Anda di halaman 1dari 54

ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM PENCERNAAN
Sistem yang memposes mengubah
makanan dan menyerap sari makanan
yang berupa nutrisi–nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Sistem pencernan juga akan memecah
makanan menjadi molekul yang
sederhana dengan bantuan enzim
sehingga mudah dicerna oleh tubuh.
MULUT
1. Mulut (Oris)
Adalah permulaan saluran pencernaan yang
merupakan jalan masuk sistem pencernaan
a. Gigi
Fungsi gigi :
1. Gigi seri berfungsi untuk memotong
makanan
2. Gigi taring berfungsi untuk merobek
makanan
3. Gigi geraham berfungsi untuk
mengunyah makanan
b. Lidah
Berfungsi untuk :
1. Mengaduk makanan
2. Membantu proses penelanan makanan
3. Sebagai alat/organ pengecap rasa
c. Kelenjar liur
Kelenjar liur pada umumnya dibagi mayor dan
minor. Kelenjar liur mayor adalah kelenjar
parotis, submandibula dan sublingual.
Sedangkan kelenjar liur mayor tersebar di
seluruh kavum oral.
KELAINAN KONGENITAL
MULUT
Bibir Sumbing dan Celah Palatum
Bibir sumbing timbul sebagai defek pertumbuhan yang
sporadis dan dapat timbul sebagai kondisi yang
diturunkan berkaitan dengan jenis seks pria. Bentuk yang
diturunkan terjadi baik dengan ataupun tanpa celah
palatum. Bibir sumbing dapat unilateral atau bilateral.
Celah palatum dapat bervariasi, mulai dari efek kecil
pada palatum molle yang menimbulkan disabelitas
ringan, sampai dengan pemisahan sempurna dari
palatum durum yang disertai bibir sumbing. Lesi yang
ekstensif, mungkin akan menimbulkan kesulitan
pemberian makanan karena bayi tidak mampu
menghisap.
PENYAKIT GIGI DAN GUSI
Karies Dentis
Karies merupakan destruksi komponen
kalsifikasi gigi oleh asam. Asam diproduksi oleh
bakteri, biasanya oleh strain spesifik dari
Streptococcus mutans, yang berperan
terutama untuk menyaring gula yang
terperangkap sewaktu kontak dengan dentin
oleh ‘plaque’, suatu campuran antara bakteri
dan residu gula. Penetrasi kedalam dentin
akan diikuti dengan invasi bakteri yang
menimbulkan infeksi pulpa.
Gingivitis (Radang Gusi)
Merupakan infeksi yang jarang ditemukan,
disebabkan oleh basil anaerob Borellia vincentii
dan basil fusiform. Gingivitis akut merupakan
penyakit ulseratif derajat berat, pada mulanya
disebut infeksi Vincent, yang mampu menyebar
luas sepanjang tepi gusi dan ke dalam sampai
menghancurkan tulang.
Sebaliknya, gingivitis kronis merupakan
keadaan yang sering dijumpai, merupakan
respons gusi terhadap bakteri plak. Poliferasi
bakteri anaerob, dan kemungkinan produksi
enzim proteolitik, berlanjut menjadi peridontitis
kronis dan destruksi bertahap jaringan
penyokong gigi. Keadaan ini akan
mengakibatkan longgarnya gigi atau bahkan
terlepasnya gigi.
PENYAKIT MUKOSA MULUT
Kelainan Radang
Membran mukus oral dapat terkena berbagai radang
mukokutan seperti eritema multiforme, liken planus,
dan sindroma Behcet. Kelainan hanya terbatas pada
mukosa oral.
a. Stomatitis herpatika
Infeksi yang umum oleh virus herpes simpleks. Ditandai
oleh vesikulasi dan ulserasi mukosa oral, dan biasanya
terjadi pada usia kanak-kanak. Banyak penderita
sering kambuh di kemudian hari dan timbul lesi yang
sama pada bibir (herpes labialis).
b. Stomatitis aftosa
Keadaan dimana ulkus-ulkus kecil tunggal
atau lebih terdapat pada mukosa oral. Ulkus
tampak dangkal, dengan anyaman jaringan
nekrotik yang hemoragik berwarna abu-abu.
