomboid glositis dianggap sebagai anomali perkembangan, namun bukti

terbaru menunjukkan bahwa hal tersebut adalah kandidiasis oral kronis yang

didapat.8

Gambar 5. Gambaran median rhomboid glos

Differential diagnosis : erythroplakia, geographic tongue

• Keilitis angular

Keilitis angular ditandai dengan pecah-pecah, mengelupas maupun ulserasi

yang mengenai bagian sudut mulut. Gejala ini biasanya disertai dengan
13
kombinasidari bentuk infeksi kandidiasis lainnya, seperti tipe erimatosa.

Kandidiasis oral didiagnosis berdasarkan tanda-tanda klinis dan gejalanya.

Adapuntes tambahan yaitu Sitologi eksfoliatif , Kultur, Biopsi jaringan.8

Gambar 6. Gambaran angular cheilitis9

Differensial diagnosis : herpes simplex virus

• Lesi Primer Keratinisasi Yang Terinfeksi Candida

• Leukoplakia

Leukoplakia ditandai dengan adanya plak putih yang tidak bisa

digolongkansecara klinis atau patologis ke dalam penyakit lainnya, leukoplakia

merupakan lesipra kanker yang paling banyak, yaitu sekitar 85% dari semua

lesi pra kanker Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lingual,

labia, palatum, daerah dasar cavum oris, gingiva, mukosa lipatan buccal, serta

mandibular alveolar ridge. Bermacam- macam bentuk lesi dan daerah

terjadinya lesi tergantung dari awal terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu

akan berbeda. Lesi awal dapat berupa warna kelabu atau sedikit putih yang

agak transparan, berfisura atau keriput dan secara khas lunak dan datar.

Biasanya batasnya tegas tetapi dapat juga berbatas tidak tegas. Lesi dapat

berkembang dalam minggu sampai bulan menjadi tebal, sedikit meninggi

dengan tekstur kasar dan keras. Lesi ini biasanya tidak sakit, tetapi sensitif
14
10
terhadap sentuhan, panas, makanan pedas dan iritan lainnya.

Etiologi kebanyakan kasus leukoplakia tidak diketahui (idiopatik).

Namun beberapa penelitian menunjukkan inisiasi kondisi leukoplakia

dipengaruhi faktor ekstrinsik maupun intrinsik. Faktor yang paling sering

dihubungkan dengan terjadinya leukoplakia adalah merokok, konsumsi

alkohol, iritasi kronis, kandidiasis, kekurangan vitamin, gangguan endokrin,

serta karena serangan virus tertentu. 10

Beberapa penelitian menunjukkan peranan penting infeksi Candida

sebagaipencetus terjadinya leukoplakia. Penelitian yang pernah dilakukan

menunjukkan infeksi Candida albicans dan keberadaannya yang simultan

memegang peranan penting dalam terjadinya transformasi malignan selain

infeksi Candida albicans, penelitian yang pernah dilakukan juga mengaitkan

defisiensi beberapa vitamin dengan terjadinya leukoplakia.10

Gambar 7. Gambaran leukoplakia9

Diagnosis banding : hairy leukoplakia, lichen planus, oral sel squamous

carcinoma

II.5.2 Kandidiasis oral sekunder

• Manifestasi oral dari mukokutaneus kandidiasis sitemik

Kandiasis Mukokutan Kronis (Chronic mucocutaneus


15
candidosis/CMC) memiliki karakteristik berupa kandidiasis superfisial

pada kulit,kuku dan membrane mukosa yang persisten maupun rekuren.

