Bend Baja Aisi 410-3mo 3ni Dengan Variasi Suhu Dan Konsentrasi
Larutan
Gambar 10 Benda uji setelah proses immersion Setelah didapat data hasil perhitungan berat
maka laju korosi dapat dihitung dengan
Pada gambar di atas nampak jelas terlihat menggunakan rumus sebagai berikut: (ASTM G1).
senyawa oksida logam yang biasa disebut dengan
peristiwa passivasi, yakni timbulnya lapisan KxW
berwarna merah kecoklatan yang lebih banyak Vk
ditemukan pada bagian lekukan bending. Passivasi
AxtxD
terjadi pada stainless steel, aluminium, titanium, dan Dimana:
senyawa logam lainnya yang merupakan baja tahan
karat. Lapisan tersebut sebenarnya menguntungkan Vk = Laju Korosi ( mm/tahun )
karena dapat mencegah proses perkaratan lebih
lanjut. A = Luas permukaan specimen mula – mula
(cm2 )
Korosi lebih mudah timbul pada bagian
yang terkena beban bending. Akibat pengerjaan t = Lama waktu pengujian korosi ( jam )
dingin suatu benda akan mengalami deformasi dan
akan timbul stress cell. Stress cell terjadi karena ada D = Berat jenis specimen mula – mula (
bagian yang mengalami tegangan yang berbeda gram/(cm3 )
dengan bagian yang lainnya. Bagian yang
mengalami tegangan yang lebih besar akan menjadi W = Pengurangan berat specimen akibat uji
anoda dan akan terkorosi lebih hebat (Suriadi, korosi ( gram )
2007). K= Konstanta mm/tahun = 8.76x104
Untuk mengetahui laju korosi maka Contoh perhitungan salah satu benda uji :
terlebih dahulu dilakukan perhitungan kehilangan
berat (weight loss) dengan cara melakukan selisih A = 46.5 cm2
antara berat awal dan berat akhir benda uji. t = 120 jam
Dari perhitungan kehilangan berat diperoleh data D = 7.7 gram/cm3
sebagai berikut: M = 0.0098 gram
8.76x104 x 0.0098
46.5 cm x 120 jam x 7.7 gram/cm3 = 0.019 mm/th
2
Setelah dilakukan perhitungan laju korosi sebesar 0.198 mm/y. Hal tersebut disebabkan karena
pada semua benda uji maka didapat grafik sebagai semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl, semakin
berikut: besar pula ion klorida yang berada di sekitar logam
yang menyebabkan depasivasi pada logam. Ion
klorida ini sangat agresif menggerus permukaan
logam dan mengakibatkan penurunan berat atau
weight loss pada logam tersebut (Johannes Leonard,
2012)
Larutan yang mengandung klorida akan
memberikan efek korosif yang agresif pada logam.
Sifat dari ion klorida sangat kuat dalam mencegah
proses pasivasi pada logam, senyawa oksida pada
logam akan terurai dengan cepat dalam larutan yang
mengandung klorida. Ion klorida akan menyerap ke
permukaan logam yang menyebabkan antara ikatan
oksida-oksida logam yang berkaitan akan tersaingi
Gambar 11 Pengaruh Laju Korosi Terhadap
akibat masuknya ion ini kedalam sela-sela ikatannya
Temperatur
sehingga akan memperlemah struktur ikatan logam.
Dari data pengaruh laju korosi terhadap
c. Hasil Pengamatan Struktur Mikro
temperatur, laju korosi terendah terjadi pada suhu
Setelah Uji Korosi
kamar, kemudian naik pada suhu 60℃ dan terjadi Terjadinya korosi sumuran ini diawali
kenaikan yang tidak signifikan pada suhu 80℃. Pada dengan pembentukan lapisan pasif di
lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang permukaannya, pada antar muka lapisan pasif
terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur dan elektrolit terjadi penurunan PH, sehingga
rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika terjadi pelarutan lapisan pasif secara pelahan-
reaksi kimia akan meningkat. Namun pada suhu lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah
80℃ meskipun diberikan temperatur yang paling sehingga terjadi korosi sumuran.
tinggi, peningkatan laju korosi tidak sebesar dari
suhu kamar ke suhu 60℃, hal tersebut disebabkan
hilangnya oksigen yang terlarut dalam air Dissolved
Oxygen (DO).
Pada penelitian ini pengujian laju korosi
yang dilakukan menggunakan sistem terbuka, oleh
sebab itu laju korosi yang dimiliki pada sampel
bersuhu 80℃ terjadi kenaikan laju korosi yang tidak
besar.
DAFTAR PUSTAKA