Banyak penderita terbebas dari kekambuhan
ulkus yang sembuh spontan dalam beberapa
hari. Etiologinya tidak diketahui, tetapi
kemungkinan bersifat imunologis, sebagian
penderita mempunyai hubungan dengan
kelainan gastrointestinal, seperti penyakit
coeliac atau radang usus besar.
Lesi Reparatif
Mukosa oral merupakan subjek yang sering
terkena trauma minor. Pada sebagian individu
terjadi proses reparatif yang berlebihan
sehingga timbul jaringan fibrofaskuler yang
membentuk polip. Lesi reparetif tertentu pada
mulut disebut epulis, dimana bentuk
‘kongenital’ dan sel datia dapat ditemukan.
Disamping itu ditemukan pula ‘tumor’ serupa
angiomatosa pada kehamilan, dan banyak
hemangioma dan fibroma yang mempunyai
histogenesis serupa.
Leukoplakia
Leukoplakaia merupakan istilah klinis
yang digunakan untuk menjelaskan
lesi-lesi kecil keratosis. Lesi ini penting
karena bersifat premaligna. Pada
leukoplakia ditemukan hiperkeratosis
dan hiperplasia epitel skuamosa
dengan, pada beberapa kasus,
perubahan displastik yang memicu
timbulnya perubahan meligna.
Tumor
Kanker bibir lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan
intra-oral. Kanker bibir timbul terutama pada usia tua dan ada
hubungan yang jelas dengan terkena paparan sinar matahari.
Dengan demikian lebih banyak terjadi pada bibir bawah
dibandingkan bibir atas. Jenis kanker bibir biasanya karsinoma
epidermoid berdiferensiasi baik yang menyebar langsung ke
jaringan lainnya. Dan secara limfogen ke kelenjar limfe regional.
Kanker intra-oral sering mengenai lidah dan timbul terutama
pada daerah leukoplakia. Jenis kanker ini adalah karsinoma
skuamosa. Pada walnya tidak terasa nyeri dan tidak terdeteksi,
terutama bila mengenai daerah sepertiga belakang lidah,
sampai terjadi fiksasi dan pembengkakan yang menyebabkan
gangguan menelan dan bicara. Ini menyebar sampai ke struktur
vital, sehingga prognosis kanker lidah lebih buruk dibandingkan
dengan kanker bibir.
2. Faring (Tekak/Tenggorokan)
Berfungsi menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan serta melakukan
gerakan mencegah masuknya makanan ke
jalan pernapasan dengan menutup
sementara (hanya beberapa detik) dan
mendorong makanan masuk ke dalam
esofagus agar tidak membahayakan
pernapasan
PENYAKIT FARING
Faringitis
Faringitis Viral
Penyebab umum faringitis adalah infeksi virus, tetapi virus
penyebabbnya jarang teridentifikasi. Diduga sebagian besar kasus
disebabkan oleh adinovirus, tetapi infeksi virus lainnya terutama yang
berada pada traktus respiratorius juga ikut bertanggung jawab.
Penderita dengan infeksi ini mula-mula mengeluh faringitis atau
timbul faringitis pada masa sakitnya. Dengan demikian, faringitis
merupakan gambaran umum dari demam yang umum influenza,
campak dan infeksi mononukleosis (demam kelenjar).
Faringitis streptokokus
Walaupun lebih jarang ditemukan dibandingkan infeksi virus,
faringitis akibat streptokokus ini penting sehubungan dengan
komplikasinya. Pada penderita yang non imun timbul bercak-
bercak kulit yang tersebar luas (demam scarlet) dan kadang-
kadang menderita proliteratif glomerulonefritis akut, demam
reumatik atau purpura Henoch-schonlein.

Faringitis ulseratif
Faringitis dan tonsitilis ulseratif merupakan komplikasi yang umum
dari agranulositosis akibat leukimia atau kegagalan sumsum
tulang. Dahulu penyebab faringitis uleseratif yang penting
adalah difteri, tetapi dewasa ini di berbagai negara sudah
dilakukan eridikasi dengan imunisasi.
Tonsilitis
Tosi faucial merupakan
kumpulan jaringan limfoid
yang ditutupi oleh epitel
skuamosa non-keratin
yang melanjut ke
berbagai celah, dapat
berperan sebagai tempat
debris atau nidus infeksi.