CMC berhubungan dengan defek pada sel pertahanan tubuh terhadap

antigen candida saja maupun karena defek yang merupakan bagian dari

abnormalitas imun secara umum. CMC biasanya berhubungan dengan

variasi imunodefisiensi primer, seperti sindro imunodefisiensi kombinasi

berat, sindrom Nezelof (thymic alymphoplasia), sindrom DiGeorge thymicaplasia

kongentital), sindrom hiperimunoglobulin E, defisiensi myeloperoksidase, dan

endokrinopati terutama Addison’s disease dan hipoparatiroidisme.8

II.6 Rencana Perawatan

Untuk menangani dan merawat penyakit infeksi seperti kandidiasis

oral, beberapa data diperlukan. Data penting ini termasuk diagnosis yang

tepat, deteksi dan identifikasi dari elemen jamur tersebut, identifikasi faktor

predisposisi, sejarah dari pasien, dan terapi antifungaltan. Pada Langkah

yang pertama, operator harus paham mengenai infeksi jamur sehingga

didapatkannya diagnosis yang tepat,deteksi dan identifikasi dari gen atau

spesoes dari elemen jamur. 7

Langkah kedua, beberapa faktor resiko seperti malnutrisi, OH

yang buruk, dankonsumsi antibiotik jangka panjang dapat ditingkatkan

keadaannya dengankonsumsi makanan yang sehat, membersihkan OH yang

sesuai (menyikat gigi) dan menghentikan penggunaan antibiotik jika

diperlukan. Walaupun tidak ada solusiuntuk meningkatkan keaadaan pada

faktor resiko seperti immunosuppression, AIDS, kanker, dan diabetes,

konsumsi obat anti-jamur digunakan. Riwayat medis dari setiap pasien

meningkatkan ketepatan diagnosis klinis, deteksi dan identifikasi dari jenis

jamur dan membantu pengaturan dan perawatan infeksi yang lebih baik.7
16
Adapun manajemen terapi yang dilakukan pada kandidiasis oral adalah

dengan pengobatan secara topikal. Setelah dilakukan pengobatan topikal

maka dilanjutkan pengobatan selama dua minggu setelah terjadinya resolusi

pada lesi. Ketika terapi topikal mengalami kegagalan maka dilanjutkannya

terapi sistemik karena gagalnya respon obat adalah merupakan pertanda

adanya penyakit sistemik yang mendasari. Follow up setelah 3 sampai 7 hari

pengobatan untuk mengecek efek dari obat-obatan. Adapun tujuan utama

dari pengobatan adalah .

Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang

berkontribusi.

1. Untuk mencegah penyebaran sistemik.

2. Untuk mengurangi kekurangnyamanan yang terjadi.

3. Untuk mengurangi perkembangbiakan kandida.

Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini

kedua.

Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu:

1. Nistatin

Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang terdapat

dalam bentuk topikal. Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim dan suspensi

oral. Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang signifikan pada

penggunaan obat nistatis sebagai anti kandidiasis.4 Untuk kandidiasis oral,

diberikan nystatin oral : 1tahun : 4 kali 100.000 unit/hari setelah makan.11

2. Ampoterisin B

Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral 100

mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam sehari. Ampoterisin B

menginhibisiadhesi dari jamur kandida pada sel epitel. Efek samping pada
17
4
obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.

3. Klotrimazol

Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi ergosterol.

Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini tersedia

dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini adalah rasa

sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level enzim hati, mual dan

muntah.4

Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua yaitu:

1. Ketokonazol

Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membrane sel fungal dan

diserap dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar. Dosis yang

dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan sakali atau dua kali

dalam sehari selama dua minggu. Efek samping adalah mual, muntah,

kerusakan hepar dan juga interaksinya dengan antikoagulan.

2. Flukonazol

Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal. Obat ini digunakan pada

kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam sehari

dalam dua sampai tiga minggu. Efek samping utama pada pengobatan

denganmenggunakan flukonazol adalah mual, muntah dan nyeri kepala.

3. Itrakonazol

Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan

dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati. Dosis obat adalah

100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu. Efek samping

utama adalahmual, neuropati dan alergi.

II.7 Kandidiasis oral pada anak

Kandidiasis oral pada neonatus dilaporkan 0,5-20%, tergantung pada


18
berbagai penelitian (Yilmaz et al., 2011; Stecksen-Blicks et al., 2015). Bentuk

kandidiasis yang paling umum mempengaruhi kelompok usia ini adalah kandidiasis

pseudomembran akut (Berdicevsky et al., 1984). Spesies Candida yang diisolasi

dari lesi ini termasuk C. albicans, diikuti oleh C. glabrata, C. tropicalis dan C. krusei

(Tinoco-Araujo et al., 2013). Sebagian besar lesi tidak menunjukkan gejala. Mereka

terutama hadir sebagai lesi pseudomembran putih yang dapat dikerok. Faktor

predisposisi utama adalah berat badan lahir rendah, lama tinggal di rumah sakit dan

terkait peningkatan risiko paparan faktor lingkungan. Partisipasi ahli bedah gigi

sangat penting dalam diagnosis dini tanda dan gejala oral infeksi oportunistik ini

untuk mencegah kandidiasis diseminata dan kematian berikutnya (2-20%;

Sitheeque dan Samaranayake, 2003). Pengobatan untuk infeksi superfisial adalah

pemberian antijamur topikal seperti larutan klotrimazol 1% tiga kali sehari selama

7 hari. Dalam kasus kandidiasis invasif atau diseminata, intervensi sistemik adalah

wajib (Sitheeque dan Samaranayake, 2003).1

Miconazole- antifungal drug 25 mg per ml in sugar free gel. Gel

is smeared over the affected area with a clean finger.

