Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

Anodisasi Alumunium

Dosen Pembimbing : Keryanti


Tanggal praktikum : 29 Juni 2021
Tanggal Penyerahan : 5 Juli 2021

Disusun Oleh:

Riana Putri Agustin : 191411055


Rizal Fadhillah Anwar : 191411056
Rosyidah Khoirunnisa M. : 191411057
Salma Sabyla Rachmawati : 191411058

2B/DIII – Teknik Kimia

Jurusan Teknik Kimia


Laboratorium Bioproses
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jalan Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234
Bandung 40012
2021
I. LATAR BELAKANG
Logam aluminium merupakan salah satu logam yang sangat sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Logam ini sering dimanfaatkan sebagai perlengkapan
dapur, industri otomotif, hingga bahan pembuatan pesawat terbang. Aluminium sering
dipergunakan karena memiliki sifat-sifat yang unggul seperti kuat, ringan mudah ditempa
dan lain-lain (Istiyono, Sari, & Adi, 2008).Lapisan oksida aluminium (anodic porous
alumina) memiliki sifat khas yaitu keteraturan strukturnya yang terbentuk (Patermarakis
G et all, 1993). Dengan prinsip elektrokimia dan memanfaatkan sifat aluminium yang
memiliki afinitas kimia terhadap oksigen yang tinggi, oksida aluminium anodic porous
alumina terbentuk dengan melibatkan oksidasi anodik sehingga didapatkan lapisan
alumina yang porous (berpori), baik dalam skala mikro maupun nano (Y.Li et all,
2004).  Karakteristik pori dari alumina ini memberikan kemudahan dalam pewarnaan,
dan mampu bersaing dengan metode cat konvensional. Hingga saat ini sudah banyak
terobosan dalam teknik pewarnaan aluminium, salah satunya adalah inorganic dyeing.
       Anodizing merupakan suatu proses elektrolisis dengan prinsip dasar pembentukan
lapisan oksida aluminium secara terkontrol melalui proses aerasi sehingga terbentuk
lapisan oksida yang berpori (Presto & Fainstein, 2003). Proses anodizing dilakukan
dengan cara elektrolisis. Logam aluminium yang telah dipreparasi dihubungkan dengan
kutub positif power supply sedangkan kutub negatifnya akan dihubungkan dengan logam
inert seperti platina, timbal dan lain-lain. Anoda dan katoda dari power supply ini
kemudian dicelupkan kedalam larutan elektrolit.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Setelah praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan percobaan anodisasi mulai benda kerja sampai pewarnaan pada logam
alumunium.
2. Menjelaskan proses anodisasi.
3. Mengamati dan mencatat proses anodisasi pada logam alumunium.
4. Menjelaskan perbedaannya dengen proses elektroplatinh.
III. DATA dan Hasil PENGAMATAN
Pengukuran Benda
Kerja

Plat Logam Alumunium dengan panjang 8,1 cm, lebar 1,4 cm dan tinggi 0,1
cm.
Maka Luas Permukaan Plat = 2x{(pxl)+(pxt)+(lxt)}
= 2x {(8,1 x 1,4) + (8,1 x 0,1) +(1,4 x 0,1)}cm2
=2x(11,34 + 0,81 + 0,14 ) cm2
=2 x 12,29 cm2
=24,58 cm2
=0,2558 dm2
Penentuan Arus I = Rapat arus x Luas permukaan plat dimana rapat arus = 1,1 A/dm2
Sistem yang Harus I = 1,1A/dm2 x 0,2558 dm2
Dialirkan I = 0,27 A
Jadi arus yang harus dialirkan pada proses anodisasi adalah 0,27 A.

Larutan Elektrolit
yang Digunakkan

Larutan H2SO4 15%


Perangkaian Proses
Anodisasi

Hubungkan plat logan alumunium sebagai benda kerja yang berperan sebagai
anoda (kutub negatif) pada rectifier kutub positif yaitu kabel bewarna merah.
Selanjtnya hubungkan elektoda berupa alumunium pada rectifier dengan kabel
bewarna hitam.

Saat benda kerja dan elektroda dimasukan ke dalam larutan elektrolit maka
atur arus sesuai dengan yang sudah ditentukan (0,27A) kemudian variasikan
waktu selama 15 menit, 20 menit, dan 25 menit.