Karenanya tonsil sering
tempat infeksi bakteri
yang menimbulkan
pembesaran tonsil dan
kelemahan umum.
Tumor
Faring dapat berupa karsinoma sel ‘transisional’ yang
memberi gambaran epitel skuamosa dan kolumner,
epitel jenis respiratorius. Walaupun demikian,
kebanyakan karsinoma pada tempat ini adalah
anaplastik ( undeferesiansi). Disamping itu, dapat
ditemukan limfoma pada tonsil.
3. Esofagus
(Kerongkongan)
Esofagus
menghubungkan faring
dengan lambung yang
panjangnya + 25 cm dan
berdiameter 2,5 cm.
Makanan didorong
melalui kerongkongan
oleh gelombang
kontraksi dan relaksasi
otot ritmik yang disebut
dengan peristaltik.
KELAINAN KONGENITAL
DAN MEKANIK Atresia
Jaringan Heterotopik Atresia merupakan kegagalan
Lesi-lesi kecil pada mukosa kanalisasi secara embrional.
gaster tipe fundus umumnya Kelainan ini lebih sering
ditemukan diatas sfingter distal ditemukan dibandingkan
dan dipisahkan terhadap dengan agenesis esofagus
yang relative jarang. Atresia
lapisan kolumner esofagus
umumnya berkaitan dengan
distal. Keadaan ini diasumsikan hubungan abnormal (fistula)
sebagai kesalahan letak antara bagian paten esofagus
(heterotopik) kongenital dengan trakea. Anak yang
jaringan gaster daripada mempunyai kelainan ini
kelainan yang didapat, menjadi sulit menelan sehingga
keadaan ini dapat berlanjut terjadi bronkopneumonia
menjadi ulserasi dan striktura aspirasi.
sebagai akibat sekresi
asam/pepsin lokal.
Divertikulum
Divertikulum merupakan penonjolan keluar dinding ruangan
viskus. Sebagian berbentuk dilatasi sakuler dari keseluruhan tebal
dinding, bentuk lainnya berupa hernia mukosa sampai defek otot
penutup. Divertikulum sering ditemukan pada faring, tetapi dapat
pula timbul pada esofagus akibat traksi (kekuatan eksternal yang
mendorong dinding) atau pulsi (kekuatan distensi). Divertikulum ini
berbeda dengan bentuk konginetal berkurangnya otot penutup
pada dinding. Divertikulum sering menjadi distensi permanen
yang menghambat makanan sehingga menimbulkan kesulitan
menelan (disfagia).
Akalasia
Akalasia merupakan suatu kelainan yang jarang dimana
kontraktilitas esofagus bagian bawah hilang dan didapatkan
kegagalan relaksasi sfingter (kardiospasme).
Hiatus Hernia
Kelainan mekanik esofagus yang
sering ditemukan adalah hiatus
hernia, yang didefinisikan sebagai
terdapatnya bagian gaster pada
bagian atas orifisium diafragma.
Pada awalnya diduga akibat
kelainan kongenital dari
pendeknya esofagus, tetapi
sekarang diduga sebagian besar
hernia hiatus merupakan kelainan
yang didapat. Hernia gaster
dengan konsekuensi terjadinya
retraksi esofagus sebagian besar
disebabkan oleh meningkatnya
tekanan intra-abdominal dan
hilangnya tonus muskuler
diafragma akibat usia lanjut. Akibat
ketidakmampuan sfingter akan
menimbulkan regurgitasi dan
esophagitis.
Varises Esofagus
Varises merupakan dilatasi vena yang terlokalisir. Vena-
vena esofagus bagian distal mempunyai potensi untuk
memindah system portal darah apabila terdapat
gangguan aliran vena portal melalui hepar. Karena itu,
pada hipertensi portal (terbanyak akibat sirosis hati) timbul
kongesti dan dilatasi vena-vena mukosa esofagus.
4. Lambung
(Gaster) Lambung
merupakan bagian
dari saluran
pencernaan yang
dapat
mengembang
paling banyak
terutama di
daerah epigaster.
Lambung atau
gaster merupakan
organ kantung
besar yang
terletak di rongga
perut agak ke kiri.