Topikal For infants and very young children a suspension of 1 ml.

(100,000) unit of Nystatin (or mycostatin) maybe dropped

Miconazole 250 mg 1 tab should be sucked slowly four times

Sistemik daily for10 days. For young children whowill not suck the tablets

the oral gel may be used systemically

Child under – 2 year - 2.5 ml/BD/day2-6 year

child – 5 ml/BD/day
19
Over 6 years – 5 ml/QID/day.

Advice the parent to wash the infant’s feeding utensilscarefully

after each meal and to store them in an

antiseptic solution.

Table 3 Pengobatan oral trush pada anak9


BAB III

KESIMPULAN

Infeksi jamur pada jaringan lunak rongga mulut anak merupakan infeksi

yang umum terjadi pada anak. Dokter gigi memegang peranan penting dalam

menegakkan diagnosis dan manajemen penyakit jamur pada pada jaringan lunak

rongga mulut anak. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang memadai dalam

mengenali berbagai bentuk infeksi mulut karena Candida dan non- Candida, yang

merupakan tanda melemahnya kekebalan tubuh. Pengetahuan memadai dari dokter

gigi juga diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis dini, pengobatan yang

tepat, dan pencegahan penyebaran penyakit sehingga mengurangi kematian pada

anak. Riwayat, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang dapat sangat

membantu dalam menegakkan diagnosa. Selain itu diperlukan juga pengetahuan

yang baik tentang terapi antibiotik serta dibutuhkan komunikasi yang baik dengan

dokter umum selama perawatan agar tercapai perawatan yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

1. Singh A, Verma R, Murari A, Agrawal A. Oral candidiasis: An overview. J

Oral Maxillofac Pathol. 2014;18(5):81–5.

2. Lukisari C, Setyaningtyas D, Djamhari M. Penatalaksanaan kandidiasis

oral disebabkan Candida tropicalis pada anak dengan gangguan sistemik. J

Dentomaxillofacial Sci. 2010;9(2):78.

3. Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry A Clinical

Approach. 3rd editio. News.Ge. India; 2017. 195–196 p.

4. Aguirre Urizar JM. Candidiasis orales. Rev Iberoam Micol. 2002;19(1):17–

21.

5. Walangare T, Hidayat T, Basuki S. Profil Spesies Candida pada Pasien

Kandidiasis Oral dengan Infeksi HIV & AIDS. Berk Ilmu Kesehat Kulit

dan Kelamin [Internet]. 2014;26(1):29–35. Available from: http://e-

journal.unair.ac.id/index.php/BIKK/article/download/1510/1162

6. Nur’aeny N, Hidayat W, Dewi TS, Herawati E, Wahyuni IS. Profil oral

candidiasis di bagian ilmu penyakit mulut RSHS Bandung periode 2010-

2014. Maj Kedokt Gigi Indones. 2017;3(1):23.

7. Branch S e qods. Pediatru ro. Ciobanu C, editor. versa puls media; 2014.

8. Tarçın BG. Oral Candidosis: Aetiology, Clinical Manifestations, Diagnosis

and Management Derleme / Review. J Marmara Univ Inst Heal Sci.

2011;1(22):140–8.

9. Lu SY. Oral candidosis: Pathophysiology and best practice for diagnosis,

classification, and successful management. J Fungi. 2021;7(7).


10. Prasetya MA. Leukoplakia Oral (Skripsi). 2018;6–9. Available from:

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/64a37985912c3ef7

1d6f2c55058cb0b0.pdf

11. Tambunan T, Rundjan L, Satari HI, Windiastuti E, Somasetia DH, Kadim

M. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Idai. 2012;197–8.

12. Patil S, Rao RS, Majumdar B, Anil S. Clinical appearance of oral Candida

infection and therapeutic strategies. Front Microbiol. 2015;6(DEC):1–10.

vi

Anda mungkin juga menyukai