Catat suhu pada periode waktu tertentu.


Pengamatan Proses
Anodisasi
Benda kerja plat
alumunium yang
sudah dianodisasi

Terbentuk lapisan film hasil proses anodisasi yang kemudian benda kerja akan
dibilas.

Proses Pewarnaan

Masukan benda kerja pada pewarna yang sudah dipanaskan hingga 50°C
kemudian bilas.
Proses Sealing

Hasil Akhir

IV. PEMBAHASAN
 Riana
 Rizal Fadhillah Anwar (191411056)

Pada praktikum ini kami mempelajari dan memahami proses anodisasi dimana
anodiasi ini umum digunakan untuk meningkatkan ketahanan korosi, meningkatkan
ketahanan gesek, dan sebagai persiapan dasar pengecatan serta pewarnaan. Penjelasan
proses anodisasi sendiri adalah metode elektrokimia yang mengubah alumunium
menjadi alumunium oksida (Al2O3) pada permukaan yang akan dilapisi zat warna. Hal
tersebut dapat tercapai dengan membuat benda kerja sebagai anoda yang kemudian
dicelupkan dalam sel elektrolit yang sesuai.
Percobaan dilakukan dengan memasang logam Al sebagai kutub positif (anoda)
dan memasang elektoroda Al sebagai kutub negatif (katoda), adapun larutan elektrolit
yang dipakai pada percobaan anodisasi ini adalah larutan H2SO4. Pada proses anodisasi
ini terjadi proses oksidasi pada kutub positif yakni pada anoda, logam Al dioksidasikan
dengan aliran listrik sehingga logam Al akan terkikis dan akan membentuk oksida
logam yang dimasuki oleh zat warna, adapun reaksi pembentukan oksida setelah dialiri
listrik, sebagai berikut.
2Al + O2 + H2O  Al2O3 + H2

Melihat pada hasil percobaan yang dilakukan, terdapat gelembung gas pada
katoda yang cukup jelas. Hal tersebut membuktikan teori yang ada dimana reaksi yang
terjadi pada katoda yaitu reduksi dari ion H+ karena menggunakan larutan elektrolit
H2SO4. Gas H2 dihasilkan dalam jumlah yang besar. Berikut ini merupakan reaksi yang
terjadi pada katoda.
2H+ + 2e  H2

2H2O + 2e  4OH-

Selain gas H2 yang terdapat pada katoda, terdapat juga gelembung gas yang ada
pada anoda (logam Al). Gas pada anoda ini merupakan gas O 2 yang dihasilkan dari
oksida air. Reaksi yang terjadi pada anoda adalah (logam Al).

2H2O  O2 + 4H+ + 4e

Al  Al3+ + 3e

Proses selanjutnya yaitu proses sealing dan pewarnaan. Adapun tujuan dari proses
sealing adalah untuk melapisi pori – pori yang tidak dapat ditutupi dengan proses
anodisasi dan menghasilkan lapisan bochmat, lapisan bochmat berasal dari lapisan
oksidasi yang sebelumnya dibentuk pada saat proses anodisasi sedangkan pewarnaan
akan membuat permukaan logam menjadi lebih indah dan menarik. Pada permukaan
logam yang tidak merata akan menurunkan efektifitas sealing. Pada literatur yang saya
baca dikatakan bahwa untuk keefektifan proses, dilakukan pewarnaan terlebih dahulu
setelah itu baru dilakukan proses sealing, apabila urutannya seperti itu warna pada
logam akan lebih kuat karena zat warna akan meresap pada pori-pori dan mengisi pori-
pori logam setelah itu disempurakan oleh proses sealing, sedangkan apabila proses
sealing lebih dulu baru dilakukan pewarnaan maka warna akan lebih cepat memudar.

Pada proses anodisasi terdapat beberapa perbedaan dengan proses electroplating,


dimana pada proses anodisasi bahan yang bertindak sebagai anoda akan terlarut dalam
larutan elektrolit yang berfungsi sebagai katoda sedangkan pada proses electroplating
substrat bertindak sebagai katoda dalam larutan. Pada electroplating lapisan adhesi dari
ion yang berasal dari anoda dan selanjutnya menempel pada substrat (katoda)
sedangkan pada anodisasi lapisan terbentuk pada permukaan substrat karena reaksi
kimia antara substrat dengan oksida yang terdapat pada larutan.

 Rosyidah
Alumunium banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari karena
memiliki berbagai keunggulan diantaranya konduktivitas yang tinggi, kuat, ringan
dan ketahanan korosi tinggi sehingga banyak digunakan dalam industry
kerumahan (bingkai jendela, gagang pintu, peralatan dapur), bidang transportasi
(pembuatan kapal, spare parts kendaraan, badan pesawat terbang), pengemasan
pangan, dan bidang konstruksi (atap, casting, pipa, pagar) dan sebagainya.
Alumunium termasuk logam yang aktif jika berada pada lingkungan beroksigen
akan membentuk lapisan tipis oksida yang berpori di permukaannya yang dapat
mencegah oksidasi pada aluminium. Lapisan ini dimanfaatkan dalam proses
anodisasi.
Anodisasi menggunakan prinsip elektrolisis dimana benda kerja dipasang
pada anoda berbeda dengan electroplating dimana benda kerjanya dipasang pada
katoda. Ketika benda kerja dielektrolisis akan membentuk lapisan oksida yang
memperbesar pori-pori benda kerja. Pori-pori ini kemudian akan terisi oleh zat
pewarna ( bisa pewarna organic maupun anorganik). Untuk mengikat zat warna
yang sudah masuk pori-pori maka dilakukan proses sealing menggunakan air
mendidih >50C untuk mengecilkan kembali pori-pori yang tadi membesar.
Hasilnya pewarnaan menggunakan metode anodisasi akan mempertahankan
perwarnaan lebih lama dan juga.
Proses Anodisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya suhu, kerapatan
arus, luas permukaan, nilai pH dan waktu proses anodisasi. Suhu sangat penting
untuk menyeleksi cocoknya jalannya reaksi dan melindungi pelapisan, nilai
kerapatan arus mempengaruhi waktu plating untuk mencapai ketebalan pelapisan
oksida, luas permukaan memengaruhi besarnya rapat arus yang dibutuhkan untuk
mencapai ketebalan pelapisan oksida yang diharapkan, derajat keasaman (pH)
merupakan faktor penting dalam mengontrol larutan elektrolit, sedangkan waktu
proses anodisasi berpengaruh pada kecerahan hasil pewarnaan yang diharapkan.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan anodisasi alumunium dimana
proses anodisasi ini dilakukan untuk memberi kesan dekoratif dengan pelapisan
alumunium menggunakan cat, cat yang digunakan dapat berasal dari bahan
organik maupun anorganik. Pengamatan dilakukan pada plat Al dengan luas
permukaan 0,2558 dm2 dengan elektroda Al pada larutan elektrolit H2SO4 15%.
Anodisasi mengubah alumunium menjadi Al2O3 (alumunium oksida) berupa
lapisan tipis pada permukaan benda kerja menggunakan metode elektrokimia.
2Al + O2 + H2O  Al2O3 + H2

Pada industry anodisasi dikhususkan hanya untuk alumunium.


Berdasarkan diagram Pourbaix aluminium bahwa pada pH dan potensial tertentu
dari logam aluminium mampu teroksidasi menjadi bentuk ion sehingga logam ini
dapat berikatan dengan oksigen serta membentuk lapisan oksida. Karena
berikatan dengan oksigen selama proses anodisasi akan terbentuk gelembung
udara di sekitar katoda yang mudah diamati tidak seperti lapisan oksida yang
suliat diamati secara langsung. Hal tersebut membuktikan teori yang ada dimana
reaksi yang terjadi pada katoda yaitu reduksi dari ion H + karena menggunakan
larutan elektrolit H2SO4. Gas H2 dihasilkan dalam jumlah yang besar. Berikut ini
merupakan reaksi yang terjadi pada katoda.
2H+ + 2e  H2
2H2O + 2e  4OH-

Penggunaan asam sulfat 15% dibuat berdasarkan percobaan dan dianggap


sebagai kondisi paling optimum untuk anodisasi alumunium. Logam alumunium
yang sudah terlapisi lapisan oksida akan membuat pori porinya membesar.
Ketika pori-pori alumunium sudah membesar perlu segera dilakukan
proses pewarnaan dengan memasukan benda kerja pada pewarna yang sudah
dipanaskan hingga 50C. tujuan pemanasan pewarnaan untuk mmpermudah zat
warna masuk ke dalam pori-pori alumunium. Selanjutnya dilakukan pembilasan
untuk menghilangkan sisa pewarna yang mungkin dapat menggumpal. Selain
dengan dibilas diperlukan juga proses sealing untuk mematenkan warna dari
pewarna pada benda kerja. Proses sealing dilakukan dengan memanaskan benda
kerja dalam air mendidih selama beberapa menit. Hasil warna yang diperoleh
dapat berbeda-beda tergantung pH yang dapat mengontrol larutan elektrolit pada
anodisasi sehingga mempengaruhi besar pori-pori yang terbentuk, kerapatan arus
mempengaruhi waktu untuk anodisasi mencapai ketebalan lapisan oksida yang
diaharapkan, suhu memngaruhi laju reaksi oksidasi dan waktu proses
memengaruhi ketebalan warna yang diperoleh. Selain berfungsi sebagai dekoratif,
pewarnaan juga dapat menguragi laju korosi pada benda kerja.

 Salma Sabyla R (191411058)


Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap proses anodisasi
Al dengan elektroda Al pada larutan elektrolit H 2SO4 15%. Anodisasi aluminium
adalah metode elektrokimia untuk mengubah aluminium menjadi oksida
aluminium (Al2O3) pada permukaan yang akan dilapisi. Hal ini dapat dicapai
dengan membuat benda kerja sebagai anoda yang kemudian dicelupkan dalam sel
elektrolit yang sesuai. Walaupun sebagian logam dapat dianodisasi, termasuk
aluminium, titanium dan magnesium, tetapi hanya aluminium yang banyak
digunakan dalam industri anodisasi. Mekanisme dari proses anodisasi merupakan
pembentukan lapisan oksida, yang membuat proses ini mirip dengan proses
mekanisme korosi pada logam. Dapat dilihat pada diagram Pourbaix aluminium
bahwa pada pH dan potensial tertentu dari logam aluminium mampu teroksidasi
menjadi bentuk ion sehingga logam ini dapat berikatan dengan oksigen serta
membentuk lapisan oksida.
 Proses anodisasi dilakukan dengan cara elektrolisis dengan larutan H2SO4
15%. Sehingga berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan adalah proses
anodisasi ini merupakan jenis sulfuric acid anodizing. Teknik anodisasi ini
merupakan yang paling bernilai ekonomis. Berdasarkan litelatur, konsentrasi
asam sulfat yang paling optimum digunakan untuk teknik anodisasi adalah 15%.
Pada konsentrasi 15%, karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing
memberikan tingkat kekerasan dan keausan yang paling optimal (Sidharta,
Soekrisno, dan Iswanto, 2012). Pada mekanisme anodisasi, aluminun ataupun
logam lainnya di posisikan sebagai anoda, dan kemudian digunakan logam inert
sebagai katoda. Larutan elektrolit yang digunakan berfungsi untuk membuat
rangkaian menjadi suatu rangkaian penutupan. Nantinya pada larutan elektrolit
akan terjadi suatu reaksi anodisasi ke permukaan logam aluminium dengan
bantuan dari arus dari sumber arus. Dalam larutan elektrolit, akan terjadi proses
perpindahan ion.
Logam aluminium yang telah dipreparasi melalui proses mekanis dan
kimia untuk dibersihkan yang kemudian akan diukur luas permukaannya
dihubungkan dengan kutub positif power supply sedangkan kutub negatifnya akan
dihubungkan dengan logam alumunium kembali. Sebelum arus dialirkan maka
perlu ditentukan terlebih dahulu arus yang harus dialirkan dengan mengalikan
rapat arus dengan luas permukaan Al sehingga didapat I=0,27 A. Setelah benda
kerja dan katoda dihubungkan dengan power supply kemudian dicelupkan ke
larutan elektrolit.
Pembentukan lapisan oksida pada permukaan aluminium sebagai katoda
sangat dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang terdapat ada larutan elektrolit. Oleh
karena itu proses elektrolisisi diamati dengan melihat adanya gelembung-
gelembung udara yang terbentuk pada alumunium sebagai katoda karena
pengamatan lapisan oksida pada anoda sulit diamati dengan visual karena lapisan
yang terbentuk sangat tipis. Adanya pergerakan gelembung-gelembung udara
pada katoda menunjukan adanya pelepasan H2 dan OH- dimana H2 dan OH- akan
bergerak kea rah anoda dan membentuk lapisan oksida . Adanya pelepasan ion-
ion dari katoda ataupun larutan elektrolit yang kemudian bertemu dengan Al 3+ lah
yang akan membentuk lapisan oksida, namun sebenarnya hasil pertama dari
reaksi pergerakan ion pada reaksi anodisa adalah terbentuknya suatu lapisan tipis
di permukaan aluminium yaitu lapisan penghalang. Lapisan ini terbentuk dari
lapisan antarmuka logam dan tidak berbentuk berpori. Lapisan ini akan
memberikan ketahanan logam terhadap korosi. Setelah lapisan ini terbentuk dan
tumbuh hingga semakin tebal (tergantung pada kondisi proses), maka akan
terbentuk lapisan oksida (porous anodic coating). Lapisan ini merupakan lapisan
yang berbentuk berpori karena pada awalnya terdiri atas sejumlah silinder yang
tumbuh secara bersamaan. Karena pertumbuhannya secara bersamaan, maka
masing-masing sisi dari silinder ini akan saling bersinggungan, sehingga pada
akhirnya terbentuk lapisan heksagonal yang memiliki pori pada bagian
tengahnya.Jika adanya pengaliran udara (aerasi) pada proses ini akan menyuplai
sejumlah oksigen yang lebih banyak pada sel elektrolisis sehingga larutan
elektrolit tidak mengalami defisit oksigen. Disamping itu jika adanya proses
penambahan aliran udara pada proses ini adalah menciptakan rongga pori pada
oksida aluminium yang dibentuk. Terbentuknya pori pada oksida menandakan
proses anodizing berhasil dilakukan. (Ketut, I Wayan, dan I Nyoman, 2014)
namun pada praktikum tidak dilakukan pengaliran udara. Reaksi yang terjadi
selama proses anodisasi adalah sebagai berikut :

Reaksi elektrodik, apabila proses anodisasi menggunakan larutan elektrolit H2SO4


H2SO4 2H+ + SO4 2-
Pada katoda (Al, Anoda tak larut): 2H+ + 2e H2
2H2O + 2e + O2 4OH-
Pada anoda Al : 2 H2O O2 + 4H+ + 4e
Al Al3+ +3e
Reaksi pembentukan oksida: 2 Al3+ + 3OH- Al2O3 + 3H+
Reaksi total 2Al + O2 + H2O Al2O3 + H2
Ketebalan lapisan oksidasi hasil proses anodisasi akan bertambah sejalan
dengan waktu yang digunakan. Akan tetapi, laju pertambahan ketebalan lapisan
oksida karena proses anodisasi juga tergantung dari beberapa faktor seperti
konsentrasi, temperatur, tegang-an dan rapat arus serta jenis paduan logam adapun
data kualitas permukaan logam aluminium hasil anodizing berdasarkan data sni
no. 07-0734-1989 adalah sebagai berikut :

Setelah terbentuk lapisan oksidadi maka dilakukan pewarnaan untuk


menutupi pori-pori dari lapisan oksida. Lapisan oksida yang terbentuk dapat
diberi warna dengan cara atau metode lain. Pewarna akan diserap pada lapisan
pori untuk menghasilkan warna tertentu, dan pigmen yang mengendap di dalam
pori akan menghasilkan warna yang stabil. Kemudia dilakukan sealing pada air
mendidih untuk mengunci lapisan oksida dan zat warna. Pada proses sealing, pori
– pori yang terbentuk pada proses anoding di tutup kembali agar zat warna
tersekap dalam pori – pori. Istilah sealing secara umum sebagai penjaga agar
bahan atau pengaruh fisis tidak masuk untuk mempengaruhi lapisan anodik.
Sealing dilakukan dengan menggunakan air yang panas yang menyebabkan
hidrasi dari lapisan anodik. Diharapkan sealant terserap oleh lapisan anodik. Jika
lapisan anodik dimasukkan dalam air murni pada suhu tinggi. Air bereaksi dengan
alumunium oksida membentuk boehmite :

Sealant yang luas digunakan ada1ah air murni atau air distilasi yang
rendah kandungan padatan dan bebas dari fosfat, rilikat, fluorit, dan klorit. Suhu
yang digunakan untuk sealing 90°-100° C Pada suhu rendah butuh waktu sealing
yang lebih lama.
Hasil dari sebuah proses anodisasi dapat diperoleh sesuai dengan tujuan
bila berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi proses dapat diatur sedemikian
rupa. Faktor faktor utama yang mempengaruhi hasil akhir proses anodisasi adalah
jenis material, temperatur, tegangan, rapat arus, jenis larutan elektrolit,
konsentrasi larutan elektrolit, waktu proses anodisasi dan proses agitasi. Setiap
faktor yang disebutkan sebelumnya saling mempengaruhi satu sama lain,
sehingga dibutuhkan pengaturan yang tepat sehingga diperoleh kondisi proses
anodisasi yang optimal.
Pertama adalah factor material, unsur dalam dalam material akan
menghasilkan efek yang berbeda beda pada proses anodisasi. Tidak pada semua
materi dapat dilakukan proses anodisasi. Aluminium yang digunakan dalam
proses anodisasi akan membentuk lapisan oksida berupa aluminium oksida di
permukaannya (lapisan penghalang dan porous anodic alumina). Namun, jenis
paduan dalam material aluminium itu sendiri juga akan menghasilkan karakter
yang berbeda dalam lapisan yang terbentuk. Kedua adalah temperature,
temperatur yang kemudian akan sangat mempengaruhi permukaan logam hasil
anodisasi adalah temperatur reaksi anodisasi. Pada temperatur yang semakin
tinggi, hasil anodisasi akan semakin tipis, diameter yang semakin besar, serta
daya serap yang semakin tinggi. Disamping hal tersebut pengaruh lain dari
temperatur adalah penetrasi larutan elektrolit dalam pembentukan porous anodic
alumina juga akan semakin meningkat. Bila dihubungkan terhadap faktor lainnya,
maka temperatur juga dapat meningkatkan rapat arus pada reaksi anodisasi untuk
setiap peningkatan temperature.Ketiga adalah tegangan dan rapat arus, pada
peningkatan tegangan maka rapat arus akan meningkat, dan sebaliknya,pada
peningkatan ataupun penurunan nilai rapat arus, tegangan juga akan mengikuti
perubahan pada rapat arus. pada tegangan tinggi maka rapat arus juga semakin
meningkat dan temperatur juga akan ikut meningkat[21]. Peningkatan tegangan
akan meningkatkan ketebalan lapisan oksida.Namun hal ini hanya akan terjadi
hingga suatu titik maksimal yang berbeda beda, tergantung kondisi larutan dan
faktor faktor lain yang mempengaruhi. Setelah melewati titik maksimal, tegangan
akan terlalu tinggi dan menyebabkan lapisan oksida menjadi rusak dan mengalami
burning. Keempat adalah jenis dan konsentrasi larutan elektrolit , faktor paling
mendasar yang perlu diperhatikan pada proses anodisasi adalah jenis larutan
elektrolit. Produk lapisan oksida pada permukaan logam dapat dihasilkan dengan
menggunakan berbagai jenis larutan elektrolit seperti asam sulfat, asam oksalat,
asam kromat, asam borat dan berbagai jenis larutan elektrolit lainnya .Namun tiap
tiap larutan ini akan memberikan karakteristik yang berbeda beda.Selanjutnya
adalah konsentrasi, bila konsentrasi semakin tinggi maka ketebalan lapisan oksida
akan semakin tinggi hingga titik maksimal. Bila konsentrasi terlalu tinggi, maka
lapisan oksida akan semakin tebal dan akhirnya menghabiskan base meta.Hal ini
terjadi karena prinsip anodisasi adalah pengikisan permukaan base metal untuk
kemudian membentuk lapisan oksida. Bila terlalu banyak base metal yang dikikis
maka tingkat weight loss pada logam tersebut akan semakin tinggi dan akhirnya
habis sehingga hanya ada lapisan oksida saja, yang dalam hal ini tidak lagi
memiliki karakteristik pelapisan logam. Kelima adalah waktu anodisasi, waktu
yang singkat akan menyebabkan reaksi antara permukaan logam dengan larutan
elektrolit akan menjadi singkat pula. Hal ini akan mengakibatkan lapisan oksida
yang dapat terbentuk akan semakin sedikit, dan dalam hal ini dinyatakan dalam
nilai ketebalan. Oleh karena itu peningkatan ketebalan dapat dikontrol dengan
lamanya waktu anodisasi. Semakin lama waktu anodisasi, maka akan terbentuk
lapisan oksida yang semakin tebal, hingga mencapai titik maksimal. Titik
maksimal ini terjadi karena pada reaksi anodisasi semakin lama reaksi, maka
ketebalan lapisan oksida meningkat, begitu juga dengan weight loss dari base
metal.Weight loss yang semakin tinggi akan menyebabkan hasil akhir yang tidak
optimum dalam aplikasi dari pembentukan lapisan dipermukaan base metal.
Sehingga pada dasarnya, proses anodisasi sangat dipengaruhi oleh kondisi benda
kerja maupun elektroda yang digunakan juga kondisi operasi. Sehingga untuk
beberapa kondisi anodisasi yangs sering digunakan adalah sebagai berikut :
Aplikasi anodisasi sering diterapkan di industri handphone, otomotif dan
peralatan dapur dengan prinsip anodisasi alumunium dengan pewarnaan melalui
pigmentasi mineral dan lapis listrik .

V. KESIMPULAN
 Riana
 Rizal Fadhillah Anwar

1. Proses anodisasi merupakan proses pembentukan lapisan oksida tipis pada


permukaan alumunium yang melalui proses elektrolisa didalam larutan elektrolit
dengan cara bereaksikan atau mengkorosikan logam dengan oksigen yang diambil
dari larutan elektorolit sebagai media.
2. Proses anodisasi dilakukan dengan pemasangan logam alumunium sebagai kutub
positif bertindak sebagai anoda dan elektroda pada kutub negative bertindak
sebagai katoda, dimana pada proses anodisasi terbentuk gelembung gas H2. Dan
setelah proses anodisasi selesai terbentuk lapisan film.
3. Pada anodisasi bahan yang bertindak sebagai anoda yang terlarut pada larutan
elekrolit yang bertindak sebagai katoda, sedangkan pada electroplating substrat
bertindak sebagai katoda.
4. Pada anodisasi lapisan tipis terbentuk antara reaksi substrat dengan oksida yang
terdapat pada larutan, sedangkan pada electroplating lapisan terbentuk karena ion
yang berasal dari anoda yang kemudian menempel pada katoda.
 Rosyidah Khoirunnisa Mahdan
1. Proses anodisasi bertujuan membentuk lapisan oksida pada benda kerja
dimana kondisinya menyerupai proses korosi namun tidak terjadi korosi,
hanya memperbesar pori-pori dari benda kerja
2. Tujuan pelebaran pori-pori benda kerja pada praktikum ini untuk
mempermudah masuknya zat pewarna yang akan melapisi permukaan
benda kerja
3. Lapisan oksida dapat terbentuk karena terjadi proses reaksi logam anoda
dengan ion ion dimana reaksinya membentuk lapisan tipis di permukaan
alumunium yang mencegah korosi dan memperlebar pori-pori benda kerja
4. Pori pori yang sudah besar tersebut kemudian akan dimasukan zat
pewarna
5. Untuk mematenkan warna yang sudah masuk dalam pori-pori dilakukan
proses sealing yang bertujuan memperkecil Kembali por-pori yang semula
membesar.
6. Proses sealing dilakukan dengan mencelupkan benda kerja pada air
mendidih selama beberapa saat
7. Proses Anodisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya suhu, kerapatan
arus, luas permukaan, nilai pH dan waktu proses anodisasi. Suhu sangat
penting untuk menyeleksi cocoknya jalannya reaksi dan melindungi
pelapisan, nilai kerapatan arus mempengaruhi waktu plating untuk
mencapai ketebalan pelapisan oksida, luas permukaan memengaruhi
besarnya rapat arus yang dibutuhkan untuk mencapai ketebalan pelapisan
oksida yang diharapkan, derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting
dalam mengontrol larutan elektrolit, sedangkan waktu proses anodisasi
berpengaruh pada kecerahan hasil pewarnaan yg diharapkan
8. Anodisasi menggunakan prinsip elektrolisis dimana benda kerja dipasang
pada anoda berbeda dengan electroplating dimana benda kerjanya
dipasang pada katoda. Selain itu reaksi yang terjadi juga berbeda,
anodisasi dengan reaksi oksida dan electroplating dengan reaksi reduksi
 Salma Sabyla Rachmawati
1. Anodisasi merupakan proses elektrokimia untuk meningkatkan ketebalan
lapisan oksida pada permukaan logam, meningkatkan ketahanan cuaca
(iklim) dan ketahanan korosi. Lapisan yang terbentuk dapat tidak
berwarna (transparan) maupun berwarna, tergantung pada komposisi
material dan juga proses lanjutan yang dilakukan.Dimana pada
praktikum , jenis anodisasi yang dilakukan adalah sulfuric acid anodizing
2. Lapisan yang melindungi dasar logam yaitu lapisan oksida yang muncul
karena reaksi logam anoda dan ion-ion dimana reaksi pergerakan ion pada
reaksi anodisasi membentuk suatu lapisan tipis di permukaan aluminium
yaitu lapisan penghalang setelah lapisan ini terbentuk dan tumbuh hingga
semakin tebal (tergantung pada kondisi proses), maka akan terbentuk
lapisan oksida (porous anodic coating) yang berbentuk berpori karena
pada awalnya terdiri atas sejumlah silinder .
3. Untuk mengisi pori pada lapisan oksida maka diberi zat warna yang
kemudian dilakukan sealing untuk mengunci lapisan oksida dan zat warna.
4. Factor yang mempengaruhi proses anodisasi adalah material, temperature
dimana temperatur reaksi anodisasi yang semakin tinggi, hasil anodisasi
akan semakin tipis, diameter yang semakin besar, serta daya serap yang
semakin tinggi, tegangan dan rapat arus dimana pada peningkatan
tegangan maka rapat arus akan meningkat, dan sebaliknya,pada
peningkatan ataupun penurunan nilai rapat arus, kemudian jenis dan
konsentrasi larutan elektrolit dimana tiap tiap larutan akan memberikan
karakteristik yang berbeda bed juga pengaruh konsentrasi semakin tinggi
maka ketebalan lapisan oksida akan semakin tinggi hingga titik maksimal,
waktu anodisasi dimana waktu yang singkat akan menyebabkan reaksi
antara permukaan logam dengan larutan elektrolit akan menjadi singkat
pula.
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, 2013, Pengaruh variasi suhu dan waktu proses anodisasi pada bahan
alumunium, Politeknik Pratama Mulia Surakarta.

Hustasoit, F.M., 2008, Pengaruh Pembebanan Konsentrasi Asam Oksalat Terhadap


Ketebalan Lapisan Oksida Pada Alumunium Foil Proses Anodisasi, Skripsi.
[Teknik Universitas Indonesia.

Ketut AA., I Wayan Karyasa & I Nyoman Suardana. 2014. Anodizing Logam
Aluminium Dengan Variasi Beda Potensial. e-JournalKimia
Visvitalis. Universitas Pendidikan Ganesha : Bandung

Sidharta B.W., Soekrisno R. & Iswanto P.T. 2012. Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Dan
Waktu Anodisasi Terhadap Ketahanan Aus Dan Kekerasan Pada Lapisan
Oksida Paduan Aluminium ADCL2. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Sidharta, Bambang Wahyu. 2014. Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Dan Waktu Anodisasi
Terhadap Ketahanan Aus, Kekerasan Serta Ketebalan Lapisan Oksida Paduan
Aluminium Pada Material Piston. Jurnal Teknologi Technoscientia.Vol. 7(1):
10-21.

Anda mungkin juga menyukai