Fungsi lambung :
1. Menyimpan makanan dalam kurun waktu
2 – 5 jam
2. Mengaduk makanan (dengan gerakan
meremas)
3. Mencerna makanan dengan bantuan
enzim
4. Memproduksi mukus
 KELAINAN KONGENITAL
Kelainan kongetial, diluar dari stenosis
hipertrofik pilorus, jarang ditemukan. Ini
termasuk struktur asesoria yang dilapisi
mukosa gaster, yang diaebut ‘kista’ apabila
sakuler dan tidak berhubungan dengan
lumen gaster, ‘duplikasi’ apabila tubuler dan
tidak berhubungan dengan lumer gaster,
dan ‘divertikel’ bila ada hubungan dengan
lumen besar.
1. Stenosis Pilorus
2. Hernia Diafragmatik
 KELAINAN RADANG
Radang gaster, seperti juga organ lain, biasanya
dibagi menjadi gastritis akut atau hemoragik atau
erosif atau gastritis kronis. Sampai saat ini gastritis
kronis merupakan keadaan yang masih belum
jelas patogenesisnya, dan sulit dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan endoskposi dan
gejalanya.
1. Gastritis Akut
2. Gastritis Kronis
3. Gastritis Bentuk Lain
5. Usus halus (Intestinum minor)
Saluran dgn panjang sekitar 8,25 m. Ada 3 bagian
utama:
 Duodenum (Usus 12 jari)
Panjangnya + 25 cm, berbentuk seperti sepatu kuda
dan melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat
pankreas.
 Jejunum (Usus kosong)
Panjangnya sekitar 7 m, berbatasan langsung dengan
duodenum dan ileum. Tidak terjadi proses
penyerapan dan pencernaaan makanan.
 Ileum (Usus penyerapan)
Panjangnya sekitar 1 m, berbatasan dengan jejunum
dan intestinum crassum. Terjadi penyerapan sari-sari
makanan.
Fungsi utama usus halus yaitu :
1. Menerima zat-zat makanan yang
mudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-
saluran limfa
2. Menyerap protein dalam bentuk
asam amino
3. Menyerap karbohidrat dalam bentuk
emulsi lemak
6. Usus besar (Intestinum Mayor)
Panjang + 1½ m dan lebarnya 5-6 cm. Bagian
yang membentuk usus besar :
a. Sekum
Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis
yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut
juga umbai cacing. Panjangnya sekitar 6 cm dan
seluruhnya ditutupi oleh peritoneum.
b. Kolon Asendens
Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke
bawah hati. Di bawah hati membengkok kekiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatika, dilanjutkan
sebagai kolon transversum.
c.Appendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari
akhir seikum. Mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi
masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi
usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea
terminalis, masuk ke dalam rongga pelvis minor, dan
terletak horizontal di belakang seikum. Sebagai suatu
organ pertahanan terhadap infeksi, terkadang
appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang
bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga
abdomen.
d. Kolon Transversum
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desendens yang berada di bawah
abdomen. Sebelah kanan terdapat Fleksura Hepatika
dan sebelah kiri terdapat Fleksura Linealis.
e. Kolon Desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak dibawah abdomen
bagian kiri. Membujur dari atas ke bawah dari Fleksura
Linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan
kolon sigmoid.
g. Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens. Terletak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya
menyerupai huruf S, dan ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
h. Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga
pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
 Kelainan Kongenital
Duodenum berasal dari ujung distal foregut
primitif jejenum,ileum dan kolon proksimal
berasal dari mignut,sedangkan kolon distal
dan rektum berasal dari hindgut.
Pertumbuhannya meliputi kanalisasi
(pembentukan lumen),kadang-kadang
herniasi kedalam selom ektra embrionik,rotasi
dan pada akhirnya retraksi kembali ke kavum
abdomen.Sering ditemukan defek yang terjadi
akibat proses ini.
Atresia dan Stenosis
Atresia adalah
kegagalan usus untuk
mengadakan
keanalisasi atau
kegagalan sekmen
usus untuk
berkembang pada
masa pertumbuhan
fetal.Stenosis
kongenital adalah
konstriksi usus yang
terjadi pada
pertumbuhan fetal.
 Malrotasi
Jenis malrotasi sering terjadi ketika usus besar gagal turun
(desenden) ke dalam fosa iliaka setelah berkembang dari
hernia umbilikalis fisiologis.Ini berarti bahwa caecum tetap
tinggi di dalam abdomen dan pita yang akan
memfiksasinya pada fosa iliaka kanan(pita ladd)
menyeberangi duodenum dan menekannya
menimbulkan obstruksi ekstrinsik.
 Duplikasi dan Divertikulum
Duplikasi ususs dapat terjadi berbentuk dua tabung
tubuler atau berbentuk kista mesenterium.Anomali ini
dapat bermanifestasi sebagai massa pada abdomen
yang menyebabkan obstruksi intestinal atau merangsang
terjadinya volvulus.Divertikulum kongenital merupakan
penonjolan keluar dari keseluruhan tebal dinding usus,
dan ini terjadi terutama pada duodenum dan jejenum.
 Divertikulum Meckel
Divertikulum meckel timbul sebagai akibat regresi tidak
sempurna duktus vitello-intestinal, yaitu semacam
divertikulum tubuler yang terjadi pada ileum. pada umunya
divertikulum dilapisi oleh mukosa usus halus yang normal,
tetapi sering mengandung elemen gastrik heterotopik atau
pankreas.
 Appendiksitis
Ileus Mekonium
Isitilah ileus mekonium
berarti obstruksi usus
halus akibat penebalan
dan pemerasan
mekonium yang viskous
seperti yang diproduksi
oleh bayi dengan fibrosis
kistik. Keadaan ini
ditemukan pada 15%
bayi yang terkena,
dengan komplikasi
perforasi, atresia
sekunder atau volvulus.
i. Anus
Adalah bagian dari saluran
pencernaan yang menghuungkan
rectum dengan dunia luar (udara luar).
Terletak didasar pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 spinter :
1. Spinter Ani Internus, bekerja tidak
menurut kehendak
2. Spinter Levator Ani, bekerja tidak
menurut kehendak
3. Spinter Ani Eksternus, bekerja
menurut kehendak
Penyakit anus dan kanalis
anal
Fisura/robekan, fistula dan abses merupakan
kelainan anus yang sering ditemukan, terjadi
tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit
Crohn. Tuberculosis anorektal sangat jarang
ditemukan di Inggris, tetapi sering ditemukan
di Negara yng insiden tuberculosis parunya
tinggi. Lesisifilis dan penyakit hubungan
seksual lainnya dapat terjadi di anus.
Hemoroid
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus
vena hemeroidalis interna. Mekanisme terjadinya
belum diketahui secara jelas, walaupun hubungan
dengan konstipasi kronis disertai penarikan oleh feses
merupakan hal yang sering disebut sebut.

Tumor
Kutil. Kutil (kondiloma akuminata) merupakan
neoplasma benigna anus yang sering ditemukan. Kutil
sering multiple dan hamper selalu menandai infeksi
human papillomavirus (HPV). Insiden yang tinggi pada
pria homoseksual menunjukan terdapatnya transmisi
venereal melalui anal intercourse. Terdapat
peningkatan risiko terjadinta karsinoma anus.
Karsinoma
Terdapat tiga kategori utama karsinoma yang berhubungan dengan
tiga jenis epitel yang terdapat di kanalis anal:
 Adenokarsinoma pada traktus bagian atas (proksimal)
 Karsinoma epidermoid pada bagian bawah (distal)
 Karsinoma ‘basaloid’ terjadi pada daerah transional
Karsinoma epidermoid merupakan tumor yang paling banyak pada
anal dan terjadi pada kulit perianalis. Manifestasinya sebagai lesi yang
mengalami ulserasi dengan tepi berbentuk silinder, serta menyebabkan
rasa nyeri atau perdarahan. Lesi ini menyebar ke atas rectum bagian
bawah (distal), keluar mengenai sfingter, dan melalui saluran limfe
limfatik mengenai pelvis lateral dan kelenjar limfe inguinalis. Insiden
karsinoma epdermoid lebih tinggi pada kaum homoseksual. Sebagian
dikenal mempunyai virus kutil sebelumnya (kondiloma akuminata),
serta terdapat hubungan antara infeksi HPV dengan timbulnya
karsinoma epidermoid, seperti yang terdapat pada serviks uteri.
Melanoma
Melanoma anus dan kanalis anal jarang ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai